Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume1 Chapter3

From Baka-Tsuki
Revision as of 20:49, 11 September 2012 by Undesco (talk | contribs) (Created page with "==Chapter 3: Si Grimoir Tersenyum Damai. <i>”Forget_me_not.”</i>== ===Temp=== {{incomplete|parts=1/4}} ===Part 1=== Dia tidak mengerti. Dia tidak mengerti apa yang gadis ...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3: Si Grimoir Tersenyum Damai. ”Forget_me_not.”

Temp

Status: Incomplete

Part 1

Dia tidak mengerti. Dia tidak mengerti apa yang gadis itu katakan.

Ketika Kamijou terbaring lemah dan berdarah-darah di jalan dan melihat ke atas ke arah Kanzaki, dia pikir dia telah berhalusinasi mendengar apa yang didengarnya karena syok. Bagaimanapun juga, tidak masuk akal. Index sedang berusaha melarikan diri ke Gereja Anglikan karena dikejar penyihir. Bagaimana mungkin penyihir yang mengejarnya berasal dari Gereja Anglikan yang sama itu?

“Pernahkah kau mendengar tentang ingatan sempurna?” tanya Kanzaki Kaori. Suaranya sangat lemah dan dia kelihatan kesakitan. Saat itu, sulit dipercaya kalau dia adalah salah satu dari 10 penyihir teratas di London. Dia terlihat tidak lebih dari seorang gadis yang kelelahan.

“Iya, itu adalah identitas sebenarnya dari 103.000 grimoir miliknya, kan?” Kamijou menggerakkan bibirnya yang pecah. “Semuanya ada di kepalanya. Tapi aku sulit memercayai kalau dia bisa mengingat tiap-tiap hal yang dia lihat bahkan sekilas saja. Maksudku, dia seorang idiot. Dia sama sekali tidak terlihat seperti sejenius itu.”

“...Seperti apa dia kelihatan bagimu?”

“Hanya seorang gadis biasa.”

Kanzaki lebih kelihatan lelah dibanding terkejut, dan dia berkata, “Kau pikir dia bisa kabur dari kejaran kami selama setahun penuh kalau dia ‘hanya seorang gadis biasa’?”

“...”

Stiyl punya apinya dan aku punya Nanasen dan Yuisen. Dia melawan penyihir yang menyebutkan nama sihir mereka, tapi dia tidak bisa mengandalkan kekuatan supernatural sepertimu atau sihir sepertiku. Dia hanya bisa berlari.” Kanzaki tersenyum menghina diri sendiri. “Dan Stiyl dan aku hanyalah dua orang lawan. Bahkan aku pun tidak bisa bertahan selama sebulan melawan seluruh anggota organisasi Necessarius.”

Itu benar.

Kamijou akhirnya mempelajari kebenaran mengenai Index. Dia tidak bisa kabur bahkan untuk empat hari saja dengan Imagine Breaker-nya yang bisa menghancurkan bahkan sistem-sistem buatan tuhan dalam satu pukulan. Dan walau begitu, gadis itu...

“Dia itu, tidak diragukan lagi, seorang jenius,” Kanzaki mendeklarasi. “Saking jeniusnya hingga menggunakan kemampuannya di jalan yang sama bisa menyebabkan bencana.[1] Alasan kenapa para petinggi di gereja tidak memperlakukan dia seperti biasa itu jelas. Mereka takut padanya. Semua orang takut.”

“Mungkin begitu.” Kamijou menggigit bibirnya yang berdarah. “Tapi dia masih seorang manusia. Dia bukan sebuah alat. Aku tidak bisa...membiarkanmu memanggilnya begitu...!”

“Benar.” Kanzaki mengangguk. “Tapi spesifikasinya sekarang tidak seberbeda itu dengan orang biasa seperti kita.”

“...?”

“Lebih dari 85% dari otak Index terisi oleh 103.000 grimoir. Sisa 15%-nya hanya sekedar berhasil berfungsi cukup baginya untuk menjadi sama seperti kita.”

Itu memang mengagumkan, tapi ada sesuatu yang Kamijou ingin ketahui lebih dulu.

“...Memangnya kenapa? Apa yang kalian lakukan? Kalian adalah bagian dari gereja yang sama dengan Index, kan? Necessarius apalah itu. Kenapa kalian mengejar-ngejarnya? Kenapa Index bilang kalau kalian Adalah penyihir jahat dari sebuah asosiasi sihir? Kamijou diam-diam merapatkan gerahamnya. “Atau kau sedang mencoba mengatakan kalau Index-lah yang menipuku?”

Dia tidak bisa percaya itu. Kalau dia hanya mencoba untuk menggunakan Kamijou, dia tidak bisa melihat alasan kenapa dia mempertaruhkan nyawanya dan ditebas punggungnya untuk menyelamatkannya.

Dan bahkan tanpa pemikiran logis seperti itu, Kamijou tidak mau memercayainya.

“...Dia tidak berbohong,” balas Kanzaki setelah ragu sejenak.

Dia terdengar seperti sedang menahan napasnya dan hatinya sedang dihancurkan.

“Dia tidak ingat apa pun. Dia tidak ingat kalau kami juga dari Necessarius atau alasan kenapa dia dikejar-kejar. Karena dia tidak ingat, dia harus menggunakan pengetahuannya untuk mengisi celah-celah kosongnya. Sudah sepantasnya mengasumsikan kalau penyihir yang mengejar Index Librorum Prohibitorum itu berasal dari sebuah asosiasi sihir yang mengincar 103.000 grimoir miliknya.”

Kamijou mengingat kembali sesuatu.

Index telah kehilangan seluruh ingatan sebelum sekitar setahun yang lalu.

“Tapi tunggu. Tunggu dulu. Itu tidak masuk akal. Index punya ingatan sempurna, kan? Jadi kenapa dia lupa? Apa yang membuat dia kehilangan ingatannya?”

“Dia tidak kehilangan ingatannya.” Kanzaki bahkan sampai berhenti bernapas. “Secara teknis, aku yang menghapusnya.”

Kamijou bahkan tidak perlu bertanya bagaimana.

-Tolong jangan buat aku memberikannya, bocah.

-Aku tidak mau memberikannya lagi.

“...Kenapa?” tanyanya. “Kenapa!? Kupikir kau adalah rekan Index! Dan itu bukan cuma sesuatu yang Index pikirkan. Aku bisa tahu dari wajahmu! Kau menganggap Index sebagai rekan yang berharga, kan!? Jadi kenapa!?”

Kamijou mengingat kembali senyuman yang telah Index berikan padana.

Senyuman yang berada di sisi lain dari kesendirian yang berujung pada jadinya dia sebagai satu-satunya orang yang dia kenal.

“...Kami harus melakukannya.”

“Kenapa!?” teriaknya seakan sedang melolong pada bulan di atas kepalanya.

“Karena kalau tidak, Index akan mati.”

Napasnya berhenti. Dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan, panas dari malam musim panas yang dia rasakan di kulitnya menghilang. Kelima indranya menipis seakan mencoba kabur dari kenyataan.

Seperti... Terasa seperti kalau dia telah menjadi mayat.

“Seperti yang kubilang, 85% dari otaknya ditempati oleh hapalan 103.000 grimoir.” Pundak Kanzaki sedikit bergetar. “Dia hanya punya sisa 15% untuk digunakan seperti biasa. Kalau dia terus mengumpulkan ingatan seperti manusia biasa, otaknya akan meledak dengan cepat.”

“Tidak mungkin...”

Penyangkalan. Bukannya menggunakan logika atau pemikiran, otak Kamijou hanya menyangkalnya begitu saja.

“Maksudku...maksudku...bagaimana bisa? Kau bilang dia sama seperti kita dengan 15% sisa itu...”

“Benar, tapi dia berbeda dengan kita dalam satu hal. Dia punya ingatan sempurna.” Semua emosi perlahan meninggalkan suara Kanzaki. “Pikirkan lagi apa ingatan sempurna itu.”

“...Kemampuan untuk tidak melupakan apa pun yang kau lihat bahkan hanya sekali, kan?”

“Dan apakah kemampuan untuk melupakan itu benar-benar hal yang buruk?”

“...”

“Kapasitas otak manusia itu secara mengejutkan cukup kecil. Satu-satunya alasan otak manusia bisa berfungsi selama 100 tahun adalah karena ingatan yang tidak diperlukan dibuang menggunakan proses melupakan. Contohnya, kau tidak ingat apa yang kau makan pada makan malam seminggu yang lalu, kan? Otak semua orang melalui perawatan ini tanpa bahkan mereka sadari. Kalau tidak, orang-orang tidak akan bisa hidup. Tapi,” Kanzaki berkata dengan suara sedingin es, “dia tidak bisa melakukan ini.”

“...”

“Dia tidak bisa melupakan apa pun, baik itu jumlah daun di pohon di sisi jalan, wajah tiap-tiap orang selama jam sibuk, atau bentuk tiap-tiap tetes hujan yang jatuh dari langit. Semua ingatan sampah yang tidak berguna itu mengisi kepalanya dalam waktu singkat.” Suara Kanzaki membeku. “Hanya memiliki 15% yang tersisa dari otaknya adalah pukulan fatal untuknya. Karena dia tidak bisa melupakannya sendiri, satu-satunya cara dia untuk terus hidup adalah dengan adanya orang lain yang membuatnya lupa.”

Pikiran Kamijou pecah berkeping-keping.

(Apa...cerita macam apa ini? Kupikir ini adalah cerita tentang seorang laki-laki tidak menarik yang menyelamatkan seorang gadis malang yang sedang dikejar-kejar penyihir jahat, makin mengenal gadis itu, dan akhirnya merasakan sedikit sakit di dadanya ketika dia memandang gadis itu pergi di akhirnya.)

-Jadi aku datang untuk melindunginya sebelum siapa saja yang ingin menggunakan buku-buku itu datang untuk membawanya pergi.

-Aku ingin membawanya ke dalam rawatan kami tanpa perlu memberikan nama sihirku

“...Berapa lama?” tanya Kamijou.

Karena dia menanyakan pertanyaan itu dan tidak berlanjut menyangkalnya, dia pasti telah menerimanya di lubuk hatinya.

“Berapa lama lagi sampai otaknya meledak?”

“Ingatannya dihapus dalam interval tepat satu tahun.” Kanzaki kedengaran lelah. “Batasnya adalah tiga hari dari sekarang. Tidak bisa dilakukan terlalu cepat atau terlalu lambat. Kalau tidak dilakukan tepat waktu itu, ingatannya tidak bisa dihapus. ...Kuharap dia belum merasakan sakit kepala parah yang mendahuluinya.”

Kamijou syok. Memang benar bahwa Index telah mengatakan kalau dia kehilangan ingatan tentang kejadian dari sebelum satu tahun lalu.

Dan sakit kepala. Kamijou mengasumsikan kalau Index pingsan karena sihir pemulihan itu. Bagaimanapun juga, Indexlah yang paling tahu tentang sihir di antara mereka dan dia telah mengatakan begitu.

Tapi bagaimana kalau Index salah?

Bagaimana kalau dia sedang bergerak dalam keadaan yang bisa menyebabkan pikirannya hancur kapan saja?

“Apa kau mengerti sekarang?” tanya Kanzaki Kaori. Tidak ada air mata seakan dia menolak membiarkan dirinya menunjukkan ekspresi murahan seperti itu. “Kami tidak ingin melukainya. Bahkan sebenarnya, tidak ada cara untuk menyelamatkannya tanpa kami. Jadi akankah kau menyerahkannya pada kami sebelum aku harus memberikan nama sihirku?”

“...”

Wajah Index muncul di mata pikiran Kamijou, jadi dia merapatkan giginya dan menutup erat matanya.

“Dan juga, kalau kami menghapus ingatannya dia tidak akan mengingatmu. Kau lihat bagaimana dia melihat kami, bukan? Tidak peduli bagaimana perasaan dia padamu sekarang, saat dia membuka matanya, dia akan melihatmu tidak lebih dari musuh alami yang menginginkan 103.000 grimoir miliknya.”

“...”

Saat itu, Kamijou merasa ada sesuatu yang salah.

“Menyelamatkannya tidak akan menghasilkan apa-apa untukmu.”

“...Apa maksudmu dengan itu?” Perasaan itu meledak dalam sesaat seperti minyak dituang ke api. “Persetan dengan itu! Apa urusannya dia ingat atau tidak!? Kelihatannya kau tidak mengerti, jadi aku akan memberitahumu sesuatu. Aku adalah rekan Index. Aku memutuskan untuk tetap di sisinya apa pun yang terjadi! Bahkan walau tidak tertulis dalam Injil kalian yang berharga, itu tidak akan berubah!!”

“...”

“Kupikir ada sesuatu yang aneh. Kalau dia cuma lupa, tidak bisakah kalian menghilangkan kesalahpahaman itu dengan menjelaskan semuanya padanya? Kenapa kalian tetap membiarkannya salah paham? Kenapa kalian mengejar-ngejarnya seperti musuhnya!? Kenapa kalian memutuskan untuk meninggalkannya!? Apa kau tahu bagaimana perasaann-..”

“Diam! Kau tidak tahu apa-apa!!”

Kemarahan Kamijou dihancurkan oleh teriakan Kanzaki yang menyerangnya dari atas. Bukan kata-kata yang dia ucapkan yang kelihatannya meremas hati Kamijou tapi perasaan sebenarnya yang seperti ditelanjangi.

“Jangan sok mengerti!! Bagaimana kau pikir perasaan kami yang menghapus ingatannya selama ini? Bagaimana mungkin kau bisa mengerti!? Kau bicara seakan Stiyl adalah seorang pembunuh sadis, tapi apa kau tahu bagaimana perasaannya ketika melihatnya denganmu!? Apa kau tahu seberapa menderitanya dia!? Apa kau tahu seberapa sulit baginya untuk menyebut dirinya sebagai musuhnya!? Apa yang kau tahu tentang perasaan Stiyl ketika dia terus mengotori dirinya sendiri demi rekannya yang berharga!?”

“Ap-...?”

Sebelum Kamijou bisa mengeluarkan keterkejutannya pada perubahan sikapnya yang tiba-tiba itu, Kanzaki menendangnya di bagian sampingnya seperti sebuah bola. Serangan tanpa ditahan-tahan itu menerbangkan tubuh Kamijou ke udara. Setelah mendarat, dia berguling-guling sejauh dua atau tiga meter.

Rasa darah keluar dari perutnya sampai ke mulutnya.

Tapi Kanzaki melompat lurus ke atas sehingga bulan tepat di belakangnya sebelum Kamijou bahkan sempat menggeliat kesakitan.

Seperti sebuah lelucon, dia melompat 3 meter lurus ke atas hanya dengan kekuatan kakinya.

“...!?”

Dia mendengar suara benda tumpul.

Ujung datar dari sarung Shichiten Shichitou telah menghancurkan lengan kamijou seperti hak dari sepatu hak tinggi.

Tapi dia bahkan tidak bisa berteriak kesakitan.

Ekspresi di wajah Kanzaki membuatnya terlihat seperti dia akan menangis darah.

Kamijou takut.

Dia tidak takut pada Nanasen atau Yuisen atau kekuatan salah satu dari sepuluh penyihir teratas di London.

Dia takut pada emosi mentah manusia yang menghujaninya.

“Kami juga sudah mencoba! Kami mencoba semua yang kami bisa! Kami menghabiskan musim semi untuk mencoba, kami menghabiskan musim panas untuk mencoba, kami menghabiskan musim gugur untuk mencoba, dan kami menghabiskan musim dingin untuk mencoba! Kami berjanji untuk membuat kenangan agar dia tidak akan lupa dan kami membuat jurnal dan album foto!”

Ujung sarung itu menghujaninya lagi dan lagi seperti mesin jahit.

Kakinya, tangannya, perutnya, dadanya, mukanya. Pukulan-pukulan tumpul itu menghancurkan tubuhnya lagi dan lagi.

“...Tapi tidak ada yang berhasil.”

Kamijou mendengar dia menggertakkan giginya.

Tangannya berhenti.

“Bahkan ketika kami menunjukkannya jurnal dan album foto itu, dia hanya minta maaf. Tak peduli apa yang kami lakukan dan sebanyak apa pun kami mencoba, bahkan kalau kami membuat ulang kenangan itu dari nol, tidak ada yang bekerja. Semuanya kembali ke nol bahkan kalau kau adalah keluarganya, temannya, atau kekasihnya.” Dia gemetar sampai terlihat seperti tidak bisa melangkah lagi. “Kami...tidak bisa menahannya lagi. Kami tidak tahan melihat senyumannya lebih lama lagi.”

Dengan kepribadian Index, harus mengatakan selamat tinggal pasti sama sakitnya dengan kematian.

Harus mengalami itu berulang-ulang kali pasti seperti hidup d neraka.

Segera setelah mengalami kemalangan berupa perpisahan, dia akan melupakan itu semua dan dengan tragis mulai berlari ke arah kemalangan yang sudah ditentukan yang sama sekali lagi.

Itulah kenapa Kanzaki dan Stiyl memilih untuk meringankan kemalangannya sebanyak mungkin dibanding memberinya keberuntungan yang kejam berupa mengenal mereka. Kalau Index tidak pernah punya kenangan berharga yang harus dia lupakan, maka pukulan dari kehilangan kenangannya akan melemah. Itulah kenapa mereka meninggalkan teman baik mereka dan memainkan peran sebagai musuhnya.

Mereka akan menghapus kenangannya untuk membuat neraka terakhir itu semudah mungkin untuknya.

“...”

Sedikit banyak, Kamijou mengerti.

Mereka adalah penyihir ahli. Mereka membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sepanjang waktu Index kehilangan ingatannya lagi dan lagi, mereka pasti telah mencari cara untuk membuatnya tidak harus kehilangan ingatannya.

Tapi mereka tidak pernah berhasil.

Dan Index pasti tidak menyalahkan Stiyl atau Kanzaki.

Dia pasti telah memberikan senyuman yang sama seperti yang selalu dilakukannya.

Dipaksa untuk menyambung ulang hubungan dengannya setiap kali telah membawa Kanzaki dan Stiyl menyalahkan diri mereka sendiri dan berpikir kalau menyerah adalah satu-satunya pilihan.

Tapi itu..

“Persetan dengan itu!” Kamijou merapatkan rahangnya. “Pemikiran seperti itu hanya memperhitungkan diri kalian sendiri. Kalian bahkan tidak memikirkan Index sedikit pun! Jangan menimpakan kesalahan dari kepengecutan kalian padanya!!”

Sepanjang tahun ini, Index telah terus kabur sendirian tanpa mengandalkan orang lain.

Kamijou tidak bisa menerima kalau itu adalah pilihan terbaik. Dia tidak akan membiarkan dirinya menerima itu. Dia tidak mau menerimanya.

“Kalau begitu...apalagi yang harus kami lakukan!?”

Kanzaki menggenggam sarung Shichiten Shichitou dan mengayunkannya dengan penuh tenaga ke arah wajah Kamijou.

Kamijou menggerakkan tangan kanannya yang belur dan menggenggam sarungnya tepat sebelum menghantam mukanya.

Dia tidak lagi merasa takut atau gugup pada penyihir itu.

Badannya bergerak.

Badannya bergerak!

“Kalau kau sedikit lebih kuat...” Kamijou menggertakkan giginya. “Kalau saja kau gunakan kata-kata rubah[2] yang cukup kuat hingga jadi kenyataan! Kalau dia takut kehilangan kenangan tahun itu, kalian hanya perlu memberikannya kenangan yang lebih indah selama tahun depannya! Kalau kebahagiaan besar yang cukup untuk menghapus rasa takut akan kehilangan kenangannya menunggunya, dia tidak akan perlu terus berlari! Cukup begitu saja yang diperlukan!!”

Dia memaksa menggerakkan tangan kirinya yang pundaknya telah patah dan memegang sarung pedangnya dengan tangan itu juga. Dia memaksakan tubuhnya yang babak belur ke posisi berdiri. Darah mengucur dari berbagai bagian tubuhnya.

“Apa kau serius berpikir untuk bertarung dalam keadaan seperti itu?”

“...Di...am.”

“Apa yang akan kau dapat dengan bertarung?” Kanzaki kelihatan benar-benar bingung. “Bahkan kalau kau berhasil mengalahkanku, Necessarius masih menunggu di belakangku. Aku mungkin telah bilang kalau aku adalah salah satu dari 10 penyihir teratas di London, tapi ada orang-orang yang lebih kuat dariku. ...Dari pandangan gereja, aku ini tidak lebih dari seorang bawahan untuk dikirim ke negara pulau Timur Jauh ni.”

Itu kemungkinan besar benar.

Kalau mereka benar-benar adalah rekan Index, mereka pasti telah melawan cara gereja yang memperlakukannya seperti sebuah alat. Bahwa mereka tidak melakukannya berarti ada selisih kekuatan yang cukup untuk mencegahnya.

“Kubilang...diam!!”

Tapi itu tidak penting.

Dia memaksa tubuhnya bergerak walaupun tubuhnya gemetar seperti dia akan segera mati dan memelototi Kanzaki yang berdiri tepat di depannya.

Itu adalah pandangan biasa yang tidak memiliki kekuatan nyata, tapi itu cukup untuk membuat satu dari 10 penyihir teratas di London mundur selangkah.

“Itu tidak masalah! Apa kau terpaksa melindungi orang-orang karena kau punya kekuatan!?” Kamijou maju selangkah dengan kakinya yang babak belur. “Bukan, bukan karena itu, kan!? Jangan bohong! Kau berusaha memperoleh kekuatan karena ada sesuatu yang kau ingin lindungi!”

Dia menggenggam kerah Kanzaki dengan tangan kirinya yang babak belur.

“Kenapa kau memperoleh kekuatan?”

Dia membuat tinju berdarah dengan tangan kanannya yang babak belur.

“Siapa yang kau ingin lindungi!?”

Dia menggunakan tinju lemah itu untuk memukul wajah Kanzaki. Tidak ada sesuatu yang mirip tenaga pada pukulan itu dan kepalan tangan yang Kamijou gunakan untuk memukul malah menyemburkan darah seperti tomat.

Walaupun begitu, Kanzaki mundur terhuyung seakan dia benar-benar telah dipukul.

Dia melepaskan Shichiten Shichitou. Pedang itu berputar ketika jatuh ke tanah.

“Kalau begitu apa-apaan yang kau lakukan di sini!?” Dia melihat ke bawah ke arah Kanzaki yang telah tumbang ke tanah. “Kalau kau punya kekuatan sebanyak itu...kalau kau punya kekuatan seperkasa itu, jadi kenapa kau begitu tidak punya kekuatan?”

Tanah bergetar.

Atau begitu yang dirasakan oleh Kamijou. Saat berikutnya dia tumbang ke tanah seakan listrik yang menggerakkan tubuhnya telah dimatikan.

(Bangun...lah... Serangan balik...akan datang...)

Penglihatannya diwarnai kegelapan.

Kamijou memaksa tubuhnya yang telah kehilangan terlalu banyak darah untuk melihat atau kembali bangkit. Dia bergerak untuk mencoba bertahan dari serangan balik Kanzaki. Dan yang terbaik yang bisa dia lakukan hanyalah menggerakkan satu ujung jari seperti ulat.

Tapi tidak ada serangan balik yang datang.

Tidak ada yang datang.

Part 2

Part 3

Part 4

Catatan

  1. Seperti dalam prolog, ini permainan kata: “jenius” dan “bencana” adalah homofon dalam bahasa Jepang
  2. Di Jepang, kitsune/rubah biasanya digambarkan sebagai mahluk yang punya kekuatan sihir. http://id.wikipedia.org/wiki/Kitsune


Previous Chapter 2 Return to Main Page Forward to Chapter 4