Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Bab 1
Chapter 1 - Underworld
Bulan Ke-3 Kalender Dunia Manusia 378
Bagian 1
disini, terdapat bebauan di udara.
Pikiran-ku yang telah terfragmentasi mencium bau tersebut tepat sebelum aku bangun.
Udara yang mengalir kedalam rongga hidung-ku mengandung informasi dengan jumlah yang besar. Aroma harum dari bunga-bunga. Aroma dari rumput hijau yang berkilauan. Aroma pepohonan yang menyegarkan yang berasa bisa menyegarkan dada-ku. Aroma air yang merangsang tenggorokan-ku yang sedang haus.
Di saat kesadaranku mulai bangkit, informasi dari kumpulan suara melonjak kedalam tubuhku. Suara dari dedaunan bergesekan satu sama lain. Suara burung-burung kecil bahagia yang sedang berkicau. Dibawah mereka terkadang terdengar suara dengungan para serangga. Suara lemah sungai kecil yang membisik dari kejauhan.
Dimana aku berada? Setidaknya sudah jelas ini bukan kamarku. Biasanya saat aku terbangun, selalu ada bebauan seperti sinar matahari dari lembaran yang kering, rintihan dari pendingin ruangan, suara mobil-mobil yang berlari di jalanan Kawagoe yang agak jauh, tapi semua hal tersebut tidak ada disini. Ditambah lagi —— lampu hijau yang menyikat secara teratur bulu mataku yang sedang tertutup sampai sekarang ini bukanlah buku dari cahaya yang lupa aku matikan, tapi cahaya matahari yang tersaring melalui dedaunan, bukankah begitu?
Aku berusaha melawan keinginanku untuk tidur kembali yang masih tertahan, sebelum akhirnya membuka mataku.
Aku berulang kali berkedip beberapa kali karena terkena cahaya sinar dalam jumlah yang banyak. Saat ku menggosok-kan mataku yang masih buram karna terkena air mata, dengan bagian belakang dari tangan kanan-ku, pelan-pelan Aku mengangkat bagian atas tubuh-ku.
"......Dimana Aku berada......?"
Secara tak sadar Aku bergumam.
Apa yang ku-lihat selanjutnya adalah semak-semak hijau. Disana terdapat bunga-bunga kecil berwarna putih dan kuning di berbagai tempat, kupu-kupu berwarna biru cerah yang terbang mengitari bunga-bunga tersebut. Kira-kira sepanjang 5 meter, karpet dari rerumputan telah di potong, dari sana, terdapat hamparan hutan yang mendalam, berbaris dengan pepohonan besar yang sepertinya telah berumur lebih dari 10 tahun.
Saat ku fokuskan pandangan-ku ke celah gelap diantara batang-batang pohon, hutan penuh pepohonan ini sepertinya masih berlanjut sampai batas dimana cahaya matahari bisa sampai. Batang pohon kasar yang telah sobek dan permukaan yang tertutup oleh lumut yang tebal, hijau berkilau dan keemasan dibawah matahari.
Aku menengok ke-arah kanan, dan berbalik, disambut dari seluruh penjuru oleh pohon-pohon tua. Dengan kata lain, sepertinya aku tengah berbaring di lingkaran rumput kecil di tengah hutan. Lagi-lagi Aku melihat kearah atas, dan diantara celah diantara pucuk-pucuk pohon yang membentang ke seluruh arah, terlihat langit biru yang terdapat awan-awan berserakan dengan bebasnya, seperti yang sudah Aku perkirakan.
"Dimana...... tempat ini...?"
Aku kembali bergumam dan menghela nafas. Tapi tetap tidak ada jawaban.
Aku mencari sampai ke seluruh sudut otak-ku, tapi Aku tidak bisa mengingat bagaimana Aku bisa datang dan berbaring ke tempat ini. Berjalan saat tidur? Amnesia? Saat prasangka yang berbahaya tersebut melintasi pikiran-ku, mustahil, dengan segera Aku menolak ide-ide tersebut.
Aku...... namaku adalah Kirigaya Kazuto. 17 tahun lewat 8 bulan. Aku tinggal di Kawagoe, prefektur Saitama bersama ibu dan adik perempuan-ku.
Aku merasakan hal yang entah kenapa sangat tenang seperti data yang berhubungan dengan-ku keluar dengan sangat halus, lalu Aku berusaha mencari dan menyaring lebih banyak ingatan.
Untuk sementara, Aku adalah siswa kelas 2 SMA. Tapi karena Aku telah mencukupi syarat untuk lulus di semester pertama tahun depan, Aku berfikir akan masuk sebuah universitas di musim gugur. Ya, Aku telah berkonsultasi dengan seseorang tentang hal itu. Kemarin minggu pada bulan Juni, saat hujan turun. Aku pergi ke kafe milik Agil, «Dicey Café» di Okachimachi sepulang sekolah, dan berbincang-bincang dengan temanku Sinon, Asada Shino tentang Gun Gale Online.
Lalu, Asuna —— Yuuki Asuna ikut dalam pembicaraan, kami bertiga berbincang-bincang sejenak sebelum pergi meninggalkan kafe.
"Asuna......"
Aku mempunyai kekasih, dengan lembut Aku ucapkan nama seorang gadis, gadis yang Aku dapat mempercayakan punggung-ku dengan penuh keyakinan. Aku melihat ke sekeliling-ku berulang kali, berusaha untuk mencari keberadaan-nya yang terukir sangat jelas dalam ingatanku, tapi, Aku tak dapat menemukan seorangpun sosok manusia di tengah rerumputan atau di dalam hutan yang lebat ini.
Saat aku bertarung dengan rasa sepi-ku, Aku berusaha mengingat kembali dalam ingatan-ku.
Aku dan Asuna berpisah dengan Shino setelah kami keluar dari kafe. Setelah keluar dari jalur Tokyo Metro Ginza di Shibuya, kami transit ke jalur Tōyoko untuk pergi ke Setagaya, tempat dimana rumah Asuna berada.
Hujan telah berhenti saat kami keluar dari stasiun. Saat kami berjalan berdampingan di jalanan yang terbuat dari batu bata, kami berbincang tentang universitas, Aku berkata terus terang tentang keinginanku untuk pergi ke universitas di Amerika, dan membuat permohonan yang tak masuk akal kepada Asuna agar dia ikut bersamaku, saat itu, Asuna memberikan senyuman lembut-nya yang lazim, lalu——
Ingatan-ku terhenti di-saat itu.
Aku tak bisa mengingatnya. Bagaimanakah jawaban Asuna? Bagaimana Aku mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke stasiun? Jam berapa Aku pulang ke rumah, jam berapa Aku pergi ke tempat tidur? Aku sama sekali tak bisa mengingat satu pun dari hal tersebut.
Saat aku agak terkejut, dengan putus asa Aku terus berusaha untuk mengingat lebih banyak.
Tapi, senyuman Asuna menghilang seperti buram ditengah air, kondisi setelah itu tak kunjung teringat bagaimanapun aku berusaha untuk mengingatnya. Aku mengerutkan dahi lalu memejamkan mata, dan tergesa-gesa menggail debu abu-abu yang muram.
Perasaanku saat ini sangat menyesak-kan seolah-olah aku sedang murka.
Hal itu hanya 2 gambaran yang muncul dari benak-ku, seperti gelembung-gelembung kecil. Secara tak sadar, aku menghirup udara yang manis dalam ke dada-ku. Dan dengan kuat Aku merasakan tenggorokan kering-ku, yang terlupakan sampai saat ini.
Tak ada keraguan tentang hal tersebut, kemarin sore Aku yakin Aku sedang ada di kota Miyasaka kawasan Setagaya. Lalu bagaimana aku berakhir tertidur di tengah hutan yang aku tak tau?
Tunggu dulu, apa itu benar-benar kemarin? Angin sepoi-sepoi yang bergesekan dengan kulitku terasa sangat sejuk dan nyaman. Tak terdapat sedikitpun kelembapan di hutan ini pada akhir dari bulan Juni. Kali ini, rasa takut yang nyata datang melalui punggung-ku.
«Ingatan kemarin», ingatan tempat-ku bergantung seolah-olah ingatan itu adalah landasan yang mengapung di tengah badai di sebuah laut, apakah itu benar-benar terjadi? apakah Aku... benar-benar apa yang Aku pikirkan.....?
Setelah mengusap wajahku dan membelai rambut-ku beberapa kali, Aku menurunkan tangan-ku dan melihatnya dengan teliti. Perasaanku terasa sudah sedikit tenang saat aku melihat tangan-ku terlihat sama seperti yang Aku punya didalam ingatan-ku, Ditangan-ku terdapat tahi lalat yang terletak di dasar jempol tangan kanan-ku, di bagian belakang dari jari tengah tangan kiri ku terdapat bekas luka yang Aku dapat saat Aku masih kecil.
Saat itu, pada akhirnya Aku menyadari sebuah perbedaan yang aneh.
Yang menggantikan baju tidur-ku bukanlah T-shirt ataupun seragam sekolah, bahkan itu bukanlah baju yang aku punya. Sebaliknya, bagaimanapun Aku melihat baju ini, Aku tak berfikir ini adalah baju yang tersedia di toko.
Tunik-nya diwarnai biru pucat, itu bukanlah katun kasar atau baju lengan pendek. Tekstur nya sangat lain dari biasanya, yang memberikan perasaan kasar. Benang jahit di belenggu baju sepertinya buatan tangan, bukan buatan mesin jahit. Tak terdapat kerah, potongan berbentuk V di bagian dada terikat dengan tali berwarna coklat muda. Saat aku melihat tali yang sedang kupegang dengan jariku, Aku dapat melihat itu tidak dibuat dari jalinan serabut, tapi dibuat dari kulit yang dipotong dengan halus.
Celana ini juga dibuat dari bahan yang sama, tapi celana ini berwarna krem seolah-olah tak di putihkan. Tak ada kantung di celana ini, sabuk kulit yang terikat di pinggang-ku tak dikencang-kan dengan gesper besi, tapi dengan kancing kayu yang sempit dan panjang. Sepatu ini juga sepertinya buatan tangan, beberapa paku payung menyangkut di bagian kulit dari sol sepatu.
Aku tak pernah melihat pakaian dan sepatu seperti ini. ——di dunia nyata.
"......Tunggu."
Aku merilesk-kan bahu-ku, lalu bergumam sambil menghela nafas.
Walaupun baju ini sangat berbeda, disaat yang sama, baju ini terlihat seperti pakaian yang familiar. Dari Eropa saat jaman pertengahan, atau bisa dibilang dari sebuah fantasi, baju ini adalah barang yang disebut tunik, celana katun, dan sepatu kuliat. Tempat ini bukanlah kenyataan melainkan dunia fantasi, atau dunia virtual yang bagiku sangatlah familiar.
"Tunggu......"
Aku mengucapkan hal itu lagi sambil memiringkan kepalaku.
Berarti aku sedang tertidur saat melakukan «FullDiving»? Tapi kapan dan game apa yang sedang aku maiinkan? kenapa Aku tak bisa mengingat apapun?
Toh Aku akan segera tau setelah Aku «Log-out», saat memikirkan hal tersebut, Aku melambaikan tangan kanan-ku.
Setelah beberapa detik, layar menu tidak juga keluar, jadi saat ini Aku melambaikan tangan kiri-ku. Hasilnya tetaplah sama.
Sementara Aku mendengarkan suara kicauan burung-burung kecil dan suara dedaunan yang bergesekan satu sama lain, secara sembrono aku berusaha melepaskan diri dari perasaan yang tak enak ini yang merayap sampai pinggang-ku.
Tempat ini adalah dunia virtual. Seharusnya begitu. Tapi —— setidaknya ini bukanlah Alfheim yang familiar. Sebelum itu, ini bahkan bukanlah dunia virtual yang biasanya yang diciptakan dengan «The Seed»
Tapi bukankah Aku baru saja memastikan tahi lalat dan bekas luka yang aku punya di dunia nyata? Game VR yang bisa membuat hal sedetail itu, setau-ku, tidak ada.
"Command. ......Log out."
Aku mengucapkannya dengan secercah harapan, tapi tetap tidak ada respon. Aku pun duduk bersila, Aku melihat tangan-ku kembali.
Di ujung jari-ku terdapat sidik jari. Di sendi-sendi ku terdapat kerutan. Rambut-ku halus dan tipis. Tubuhku sudah berkeringat dingin sejak tadi
Aku mengelap keringat-ku dengan baju-ku, dan mengecek detail dari kain ini lagi. Tali yang kasar terikat di bajuku menggunakan metode yang lama. Serat yang halus dan lembut terlihat jelas di permukaan-nya.
Jika ini dunia virtual, mesin yang membuat hal sedetail ini pasti mempunyai performa yang terlalu amat tinggi. Saat aku menatap kearah pucuk pohon diatas, dengan segera mencabik sehelai rumput dengan tangan kanan-ku dan menggenggamnya di depan mata-ku.
Standar dunia virtual «The Seed», yang menggunakan tehnik «Detail Focusing» tak akan bisa mengikuti gerakan ku yang sangat mendadak, dengan sedikit jeda waktu sebelum aku dapat melihat tekstur rumput yang sangat detail. Namun, dari vena yang tipis dan tepi yang bergerigi, bahkan sampai tetesan air yang menetes dari sela-sela, semuanya disajikan dengan detail yang amat sangat halus saat aku melihatnya.
Itu berarti objek yang terlintas di pandanganku dihasilkan dalam waktu yang nyata dengan tingkat ketelitian milimeter. Kalau begitu kapasitas untuk menyimpan satu daun ini pasti membutuhkan puluhan megabytes. Apakah hal itu mungkin?
Aku tak mau melanjutkan hal ini lagi, Aku menanam pikiran itu didalam pikiranku seperti Aku menekan rumput diantara kedua kaki-ku dan mulai menggali tanah menggunakan tangan kanan-ku
Tanah hitam yang lembab anehnya sangat lembut, akar kecil yang terbelit dengan segera tervisualisasi di mata-ku. Aku melihat gerakan menggeliat diantara akar-akar dan dengan lembut mengambilnya dengan jari-jari ku.
Itu adalah cacing tanah yang kecil, panjang-nya sekitar 3cm. Makhluk hijau yang berkilau, yang Aku tarik dari tempat berlindung-nya yang aman, menggeliat semboron. Apakah ini spesies baru? tepat setelah Aku memikirkan hal tersebut, cacing itu menaikkan salah satu ujungnya, yang kelihatannya adalah kepalanya, dan mengeluarkan tangisan kecil Kyu- kyu-. Saat aku merasa pusing, aku mengembalikannya ke tanah yang barusan Aku gali. Lalu Aku melihat kembali tangan kanan-ku, debu-debu hitam berserakan di tangan-ku, celah kuku-ku penuh dengan tanah.
Aku terdiam selama beberapa detik, lalu, saat masih segan, Aku mengutarakan 3 hipotesis yang dapat menjelaskan kondisi-ku sekarang ini.
Pertama, disini mungkin adalah dunia virtual yang diciptakan dengan teknologi «FullDive» terbaru. Situasi dimana aku bangun di tengah hutan, sangatlah umum di scene pembukaan game RPG fantasi.
Namun, kalau begitu, apapun jenis supercomputer yang Aku tau, tidak satu pun dari nya punya kemampuan yang dapat menghasilkan objek 3D yang amat sangat detail seperti ini. Mungkin aja Aku kehilangan bagian dari ingatan tentang waktu di dunia nyata telah berjalan beberapa tahun, atau bahkan beberapa puluh tahun.
Selanjutnya, kemungkinan tempat ini adalah suatu tempat di dunia nyata. Itu berarti Aku menjadi subjek kejahatan, sebuah eksperimen illegal, atau lelucon yang buruk, seseorang memakaikan baju ini pada-ku dan melempar-ku ke hutan di suatu tempat —— dari cuacanya mungkin tempat ini adalah Hokkaido, atau mungkin suatu tempat di belahan bumi bagian utara. Namun, Aku tak berfikir jepang punya spesies cacing tanah berwarna hijau metal yang bisa bersuara 'kyu kyu', atau bahkan negara manapun di dunia.
Lalu hipotesis terakhir, tempat ini mungkin berada di dimensi yang benar-benar berbeda, dunia yang berbeda, atau mungkin kehidupan setelah mati. Hal ini sangat familiar dan sering terjadi di manga, novel, dan anime. Berdasarkan hal tersebut, setelah ini aku akan menyelamatkan seorang gadis dari serangan monster, mendengarkan permintaan dari kepala desa untuk menjadi pahlawan, dan bertarung melawan raja iblis, Tapi di pinggang-ku tidak terdapat «Steel sword».
Aku memegang pusarku karena Aku diserang keinginan mendadak untuk tertawa, setelah entah bagaimana aku bisa menahannya, Aku memutuskan untuk menghilangkan kemungkinan ke 3 karna itu sangat tidak masuk akal. Pandangan-ku hilang diantara kenyataan dan bukan-kenyataan, Aku merasa seolah-olah Aku mulai kehilangan kewarasan-ku saat ini juga.
Bagaimana-pun juga —— Apakah ini dunia virtual? Ataukah ini dunia nyata?
Jika itu yang pertama, sesuper nyata apapun dunia ini, tidaklah sulit untuk memastikannya. Aku tinggal memanjat ke puncak pohon terdekat dan mendarat dengan kepala duluan. Jika Aku ter log out, atau terhidupkan kembali di save point di sebuah kuil di suatu tempat, maka tempat ini pasti adalah dunia virtual.
Tapi jika ini dunia nyata, hasil terburuk akan tercapai dari eksperimen tersebut. Dari sebuah novel yang dulu aku baca, suatu organisasi kriminal, agar dapat membuat film tentang death game sungguhan, menculik 10 orang dan meninggalkan mereka di tempat tak berpenghuni untuk membunuh satu sama lain. Meskipun hal tersebut sama sekali tak terpikirkan akan terjadi di dunia nyata, hal abnormal tersebut sudah terjadi saat insiden SAO terjadi. Jika ini benar-benar game yang bertempatkan di dunia nyata, Aku tak berfikir bunuh diri tepat di awal adalah pilihan yang tepat.
"......Jika benar seperti itu, mereka belum melakukan-nya sekarang....."
Aku secara tak sadar mengucapkan hal tersebut. Setidaknya Kayaba Akihiko masih melakukan tugas kecilnya, yaitu menjelaskan detail tepat di awal permainan.
Aku melihat keatas langit melewati pucuk pohon sebelum berbicara lagi,
"Oi, GM-san! Kalau kau mendengarkan, tolong balas Aku!!"
Namun, selama apapun aku menunggu, wajah besar atau pria berjubah tidak kunjung muncul. Saat itu, Aku mulai mengecek semak-semak sekitar lagi sebelum mencari sepanjang baju-ku untuk sesuatu seperti buku peraturan, tapi Aku tetap tak menemukan apapun.
Tampaknya, siapapun juga yang melempar-ku ke tempat ini tak punya niat untuk membalas panggilan permintaan tolong dariku. Situasi seperti ini, jika bukan kecelakaan...kalau begitu...tapi...
Saat aku mendengarkan kicauan burung-burung, Aku secara sembrono memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini.
Jika petaka ini kenyataan, aku berprasangka bergerak secara sembrono bukanlah ide yang baik. Mungkin saja saat ini, tim penyelamat sudah ada di tengah jalan.
Tapi, apa alasan petaka ini terjadi?
Jika memaksa untuk mendapatkan satu alasan, mungkin, ada masalah pada kendaraan saat Aku sedang dalam perjalanan —— mungkin itu pesawat atau mobil, dan Aku jatuh pingsan di hutan ini, dan guncangan nya menyebabkan Aku kehilangan beberapa memori tentang kejadian yang terjadi sebelumnya. Tapi itu tak bisa menjelaskan tentang baju yang aneh ini, dan juga tak ada goresan di tubuhku.
Atau, terjadi kecelakaan saat aku melakukan «Dive» di dunia virtual, hal seperti itu juga mungkin. Terdapat halangan di komunikasi dan menyebabkan Aku Log-in ke dunia yang pada dasarnya tidak connect. Tapi, jika ini yang terjadi, tak ada penjelasan untuk detail tingkat tinggi dari objek di dunia ini.
Dan, jika menganggap ini adalah situasi seperti itu. Maka lebih baik berfikir bahwa asalkan Aku tak melakukan tindakan apapun, situasi ini tak akan berubah.
"Yang mana kondisi yang tepat..."