Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Prolog I

From Baka-Tsuki
Revision as of 03:15, 28 July 2012 by Kirigaya Kazuto (talk | contribs) (Created page with "==Prolog 1== '''''Bulan Ketujuh dari Kalender Dunia Manusia Tahun 372''''' '''Bagian 1''' Mengambil kapak. Mengayun keatas. Memukul kebawah. Mungkin hanya itu yang dilakuk...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Prolog 1

Bulan Ketujuh dari Kalender Dunia Manusia Tahun 372


Bagian 1

Mengambil kapak.

Mengayun keatas.

Memukul kebawah.

Mungkin hanya itu yang dilakukannya, tapi jika pikiran kita tidak fokus meskipun sebentar, kulit kayu keras itu akan terpantul menuju kedua lengan tanpa henti. Cara mengambil nafas, pengambilan waktu yang tepat, kecepatan, pemindahan berat tubuh , semua itu harus terkontrol secara sempurna sejak awal, mengalirkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke pohon, membuat suara yang enak diengar, jernih, dan terpantul dengan keras.

Sementara dia mungkin paham teori tersebut dengan baik, sebenarnya mengerjakannya tidaklah semudah itu. Eugeo diberi tugas ini ketika dia beranjak 10 tahun pada musim semi, dan ini sudah musim panas kedua sejak saat itu, dia hanya bisa berhasil melakukannya kurang lebih sepuluh kali setiap hari. Dia sudah diberi tahu oleh seorang pengguna kapak yang juga pendahulunya, Garitta-jiisan selalu tepat sasaran, dan bahkan dia sama sekali tidak terlihat lelah setelah merampat kapak tersebut, hanya saja setelah 50 kali tangan Eugeo mati rasa, pundaknya terasa sakit, dan dia tidak kuat lagi menangat kedua tangannya.

“Empat puluh….. tiga! Empat puluh…. Empat!”

Dia menghitung dengan suranya yang paling keras untuk mendorong dirinya sementara memukulkan kapak itu ke kulit kayu dari pohon besar, keringat yang keluar membuat matanya kabur, tangannya menjadi licin, dan ketepatannya berkurang terus-menerus. Karena keputusasaannya, dia memegang kapak pemotong kayu erat-erat dan merampatkannyake seluruh tubuhnya.

“Empat puluh…… Sembilan! Li….. ma….. puluh!”

Ayunan terakhirnya sangat berbeda dari biasanya, mengenai kulit kayu dari jauh dan menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga. Karena reaksi dari apa yang terjadi membuat secercah bunga api yang hamper mengenai matanya, Eugeo meletakkan kapak itu, mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lapisan lumut tebal.

Sementara dia terus bernafas dengan berat, dia mendengar suara bercampur dengan tertawaan dari samping kanannya.

“Suaranya keluar tiga kali dari 50 percobaan. Jadi seluruhnya, erm, empat puluh satu. Kelihatannya Air Siral kali ini kau yang harus membelinya, Eugeo.” Pemilik suara yang sedang berbaring di bawah tidak jauh adalah seorang pemuda yang berunur hamper sama. Eugeo tidak segara menjawab, tapi malah meraba kantung air kulit dan mengambilnya. Dia meminum air yang sudah panas dengan rakus, dan setelah mulai tenang, dia menutupnya dengan gabus, lalu bicara,

“Hmm, kamu baru bisa empat puluh tiga, bukan? Aku akan menyusulmu nanti. Ini, sekarang giliranmu…… Kirito.”

“Ya, ya.”