Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab03

From Baka-Tsuki
Revision as of 21:16, 5 June 2007 by Nandaka (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3

Dikarenakan peristiwa gadis kelinci yang terkenal, Asahina juga menjadi nama yang umum di sekolah. Setelah mengambil ijin sehari, dia kembali hadir dengan berani di ruang klub.

Karena belum ada aktivitas klub yang berarti, aku membawa papan Othello, yang terkubur dalam di rumahku, lama terlupakan, dan memainkan beberapa kali bersama Asahina sambil mengobrol dengannya.

Situs web-nya sudah selesai, tapi sama sekali tidak berguna karena tidak ada pengunjung maupun email satu pun. Komputer itu hanya berguna untuk menjelajahi internet. Kalau orang-orang dari Kelompok Belajar Komputer mengetahuinya, mereka pasti akan menangis sendirian sampai mati.

Duduk di sebelah Nagato Yuki, yang membaca buku seperti biasa, aku memulai ronde ketiga dengan Asahina.

"Suzumiya-san benar-benar makan waktu." Asahina berkata lembut sambil menatap ke papan.

Mengetahui kalau dia tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi sebelumnya, aku mengeluarkan nafas lega. Apapun yang terjadi, bisa bersama dalam satu ruangan dengan gadis imut yang satu tahun diatasmu cukup membuat orang bergidik.

"Hari ini ada murid pindahan datang, aku yakin di pergi untuk mencarinya."

"Murid pindahan?"

Asahina mengangkat kepalanya seperti burung kecil.

"Haruhi menjadi bersemangat saat dia mendengar kalau ada murid pindahan di kelas 1-9. Dia sepertinya suka dengan yang namanya murid pindahan!"

Aku menaruh keping hitan di papan dan membalikan keping putih.

"Uh huh..."

"Oh ya, Asahina-san, aku tidak pernah berpikir kalau kamu akan datang hari ini!"

"Um... aku memang ragu-ragu untuk sementara, tapi aku agak penasaran, jadi pada akhirnya aku datang."

Di mana rasanya aku pernah mendengar itu sebelumnya?

"Apa yang membuatmu penasaran?"

Plak! Dia menumpahkan papan kepingan satunya dengan jari kecilnya.

"Um... bukan apa-apa."

Aku berbalik dan menyadari Nagato menatap ke papan. Wajahnya kaku bagaikan boneka tanah liat, tapi di balik kacamatanya, matanya memperlihatkan kilau yang sebelumnya tidak pernah terlihat.

"..."

Tatapannya seperti kucing yang baru lahir terkejut melihat anjing untuk pertama kalinya. Aku merunut tatapannya yang menuju tanganku yang memegang papan kepingan.

"...Nagato-san, kamu ingin bermain?"

Setelah aku berkata demikian, Nagato mengedipkan matanya seperti robot, dan dengan cara yang sangat kecil yang kamu mungkin tidak sadari kecuali kamu memperhatikan dengan sangat, menganggukan kepalanya dengan ringan. Jadi aku bertukar tempat dengan Nagato dan duduk di sebelah Asahina.

Nagato mengambil salah satu keping dan mempelajarinya dengan seksama. Saat mengetahui kepingannya dapat menempel karena bersifat magnetis, dia tiba-tiba menarik tangannya seperti ketakutan.

"Nagato-san, pernahkan kamu bermain Othello sebelumnya?"

Dia perlahan menggelengkan kepalanya.

"Apakah kamu tahu peraturannya?"

Jawabannya negatif.

"Jadi begini, karena kamu pegang hitam, tujuanmu adalah untuk mengelilingi keping putih dengan keping hitammu. Dan kemudian kamu membalikan keping putih yang telah dikepung dan mereka akan menjadi keping hitam. Pada akhirnya, yang memiliki lebih banyak keping yang menang."

Dia menganggukan kepalanya. Kemudian, dia meletakakan keping dengan elegan di atas papan, walau dia agak ceroboh dalam membalikkan keping lawan.

Setelah lawannya diganti, Asahina mulai terlihat lebih gelisah. Aku menyadari jari Asahina mulai gemetaran, dan dia tidak akan berani mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Nagato. Dia terkadang menoleh sekilah ke Nagato dan kemudian mengalihkan pandangan dengan cepat, yang dilakukannya beberapa kali. Pada akhirnya karena Asahina tidak bisa berkonsentrasi, jadi hitam dengan cepat mendapat keuntungan dalam permainan.

Mengapa bisa? Asahina sepertinya sangat waspada terhadap Nagato, aku tidak mengerti mengapa.

Itu tidaklah lama sebelum hitam menang dengan meyakinkan. Saat mereka berdua akan memulai ronde selanjutnya, otak yang bertanggung jawab dari semua kekacauan kembali dengan korban baru.

"Hiya, m'buat kalian menunggu!"

Haruhi menyapa kita dengan kasual sambil menarik kerah dari murid laki-laki.

"Ini adalah murid pindahan baru di kelas 1-9, namanya adalah..."

Haruhi tiba-tiba berhenti dan memberi tampang "ini giliranmu". Korban itu berbalik dan tersenyum ke arah kami.

"...Koizumi Itsuki, senang berkenalan dengan anda."

Figur yang langsing, dia memberikan kesan akan pemuda yang energetik. Senyum yang sangat menyenangkan, mata yang lembut, dan wajah yang tampan. Kalau dia berpose sebagai model di selebaran supermarket, pasti dia akan mendapat banyak fans. Kalau dia orang yang baik, pasti dia akan lebih populer.

"Ini adalah ruangan klub Brigade SOS. Aku adalah komandannya, Suzumiya Haruhi. Mereka ini adalah Bawahan Satu, Dua, dan Tiga. Oh dan, kamu Nomor Empat, ingat untuk bisa bersama dengan baik!"

Perkenalan macam apa itu!? Nama yang disebutkan hanya kamu dan dia saja!

"Aku tidak masalah untuk bergabung!"

Koizume, sang murid pindahan, tersenyum lembut:

"Jadi klub macam apa ini?"

Jika di sini ada seratus orang, pasti mereka akan bertanya hal yang sama. Banyak orang yang menanyakan hal ini kepadaku, tapi aku tidak pernah bisa mendapatkan jawaban untuk itu. Kalau seseorang bisa menjawab hal itu dengan lancar, maka dia pasti berbakat sebagai penipu! Meskipun begitu, Haruhi sepertinya tidak terlihat terlalu peduli, dan terseyum kepada kami dan berkata:

"Biar aku menjelaskan kepada mu tentang apa Brigade SOS itu, dan itu adalah..."

Haruhi perlahan mengambil nafas, dan lalu memaparkan secara dramatis kebenaran yang mengejutkan.

"Untuk mencari alien, penjelajah waktu dan esper, dan berteman dengan mereka!"


Waktu di seluruh dunia serasa terhenti sekarang.

Itu pernyataan yang agak konyol. Satu-satunya yang ada di pikiranku adalah "Sudah kuduga." Tapi bagi ketiga orang lainnya tidak berpikir seperti itu.

Asahina terbengong-bengong, mata dan telinganya melebar dan menatap ke arah Haruhi yang berbunga-bunga. Nagato Yuki tetap sama, setelah memutarkan kepalanya ke arah Haruhi, dia berhenti seperti kehabisan batere. Yang mengejutkanku adalah mata Nagato terbelalak sedikit. Untuk orang yang tidak menampilkan banyak ekspresi, ini sebuah reaksi yang mengejutkan.

Sedangkan untuk Koizumi, dia memberikan senyum yang agak misterius; susah ditebak untuk mengerti makna senyumannya. Sejenak kemudian, Koizumi adalah yang pertama sadar.

"Ah, rupanya begitu."

Bagai sudah mengerti sesuatu, dia melihat ke Asahina dan Nagato, dan mengangguk tanda mengerti.

"Seperti yang sudah diduga dari Suzumiya-san."

Setelah membuat komentar yang ambigu, dia melanjutkan:

"Tidak masalah, saya akan bergabung. Saya menantikan untuk berkerja sama dengan kalian."

Dia tersenyum menampilkan giginya yang putih terang.

Hey! Kamu langsung menerima penjelasannya seperti itu? Kamu benar-benar mendengarkannya?

Menyadari aku yang tampak keheranan, Koizumi tiba-tiba datang dan mengulurkan tangannya ke arah ku.

"Saya Koizumi. Karena saya baru pindah hari ini, masih banyak yang harus saya pelajari. Senang bertemu dengan anda."

Aku menyalami tangan Koizumi yang sopan.

"Tentu, aku..."

"Dia itu Kyon!"

Haruhi memperkenalkan aku tanpa diminta, dan lalu menunjuk ke arah dua orang lainnya: "Yang imut disana itu Mikuru-chan, dan mata-empat itu adalah Yuki-san."

Gubrak!

Suara keras mengelegar. Adalah Asahina yang tersangkut kursinya saat mau berdiri, dan dahinya mendarat di papan Othello.

"Kamu tidak apa-apa?"

Mendengar suara Koizumi, Asahina bereaksi dengan membalikan kepalanya yang seperti boneka itu dan menatap ke arah murid pindahan dengan cerah. Hmph! Menyebalkan, tatapan itu.

"...A...Aku baik-baik saja." Asahina berkata dengan suara pelan, menatap malu-malu ke arah Koizumi.

"Bagus, sekarang kita punya lima anggota! Sekolah tidak bisa berbuat apa-apa tentang ini sekarang!"

Haruhi melanjutkan:

"Benar, Brigade SOS dibuka untuk bisnis! Semuanya, mari kita berkerja sama dan maju kedepan!"

Apa maksudmu dibuka untuk bisnis, nona?

Ketika aku menyadarinya, Nagato sudah kembali ke kursinya membaca bukunya. Nagato-san, Haruhi sudah menghitung kamu sebagai anggota, apa kamu yakin tidak apa-apa dengan itu?


Setelah Haruhi berkata kalau dia mau membawa Koizumi tur mengelilingi sekolah dan pergi, Asahina juga berkata kalau dia ada urusan di rumah, jadi hanya aku dan Nagato yang tersisa.

Aku sedang tidak mood untuk bermain Othello, dan tidak ada banyak kesenangan melihat Nagato membaca, jadi aku memutuskan untuk pulang juga. Aku mengambil tasku dan mengucapkan sampai jumpa kepada Nagato.

"Kalau begitu, aku pergi sekarang!"

"Kamu sudah membaca bukunya?"

Mendengar dia berkata begitu, aku menghentikan langkahku. Membalikan badanku, aku sadar Nagato Yuki menatapku dengan matanya yang hampir tanpa ekspresi.

"Buku apa? Oh, maksud mu buku tebal yang kamu pinjamkan kepadaku kemarin itu?"

"Ya."

"Oh, aku belum membacanya... Mungkin aku harus mengembalikannya kepada mu?"

"Itu tidak perlu."

Nagato tidak pernah berbasa-basi, dia selalu langsung ke tujuan dalam satu kalimat singkat.

"Ingat untuk membacanya hari ini."

Nagato berkata datar.

"Segera setelah kamu sampai di rumah."

Suaranya ada nada memerintah.

Selain yang diperlukan untuk kelas literatur, aku jarang menyentuh novel, tapi karena Nagato menyarankannya, seharusnya itu cukup menarik.

"...Baiklah!"

Mendengar jawabanku, Nagato kembali membaca bukunya.


Yang kemudian, aku menemukan diriku sedang mengayuh sepedaku sekuat mungkin di kegelapan.


Aku kembali ke rumah setelah mengucapkan sampai jumpa ke Nagato dan langsung menuju ke kamarku setelah makan malam untuk mulai membaca novel fiksi ilmiah asing yang disodorkannya kepada ku. Saat aku mulai pusing dengan lautan yang penuh kata-kata, aku memutuskan untuk membalikkan buku berpikir apakah aku bisa selesai membacanya, dan sebuah pembatas buku terjatuh dari buku dan ke karpet.

Itu adalah sebuah pembatas buku yang terlihat aneh dengan pola bunga tercetak di atasnya. Aku membalikkannya dan menemukan sebaris kalimat tertulis.

Pukul tujuh malam ini, menunggumu di taman di luar statiun.

Kalimat itu sangat rapih, bagai ditulis dengan mesin tik. Tulisan tangan yang terlihat biasa ini mirip dengan milik Nagato, walau aku tidak terlalu yakin.

Aku sudah memegang buku ini untuk beberapa hari. Jadi pukul tujuh yang tertulis itu adalah pukul tujuh malam itu? Atau pukul tujuh malam ini? Mungkinkah dia merasa kalau aku akan menemukan pembatas buku ini pada suatu hari dan menungguku di taman setiap malam? Apakah alasan Nagato ingin aku membaca buku malam ini sehingga aku bisa menemukan pembatas buku malam ini? Walau begitu, mengapa dia tidak mengatakan langsung kepadaku? Lagipula, aku tidak tahu mengapa dia ingin memanggilku ke taman.

Aku melihat jam tangan ku; waktu baru saja lewat 6.45. Walaupun stasiun itu yang terdekat ke sekolahku, untuk mencapainya dengan sepeda masih memakan waktu 20 menit dari rumahku.

Aku memikirkannya selama sepuluh detik.

Aku memasukan pembatas buku ke jins ku sebelum berlari keluar dari kamarku menuruni tangga seperti kelici cepat. Aku sampai di pintu rumah saat adik perempuanku muncul, membawa es krim dan bertanya, "Mau pergi kemana, Kyon-kun?" Aku menjawab "Ke stasiun." Menaiki sepedaku, yang diikat di pintu, dan pergi ke arah tujuanku.

Jika Nagato tidak disana, kupikir aku akan menertawakan diriku keras-keras.

(35% complete)


Kembali ke Main Page Mundur ke Chapter 2 Maju ke Chapter 4