Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 08:24, 1 June 2012 by User753 (talk | contribs) (Close to literal alteration from English source in here. Changed "perisai" to "buckler",as it'll be difficult to know the difference of tower shield later on(I think). One <!---->)
Jump to navigation Jump to search

Sebuah pedang berwarna abu-abu menebas pundak ku.

Sebuah garis tipis di pojok kiri-atas penglihatanku berkurang sedikit. Pada saat yang besamaan aku merasa seperti sebuah tangan yang dingin menembus jantungku.

Garis biru-yang bernama "Hp bar"-adalah sebuah penanda visual dari energi kehidupan ku. Disana masih tersisa sekitar 80 persen. Tidak, kalimat itu tidak tepat. Sekarang, aku sudah 20 persen mendekati kematian.

Aku segera melompat kebelakang sebelum pedang musuh mulai bergerak untuk menyerang.

"Haaa...."

Aku memaksakan untuk menarik napas yang dalam dan menstabilkan napasku. 'Tubuh' di dunia ini tidak membutuhkan oksigen, tetapi tubuh yang di dunia nyata mungkin saja sedang bernapas dengan cepat. Tanganku mungkin saja sedang berkeringat dan jantungku berdetak dengan cepat.

Tentu saja.

Bahkan jika semua yang kulihat ini adalah virtual reality 3 dimensi, dan garis HP ku yang sedang berkurang hanyalah sekumpulan angka yang menunjukan sisa HP ku, kenyataan bahwa aku sedang bertarung mempertaruhkan nyawa tidaklah berubah.

Jika kau memikirkannya seperti itu, pertarungan ini sangatlah tidak adil. Itu karena musuh di depanku adalah monster berkepala dan berekor kadal, bertubuh manusia dengan kulit berwarna hijau gelap. Itu bukanlah manusia, bukan juga makhluk hidup. Itu hanyalah sekumpulan data digital yang akan terus muncul berapa kalipun di bunuh.

--Tidak.

AI yang mengendalikan lizard-man sedang mempelajari gerakanku dan memperbaiki kemampuannya merespon seiring berjalannya waktu. Tetapi saat dia dihancurkan, data tentang pertarungannya pun hilang dan tidak diturunkan ke unit yang akan muncul kembali di area ini.

Ini membuat lizard-man tersebut seperti makhluk hidup. Seperti makhluk yang memiliki pikiran masing-masing.

"...Benarkan?"

Tidak mungkin dia mengerti apa yang kukatakan, tapi lizard-man tersebut, monster level 82 yang bernama 'Lizardman Lord' berdesis sambil menyeringai dan menunjukan taring tajamnya yang keluar dari rahangnya.

Ini adalah kenyataan. Semua yang ada didalam dunia ini adalah nyata. Tidak ada virtual reality ataupun kepalsuan apapun didalam dunia ini.

Aku merubah posisi 'one-handed longsword'(pedang panjang)ku dengan tangan kanan sejajar dengan bagian tengah tubuhku sambil memperhatikan musuh.

Lizardman itu menggerakkan buckler-nya di tangan kirinya kedepan dan menarik 'scimitar'(pedang lengkung) di tangan kanannya kebelakang.

Angin dingin bertiup kedalam dungeon yang gelap dan mengguncangkan api obor. Lantai yang basah dengan lembut memantulkan sinar dari obor yang berkelap-kelip.

"Kraaah !!"

Bersamaan dengan teriakan yang keras tersebut sang Lizardman melompat maju. Scimitarnya membentuk kilatan cahaya yang tajam menuju ke arahku. Sebuah cahaya oranye yang menyilaukan menyala dari lintasan scimitar tersebut. Sebuah teknik pedang kelas atas dari pedang lengkung, 'Fall Crescent'. Itu adalah teknik pedang kelas atas yang dapat menempuh jarak 4 meter dalam waktu 0,4 detik.

Tapi, aku telah menantikan serangan itu.

Aku telah perlahan-lahan menambah jarak untuk menciptakan situasi agar AI yang menggerakkan lizardman itu menggunakan teknik tersebut. Aku mencium bau terbakar dari tebasan scimitar yang hanya berjarak beberapa senti dari hidungku.

"Ha ...!!"

Dengan teriakan singkat aku mengayunkan pedang secara horizontal. pedang tersebut sekarang tertutupi oleh efek cahaya biru langit, memotong melalui perutnya yang hanya memiliki pelindung tipis, tetapi bukan darah yang keluar melainkan cahaya merah yang berterbangan.Monster itu berteriak dengan suara pelan.

Tetapi pedangku tidak berhenti. Sistemnya membimbingku mengikuti gerakan yang terprogram dan melanjutkan ke tebasan yang selanjutnya dengan kecepatan yang biasanya mustahil.

Ini adalah elemen paling penting dalam bertarung di dunia ini : <teknik pedang>.

Pedangku melesat cepat dan menebas dari kiri ke dada lizardman. Dari posisi ini, aku berputar dan serangan ke tiga mengenai lebih dalam dibanding sebelumnya.

"Raarrgh !"

Bersamaan dengan pulihnya lizardman dari keadaan shock, setelah gagal menyerang dengan teknik besar, dia berteriak dengan marah atau mungkin ketakutan dan mengangkat tinggi-tinggi scimitar nya ke udara.

Tetapi rangkaian seranganku belum selesai. Pedang yang sedang mengayun ke kanan tiba-tiba berbalik arah dan mengenai jantungnya. ----- sebuah serangan critical.

Jejak sinar di udara berbentuk kotak bekas serangan 4 kali berturut-turut dariku berpijar, kemudian terpencar. Sebuah teknik 4 tebasan horizontal, 'Horizontal Square'.

Cahaya terang menyinari dungeon dan kemudian menghilang. Pada saat yang sama, bar HP diatas kepala lizardman menghilang tanpa menyisakan satu titik pun.

Tubuh yang besar itu jatuh, meninggalkan jejak yang panjang, kemudian terhenti tiba-tiba.

Sama seperti kaca yang pecah, lizardman itu pecah menjadi pecahan kecil yang tak terhitung jumlahnya dan menghilang.

Ini adalah 'kematian' di dunia ini, singkat dan cepat. Kehancuran sempurna tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Aku melihat experience point dan barang yang kudapat yang muncul dengan tulisan berwarna ungu di tengah penglihatanku dan mengayunkan pedangku kekanan dan kekiri sebelum menyarungkan pedangku di sarung pedang yang berada di punggungku. Aku mundur beberapa langkah dan menyandarkan punggungku ke dinding dan perlahan terduduk.

Lalu aku menghela napasku yang kutahan sejak tadi dan menutup mataku. Keningku mulai terasa pening, mungkin karena capek akibat pertarungan yang panjang. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali untuk menghilangkan rasa pusing dan membuka mataku.

Jam yang bersinar yang berada di bagian kanan bawah penglihatanku menunjukan bahwa sekarang sudah melewati jam 3 sore. Aku harus segera keluar dari dungeon ini atau aku tidak akan mencapai kota sebelum gelap.

"...bagaimana kalau aku pulang sekarang?"

Disini tidak ada seorangpun yang mendengar, tapi aku tetap mengatakannya dan perlahan-lahan bangun.

Aku sudah menyelesaikan kegiatan hari ini. Entah bagaimana aku sekali lagi terhindar dari tangan kematian. Tetapi setelah istirahat sejenak, hari esok akan datang bersama dengan pertarungan yang lebih banyak lagi. Ketika berada dalam pertarungan yang tanpa 100 persen kemungkinan menang, sebanyak apapun jaring-jaring pengaman yang kau siapkan, suatu hari kau akan kehilangan keberuntunganmu.

Masalahnya adalah apakah game ini akan <terselesaikan> terlebih dahulu atau tidak sebelum aku kalah.

Jika kau menghargai nyawamu dibandingkan apapun, bertahan di kota dan menunggu seseorang menyelesaikan game ini adalah pilihan yang paling bijaksana. Tetapi aku tetap pergi ke garis depan seorang diri (Solo). Apakah aku hanyalah seorang yang ketagihan bermain VRMMO(game online virtual reality) yang terus meningkatkan statusnya melalui pertarungan yang tak terhitung, ataukah----

Apakah aku hanyalah seorang idiot yang dengan mudahnya berpikir bahwa dia bisa memenangkan kebebasan dari seluruh orang didunia ini dengan pedangnya?

Saat aku berjalan menuju pintu keluar labirin, aku mengingat kembali hari itu.

2 tahun yang lalu.

Saat semuanya berakhir dan semuanya dimulai.


Back to Prolog Return to Main Page Forward to Chapter 2