Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 10:58, 31 October 2012 by Kiritod (talk | contribs) (→‎Bagian 1)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1 - Underworld

Bulan Ke-3 Kalender Dunia Manusia 378


Bagian 1

disini, terdapat bebauan di udara.

Pikiran-ku yang telah terfragmentasi mencium bau tersebut tepat sebelum aku bangun.

Udara yang mengalir kedalam rongga hidung-ku mengandung informasi dengan jumlah yang besar. Aroma harum dari bunga-bunga. Aroma dari rumput hijau yang berkilauan. Aroma pepohonan yang menyegarkan yang berasa bisa menyegarkan dada-ku. Aroma air yang merangsang tenggorokan-ku yang sedang haus.

Di saat kesadaranku mulai bangkit, informasi dari kumpulan suara melonjak kedalam tubuhku. Suara dari dedaunan bergesekan satu sama lain. Suara burung-burung kecil bahagia yang sedang berkicau. Dibawah mereka terkadang terdengar suara dengungan para serangga. Suara lemah sungai kecil yang membisik dari kejauhan.

Dimana aku berada? Setidaknya sudah jelas ini bukan kamarku. Biasanya saat aku terbangun, selalu ada bebauan seperti sinar matahari dari lembaran yang kering, rintihan dari pendingin ruangan, suara mobil-mobil yang berlari di jalanan Kawagoe yang agak jauh, tapi semua hal tersebut tidak ada disini. Ditambah lagi —— lampu hijau yang menyikat secara teratur bulu mataku yang sedang tertutup sampai sekarang ini bukanlah buku dari cahaya yang lupa aku matikan, tapi cahaya matahari yang tersaring melalui dedaunan, bukankah begitu?

Aku berusaha melawan keinginanku untuk tidur kembali yang masih tertahan, sebelum akhirnya membuka mataku.

Aku berulang kali berkedip beberapa kali karena terkena cahaya sinar dalam jumlah yang banyak. Saat ku menggosok-kan mataku yang masih buram karna terkena air mata, dengan bagian belakang dari tangan kanan-ku, pelan-pelan Aku mengangkat bagian atas tubuh-ku.

"......Dimana Aku berada......?"

Secara tak sadar Aku bergumam.

Apa yang ku-lihat selanjutnya adalah semak-semak hijau. Disana terdapat bunga-bunga kecil berwarna putih dan kuning di berbagai tempat, kupu-kupu berwarna biru cerah yang terbang mengitari bunga-bunga tersebut. Kira-kira sepanjang 5 meter, karpet dari rerumputan telah di potong, dari sana, terdapat hamparan hutan yang mendalam, berbaris dengan pepohonan besar yang sepertinya telah berumur lebih dari 10 tahun.

Saat ku fokuskan pandangan-ku ke celah gelap diantara batang-batang pohon, hutan penuh pepohonan ini sepertinya masih berlanjut sampai batas dimana cahaya matahari bisa sampai. Batang pohon kasar yang telah sobek dan permukaan yang tertutup oleh lumut yang tebal, hijau berkilau dan keemasan dibawah matahari.

Aku menengok ke-arah kanan, dan berbalik, disambut dari seluruh penjuru oleh pohon-pohon tua. Dengan kata lain, sepertinya aku tengah berbaring di lingkaran rumput kecil di tengah hutan. Lagi-lagi Aku melihat kearah atas, dan diantara celah diantara pucuk-pucuk pohon yang membentang ke seluruh arah, terlihat langit biru yang terdapat awan-awan berserakan dengan bebasnya, seperti yang sudah Aku perkirakan.

"Dimana...... tempat ini...?"

Aku kembali bergumam dan menghela nafas. Tapi tetap tidak ada jawaban.

Aku mencari sampai ke seluruh sudut otak-ku, tapi Aku tidak bisa mengingat bagaimana Aku bisa datang dan berbaring ke tempat ini. Berjalan saat tidur? Amnesia? Saat prasangka yang berbahaya tersebut melintasi pikiran-ku, mustahil, dengan segera Aku menolak ide-ide tersebut.

Aku...... namaku adalah Kirigaya Kazuto. 17 tahun lewat 8 bulan. Aku tinggal di Kawagoe, prefektur Saitama bersama ibu dan adik perempuan-ku.

Aku merasakan hal yang entah kenapa sangat tenang seperti data yang berhubungan dengan-ku keluar dengan sangat halus, lalu Aku berusaha mencari dan menyaring lebih banyak ingatan.


Untuk sementara, Aku adalah siswa kelas 2 SMA. Tapi karena Aku telah mencukupi syarat untuk lulus di semester pertama tahun depan, Aku berfikir akan masuk sebuah universitas di musim gugur. Ya, Aku telah berkonsultasi dengan seseorang tentang hal itu. Kemarin minggu pada bulan Juni, saat hujan turun. Aku pergi ke kafe milik Agil, «Dicey Café» di Okachimachi sepulang sekolah, dan berbincang-bincang dengan temanku Sinon, Asada Shino tentang Gun Gale Online.

Lalu, Asuna —— Yuuki Asuna ikut dalam pembicaraan, kami bertiga berbincang-bincang sejenak sebelum pergi meninggalkan kafe.

"Asuna......"

Aku mempunyai kekasih, dengan lembut Aku ucapkan nama seorang gadis, gadis yang Aku dapat mempercayakan punggung-ku dengan penuh keyakinan. Aku melihat ke sekeliling-ku berulang kali, berusaha untuk mencari keberadaan-nya yang terukir sangat jelas dalam ingatanku, tapi, Aku tak dapat menemukan seorangpun sosok manusia di tengah rerumputan atau di dalam hutan yang lebat ini.

Saat aku bertarung dengan rasa sepi-ku, Aku berusaha mengingat kembali dalam ingatan-ku.

Aku dan Asuna berpisah dengan Shino setelah kami keluar dari kafe. Setelah keluar dari jalur Tokyo Metro Ginza di Shibuya, kami transit ke jalur Tōyoko untuk pergi ke Setagaya, tempat dimana rumah Asuna berada.

Hujan telah berhenti saat kami keluar dari stasiun. Saat kami berjalan berdampingan di jalanan yang terbuat dari batu bata, kami berbincang tentang universitas, Aku berkata terus terang tentang keinginanku untuk pergi ke universitas di Amerika, dan membuat permohonan yang tak masuk akal kepada Asuna agar dia ikut bersamaku, saat itu, Asuna memberikan senyuman lembut-nya yang lazim, lalu——


Ingatan-ku terhenti di-saat itu.


Aku tak bisa mengingatnya. Bagaimanakah jawaban Asuna? Bagaimana Aku mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke stasiun? Jam berapa Aku pulang ke rumah, jam berapa Aku pergi ke tempat tidur? Aku sama sekali tak bisa mengingat satu pun dari hal tersebut.

Saat aku agak terkejut, dengan putus asa Aku terus berusaha untuk mengingat lebih banyak.

Tapi, senyuman Asuna menghilang seperti buram ditengah air, kondisi setelah itu tak kunjung teringat bagaimanapun aku berusaha untuk mengingatnya. Aku mengerutkan dahi lalu memejamkan mata, dan tergesa-gesa menggail debu abu-abu yang muram.

Perasaanku saat ini sangat menyesak-kan seolah-olah aku sedang murka.

Hal itu hanya 2 gambaran yang muncul dari benak-ku, seperti gelembung-gelembung kecil. Secara tak sadar, aku menghirup udara yang manis dalam ke dada-ku. Dan dengan kuat Aku merasakan tenggorokan kering-ku, yang terlupakan sampai saat ini.

Tak ada keraguan tentang hal tersebut, kemarin sore Aku yakin Aku sedang ada di kota Miyasaka kawasan Setagaya. Lalu bagaimana aku berakhir tertidur di tengah hutan yang aku tak tau?

Tunggu dulu, apa itu benar-benar kemarin? Angin sepoi-sepoi yang bergesekan dengan kulitku terasa sangat sejuk dan nyaman. Tak terdapat sedikitpun kelembapan di hutan ini pada akhir dari bulan Juni. Kali ini, rasa takut yang nyata datang melalui punggung-ku.

«Ingatan kemarin», ingatan tempat-ku bergantung seolah-olah ingatan itu adalah landasan yang mengapung di tengah badai di sebuah laut, apakah itu benar-benar terjadi? apakah Aku... benar-benar apa yang Aku pikirkan.....?

Setelah mengusap wajahku dan membelai rambut-ku beberapa kali, Aku menurunkan tangan-ku dan melihatnya dengan teliti. Perasaanku terasa sudah sedikit tenang saat aku melihat tangan-ku terlihat sama seperti yang Aku punya didalam ingatan-ku, Ditangan-ku terdapat tahi lalat yang terletak di dasar jempol tangan kanan-ku, di bagian belakang dari jari tengah tangan kiri ku terdapat bekas luka yang Aku dapat saat Aku masih kecil.

Saat itu, pada akhirnya Aku menyadari sebuah perbedaan yang aneh.

Yang menggantikan baju tidur-ku bukanlah T-shirt ataupun seragam sekolah, bahkan itu bukanlah baju yang aku punya. Sebaliknya, bagaimanapun Aku melihat baju ini, Aku tak berfikir ini adalah baju yang tersedia di toko.

Tunik-nya diwarnai biru pucat, itu bukanlah katun kasar atau baju lengan pendek. Tekstur nya sangat lain dari biasanya, yang memberikan perasaan kasar. Benang jahit di belenggu baju sepertinya buatan tangan, bukan buatan mesin jahit. Tak terdapat kerah, potongan berbentuk V di bagian dada terikat dengan tali berwarna coklat muda. Saat aku melihat tali yang sedang kupegang dengan jariku, Aku dapat melihat itu tidak dibuat dari jalinan serabut, tapi dibuat dari kulit yang dipotong dengan halus.

Celana ini juga dibuat dari bahan yang sama, tapi celana ini berwarna krem seolah-olah tak di putihkan. Tak ada kantung di celana ini, sabuk kulit yang terikat di pinggang-ku tak dikencang-kan dengan gesper besi, tapi dengan kancing kayu yang sempit dan panjang. Sepatu ini juga sepertinya buatan tangan, beberapa paku payung menyangkut di bagian kulit dari sol sepatu.

Aku tak pernah melihat pakaian dan sepatu seperti ini. ——di dunia nyata.

"......tunggu."

Aku merilesk-kan bahu-ku, lalu bergumam sambil menghela nafas.

Walaupun baju ini sangat berbeda, disaat yang sama, baju ini terlihat seperti pakaian yang familiar. Dari Eropa saat jaman pertengahan, atau bisa dibilang dari sebuah fantasi, baju ini adalah barang yang disebut tunik, celana katun, dan sepatu kuliat. Tempat ini bukanlah kenyataan melainkan dunia fantasi, atau dunia virtual yang bagiku sangatlah familiar.

"tunggu......"

Aku mengucapkan hal itu lagi sambil memiringkan kepalaku.

Berarti aku sedang tertidur saat melakukan «FullDiving»? Tapi kapan dan game apa yang sedang aku maiinkan? kenapa Aku tak bisa mengingat apapun?

Toh Aku akan segera tau setelah Aku «Log-out», saat memikirkan hal tersebut, Aku melambaikan tangan kanan-ku.

Setelah beberapa detik, layar menu tidak juga keluar, jadi saat ini Aku melambaikan tangan kiri-ku. Hasilnya tetaplah sama.

Sementara Aku mendengarkan suara kicauan burung-burung kecil dan suara dedaunan yang bergesekan satu sama lain, secara sembrono aku berusaha melepaskan diri dari perasaan yang tak enak ini yang merayap sampai pinggang-ku.

Tempat ini adalah dunia virtual. Seharusnya begitu. Tapi —— setidaknya ini bukanlah Alfheim yang familiar. Sebelum itu, ini bahkan bukanlah dunia virtual yang biasanya yang diciptakan dengan «The Seed»