High School DxD (Bahasa Indonesia):Jilid 3 Life 3
Life 3 : Rencana Menghancurkan Pedang Suci!
Bagian 1
“Ogaaaaaaah! Aku mau pulang!”
Saji berteriak dan mencoba kabur. Koneko-chan memegangnya erat erat dan tak melepaskannya. Saat aku menyarankan penghancuran Pedang Suci, Koneko-chan berpikir sejenak kemudian menyetujuinya.
[Aku akan membantu juga. Ini tentang Yuuto-senpai kan?]
Itulah yang kuharapkan dari Koneko-chan! Saji justru menjadi pucat kebiruan dan mencoba kabur tak lama kemudian. Dan Koneko-chan menangkapnya.
“Hyodou!? Kenapa aku!? Itu masalah kelompokmu kan!? Aku anggota keluarga Sitri! Aku tak seharusnya ambil bagian disini! Tidak sama sekali!”
Saji menolak sambil menangis.
“Jangan bilang begitu Saji. Satu satunya Iblis yang kutahu akan membantuku hanya kau saja.”
“Omong kosong! Mana mau aku membantumu! Aku akan dibunuh! Aku akan dibunuh oleh Kaichou!”
Ooh, rasa takut yang kamu miliki pada Kaichou nampak di wajahmu. Kaichou pasti sangat menyeramkan, ya.
“Majikanmu, Rias-senpai, mungkin galak dan lemah lembut! Tapi kamu tahu apa! Kamu tahu Kaichou!? Dia sangat galak dan GALAK!”
Ya. Buchou galak namun lemah lembut. Begitu kan? Jadi Kaichou sangat galak, rupanya. Baguslah buatmu. Setelah aku meyakinkan diriku, aku pergi mencari Shidou Irina dan Xenovia didalam kota dengan Koneko-chan dan Saji.
“Hei Koneko-chan, kamu tahu kalau Kiba adalah korban dari “Proyek Pedang Suci” dan menyimpan dendam pada Excalibur kan?”
Koneko-chan mengangguk oleh pertanyaanku.
“Saat Irina dan Xenovia mendatangi kita, mereka mengatakan hal ini.”
[Gereja memutuskan kalau akan lebih baik melenyapkan semua Excalibur ketimbang membiarkannya digunakan oleh Malaikat Jatuh. Tujuan minimum kami adalah menjauhkan Excalibur dari Malaikat Jatuh.]
“Jadi dengan kata lain mereka harus menghancurkan Pedang Suci Excalibur atau merebutnya kan?”
“.......Ya. itu benar.”
“Karena itu kupikir kita bisa membantu mereka merebutnya. Dengan menjadikan Kiba sebagai orang utama. Tiga pedang dicuri, jadi mereka takkan keberatan kalau kita merebut atau mematahkan salah satunya kan?”
“.......Kamu ingin Yuuto-senpai menghancurkan Excalibur dan memenuhi harapannya kan?”
Itu benar. Aku menganggukkan kepalaku dengan senyum. Kalau itu terjadi, maka Kiba akan menyelesaikan dendamnya dan semuanya akan baik baik saja. Maka dia akan melanjutkan pekerjaan Iblis dengan kami dengan senyum. Itulah yang kupikirkan.
“Kiba ingin menang melawan Excalibur dan menyelesaikan dendamnya dan rekan rekannya. Xenovia dan Irina ingin merebut Excalibur dari Malaikat Jatuh biarpun mereka harus menghancurkannya. Berarti tujuan kita sama. Yang tersisa adalah melihat apa mereka berdua mau mendengarkan kata kata kita Iblis.”
“.......Sepertinya sulit.”
“Hmmmm iya.”
Seperti yang Koneko-chan katakan. Jujur saja, kemungkinan hal itu terjadi tidaklah tinggi. Selain itu.....
“........Ini rahasia dari Buchou dan anggota klub lain.”
Ya. Seperti yang dia katakan. Kami tak boleh membiarkan Buchou dan Akeno-san mengetahuinya. Buchou pasti takkan setuju.
[Meski demi kebaikan Yuuto, kita tak boleh mengambil resiko dengan mencampuri urusan Malaikat]
Mungkin itulah yang akan dia katakan. Apalagi dia Iblis Kelas Tinggi, jadi dia akan tegas dengan persoalan macam itu. Saat aku pergi menolong Asia, dia juga melarangku. Aku juga harus merahasiakannya dari Asia. Dia tipe yang tak pandai menyimpan rahasia. Selain itu dia juga tak jago berbohong.
“.........Saat kita menemui dan berbicara dengan mereka, mungkin hasilnya bisa jadi pertarungan dan ketegangan diantara kita dan mereka bisa saja memburuk.”
Habislah sudah kalau itu memang terjadi. Aku harus melakukan sesuatu biarpun harus mengorbankan nyawaku. Uooooo. Itu artinya aku akan mati.........
“Karena itulah kalian boleh pergi, Saji, Koneko-chan. Kalian boleh lari kalau situasi berbahaya.”
“Biarkan aku kabur sekaraaaaaang! Itu yang terburuk! Aku akan dibunuh oleh Kaichou kalau aku melakukan hal seperti menghancurkan Excalibur tanpa izinnya! Dia benar benar akan membunuhkuuuuu!”
Sudah sudah. Jangan menangis dan lengket padaku. Kamu boleh pergi kalau situasi berbahaya.
“Mungkin negosiasinya akan berhasil. Kalau itu terjadi, maka kamu harus membantuku.”
“Uwaaaaaa! Itu tak bertanggung jawab! Aku akan mati! Aku pasti akan dibunuh!”
Kamu benar. Tapi tak ada Iblis laki laki lain yang bisa kuajak bicara. Aku mengandalkanmu, Saji.
“Aku takkan lari. Ini demi teman kita.”
.......Koneko-chan mengatakannya dengan tatapan kuat. Gadis ini.........apapun yang dia katakan, dia selalu membara di dalam. Dia juga sangat bersemangat dalam pertarungan melawan keluarga Phenex. Kupikir perasaannya terhadap teman temannya sangat kuat.
Dua puluh menit setelah mencari mereka di kota. Takkan mudah menemukan dua wanita mengenakan jubah putih dalam misi undercover.........
“Mohon berilah berkah bagi umat yang tersesat—“
“Mohon berilah kami derma atas nama Bapa di Surga.”
Kami menemukan mereka dengan mudah. Ada dua gadis mengenakan jubah, tengah berdoa di jalan. Wow, mereka nampak mencolok. Mudah menemukan mereka. Kelihatannya mereka sedang kesasar. Orang orang lewat melihat mereka dengan wajah aneh.
“Kenapa jadi begini? Inikah realita negara berkembang Jepang? Karena itu aku tak menyukai negara yang sama sekali tak memiliki keyakinan seperti kita!”
“Jangan bicara begitu, Xenovia. Kita kehilangan semua uang kita. Jadi kita harus mengandalkan sedekah dari orang orang kafir ini atau kita tak bisa makan, tahu? Aaah, kita bahkan tak bisa membeli sepotong pun roti!”
“Hmm, itu semua terjadi karena kamu membeli lukisan yang kelihatan palsu itu.”
Xenovia menunjuk pada lukisan saint yang gambarnya jelek sekali. Apa apaan itu? Apa mereka ditipu dalam pameran palsu?
“Bicara apa kamu? Lukisan ini memiliki gambar seseorang yang nampak seperti saint! Itu yang orang dalam pameran itu katakan!”
“Lantas apa kamu tahu siapa orang dalam gambar itu? Aku sendiri tak tahu.”
Orang dalam gambar memang kelihatan seperti orang asing dan mengenakan pakaian murahan dan ada sesuatu di kepalanya. Juga terdapat bayi Malaikat di latar belakangnya dengan terompet yang mengapung di udara.
“.......Mungkin.........ini.........saint Peter......?”
“Jangan melucu! Mana mungkin Saint Peter kelihatan seperti ini!”
“Tidak, dia pasti seperti ini! Aku yakin soal itu!”
“Aaah, kenapa partnerku harus orang seperti dirimu...........Tuhan, apa ini juga ujian?”
“Hei jangan turunkan kepalamu. Kamu akan lebih depresi kalau melakukan hal itu, tahu?”
“Diam! Itulah kenapa Protestan dikatakan sesat! Kalian memiliki keyakinan berbeda dari kami Katolik! Tunjukkanlah lebih banyak rasa hormat pada Saint!”
“Apa! Apa yang salah, bukannya Katolik yang masih berkutat dengan aturan lama mereka!?”
“Bicara apa kamu, sesat?”
“Bicara apa kamu, sesat?”
Mereka berdua mulai berantem dengan menubrukkan kepala mereka terhadap satu sama lain.....
GRUUUK.
Kemudian kami mendengar suara perut mereka berbunyi saat kami hanya beberapa jarak dari mereka. Mereka berdua jatuh ke tanah dengan perut keroncongan.
“......Pertama tama, mari lakukan sesuatu untuk mengisi perut kita. Kalau tidak nanti bukan masalah merebut Excalibur lagi.”
“.......Kamu benar. Apa kamu ingin mendapat uang dari orang orang kafir ini dengan mengancam mereka? Kupikir Tuhan akan mengampuni kita kalau kita mengancam orang kafir.”
“Apa kamu berniat menyerang kuil? Atau kamu bermaksud mencuri kotak persembahan? Jangan coba coba. Mari gunakan pedang kita untuk bikin pertunjukan. Itu hiburan internasional yang bekerja di semua negara.”
“Itu ide bagus! Kalau kita bisa memotong buah dengan Excalibur kita, maka kita bisa mengumpulkan uang.”
“Tapi kita tak punya buah. Apa boleh buat, pakai saja lukisan itu.”
“Tidak! Kamu tak boleh memotongnya.”
Mereka berdua mulai berantem lagi. Aku berjalan ke arah mereka berdua biarpun kepalaku jadi pusing sendiri. Yang benar saja. Mereka tak terlihat seperti gadis yang baru saja menghadapi kami tempo hari.
Bagian 2
“Enak! Hidangan Jepang benar benar enak!”
“Ya, ya! Ini dia! Inilah rasa makanan dari tanah kelahiranku!”
Irina dan Xenovia mulai mengisi perut mereka dengan makanan yang mereka pesan di restoran keluarga. Mereka rakus sekali. Apa mereka memang Assasin yang dikirim dari Gereja?
Saat mereka melihat kami tadi, mereka menatap kami dengan mata lapar.
“Ummm.......kami mau makan sekarang, jadi apa kalian mau ikut kami juga?”
Saat kutanyakan itu, mereka langsung menjawab “Oke”.
[Kita menjual jiwa kita kepada Iblis]
[Ini juga demi menyelesaikan misi kita]
Mereka mengatakan hal semacam itu sepanjang jalan kemari. Aku khawatir dengan dompetku tapi Koneko-chan bilang kalau dia juga akan ikut membayar. Tapi tidak jantan kalau aku membuat gadis membayar! Khususnya karena dia juniorku! Itulah yang ingin kukatakan, tapi setelah melihat betapa rakusnya mereka berdua, aku akan bokek kalau kami tak membayar bersama. I......ini juga demi klub. Ini untuk kepentingan klub kami. Sialan kau Kibaaaaa! Aku melalui semua kesusahan ini buatmu! Pokoknya aku nanti akan minta Kiba mengenalkanku dengan kliennya yang seksi!
“Fiuh, sekarang aku sudah tenang. Dunia pasti berakhir karena kita sampai ditolong Iblis.”
Itulah yang Xenovia katakan.
“Hei. Kami mentraktir kalian makan dan itu yang kalian katakan?”
Ujarku sambil menahan emosiku. Aku tak bisa mengajak bicara mereka dengan ucapan kuat. Kalau tidak kami tak bisa bernegosiasi.
“Fiuuuuuh. Terima kasih untuk makanannya. Aaaah, Tuhan, mohon beri ampun bagi para Iblis ini.”
Ujar Irina sambil memegang salibnya.
[Ugh!]
Pada saat itu kepalaku jadi pusing. Hal yang sama juga terjadi pada Saji dan Koneko-chan jadi mereka memegangi kepala juga. Sepertinya kami Iblis kesakitan karena dia menggunakan salibnya.
“Ah, maaf. Aku melakukannya tanpa pikir panjang.”
Irina tersenyum dengan wajah manis. Mereka berdua nampak seperti Bishojo kalau dilihat secara normal. Xenovia meminum segelas air dan mengambil nafas panjang. Dia lalu bertanya,
“Jadi, kenapa kalian datang menemui kami?”
! tak kusangka dia akan langsung bertanya blak blakan. Oke, dia paham kalau kami tidak secara kebetulan bertemu.
“Kalian berdua datang ke negara ini untuk merebut Excalibur kan?”
“Itu benar. Sudah kami katakan pada kalian sebelumnya.”
Mereka berdua nampaknya tak memberikan hawa permusuhan pada kami karena mereka baru selesai makan. Tak ada artinya bertarung di restoran keluarga ini, dan kalaupun harus bertarung mereka cukup percaya diri bisa mengalahkan kami semua dengan enteng.
“Aku ingin membantu kalian menghancurkan Excalibur.”
Mereka berdua terkejut oleh ucapanku. Mereka juga saling bertukar pandang.
GLEK.
Aku menelan air liurku dan menanti keputusan mereka. Wow, ini seram, sangat seram! Kalau mereka menolak kami maka habislah sudah. Mungkin bisa jadi pertarungan antara Malaikat, Malaikat Jatuh, dan Iblis! Dipikir pikir lagi, Excalibur adalah benda yang penting. Dan menghancurkannya bersama Iblis seperti kami pasti menjadi hinaan bagi mereka, kan? Aku terus khawatir dengan hal itu, sampai Xenovia membuka mulutnya.
“Ya. Mungkin tak masalah menyerahkan satu pedang buat kalian. Asal kalian bisa menghancurkannya, maka tak apa apa. Tapi pastikan identitas kalian tak terungkap. Kami juga tak mau atasan kami berpikir kalau kami berhubungan dengan kalian.”
......Aku hanya membuka mulutku karena tak menyangka kalau dia akan memberi ijin semudah itu. Apa tak mengapa? Apa kamu serius? Masa sih?
“Hei Xenovia, apa kamu yakin? Biarpun Ise-kun, namun dia itu Iblis, tahu?”
Irina nampaknya keberatan. Tapi itu respon yang normal.
“Irina. Jujur saja akan sangat sulit untuk merebut ketiga Excalibur dan bertarung melawan Kokabiel kalau hanya kita berdua saja.”
“Aku tahu itu. Tapi........”
“Tujuan minimum yang harus kita capai adalah menghancurkan ketiga Excalibur atau merebutnya kembali. Kalau Excalibur kita sampai harus dicuri juga maka kita akan menghancurkannya sebelum itu terjadi. Biarpun kita memakai peluang yang terakhir, hanya ada 30 persen kesempatan kalau kita bisa berhasil dan pulang ke rumah dengan selamat.”
“Biar begitupun, kita berpikir kalau tingkat kesuksesannya cukup tinggi saat datang ke negara ini dan bersiap siap mempertaruhkan nyawa kita.”
“Ya. Atasan juga menyuruh kita melanjutkan misi kita juga dan menurunkan kitake Negara ini. Ini hampir seperti pengorbanan diri.”
“Dan bukankah itu yang kita, para pengikut, harapkan?”
“Aku berubah pikiran. Keyakinanku fleksibel. Jadi aku bisa bertindak dalam cara terbaik.”
“Kamu! Aku sudah lama memikirkannya, tapi bukankah keyakinanmu itu yang aneh?!”
“Aku takkan menyangkalnya. Tapi kupikir tugas kitalah untuk menjalankan misi dan pulang dengan selamat. Aku akan terus hidup dan bertarung untuk Tuhan. Apa aku salah?”
“.......Kamu tidak salah. Tapi........”
“Karena itu kita takkan meminta bantuan dari Iblis. Namun kita minta bantuan dari Naga. Atasan kita tak melarang kita meminjam kekuatan dari Naga kan?”
Xenovia kemudian menatapku. Naga.......dia bicara soal aku. Makhluk yang bersemayam di lengan kiriku..........Sekiryutei (Kaisar Naga Merah).
“Tak pernah kusangka akan menemui Sekiryutei di negara timur jauh seperti ini. Biarpun kamu berubah menjadi Iblis, kulihat kekuatan Naga padamu masih ada. Kalau legenda benar, maka kamu bisa meningkatkan kekuatanmu hingga setingkat Maou kan? Kalau kamu mencapai kekuatan Maou, maka kamu bisa mematahkan Excalibur tanpa kesulitan. Aku juga berpikir kalau takdir Tuhanlah yang mengatur pertemuan kita ini.”
Ujar Xenovia bernada senang.
“Me.....memang mereka tak melarang kita meminjam kekuatan Naga........tapi kamu hanya mengatakan omong kosong! Keyakinanmu ternyata memang aneh!”
“Aneh tak apa apa buatku. Tapi, Irina. Dia teman kecilmu kan? Mari kita percayai dia. Kekuatan Naga.”
Irina membisu oleh ucapan Xenovia, namun ekspresinya menunjukkan kalau ia sudah tak keberatan. Oh! Jadi tak apa apa!? Apa kalian serius? Tapi sampai aku meningkatkan kekuatan hingga selevel Maou, aku harus meningkatkan kemampuanku lebih jauh lagi. Namun kalau aku mentransfer kekuatan yang aku gandakan sampai max pada Kiba, dia pasti bisa menandingi Excalibur. Aku yakin kalau kemungkinan itu sangat tinggi.
“Oke. Negosiasi berhasil. Akan kupinjamkan kekuatan Nagaku pada kalian. Kalau begitu bolehkah aku memanggil partnerku untuk kerjasama ini?”
Aku mengeluarkan ponselku dan memanggil Kiba.
Bagian 3
“.........Aku paham situasinya.”
Kiba meneguk cangkir kopinya setelah mendesah kecil. Kami memanggil Kiba ke restoran keluarga.
[Aku bersama dua pemilik Excalibur itu. Aku ingin kamu datang kemari juga Kiba]
Saat aku mengatakan itu, dia datang kemari tanpa komplain.
“Jujur saja, aku merasa tak puas saat pengguna Excalibur memberiku izin untuk menghancurkannya.”
“Kasar sekali ucapanmu. Kalau kamu adalah “Iblis ter-exile”, maka aku akan menghabisimu tanpa ampun.”
Kiba dan Xenovia saling melotot. Hei, hei, mari jangan bertarung sebelum strategi kerjasama.
“Jadi kamu dendam pada ‘Proyek Pedang Suci’, melawan Gereja dan Excalibur.”
Kiba menajamkan tatapannya oleh ucapan Irina.
“Sudah jelas.”
Dia membalas dengan suara rendah dan dingin.
“Tapi Kiba-kun, berkat proyek itu, penelitian Pedang Suci menampakkan hasilnya. Karena itulah ia menciptakan orang orang seperti aku dan Xenovia yang bisa beradaptasi dengan Pedang Suci.”
“Apa kamu pikir tindakan membunuh semua subjek penelitian karena dianggap sebagai kegagalan itu hal yang bisa dimaafkan?”
Kiba menatap Irina dengan mata penuh kebencian. Membunuh mereka memang kejam. Terlalu kejam. Kupikir itu tindakan tak manusiawi bagi mereka yang meyakini Tuhan. Bahkan Irina tak tahu bagaimana harus merespon. Kemudian Xenovia angkat bicara,
“Insiden itu juga menjadi salah satu kasus terburuk diantara kami dan orang orang mencekalnya. Orang yang menangani proyek pada waktu itu dikatakan memiliki masalah dengan keyakinannya. Sehingga dia dianggap telah sesat. Sekarang dia menjadi salah satu anak buah Malaikat Jatuh.”
“Di pihak Malaikat Jatuh? Siapa nama orang itu?”
Kiba cukup tertarik dan menanyai Xenovia.
“........Balba Galilei. Pria yang disebut sebagai “Genocide Arcbishop”.”
Balba. Jadi itu nama musuh Kiba.
“.......Kalau aku mengejar Malaikat Jatuh, maka aku bisa mencapainya........”
Mata Kiba terisi penuh oleh kepastian. Sekedar mengetahui targetnya sudah jadi langkah besar buatnya.
“Kelihatannya aku harus membagi informasi juga. Tempo hari aku diserang oleh orang yang juga memiliki Excalibur. Pada waktu itu, dia membunuh seorang Pendeta. Orang yang dibunuh mungkin berasal dari organisasimu.”
[!]
Semua orang menjadi kaget. Sudah jelas! Aku tak pernah menduga kalau Kiba sudah terlibat sebelum kami! Lalu kenapa dia terus diam selama ini? Aku yakin ada sesuatu yang dia pikirkan.
“Nama orang itu adalah Freed Zelzan. Apa nama itu terdengar familiar?”
Freed! Pendeta sialan itu! Aku sangat mengingatnya! Dia adalah pendeta edan dari insiden sebelumnya! Dia masih ada di kota ini!? Xenovia dan Irina sama sama meruncingkan tatapannya oleh ucapan Kiba.
“Begitu. Ternyata dia.”
“Freed Zelzan. Mantan Exorcist dari Vatikan. Jenius yang menjadi Exorcist di usia 13 tahun. Dia punya banyak kemajuan karena dia terus melenyapkan Iblis dan hewan mistis.”
“Namun dia sudah berlebihan. Dia bahkan membunuh rekan rekannya sendiri. Sejak awal Freed tak pernah percaya pada Tuhan. Satu satunya hal yang dia punya hanya insting bertarung dan hasrat membunuh monster. Dan obsesi pertarungannya tidak normal. Hanya masalah waktu sampai dia akhirnya dianggap sesat.”
Aah. Jadi kalian juga punya masalah dengannya. Aku paham perasaan itu.
“Begitukah? Freed menggunakan Excalibur yang dia curi untuk membunuh sesama pengikut kami. Sampai kami harus kerepotan karena kelompok yang diterjunkan tak bisa mengurusnya pada saat itu.”
Xenovia mengatakannya penuh kebencian. Freed benar benar dibenci banyak orang. Sudah jelas.
“Pokoknya mari kita susun strategi bekerjasama.”
Xenovia mengeluarkan pen dan memakainya untuk menulis di buku memo. Dia memberi kami rincian kontaknya.
“Kalau sesuatu terjadi, hubungi saja nomor ini.......”
“Terima kasih. Berarti kami juga harus......”
“Kami sudah menerima nomor Ise-kun dan Oba-sama[1].”
“Apa kamu serius!? Ibu!? Dia memberikannya tanpa sepengetahuanku!?”
Dia memberikan nomor anaknya tanpa izinku.
[Kenapa kalian tak menghubunginya?]
Dia mungkin memberinya nomor teleponku karena kami adalah teman kecil!
“Itu saja. Aku akan mengganti uang makannya lain kali, ”Sekiryutei”, Hyodou Issei.”
Xenovia bangkit setelah mengatakan itu.
“Makasih buat makanannnya, Ise-kun! Traktir aku lain kali juga! Biarpun kamu Iblis, Tuhan akan mengizinkan kalau Ise-kun yang mentraktirku makan! tak masalah asalkan itu makanan!”
Irina berterima kasih padaku sambil berkedip. Tak apa apakah kamu bersikap begitu? Kami mengantar mereka berdua sampai ke depan pintu, dan menghela nafas kelegaan.
Fuuuu. Entah kenapa berjalan dengan lancar. Kupikir itu rencana nekat, namun ternyata lebih mudah dari dugaanku. Aku bergidik saat kupikir aku akan dihabisi oleh dua Excalibur kalau aku gagal dalam negosiasi. Bisa saja jadi pemicu perang diantara Iblis dan orang orang di pihak Tuhan.......tindakanku ini kuakui sangat nekat.
“........Ise-kun. Kenapa kamu melakukan ini?”
Kiba menanyaiku dengan tenang. Dia pasti keheranan kenapa aku membantunya membalaskan dendamnya.
“Soalnya kita kan teman. Dan kita juga dalam kelompok yang sama. Dan kamu sudah membantuku sebelumnya juga. Bukannya aku mau membalas budimu, tapi kupikir aku mau meringankan bebanmu sedikit kali ini.”
“Kalau aku bertindak sendiri, maka akan jadi masalah bagi Buchou. Itu juga alasannya kan?”
“Tentu saja. Buchou akan sedih kalau kamu mengamuk tanpa kendali. Yah, fakta kalau aku membuat rencana ini sendiri akan membuat masalah buat Buchou juga. Tapi lebih baik ketimbang kamu menjadi “exiled” kan? Tak kusangka ternyata berhasil, soalnya kita membuat persetujuan dengan orang orang dari Gereja itu.”
Kiba masih tak terlihat puas. Umm, dia susah dipahami. Kemudian Koneko-chan berbicara.
“.......Yuuto-senpai, aku akan kesepian........kalau senpai menghilang.”
Koneko-chan memasang wajah sedih. Dia biasanya tanpa ekspresi, jadi perubahan mendadak itu memberi dampak kuat bagi kami semua disini.
“........Aku akan membantumu........karena itu tolong jangan pergi.”
.....Daya tarik Koneko-chan. Oh sial. Biarpun dia tidak mengatakannya padaku, degup jantungku jadi tak menentu. Aaah, aku pokoknya tak boleh mengecewakan kelompok kita. Kalau juniorku mengatakan hal itu padaku, aku takkan menolak! Kiba nampaknya merasa bersalah, namun wajahnya tersenyum.
“Hahahaha. Aku menyerah deh. Kalau Koneko-chan mengatakan itu padaku, maka aku takkan berbuat nekat lagi. Oke, aku akan bekerja bersama kalian. Berkat Ise-kun, sekarang aku tahu siapa musuh sejatiku. Tapi karena kita yang melakukan ini, kita pokoknya akan mengalahkan Excalibur.”
Oh! Kiba begitu yakin melakukan ini sekarang! Koneko-chan tersenyum karena dia merasa lega. Sial! Kamu benar benar imut Koneko-chan! Aku merasa degup jantungku makin tak menentu biarpun aku bukan lolicon!
“Oke! Sekarang kita sudah membentuk kelompok untuk menghancurkan Excalibur! Mari kalahkan Excalibur yang dicuri dan Freed sialan itu!”
Aku sangat bersemangat! Oke! Kita akan lakukan ini! Kupikir kita pasti bisa kalau itu aku, Kiba, dan Koneko-chan! Tidak, kita harus bisa! Tunggu kami, Excalibur, Freed! Tapi rasanya ada satu orang yang ogah ogahan melakukannya.
“........Ummm. apa aku harus melakukannya juga?”
Saji bertanya pada kami sambil mengangkat tangannya.
“Maksudku, ini bukan urusanku kan..........apalagi, apa hubungannya Kiba dan Excalibur?”
Oh iya. Pria ini tak tahu tentang Kiba dan Excalibur. Bagi Saji, dia mungkin tak paham apa yang sedang terjadi pada percakapan yang tadi.
“........Mari mengobrol sedikit.”
Kiba lalu mulai menceritakan masa lalunya sambil menyeruput kopi. Proyek yang Gereja Katolik lakukan secara rahasia. Proyek Pedang Suci. Uji untuk membuat orang orang yang bisa memakai Pedang Suci bertempat di institut tertentu. Ada pria dan wanita yang memiliki bakat menggunakan pedang dan pemilik Sacred Gear. Hari demi hari, mereka melalui eksperimen tak manusiawi. Mereka dijadikan kelinci percobaan dan kebebasan mereka direnggut. Mereka tak diperlakukan seperti manusia dan hidup mereka diabaikan. Namun mereka memiliki mimpi. Untuk terus hidup. Mereka dipaksa percaya kalau mereka dicintai Tuhan, dan mereka hanya menunggu “hari itu” datang. Mereka percaya kalau mereka akan jadi makhluk spesial. Mereka percaya kalau mereka akan menjadi pengguna Pedang Suci. Namun hasilnya adalah “Pembuangan”, Kiba dan rekan rekannya yang tak bisa menggunakan Pedang Suci.
“........Semuanya mati. Mereka dibunuh. Dibunuh oleh mereka yang melayani Tuhan. Tak seorangpun menolong kami. Hanya karena kami tak bisa menggunakan Pedang Suci. Pria dan wanita lain ditempatkan di ruang gas beracun selagi masih hidup. Mereka memberi kami gas beracun sambil mengatakan “Amen”. Kami memuntahkan darah dan menggelepar di lantai. Meski begitu, kami tetap mencari pertolongan dari Tuhan.”
Kiba menceritakan masa lalunya. Kami mendengarkannya dengan tenang. Kiba entah bagaimana berhasil kabur dari laboratorium. Namun gas beracun sudah meracuni tubuhnya. Selain orang orang tertentu, subjek tes yang memiliki kemampuan lebih rendah dari rata rata semuanya disingkirkan karena mereka tak dibutuhkan. Kiba yang berhasil kabur, menemui Buchou yang datang untuk mengobservasi Italia saat tengah sekarat. Dan sekarang dia berada disini.
“Aku ingin membalaskan penyesalan rekan rekanku. Tidak, aku tak ingin membuat kematian mereka sia sia. Aku harus terus hidup di tempat mereka, dan aku harus buktikan kalau aku lebih kuat dari Excalibur.”
.....Sungguh masa lalu menyedihkan. Asia juga punya masa lalu menyedihkan. Namun Kiba sudah menjalani hidup yang sulit dibayangkan....jujur saja, aku tak bisa memahami rasa sakit yang Kiba jalani. Namun akan sulit untuk hidup, hanya demi membalas dendam. Buchou bilang kalau dia menjadikan Kiba budaknya sehingga dia bisa memakai bakatnya pada sesuatu selain mengalahkan Pedang Suci.
“Uuuuuu.....hiks....”
Kami mendengarkan masa lalu Kiba dengan wajah serius, namun kami mendengar seseorang menangis. Itu adalah Saji. Dia menangis keras keras. Air mata tumpah begitu banyak dari matanya, dan menangis tersedu. Hidungnya juga meler........Saji menggenggam tangan Kiba dan berkata,
“Kiba! Itu pasti sangat mengerikan! Itu pasti menyakitkan! Sialan! Tak adakah Tuhan atau harapan di dunia ini! Saat ini aku begitu bersimpati padamu! Ya, itu cerita yang menyedihkan! Aku paham kenapa kamu sangat dendam pada orang orang Gereja itu dan Excalibur!”
Ooh. Lihat bagaimana cara Saji berbicara.
“Jujur saja, aku tak menyukaimu karena kamu pria yang tampan......tapi saat ini berbeda! Aku juga akan membantu! Aku akan menerima hukuman dari Kaichou! Tapi sebelum itu kita harus hancurkan Excalibur! Aku akan bekerja keras! Kamu juga harus terus hidup! Jangan pernah khianati Rias-senpai yang menyelamatkanmu!”
Yang dia katakan sungguh aneh........tapi dia juga sepertiku, dia penuh oleh kehendak! Lebih tepatnya dia orang baik. Ya, dia bukan orang jahat. Aku merasa tak enak sudah menyeretnya ke dalam situasi ini, namun ternyata tak apa apa.
“Oke! Ini waktu yang tepat! Aku ingin kalian mendengar ceritaku! Kalian harus tahu tentangku kalau kita akan bekerja bersama!”
Saji nampaknya agak malu malu, lalu mengatakannya dengan mata berbinar binar.
“Impianku adalah.......membuat Kaichou hamil dan menikahinya! Tapi tahukah kalian.....menghamili wanita dan menikahinya sangat susah bagi pria tak populer sepertiku. Sejak awal juga tak ada gadis yang bisa kuhamili......tapi suatu hari aku akan membuatnya hamil dan menikahinya.......”
........Setelah mendengar pengakuan Saji, ada sesuatu yang membara dalam diriku. Kemudian ada tetesan air mata keluar dari mataku. Tentu saja. Tentu saja idiot! Pria ini! Saji! Dia sama denganku! Dia sejenis denganku! Dia memiliki pandangan dunia yang sama denganku.....aku hampir menangis karena aku tersentuh. Namun aku meletakkan tanganku di mulutku untuk menghentikannya. Aku mengambil tangan Saji dan mengatakan langsung padanya.
“Saji! Dengarkan aku! Tujuanku adalah meremas Oppai Buchou.......dan kemudian mengisapnya!”
“......!”
TES.
Setelah jeda makin banyak air mata mengalir dari mata Saji.
“Hyodouuuuu! Apa kamu paham ucapanmu tadi? Apa kamu paham bagaimana impian itu, untuk menyentuh Oppai Iblis Kelast Tinggi........untuk menyentuh Oppai Majikanmu?”
“Saji. Kamu bisa menyentuhnya. Kamu bisa menyentuh Oppai Iblis Kelas Tinggi.....kamu bisa menyentuh Oppai majikanmu! Aku sebenarnya meraba Oppai Buchou dengan tangan ini.”
Aku mengatakannya sambil menggerakkan tanganku. Saji menatap tanganku dengan wajah kaget.
“Mustahil! Hal semacam itu tak mungkin! Kamu tak berbohong, kan!?”
“Aku tak bohong. Oppai Majikan boleh jauh, tapi bukan berarti kamu tak bisa menjangkaunya.”
“Mengisapnya......!? mengisap O.....Oppai Kaichou......kamu bicara soal putingnya kan....? tempat dimana kamu bisa mengisapnya itu putingnya kan....?”
“Bego! Kalau kamu mau mengisap oppai, maka puting adalah satu satunya tempat yang bisa kamu isap! Ya! Aku akan mengisap putingnya!”
“.....!”
Saji mulai menangis seperti laki laki setelah mendengarkan kata kata hebatku.
“Saji! Kita mungkin “Pion” tak berguna kalau kita sendirian. Tapi lain ceritanya kalau ada kita berdua. Kita bisa terbang dengan kita berdua! Kita bisa bertarung dengan kita berdua! Kita bisa melakukannya dengan kita berdua! Kita bisa menghamili mereka dan menikahi mereka dengan kita berdua! Mari berhubungan seks dengan majikan kita sendiri!”
“Yeah! Ya!”
Tak ada yang mustahil kalau dua pria yang jatuh cinta pada Oppai majikan mereka! Kami saling berjabat tangan dan mengangguk. Rekan. Teman bertarung. Biarpun aku memakai banyak kata, aku tak bisa menjelaskan hubungan diantara kami. Pada waktu itu aku dan Saji merasakan sesuatu dengan semangat kami dan kami saling terhubung.
“..........Ahaha.”
“..........Kalian yang terburuk.”
Kiba dan Koneko-chan yang duduk di samping kami mendesah. Kalau kulihat sekeliling, semua orang di restoran akan menatap kami dengan mata aneh. Tapi aku tak peduli pada mereka. Seperti ini “Pasukan Penghancuran Excalibur” telah terbentuk.
Bagian 4
Beberapa hari kemudian........
Aku tengah duduk di mejaku di ruang kelas, sambil mendesah. Setiap hari kami berempat; aku, Kiba, Koneko-chan, dan Saji mencari Excalibur. Lawan kami adalah Pendeta Freed sialan itu yang bekerja dibawah Malaikat Jatuh. Katanya, dia terus memburu Pendeta yang dikirim dari Gereja. Jadi kami berkeliling di kota dengan memakai dandanan Pendeta tapi masih tak bisa menemukannya. Sejujurnya aku tak sudi menemuinya lagi. Kami mengenakan pakaian Pendeta yang Xenovia berikan pada kami yang menekan kekuatan sihir kami, namun masih tak bisa menemukannya. Dimana pendeta sialan itu bersembunyi? Aku ingin menemukan dia secepatnya sehingga Kiba bisa menghancurkan Excalibur.......kalau begini, kami akan kepergok Buchou dan masalah tambah runyam. Dia akhir akhir ini mulai curiga pada kami........maaf Buchou. Karena melakukan hal ini tanpa mengatakannya padamu. Aku akan minta maaf padamu nanti. Aku akan bekerja keras juga. Karena itu mohon biarkan kami melakukan ini. Seperti itu aku terus meminta maaf didalam hatiku.
“Wajahmu akhir akhir ini nampak serius, Ise.”
Ujar Motohama padaku sambil membetulkan posisi kacamatanya.
“Eh? Aah, iya juga sih. Bahkan terkadang aku banyak kepikiran.”
“Apa begitu? Apa kamu berpikir untuk meremas oppai Rias-senpai atau oppai Himejima-senpai?”
“Aku selalu bingung memilih itu setiap hari, Motohama. Ngomong ngomong, dari segi ukuran, Buchou menang. Buchou juga unggul dari segi kepadatan. Tapi dari segi kelembutan Akeno-san menang......tidak, Buchou punya lebih banyak daging tapi punyanya Akeno-san punya keseimbangan tepat dengan Oppai dan putingnya. Jadi mengingatkanku dengan sesuatu macam Yamato Nadeshiko[2]! Dari segi hiburan, meremas Oppai Buchou menang. Tapi oppai Akeno-san juga gede.”
“Kalau kamu terus melakukan itu, suatu saat kamu akan dibunuh oleh para pemuja senpai, tahu? Jumlah mereka ada banyak di sekolah ini.”
“Motohama........oppai itu lebih penting dari nyawa.”
“......Dalam sekali. Hatiku terasa shock.”
CUBIT.
Ada seseorang mencubit pipiku. Itu Asia-chan. Dia sepertinya sedang bad mood.
“Ahia-khan afa khang khamu lhakkan?”
“............”
Asia mencubit pipiku tanpa berbicara apa apa. Tapi seperti inilah Asia, karena dia tak mencubitku keras keras. Dia pasti sudah mendengar ucapanku barusan.......
“Sialan! Ise, dasar kau Ero-Daiou[3]. Kamu sudah mencemari Klub Penelitian Ilmu Gaib! Dan bukan hanya itu, tapi kamu juga menerima perlakuan semacam itu dari Asia-chan! Tidaaaaaaaaak!”
Matsuda menumpahkan kemarahannya padaku sambil menjatuhkan kepalanya.
“......Kami tahu, Ise. Sebenarnya kamu sudah melingkarkan lenganmu pada Rias-senpai dan Asia-chan setelah kegiatan klub, kan? Apa kamu mencoba pulang sambil memiliki dua bunga di tanganmu? Kamu harusnya diledakkan ke dimensi lain dan dilelehkan oleh monster licin.”
Tidak, tidak, Motohama. Itu tak sesederhana pikiranmu. Itu karena Buchou dan Asia saling bersaing.....untuk suatu alasan. Karena itu aku merasa canggung karena aku ada di tengah tengahnya.......lebih tepatnya tak ada ruang untuk bernafas saat aku berada di antara mereka! Kapanpun itu terjadi, aku membayangkan hal buruk seperti “Bisakah aku menjadi Raja Harem?” aku pria tak berguna karena bahkan tak bisa mengendalikan seorangpun gadis.
“Ngomong ngomong, Ise. Bagaimana dengan rencana kita untuk karaoke dan bowling?”
Motohama menanyaiku setelah kembali ke dirinya semula. Ya, kami berencana bermain setengah hari sepanjang minggu depan dengan kami bertiga, Asia, dan Kiryuu. Kami juga sudah mengundang Koneko-chan dan Kiba. Asia dan Kiryuu akan datang. Mengejutkannya, Koneko-chan juga tak keberatan ikut. Kupikir dia pasti akan menolak.......masalahnya adalah Kiba. Aku harus bicara padanya, tapi dalam situasi ini.......
“Asia dan Kiryuu akan ikut, begitu pula Koneko-chan.”
“Uoooooo! Asia-chan dan Tojou Koneko-chan! Aku tak bisa menahan diriku lagiii!!”
Matsuda berteriak. Oh, dia bahkan menitikkan air mata......sepertinya dia sangat ingin berbincang dengan wanita. Maaf Matsuda. Aku akan terus maju tanpamu. Itu karena aku menghabiskan keseharianku dengan para Bishojo. Namun ada banyak hal sulit di dalamnya juga.
BUAK!
Ada seseorang yang memukul kepala Matsuda. Itu adalah gadis dengan kacamata, Kiryuu.
“Maaf karena sudah ikut juga.”
Dia memasang wajah tak senang.
“Fu, kamu hanya tambahan Asia-chan. Kita sudah punya orang berkacamata, dan itu adalah Motohama. Tapi tak apa apalah.”
“Sikap macam apa itu, Matsuda? Jangan kelompokkan aku dengan si mesum berkacamata itu. Dia hanya akan mencemari kelompok kita.”
“Wanita ini! Kacamata Motohama spesial karena bisa menghitung BWH[4]! Dia berbeda darimu!”
Tapi Kiryuu hanya nyengir setelah mendengarkan Matsuda.
“Apa kamu pikir hanya dia saja yang memiliki kemampuan itu?”
[!]
Kami semua merasa tak nyaman! Kiryuu kemudian menatap arah selangkangan kami!
“Hmm begitu, begitu.”
Aku merasa ada hal berbahaya jadi aku menyembunyikan selangkanganku dengan kedua tanganku! Saat kulihat, Motohama dan Matsuda juga melakukan hal yang sama! Setelah melihat reaksi kami, kacamata Kiryuu berkilau.
“Fufufu, kacamataku bisa menghitung ukuran “barang” pria. Dari panjang sampai bentuknya.”
Su....sungguh kemampuan mengerikan! Apa itu artinya Kiryuu tahu ukuran semua “barang” laki laki di ruang kelas kami? Aku jadi ketakutan. Tapi Kiryuu menaruh tangannya di bahuku dan nyengir.
“Tak apa apa. Ukuranmu cukup gede. Kalau terlalu besar nanti susah dimasukkan ke wanita, tapi kamu masih perlu ukuran yang sesuai lagi. Ya, Rias-senpai dan Asia pasti bisa terpuaskan.”
Uoooooo! Ini pelecehan seksual! Aku dilecehkan secara seksual oleh wanita!
“Baguslah untukmu, Asia.”
“?”
Asia kebingungan oleh ucapan Kiryuu. Kamu tak boleh mengatakan hal seperti itu padanya!
“Astaga, apa boleh buat. Aku bicara kalau barangnya Hyodou........”
Kiryuu berbisik ke telinga Asia!
“He, hei! Jangan katakan hal aneh pada Asia!”
Aku menarik Asia ke arahku untuk melindunginya. Astaga, aku tak boleh lengah di depan wanita ini. Se.....selain itu, Asia pernah melihat “barang”ku sebelumnya.....
“Pokoknya, semua orang selain Kiba-kun akan ikut kan?”
Kiryuu mengubah sikapnya dengan cepat setelah menyadari kalau dia tak bisa melanjutkan percakapan ini.
“Tidak, nanti kuusahakan Kiba bisa ikut serta juga. Dia sebelumnya bilang kalau dia akan datang.”
Ya. Bagaimanapun juga aku akan mengajaknya. Kita akan menikmati waktu hidup kita!
[Bersambung]