Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab04

From Baka-Tsuki
Revision as of 17:25, 22 June 2007 by Nandaka (talk | contribs) (Starting to translate chapter 4)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Hal konyol apa pula ini!? Meminta kami untuk bertemu jam sembilan pagi di akhir minggu! Walau begitu, tapi, aku tetap mengayuh sepedaku dengan keras menuju ke stasiun. Aku benar-benar menyedihkan!

Terletak di tengah kota, Stasiun Kitaguchi berfungsi sebagai jalan kereta penghubung, dan setiap akhir minggu, alun-alun di depan stasiun penuh dengan pemuda yang melihat-lihat. Selain dari pergi ke kota yang lebih besar, di sini tidak terlalu banyak yang bisa dilakukan selain pergi ke mal dekat stasiun. Hal ini selalu mengejutkanku bagaimana orang masih bisa hidup normal di kota ini walau sedikit yang bisa dilakukan.

Menaruh sepedaku sembarangan di dekat gerbang masuk bank yang tertutup, aku berlari menuju gerbang putar di utara pintu masuk stasiun. Masih ada lima menit lagi sebelum jam sembilan, tetapi yang lainnya sudah datang terlebih dahulu.

Haruhi membalikkan kepalanya dan berkata.

"Kamu telat! Kamu harus didenda!"

"Tapi kan masih belum jam sembilan."

"Walau kamu tidak datang terlambat, orang terakhir yang datang masih harus dihukum. Itu peraturannya!"

"Kok aku tidak pernah peraturan itu?"

"Karena baru saja kupikirkan!"

Berpakaian T-shirt lengan panjang dan rok denim pendek, Haruhi terlihat sangat gembira.

"Kamu harus mentraktir kita semua minum."

Meletakan kedua tangannya di pinggang dengan santai, Haruhi terlihat lebih mudah didekati daripada dia yang biasanya menggerutu terus. Tidak bisa mendebatnya, aku menyetujui perintahnya dengan patuh dan membimbing semuanya ke kafe terdekat.

Asahina berpakaian dalam gaun one-piece putih tanpa lengan dengan rok sulam biru muda di atasnya. Rambut panjang berombaknya disanggul di belakang kepalanya dengan klip rambut. Setiap kali dia berjalan, rambutnya bergoyang sedikit, membuatnya terlihat imut. Senyumannya memberikan kesan gadis muda terpelajar yang imut. Bahkan tas tangannya terlihat trendi.

Berdiri di sampingku, Koizumi memakai kaus merah muda dengan jaket di atasnya, dan juga mengenakan dasi merah terang, membuatnya terlihat sangat formal. Aku merasa kesal tapi aku harus mengakuinya kalau dia terlihat agak keren, plus dia lebih tinggi dariku.

Nagato, seperti biasa, berdiri di belakang mengenakan seragam pelautnya. Walau dia benar-benar melihat dirinya sendiri sebagai anggota Brigade SOS, secara teknis dia masih ikut dengan Klub Literatur. Mendengar dia mengatakan semua hal-hal aneh kepadaku pada malam itu membuatku semakin tertarik dengan ekspresi tenangnya. Di lain pihak, kenapa dia masih mengenakan seragam sekolah bahkan pada akhir minggu?

Saat Misterus Lima berjalan masuk ke dalam kafe dengan memutarinya dan duduk di kursi masing-masing, seorang pelayan mulai mencatat pesanan kita. Hanya Nagato yang mempelajari menu dengan serius - masih tanpa ekspresi terlihat tentunya - mengambil waktunya untuk memutuskan. Sejujurnya, waktu yang diperlukan dia untuk memutuskan apa yang mau diminum cukup untuk memasak semangkuk ramen!

"Teh almond." Katanya pada akhirnya.

Sebenarnya tidak masalah apa yang kamu pesan, karena aku yang membayarnya.


(10% Completed)

Kembali ke Main Page Mundur ke Chapter 3 Maju ke Chapter 5