Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume2 Chapter1
Chapter 1: Menara Kaca. Menara BABEL
Part 1
Di ruangan ini tidak ada jendela.
Tidak ada pintu, tangga, atau koridor. Dalam bangunan ini, ruangan ini tidak memiliki fungsi. Satu-satunya cara memasuki ruangan ini adalah dengan menggunakan kemampuan ESP Teleport level 4. Dapat dikatakan bangunan ini adalah benteng terkuat.
Dalam menara yang dibuat dari material yang dapat menahan serangan dan dikatakan lebih kuat dari banker serangan udara ini berdiri seorang penyihir.
Dia Stiyl Magnus.
Stiyl, ahli dalam sihir rune, terutama sihir api, dia juga merupakan pendeta Anglikan Inggris. Dia dapat dianggap seseorang yang spesial karena cuma memiliki pengalaman bidang sihir selama 14 tahun dan dapat mengalahkan penyihir lain.
Seharusnya dia tidak di sini.
'Di sini' tidak mengacu pada bangunan, tapi kepada 'kota' secara keseluruhan. Dia adalah salah satu anggota Kristiani 'Necessarius', dan Academy City merupakan lingkungan sains ilmiah yang menolak semua ide supranatural, serta menghasilkan ESPer dengan obat-obatan, hipnotis, dan pengontrolan tubuh.
Sekarang ini kehadirannya di sini setidak wajar mencampur kartu tarot dengan 52 kartu poker.
Tapi, dia memiliki alasan untuk ada di sini.
Saat ini dia bertindak sebagai 'wakil representatif Inggris Anglikan', untuk bernegosiasi dengan Academy City secara berdampingan. Walau sebagai wakil repsentatif, dia memiliki kekurangan parah.
Stiyl Magnus adalah orang yang dapat membunuh tanpa ragu.
Dia dapat memerintahkan apinya untuk membakar orang hidup-hidup.
"..."
Walau demikian, dia tidak pernah terbiasa dengan pemandangan semacam itu di depannya.
Ruangan ini terlalu besar, dan di tempat yang seharusnya tidak ada pencahayaan diterangi lampu mirip bintang. Di balik tembok diisi banyak lapisan layar dan titik-titik menyala. Peralatan dari segala ukuran, ribuan kabel, dan tabung berpusat di tengah ruangan seperti pembuluh darah di lantai.
Ada sebuah tabung besar di tengah ruangan.
Diameternya 4 meter dan tingginya lebih dari 10 meter. Tabung kontainer yang terbuat dari kaca tebal yang telah diperkuat berisi cairan merah di dalamnya.
Tentu saja bagi Stiyl benda sains seperti ini bukan bidang keahliannya, jadi dia tidak akan mengerti walau dijelaskan.
Tampak manusia dengan pakaian dokter bedah yang melayang terbalik.
Tidak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkannya selain manusia. 'Manusia' berambut perak ini tampak seperti pria tapi juga wanita, dewasa tapi juga anak-anak, orang suci tapi juga penjahat.
Mungkinkah dia telah mendapat semua kemungkinan yang 'manusia' hanya bisa impikan? Ataukah dia telah kehilangan semua kemungkinan yang 'manusia' miliki?
Satu hal yang pasti, satu kata yang tepat untuk menjelaskan keberadaannya adalah 'manusia'.
"Semua orang yang datang ke sini mengamatiku dan membuat respon yang sama denganmu..."
'Manusia' dalam tabung bicara. Dia terdengar seperti pria tapi juga wanita, dewasa tapi juga anak-anak, orang suci tapi juga penjahat.
"...Kenapa membiarkan manusia melakukan ini kalau mesin bisa?"
Inilah cara 'manusia' ini hidup.
Hidupnya dibantu oleh mesin, sehingga sia-sia baginya melakukan semua ini. 'Manusia' yang sepertinya telah hidup selama 1700 tahun sekarang berada di depan Stiyl.
Stiyl ketakutan.
Dia tidak takut pada teknologi sains Academy City yang menopang kehidupan manusia, tapi pada cara 'manusia' ini ada. Sama seperti dia menggunakan mesin untuk mempertahankan hidupnya, dia bisa langsung meninggalkan daging tubuhnya dan pergi ke mesin.
Benar-benar mengerikan melihat seorang 'manusia' cukup gila untuk menjalani hidup seperti ini.
"Kurasa kau tahu alasan aku memanggilmu ke sini..."
Direktur Umum Academy City, 'manusia' Aleister, melayang terbalik dan berkata dengan nada tegas.
"Situasi merepotkan sekarang."
Menyaksikan Aleister mengatakan hal ini, Stiyl tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengernyit. Karena dia tidak mengira 'manusia' di hadapannya menunjukkan kelemahan seperti "situasi telah menjadi repot sekarang."
"Ini mengenai Deep Blood(Pembunuh Penghisap Darah), kan?"
Stiyl, yang biasanya tidak pernah menggunakan bahasa sopan(TL: dalam naskah aslinya dia menggunakan honorifik/gelar kehormatan bahasa Jepang), benar-benar menggunakannya di sini.
Tentu saja, itu bukan karena Stiyl adalah wakil representasi dari Inggris Anglikan, melainkan karena jika sekali saja Aleister merasakan niat bermusuhan darinya, dia akan dipotong seperti dadu. Tidak peduli seberapa kecil niat buruk darinya.
Bahkan jika itu hanya kesalahpahaman atau salah kata belaka, sekali Aleister berpikiran begitu, nyawa Stiyl akan melayang.
Soalnya ini adalah markas besar musuh, pusat komando 2,3 juta ESPer.
"..."
Menyadari Stiyl gemetar, Aleister berkata,
"Tidak akan jadi masalah jika hanya ESPer yang terlibat, karena mereka adalah milikku. Selama warga kota ini yang berbuat kericuhan, ada 70.632 cara untuk mengatasi dan menutupinya..."
"..."
Stiyl tidak peduli sama sekali mendengar ini. Dia tidak tertarik dengan prosedur darurat yang Academy City miliki, lagipula dia juga tidak mengerti bagaimana sisi Sains bekerja.
"...Yang jadi masalah adalah seorang penyihir telah ambil bagian dalam sesuatu yang seharusnya tidak."
Maka Stiyl hanya bisa berpikir ini,
Deep Blood(Pembunuh Penghisap Darah). Kata itu tidak berasal dari pusat data Academy City, tapi dari Perpustakaan Besar Inggris. Dari katanya saja, orang bisa membayangkan kekuatan ini digunakan untuk 'sesuatu' yang mungkin nyata atau tidak. Tidak ada yang tahu kemampuan ini seperti apa. Yang mereka tahu adalah seorang anak perempuan punya kemampuan ini.
Dan pada saat ini, perempuan dengan kemampuan 'Deep Blood' sedang ditawan oleh penyihir.
Pada dasarnya, situasi hanya sederhana seperti itu.
"Tapi karena musuhnya dari luar Academy City, masalah ini telah menjadi merepotkan."
Aleister melanjutkan,
"Tentu saja tidak sulit menggerakkan 2,3 juta ESPer untuk mengalahkan satu atau dua penyihir. Yang jadi perkara adalah kalau kami melakukan ini, maka artinya kami mengalahkan penyihir."
Academy City dan Necessarius masing-masing mengatur dunia mereka sendiri.
'Academy City' dan 'Sihir'... karena masing-masing memiliki teknologi yang pihak lain tidak punya mereka bisa berada dalam posisi sejajar sampai sekarang. Jika Academy City yang mengontrol 'ESPer' menyatakan bahwa mereka telah mengalahkan 'penyihir', maka orang-orang dari sisi Sihir tidak akan duduk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Misalnya, jika jet tempur dengan teknologi terbaru jatuh di wilayah musuh, maka sisa runtuhannya akan menampakkan rahasia teknologinya.
"Tampaknya akan sulit bagimu untuk menurunkan bala bantuan."
Kata Stiyl tenang.
ESPer dan penyihir bekerja sama... itu mustahil. Sudah masalah besar antara pihak Sains dan pihak Sihir ketika mereka memutuskan siapa yang akan memimpin. Ini karena mereka ingin menggunakan alasan mengecek kemampuan bertarung mereka untuk memata-matai teknologi pihak lain.
Memikirkan hal ini, Stiyl punya pertanyaan. Dua pekan lalu, dia datang ke Academy City dan bertarung dengan seorang ESPer. Kalau dipikir-pikir, kenapa pertarungan itu didiamkan? Mungkin tanpa sepengetahuan Stiyl, Academy City dan Gereja sudah membuat kesepakatan. Atau mungkin bocah dengan level 0 itu sangat tidak mengundang perhatian.
Tapi situasi kali ini berbeda.
Kebanyakan ESPer dan penyihir yang terlibat dalam ini dipandang sebagai 'orang penting'.
"Aku paham. Jadi itu mengapa kau memintaku, 'pengecualian' untuk hadir di sini."
Dalam kata lain, Stiyl Magnus merupakan pengecualian. Akan ada masalah jika ESPer dari pihak Sains mengalahkan orang dari pihak Sihir. Namun tidak akan jadi masalah jika Stiyl, yang dari pihak Sihir, mengalahkan penyihir lainnya. Atasan Stiyl akan beranggapan penyihir ini dikalahkan oleh seseorang dari pihak Sihir dengan alasan membereskan masalah dari pihaknya.
"Ini adalah cetak biru lokasinya."
Teknologi yang tidak diketahui Stiyl memunculkan gambar dalam kegelapan.
Sebuah hologram yang seperti grafis komputer, dan gambar yang muncul adalah sebuah bangunan yang tidak mencurigakan. Lalu, muncul sesuatu yang merupakan peta diagram 'medan perang'.
Di pojok diagram tertulis: Misawa Cram Shool.
"Dengan cetak biru awal dan dari foto satelit, kami berhasil menganalisa interior dalamnya."
Suara Alesiter tidak ada nada.
"Tapi kami tidak bisa melihat peralatan sihir. Lagipula, kami tidak mengerti apa-apa tentang sihir."
"..."
"Tapi 'Misawa Cram School' ini unik."
Aleister mulai menjelaskan.
Nyatanya, Academy City adalah sebuah perusahaan edukasi yang terdiri atas ratusan sekolah dari ukuran berbeda. Dan juga, kurikulumnya menyertai hal paranormal seperti 'pengembangan ESPer'.
Katanya 'Misawa Cram School' yang tersebar di seluruh negeri akan mendirikan sekolah di Academy City untuk mempelajari rahasia 'pengembangan ESPer' yang merupakan hak eksklusif Academy City. Ini akan mengarah pada memata-matai perusahaan besar.
Sayangnya, 'Misawa Cram School' tidak memiliki informasi apapun mengenai pengembangan ESP. Mungkin karena mereka mulai merasa aneh dan mulai mengganti 'apa yang mereka ketahui dengan teknologi ilmiah' dengan 'mereka manusia pilihan Dewa', akhirnya malah menciptakan semacam kepercayaan baru.
'Misawa Cram School' dalam Academy City bahkan mulai memberontak dan menolak perintah cabang utama, dan bahkan mMemenjarakan perempuan 'Deep Blood' sesuai 'kepercayaan' mereka.
"Tapi kenapa 'Misawa Cram School' harus menawan Deep Blood? Apakah ajaran mereka seperti sesuatu mengenai ajaran fanatik di abad ke-16 untuk memperoleh keabadian?"
"Tidak. 'Misawa Cram School' tidak memiliki alasan apapun. Pada dasarnya, mereka hanya ingin ESPer yang kekuatannya di dunia ini tidak dapat ditiru. Siapa saja tidak masalah.”
"?"
"’Level’ di Academy City dibedakan menurut ‘kecerdasan’ dan ‘kekuatan’. Maka mereka ingin mendapatkan Deep Blood dan menelitinya. Selama mereka berkata ‘kami berhasil menduplikasi kekuatan super langka’, para murid yang mengeluh karena mereka hanya memiliki kemampuan biasa atau level 2 atau 3 akan tertarik dengan itu... Sekelompok idiot. Mereka tidak bisa mengubah kekuatan yang telah dikembangkan bahkan jika otak mereka diganti.”
Tapi ini tidak terdengar benar. Bahkan kalau ‘memiliki kemampuan langka’ adalah budaya umum di Academy City, bagaimana bisa ada orang percaya ada ‘sesuatu’ dari dunia Sihir di dunia Sains?
Tepat ketika Stiyl memikirkan hal ini, Aleister telah mengatakan jawabannya dengan santai.
“Sesuatu akan lebih berharga bila langka. Selama logika ini ada, akan selalu ada yang bisa dibicarakan. Ada ‘banyak ESPer yang rahasia di balik kekuatannya tidak diketahui’ selain Imagine Breaker. Beberapa ESPer mungkin punya kemampuan luar biasa yang tidak akan pernah orang lihat jika mereka benar-benar serius.”
Lagipula, jika hanya Deep Blood yang ditawan, keadaan sebenarnya mudah. Seperti apa yang Aleister katakan, jika hanya ‘konflik dalam kota ini’, ada 10.632 cara untuk mengatasinya.
Tapi bukan ini masalahnya.
Karena sebelum masalah ini muncul, seorang penyihir datang dari ‘dunia luar’ dan masuk ‘Misawa Cram School'. Dia menargetkan ‘Misawa Cram School' dan ditambah lagi, dia tidak menghancurkan ‘Misawa Cram School', tapi malah mengontrolnya dari dalam. Jadi keadaan sekarang sulit.
"..."
Stiyl menatap sunyi diagram lokasi ‘Misawa Cram School’.
Dari diagram, dia tidak bisa melihat sesuatu yang terlihat oleh ‘sihir’. Ketegangan itu seperti menerjang langsung ke dalam kegelapan dan Stiyl diserang dari belakang. Walau tidak nyaman, Stiyl sudah terbiasa. Kali ini, pertarungan sederhana antara hidup dan mati.
Namun dia agak ‘senang’ bahwa dia adalah satu-satunya di kota ini yang memiliki 2,3 juta ESPer.
"Tidak benar."
Seperti tahu apa yang Stiyl pikirkan, Aleister berkata. Tampaknya ada alat yang bisa membaca pikiran seseorang melalui temperatur atau aliran darah.
“Aku juga memiliki ESPer yang merupakan musuh alami penyihir.”
Stiyl langsung terdiam.
Imagine Breaker. Anak yang bertarung dengannya dalam pertarungan hidup atau mati melawan Stiyl dua minggu lalu. Kekuatan supranatural apapun, sihir atau ESP, bahkan mukjizat Tuhan sekalipun akan dihapus bila tersentuh tangan kanannya. Kekuatan ini bisa dianggap pengecualian di antara pengecualian.
“Tapi bukankah katamu kau tidak bisa menggunakan ESPer untuk mengalahkan penyihir?”
“Kau tidak perlu khawatir tentang itu.”
Aleister berkata dengan nada tenang seolah dia hafal,
“Pertama, dia level 0, maka dia tidak berharga. Bahkan jika aku membiarkannya bekerja denganmu, tidak ada resiko bahwa dia akan mengungkapkan informasi tentang rahasia kami."
"..."
“Kedua, otaknya tidak pintar. Maka, bahkan jika dia pergi denganmu, teknologimu tidak akan dimengerti oleh pihak kami.”
“Rubah tua...” Untuk pertama kalinya, Stiyl merasa dendam terhadap Aleister.
“Apa yang ‘manusia’ di depanku pikirkan?” Stiyl tidak benar-benar yakin. Tidak peduli apa, Imagine Breaker jelas tidak mungkin selemah level 0. Stiyl merasakan itu dalam pertarungannya.
Memang benar cara kerja Imagine Breaker bukanlah sesuatu yang bisa dimengerti dari hanya melihatnya sekali atau dua kali, dan dia jelas tidak bisa menirunya dan membawanya kembali ke Gereja. Tetapi, seharusnya itu sama dengan Academy City. Tidak, setidaknya Stiyl berharap itu sama untuk saat ini. Jika Academy City punya cara untuk menduplikasi kemampuan Imagine Breaker, Gereja akan musnah. Bahkan senjata dengan riwayat seratus atau beribu tahun akan dihancurkan dengan tangan kanannya.
Tapi Aleister tidak kelihatan melindungi Imagine Breaker yang sangat berharga sama sekali.
Seperti dia memberikan saint dalam pelatihan rintangan.
Seperti dia menggunakan palu untuk menempa besi panas menjadi pedang yang tajam.
"..."
Dan yang lebih penting lagi, anak itu punya pengetahuan 103.000 grimoires bersamanya. Apa ini benar tidak apa-apa?
Pikiran bawah sadarnya bertentangan dengan kata-katanya. Walau Stiyl menyembunyikan kecurigaan, dia tidak menunjukkan itu di wajahnya.
Dan dia berhati-hati untuk tidak menampakkannya. Bila mengenai perempuan itu, Stiyl tidak mau membuat masalah.
"...Deep Blood."
Stiyl menggumam. Ekspresinya seperti profesor yang menemukan sesuatu yang tidak dapat dia jelaskan.
“Apakah Deep Blood benar-benar nyata? Jika ya, itu berarti—“
Stiyl tidak bisa melanjutkan.
Deep Blood. Jika Deep Blood ada, maka 'sesuatu' yang harus dibunuhnya pasti juga ada. Dengan kata lain, jika dia mengakui keberadaan Deep Blood, itu berarti dia juga mengakui keberadaan ‘sesuatu yang lain’ sebagai fakta.
“Hmm, hal supranatural seperti ini bukanlah keahlian kami ‘ilmuwan’, kalian penyihir—bahkan duniamu harus mengakui benda yang supranatural itu nyata, bukan?”
“Tentu saja.” kutuk Stiyl dalam hati.
‘Lingkaran sihir’ yang penyihir gunakan bisa dianalogikan seperti bahan bakar. Dalam kata lain, dengan menggunakan energi kehidupan mereka sebagai bahan bakar, memanipulasi napas, darah yang mengalir, dan pikiran mereka menjadi ‘bahan bakar’ lebih sempurna.
Dengan demikian, tidak semua penyihir kuat. Tidak peduli bagaimana tinggi keterampilan mereka dalam sihir, jumlah bahan bakar mereka terbatas.
Namun, 'makhluk’ ini tidak memiliki seperti keterbatasan.
‘Makhluk’ ini memiliki karakteristik 'abadi', yang berarti bahwa mereka memiliki kekuatan sihir yang tak terbatas. Bahkan jika sumber-sumber bumi habis suatu hari, bahan bakar 'makhluk’ ini tidak akan pernah habis.
Keturunan Cain- Vampir.
Mereka bukanlah makhluk lemah yang digambarkan dalam cerita-cerita yang dapat dibunuh dengan menggunakan 'salib' dan 'sinar matahari'. Sebenarnya, cukup satu dari mereka bisa menyebabkan 'bencana dunia' setingkat bom nuklir.
"Hm."
Dalam tabung silinder besar, ‘manusia’ itu masih mengambang terbalik, tatapannya datar pada Stiyl.
"Omong-omong, apakah anda tahu apa yang kami maksud dengan ‘kekuatan ESPer’?"
"... Tidak"
Stiyl tidak mungkin memahaminya, dan dia juga tidak berpikir bahwa Aleister akan memberitahunya. Karena saat dia mengetahui rahasia musuh, itu berarti bahwa dia akan kehilangan kesempatan untuk keluar dari sini hidup-hidup.
"Sebenarnya, itu hanya perbedaan dalam pengetahuan."
Tapi Aleister berkata dengan santai,
"Pernahkah anda mendengar tentang ‘Kucing Schrödinger'? Binatang ini yang paling terkenal dalam kasus penyalahgunaan hewan di dunia."
"...?"
"Saya tidak akan menjelaskan rinciannya untukmu. Di samping itu, kira-kira artinya 'realitas akan terlihat berbeda di antara manusia'. Tentu saja, hukum-hukum fisika mikro dan makro berbeda, jadi ini tidak dapat menjelaskan semua itu.”
Aturan dunia ini dapat dilihat sebagai mikroskopis (mikro) dan teleskopik (makro). Adapun yang mikro dan yang makro, dikatakan bahwa ini adalah juga ada dalam jangkauan penelitian Aleister.
"... Aku tidak benar-benar mengerti apa yang anda maksud."
"Itu tidak apa-apa. Jika anda mengerti, malah saya harus membunuhmu sekarang.."
Aleister tidak peduli mengatakan,
“...Omong-omong, sayalah yang tidak mengerti. Apa Deep Blood benar-benar ada? Dan apa bedanya? Seperti kucing dalam kardus.”
Aleister mengatakan bahwa ESPer seperti kertas lakmus berubah warna.
Inti utamanya adalah bukan untuk memahami bagaimana kertas lakmus berubah warna dari merah ke biru, tapi 'mengapa?', apa alasan di baliknya, dan mencari cara untuk memanipulasi hukum alam ini. Walau Aleister mengontrol 2,3 juta ESPer yang cukup untuk memerangi dunia kalau dia mau, tapi baginya ini bukan sebuah ‘tujuan’, tapi sebuah ‘arti’.
Stiyl gemetar.
‘Manusia’ di depannya adalah percaya mesin bisa melakukan segalanya seperti manusia.
Bagi manusia ini, mana yang ‘mesin’?
Bagi manusia ini, mana yang ‘manusia’?
“Itu benar.”
‘Manusia’ itu berkata, manusia ini yang kelihatan seperti pria namun juga wanita, orang dewasa namun juga seorang anak, seorang yang suci namun juga penjahat menampakkan ekspresi yang bisa dianggap ‘senyuman’ dan berkata,
"—Kalau Deep Blood membuktikan keberadaan vampir, maka Imagine Breaker membuktikan keberadaan apa?"
Part 2
Dalam hati, Kamijou Touma teriak: "Apaan!"
Di sini adalah lantai 2 sebuah restoran cepat saji, zona dilarang merokok yang penuh pengunjung. Di meja ada empat tempat tempat duduk dan Kamijou, Index, dan Aogami Pierce duduk di sana.
Hmm, tidak apa-apa duduk di sini sebentar.
"--Kehabisan uang dan menghancurkan diri sendiri."
Tapi kenapa ada miko yang tiduran di meja dalam toko yang penuh dan mengatakan kata konyol itu--!?
Si miko seumuran Kamijou dan mengenakan seragam umum miko. Rambutnya sepanjang pinggang membuat dia kelihatan seperti miko yang sering dijumpai di kuil.
"..."
"..."
Suasana tertekan seperti dalam lift. Sebaikinya apa yang kulakukan? pikir Kamijou. Pada saat ini, tiba-tiba dia menyadari Index dan Aogami Pierce sedang memperhatikannya.
"...Apa, kenapa?"
"...Kami-yan, kalau seseorang sedang bicara, ya hargai. Lalu jawab, ya?"
"...Itu benar itu benar! Touma, kau tidak bisa menilai orang dari penampilan luarnya saja. Kau harus mengikuti ajaran Tuhan dan mengucapkan amin!"
"...Oi, apa kau bercanda!? Seharusnya kita mengundi ini dengan suit! Oi, Index! Kau pasti berpikir aku akan kalah, kan!? Oi, kenapa kau menggambar tanda salib di depan dadamu!?"
Pada akhirnya, mereka bertiga memainkan suit untuk menentukan siapa yang tidak beruntung.
Batu, batu, gunting, Kamijou kalah.
Intinya, Kamijou Touma tidak beruntung.
"Erm, permisi?"
Kamijou, satu-satunya yang memilih gunting dan kebingungan, hanya bisa bicara dengan si miko. Bahunya miko bergetar.
"Ah, erm... maksudnya apa waktu kau bilang kau menghabiskan seluruh uangmu dan menghancurkan dirimu?"
Bagaimanapun, lebih baik menjaga percakapan yang natural, pikir Kamijou. Dan sejak miko sendiri bilang begitu, mungkin dia berharap ada orang yang bertanya kenapa.
"Karena aku punya banyak kupon gratis, dan hamburger harganya 580 yen..."
"Uh hm."
Bagi Kamjou, yang baru saja kehilangan ingatan, dia lupa rasanya hamburger. Tapi dia tahu kalau hamburger adalah daging gepeng dan timun, temannya orang susah.
"Aku ke kasir dan pesan 30."
"Kau pesan terlalu banyak, gadis bodoh."
Sekejap Kamijou menjawab refleks, dia menyadari sang miko tidak bergerak. Karena miko tidak mengatakan apa-apa, orang bisa tahu kalau dia mengeluarkan mimik bahwa dia terluka secara batin.
Suasana tidak baik. Kamijou tidak berpikir dia akan mendengarnya dengan serius. Suasana benar-benar buruk. "Ah, aku tidak bermaksud begitu! Aku belum selesai bicara! Sebenarnya aku ingin mengatakan 'gadis bodoh, kenapa kau pesan terlalu banyak'. Ini maksudnya hanya supaya pembicaraan kita hangat. Walau aku kedengarannya bicara kasar, ini hanya tanda keakraban, tidak ada maksud buruk! Ah, maaf, aku harus bicara dengan klien dulu. OI, SUSTER DAN ORANG BERAMBUT BIRU DI SANA, KENAPA KAU MELIHATKU SEPERTI ITU!! TUNGGU SAMPAI KITA BICARA DI LUAR!!"
Tidak tahan di bawah tekanan, Kamijou mulai bicara keras-keras.
"Makanan frustasi."
Sang miko yang sudah setengah mati dan tidak bergerak akhirnya mengucapkan ini.
"Hah?"
"Ongkos pulang ke rumah, 400 yen."
Menghadapi kalimat misterius dari miko, Kamijou menelan ludah. Dia tidak punya ingatan 'naik kereta', tapi dia tahu 'naik kereta atau bus di Academy City sangat mahal'.
""Apa hubungannya 400 yen untuk pulang ke rumah dengan makanan frustasi?"
"Total uangku, 300 yen."
"...dan sebabnya?"
"Belanja terlalu banyak, tidak membuat rencana."
"..."
"Jadi aku menikmati makanan frustasi."
Kamijou hampir saja mengatakan 'kau idiot', nyaris keluar dari tenggorokannya.
Setelah dipikir, dia bilang,
"Tapi kenapa tidak kau gunakan saja uang 300 yen untuk naik kereta? Dengan begitu, kau bisa menghemat jaraknya hingga cuma jarak 100 yen. Kalau tidak, kenapa tidak pinjam 100 yen dari orang saja?"
"--Itu ide bagus."
"Kenapa kau melihatku seperti itu? Ada apa dengan pandangan minta harapanmu itu?"
Kamijou mundur dari miko sejauh yang dia bisa. Dia sudah menghabiskan 3.600 yen (untuk beli buku referensi), dan bahkan beli 3 jus untuk membuat Index diam, jadi walau cuma untuk 100 yen, itu beban berat menurutnya.
Omong-omong.
Si miko mengangkat wajahnya, tidak disangka dia cantik.
Dia sedikit berbeda dari Index yang merupakan orang asing; kulitnya putih yang bahkan lebih kelihatan di bawah mata dan rambut hitam. Walau dia kekurangan emosi, itu artinya dia tidak agresif.
"..."
Index menggertak dan menatap Kamijou.
"Itu, itu mustahil! Kami-yan bicara dengan perempuan... bicara dengan perempuan yang baru dia kenal begitu lancar, ini mustahil!"
Aogami Pierce yang bergumam marah, benar-benar serius ingin merusak reputasi Kamijou.
"DIAM! KAU MAKHLUK ALIEN 2 DIMENSI! KLIEN, CEPAT KEMBALI KE GYMNASIUM NANTI! DAN KAU MIKO, CARI 100 YEN UNTUK DIRIMU SENDIRI DAN PULANG KE RUMAH! TRANMISI SELESAI!"
"Apa? Belum selesai Kami-yan! Kau sudah jadi orang baik selama 16 tahun, bagaimana bisa kau mendapatkan banyak gadis unik seperti suster dan miko dalam 2 minggu!? Apa ini game perempuan?"
Aogami Pierce menangis frustasi, dan Kamijou ingin sekali menghadiahinya dengan pukulan di muka. Tapi, karena mereka duduk di pojok berbeda, dia jadi tidak bisa. Dari posisi duduknya saja sudah tampak betapa tidak beruntungnya Kamijou.
"Tolong 100 yen."
Si miko mengangkat wajahnya dan menatap dengan ekspresi menyakitkan selagi dia bilang,
"Boleh pinjam?"
"Tidak. Aku tidak ada uang."
"..."
Si miko diam sebentar dan berkata,
"...Pelit sekali. Bahkan tidak mau meminjamiku 100 yen."
"...Orang idiot mana yang bahkan tidak punya 100 yen!?"
Kemijou bertanya balik.
"Kami-yan! Bagaimana bisa kau merespon begitu natural!? Sebagai orang baik, seharusnya kau gagap di depan wanita cantik!?"
Aogami Pierce teriak dengan suara serak.
"...Cantik."
Mata sang miko beralih, membuat orang berpikir apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
"Karena aku cantik, pinjamkan aku 100 yen."
"Diam! Kau perempuan parah! Wanita yang menggunakan penampilannya untuk mendapatkan uang tidak bisa dibilang cantik! Dan aku baru saja beli 3 jus jadi aku tidak punya uang."
"Itu, itu benar Kami-yan! Kau masih berpikir hati orang cantik pasti baik dan suci, kelihatannya kau belum meninggalkan dunia 2-D!"
"...Tunggu Touma. Jadi kau ingin bilang kalau kau akan memberinya 100 yen kalau kau tidak membelikanku jus? Humph!"
Pandangan dan tangisan mulai terdengar dari mana-mana, dan melewati ambang batas kemampuan Kamijou. Kamijou memegang kepala, ke arah mana sebaiknya dia menyelesaikan persoalan dahulu. Pada saat ini, Index, yang sedang minum jus dengan sedotan, menatap miko penuh penasaran.
"Humph. Karena kau memakai celana merah, kau pasti bisa meramal kan? Jadi miko yang bisa meramal juga bisa menjual mukanya ya? Bahkan aku pernah istilah 'miko' adalah panggilan 'pelacur' di masa Heian, kan?"
Kamijou melompat dan teriak mendengar itu, dan Aohami Pierce entah kenapa bersemangat, teriak 'hahaha, si suster dan miko sedang bertanding!'. Baru saja Kamijou ingin membuat Aogami Pierce diam, si miko bicara,
"Aku bukan miko."
"Apa?"
Perempuan berambut hitam yang tampak seperti miko dan mukanya bisa ditaruh di eksiklopedia untuk mencari kata 'miko', membuat semua orang memerhatikannya.
"Eh, kalau kau bukan miko, jadi kau apa?"
Kamijou, yang entah bagaimana menjadi wakil untuk semua orang, bertanya.
"Aku penyhir."
"..."
Semua orang sunyi. Suara siaran televisi di dalam toko seolah jauh entah di mana. Entah kenapa, walau Kamijou hilang ingatan, dia punya perasaan kuat bahwa dia pernah mengalami ini sebelumnya. Tapi yang lebih penting, kenapa Index gemetar di sana? Dalam hati Kamijou menangis.
BAM! Pukul Index ke meja dengan kedua tangan.
Sebelum jusnya melompat, Index teriak,
"Penyhir apa? Kabbalah? Knoch? Hermes? McCue's Idol atau Astrologi Modern? Jangan memberithu sesuatu yang umum dan beritahu jurusan, sekolah, nama magis, dan nama perkumpulan, idiot!"
"???"
"Kau berani memanggil dirimu penyihir tanpa mengetahui semua ini? Karena kau miko peramal, setidaknya kau harus bertindak sebagai astrologist oriental atau semacamnya!"
"Baiklah. Aku akan menjadi itu."
"Kau akan menjadi-!? Kau benaran bilang begitu!!?"
Index menghantam meja lagi.
Kamijou mendesah dan melihat sekitar. Walau toko sedang ramai, Index terlalu menarik perhatian. Dia harus ditenangkan segera.
"Baiklah bailah, kita mengerti miko ini bukan miko tapi penyihir, lalu memang kenapa? Tenanglah."
"Touma! Sikapmu beda sekali dengan waktu pertama kau bertemu denganku!"
Index menatap Kamijou solah ingin menggigitnya, tapi sebenarnya Kamijou benar-benar tidak ingat. Tentu saja, dia tidak bisa bilang 'maaf, aku kehilangan ingatan'.
"Kalau menurut dirinya dia adalah penyihir, biarkan saja dia. Lagipula dia tidak mencoba menyakiti atau menipu seseorang, biarkan saja." "...Uu, saat aku ingin membuktikan sihir itu nyata, pakaianku jatuh."
"Hah?"
"Bukan apa-apa! Aku tidak bilang atau pikir apa-apa!"
Index marah dan berpaling. Di bawah meja, kaki Kamijo sudah diinjak beberapa kali. Tampaknya hanya satu pelakunya.
"Ah."
Index, yang memalingkan wajah ke samping, tampak menyadari sesuatu.
Kamijou pikir penjaga toko akan datang dan mengeluarkan mereka karena berisik. Pada saat ini.
(Nn...seseorang?)
Pada saat dia merasa ada sesuatu yang salah, Kamijou menyadari meja tempat mereka duduk dikelilingi sekitar 10 orang.
"..."
Kenapa kita tidak sadar? batin Kamijou.
Mungkin jaraknya sama jauhnya seperti antara pembeli dan pegawai yang menanyakan menu. 10 orang menatap ke arah sini, tampaknya mereka ingin menjaga meja ini. Hebat sekali tidak ada orang yang menyadarinya.
Dan juga.
Bahkan ketika toko sedang penuh, tidak ada yang menyadari keanehan ini.
"..."
Mereka berpakaian dalam seragam Barat, umur mereka bervariasi antara 20-an sampai 30-an.
Jika mereka berdesakan dalam kereta api, mereka bisa membuat orang lupa siapa namanya dan bagaimana wajahnya. Tapi, ekspresi mereka tidak beremosi sama sekali, dan karenanya mereka tidak menyatu dengan sekitar.
(Ekspresi tanpa emosi...?)
Kamijou penasaran di mana dia pernah melihat ekspresi ini sebelumnya. Lalu, dia melihat balik ke arah meja.
Ke arah miko tak bernama.
Ekspresinya sama dengan 10 orang yang mengelilingi mereka.
"100 yen lagi."
Si miko bicara.
Ucapnya sambil berdiri tanpa suara. Tampaknya dia tidak takut dengan mereka. Tingkahnya biasa saja seperti sedang janjian untuk ketemuan dengan seseorang di sini.
Salah satu dari mereka mundur dan membuka jalan. Yang lainnya dengan sopan menyerahkan koin 100 yen pada miko tanpa berkata apa-apa. "Eg? Ah, kau tahu orang-orang ini?"
Tidak mengerti situasinya, Kamijou berkata.
"..."
Si miko melihat sekitar, kelihatan sedang memikirkan sesuatu.
"Nn, mereka guru les."
Itu adalah suara tanpa emosi.
Si miko melangkah ke lantai 1. 10 orang menikuti di belakangnya seperti bayangan dan bodyguard.
Suara berisik dan musik kedengaran dari jauh, dan suaranya semakin lemah.
Setelah semua orang itu pergi, Aogami Pierce bilang,
"Tunggu sebentar, kenapa guru les membawanya pulang? Mereka kan bukan guru SD yang harus disiplin."