Mahouka Koukou no Rettousei (Indonesia):Volume 3 Chapter 6

From Baka-Tsuki
Revision as of 23:09, 30 September 2013 by Mizaki (talk | contribs) (Created page with "==Chapter 06== Hari kedua Kompetisi Sembilan Sekolah. Mengenakan jaket tim teknisi, Tatsuya berdiri didekat pavilion SMA Satu dalam area kompetisi. Sejak upacara kemarin, ...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 06

Hari kedua Kompetisi Sembilan Sekolah.

Mengenakan jaket tim teknisi, Tatsuya berdiri didekat pavilion SMA Satu dalam area kompetisi.

Sejak upacara kemarin, ini kali kedua Tatsuya menggunakan jaket ini (hanya peserta yang hadir dalam upacara pembukaan).

Ditambah setelan yang dia kenakan pada sesi meet and greet, dan jaket ini, Tatsuya tetap tak bisa menghilangkan perasaan tak nyaman ini.

Tapi, Tatsuya tahu ini kewajiban, mau tidak mau dia harus terbiasa mengenakannya.

“Ada apa? Bad mood?”

“Tidak, bukan apa-apa, kenapa presiden berpikir seperti itu?”

Tatsuya dengan tenang menjawab pertanyaan Mayumi, tapi hatinya sedikit bingung.

Tatsuya percaya ‘poker face’ andalannya sudah sempurna, tapi apa dia memang mudah dibaca?

“Hmm~ kenapa ya?”

“Tunggu sebentar, jangan menanyakan pertanyaan ambigu juga......”

Tatsuya merasa tak berdaya, dalam hati.

Sepertinya bukan karena dia mengirim perasaannya ataupun cara bernafasnya menunjukkan seperti itu.

Tetapi, Mayumi yang bisa dengan akurat menebak pikiran Tatsuya tanpa pertanda apapun jauh lebih mengerikan bahkan hampir menjadi ancaman.

“Lupakan itu untuk sementara, ada keperluan apa, presiden?”

Tatsuya mengesampingkan masalah itu sekarang – dan tak banyak yang bisa dia lakukan meskipun dia sendiri prihatin – dan selidiki mengapa Mayumi mencarinya sebelum pertandingan dimulai.

“Melihat keadaanmu sekarang...... sudah mengingat semua datanya?”

Keputusan mengangkat Tatsuya sebagai asisten teknisi untuk Crowd Ball kategori wanita dilakukan secara mendadak tadi malam, jadi agar Tatsuya bisa menyesuaikan CAD para pemain, dia harus mengingat dengan cepat spesifikasi psion setiap pemain.

“Ya, semuanya.”

“Semuanya?”

“Ya, semuanya.”

Setelah Tatsuya mengulangi pernyataan yang sama untuk dua kalinya, Mayumi menatap Tatsuya dengan mata yang seperti terkejut.

“Ini mungkin seperti peninjauan kembali...... tapi Tatsuya-kun benar-benar mengagumkan, jangan bilang kamu memiliki kemampuan seperti mengingat langsung atau ingatan fotografi?”

“Dibandingkan denganmu, aku punya kekuatan sihir yang lebih aneh.”

“Dari sudut pandang pelajar, itu seperti kemewahan yang mustahil didapatkan.”

Sudah jelas, Mayumi dijamin mendapat tempat dalam universitas sihir tanpa mengikuti ujian masuk, tapi dia tetap mengatakannya.

– Diiringi dengan Mayumi yang menggunakan kedua tangannya untuk memegang pipinya yang cemberut.

“......”

“Hmm, ada apa?”

Tatsuya mulai memegangi keningnya dengan ibu jari dan telunjuk sementara Mayumi sedikit memiringkan kepalanya.

“Presiden, apa kau...... Sudahlah.”

Tatsuya ingin mengatakan “Apa kau benar-benar seperti ini dan bukan sekedar akting?”, walau akhirnya berhasil menelan pertanyaan tersebut dengan paksa – keputusan yang bijaksana.

“...... Bukankah pertandingannya akan segera dimulai?”

“ Memang, ayo berangkat.”

“Ah?”

“Tadi kubilang, ayo berangkat.”

“Ya...... benar.”

Penyesuaian CAD dilarang selama pertandingan berlangsung, tapi penyesuaian mungkin perlu dilakukan langsung setelah rehat.

Itulah alasan itulah, sudah sewajarnya teknisi terus mengikuti peserta daripada menunggu di pavilion – walau begitu, tidak perlu sampai bersama-sama menuju ke lapangan, tapi Tatsuya berjalan mengikuti Mayumi.

“Miyuki-chan berada di dek observasi?”

Hal pertama yang Mayumi tanyakan selagi mereka berjalan bersama.

“Dia pergi melihat ‘Icicle Destructuin’.”

Pertanyaan Mayumi tidak menyebabkan Tatsuya untuk berpikir “kenapa kau menanyakannya?”, tapi lebih berpikir “pertanyaan ini lagi?”

“Berarti...... Kalian berdua memang sesekali bergerak sendiri.”

Tatsuya dengan hati-hati menjaga ekspresinya tetap netral dan tidak membiarkan perasaan kurang senang terlihat dari jawabannya, sebaliknya Mayumi mengangguk dengan cukup ekspresi.

Tatsuya entah mengapa agak merasa sedih.

“...... Di mata presiden, apa kami sebegitu lengketnya?”

Ekspresinya bisa dibilang cukup memprihatinkan.

Mayumi dengan cepat menyangkal dengan melambaikan tangannya.

“Ah, bukan, aku tahu bukan itu masalahnya. Aku tahu kalau kalian berdua terpisah ketika melakukan tugas untuk dewan siswa dan selama kelas berlangsung, jadi, bagaimana ya mengatakannya...... Anggapan, ya ini hanya masalah anggapan!”

“Presiden...... bagi seorang penyihir, anggapan merupakan kenyataan.”

Hawa lembab yang meningkat dengan cepat serta tatapan berat menyebabkan Mayumi mengeluarkan tak terlihat.

Atmosfir berat tetap bertahan sampai mereka tiba di lapangan.

Ketika tiba di lapangan, Tatsuya merasa ini dapat mempengaruhi moral sebelum bertanding, karenanya dia mengekang ekspresinya dengan paksa.

Tetapi, ketika Mayumi membuka jaket pendinginnya (sport jacket dilengkapi dengan sistem pendingin berdasarkan thermodynamics), wajah tanpa ekspresi Tatsuya hampir tergelincir.

“...... Apa presiden akan mengenakan itu dalam pertandingan?”

“Benar.”

Anggukan meyakinkan dari Mayumi hanya menyebabkan Tatsuya sakit kepala.

“Apa presiden benar-benar mengenakan seragam itu dalam pertandingan?”

“Eh~ terlihat aneh ya?...... apa tidak cocok denganku?”

“...... Cocok sekali untukmu.”

“Benarkan......? Hee hee, terima kasih ya atas pujiannya.”

Mayumi dengan senang memulai pemanasan, sedangkan Tatsuya sekali lagi mengamati Mayumi sebagai verifikasi.

Bagaimana pun Tatsuya melihatnya, matanya tidak membohonginya.

Polo shirt berpasangan dengan rok mini hanya bisa dideskripsikan sebagai seragam tenis, dimana lebih memperhatikan trend fashion terkini daripada fungsinya untuk kompetisi.

Sedikit bersandar akan menyebabkan rok bergoyang dan mengungkapkan bagian dalam roknya.

“Crowd Ball” adalah olahraga yang menuntut ketahanan fisik.

Alat penembak yang digunakan untuk memadatkan udara untuk menembak bola dengan elastisitas rendah berdiameter 6 cm dimana pemain menggunakan raket atau sihir untuk mengirim bola ke seberang lapangan, dengan jumlah gol yang menentukan pemenang. Tiap set berlangsung selama tiga menit di dalam lapangan yang tertutup dalam kotak transparan. Setiap 20 detik, bola lainnya akan masuk dengan total 9 bola dalam lapangan, sehingga pemain tak memiliki waktu untuk mengambil nafas.

Pemain biasanya mengenakan t-shirt dengan celana pendek, meski ada yang memilih menggunakan pelindung lutut dan siku untuk mempermudah ketika menjatuhkan diri.

Jika hanya mengandalkan sihir, tidak perlu untuk berlari atau menggunakan alat pelindung, walau begitu pemain yang tidak menggunakan raket biasanya memakai alat pelindung lebih dalam lapangan.

Pada umumnya, tidak ada yang mengenakan pakaian yang membiarkan kaki mereka terbuka.

(Sekali lagi, mempertimbangkan orang ini, kata “mustahil” mungkin hilang dalam kamusnya).

Tatsuya sampai pada kesimpulan ini setelah mengamati sesaat dan menelan kenyataan ini.

“Tatsuya-kun...... apa kamu merenungkan sesuatu yang tidak sopan?”

“Aku tak akan berani...... tidak memerlukan raket?”

Tuduhan menohok seperti ini memaksa Tatsuya mengelak dengan cepat dan memakai nada bicara yang lebih formal untuk mengganti topik pembicaraan.

“Yah, seperti inilah gayaku.”

Untuk sesaat, Tatsuya berpikir Mayumi merujuk pada gaya “seragam tenis”, tapi jelas yang dimaksud Mayumi adalah gaya “hanya mengandalkan sihir”.

“CAD mana yang akan presiden gunakan?”

“Ini.”

Setelah berbicara, Mayumi mengeluarkan CAD Khusus berbentuk handgun.

Larasnya sedikit pendek, oleh sebabnya lebih dikenal dengan “short model” sedangkan beberapa sebagian minoritas menyebutnya sebagai “model sipil” (model yang digunakan Tatsuya adalah “laras panjang”, yang mana disebut “model carbine” oleh beberapa minoritas).

CAD tipe handgun dan riffle dilengkapi dengan pungubah sasaran dalam laras senapan. “Laras senapan” sebenarnya adalah lokasi target reticle untuk kalkulasi sihir (koordinat relatif untuk Eidos di dalam dimensi informasi) yang berfungsi sebagai sensor gerak.

Makin panjang laras senapan sebuah CAD, semakin besar penekanannya pada pengubah sasaran.

Di sisi lain, untuk penyihir yang hanya memperhatikan kecepatan aktivasi dari CAD Khusus dan tidak memerlukan modifikasi target, short model menyediakan segala sesuatu yang mungkin mereka inginkan.

“Kalau tak salah ingat, presiden biasanya menggunakan CAD Umum?”

“Biasanya seperti itu, tapi aku menggunakan ini sekarang.”

Komentar Mayumi terdengar abstrak, tapi Tatsuya dengan tepat menafsirkannya sebagai “karena pertandingan ini hanya memerlukan satu sihir, aku memilih model khusus”.

“Sihir tipe perpindahan? Atau sihir percepatan terbalik?”

“Benar, ini “multiple bounce”.”

Mayumi melakukan pemanasan dengan teliti, jadi dia tidak bermain “pura-pura malu” dengan Tatsuya sebelum menjawab pertanyaannya.

“Tatsuya-kun, bisa bantu aku sebentar?”

“Tak masalah.”

Mayumi duduk di lapangan dengan kedua kaki terbentang dan Tatsuya dengan lembut mendorong punggungnya.

Dengan hampir tak adanya resistensi berarti, dadanya menempel pada lapangan.

“Menggunakan multiple bounces untuk mengambil keuntungan dari vektor energi kinetic...... Tapi hanya bergantung pada sihir ini bukankah cukup beresiko? Jika bola yang tidak elastis kehilangan momentum pada lapangan atau dinding, mustahil mengembalikannya ke lapangan seberang.”

Tatsuya bisa merasakan panas tubuh mengalir melalui telapak tangannya ketika dia dengan lembut membisikkan peringatan.

“Hmm! Hmm hmm hmm...... Whew, aku juga menyiapkan beberapa sihir tipe percepatan lainnya, tapi aku belum pernah menggunakannya tahun lalu.”

Dia berbicara seolah tak peduli, tapi ini jelas membutuhkan perbedaan kekuatan yang signifikan untuk mengisi kepercayaan diri seperti ini.

Sekali lagi, Tatsuya menyadari betapa kuatnya Mayumi bila dibandingkan dengan orang lain.

“Sepertinya cukup.”

Mayumi stretching ke kiri dan kanan sebanyak empat kali dan memberi tahu Tatsuya untuk melepaskannya.

Tatsuya berdiri dan mundur beberapa langkah sedangkan Mayumi merapatkan kakinya dan mengangkat tangannya kearah Tatsuya sambili menatapnya.

Awalnya Tatsuya tak terlalu yakin apa yang diinginkan Mayumi, tapi saat dia menyadari Mayumi menatapnya seksama dengan meningkatkan ekspresi kurang senang, dia dengan cepat mengerti maksud Mayumi.

Tatsuya mendatangu Mayumi dan menggenggam tangan.

Tangan yang cantik dan lembut.

Dengan tarikan lembut, Mayumi dengan mudah berdiri.

“Terima kasih.”

“Ah tidak, terima kasih kembali.”

Tatsuya secara pribadi merasa responnya sudah sangat ramah, tapi karena beberapa alasan Mayumi terlihat sangat bahagia.

“Hmm~ perasaan yang menyegarkan.”

“Ah?”

Pernyataan yang keluar secara tiba-tiba.

Tatsuya menjawab dengan reflex dan Mayumi merespon dengan senyum.

“Aku punya kakak laki-laki dan adik perempuan, tapi tidak punya adik laki-laki.”

Tatsuya sudah mengetahui hal ini.

Tidak seperti keluarga Yotsuba yang diselimuti rahasia, keluarga Saegusa selalu terbuka untuk publik.

Setiap ulang tahun anak-anaknya dirayakan secara mewah dan mengundang banyak tamu.

Hanya memerlukan investigasi sepintas mengenai keluarga Saegusa, jadi tak sesulit itu.

Jika dia tak salah ingat, selain dua kakak laki-laki, Mayumi juga mempunyai adik kembar, kelas 3 SMP.

“Tatsuya-kun tidak memperlakukanku secara berbeda kan?”

“Aku pribadi tak percaya aku berpura-pura terlalu akrab dengan presiden......”

Khawatir jatuh kedalam perangkap, Tatsuya menjawab dengan hati-hati, tapi Mayumi hanya tertawa ringan.

“Bukan itu maksudku. Kamu tidak waspada disekitarku, gugup atau gelisah, benar kan?”

Sementara lupakan yang pertama, bukankah dua terakhir hanya terjadi dalam kondisi yang Mayumi buat sendiri? Pikir Tatsuya tapi tidak mengatakannya.

“Kamu memanggilku menggunakan panggilan yang layak, tapi kenyataannya kamu tidak terlalu ramah juga. Aku pikir kamu orang yang dingin, tapi masih mengikuti permintaanku yang egois, jadi aku pikir mungkin seperti ini rasanya jika memiliki adik laki-laki.

Tanpa sadar mata Tatsuya terbuka lebar menatap Mayumi.

Memang, bila tinggi badannya tidak termasuk, Mayumi memiliki kepribadian yang baik, sisi feminim yang mengejutkan dan walaupun agak sulit dilihat, Mayumi sangat peduli dengan orang disekitarnya, atribut “onee-san” sangat cocok dengannya.

Tapi yah, dengan segala kejujuran, memiliki onee-san seperti Mayumi mungkin bisa berarti stress seumur hidup.

“...... Entah lah, aku juga hanya punya adik perempuan.”

“Benar juga.”

Mayumi tersenyum lembut ketika melihat Tatsuya. Senyuman ini cukup untuk membuat orang lain curiga kalau Mayumi sama sekali lupa dengan pertandingan.

Sedikit gelisah, Tatsuya mencari peluang untuk melarikan diri.

“Kalau begitu permisi, sepertinya aku harus melihat status pemain lain.”

“Tidak perlu.”

Sayang sekali, karena campur tangan orang ketiga, rencana Tatsuya mencari jalan keluar buyar sudah.

“Ara, Izumin.”

“Saegusa...... Masih menggunakan panggilan biasanya.”

Orang yang kelihatannya sedang berjuang menghadapi sakit kepala adalah murid perempuan yang mengenakan jacket yang sama dengan Tatsuya, murid kelas tiga dari tim teknisi – Izumi Rika.

“Jadi kamu lebih suka dipanggila Rika-chan?”

“Sengaja ya! Ah, sudahlah, panggila saja Izumin.”

“Jadi Izumi-senpai, apa maksudnya dengan tidak perlu?”

Tatsuya sudah mendapat pelajaran berharga, bermain kata-kata dengan Mayumi merupakan pertarungan yang sia-sia.

Tatsuya tak terlalu menghiraukan candaan Mayumi serta reaksi Izumi, dan hanya fokus pada pernyataan pertama.

“Hmm? Oh...... Tatsuya-kun, kau duluan saja dan urus pertandingan Mayumi, aku akan mengurus yang lainnya.”

Murid perempuan bernama Izumi tidak memperlihatkan sikap mendukung terhadap masuknya Tatsuya dalam tim teknisi.

Bukan karena merasa bagian siswa elit, masalahnya mungkin terletak pada harga dirinya.

Dia mungkin percaya kalau dia mampu mengatasi situasi ini tanpa bantuan Tatsuya.

“Benarkah? Baik kalau begitu.”

Sebenarnya, Tatsuya sangat ingin kabur dengan cepat, tapi karena tugasnya sudah ditetapkan, dia sudah tak punya jalan keluar.

Tatsuya hanya mengangguk tanpa memberikan komentar lebih lanjut.

“Kalau begitu kuserahkan padamu.”

Izumi meninggalkan pesan tersebut dan berangkat.

“Izumi sebenarnya bukan orang yang jahat.”

Mayumi memancarkan aura tak berdaya ketika dia melihat sosok Izumi yang berangkat, tapi kalimat yang Mayumi katakan dengan lembut kepada Tatsuya hanya sekedar lewat saja di telinga yang bersangkutan.

Tak peduli seperti apa tindakan yang dilakukan Izumi atau bagaimana Mayumi mencoba membela Izumi, keduanya tak berarti bagi Tatsuya.

“Crowd Ball” merupakan olahraga yang memiliki banyak persamaan dengan tenis dan racquetball, tapi tidak memiliki aturan serve.

Setiap set berlangsung selama tiga menit dengan waktu istirahat tiga menit diantara tiap set, dengan total tiga set tiap putaran (sedangkan kategori putra lima set).

Setelah sinyal tanda permainan dimulai, bola yang seterusnya ditembakkan dari tekanan udara akan dilepaskan setiap 20 detik sekali dan kekacauan dimana lapangan penuh dengan bola akan berlangsung sampai akhir.

– Biasanya seperti itulah keadaannya.

Hanya saja, pertandingan yang terbentang di depan mata Tatsuya tidak begitu.

Lawan Mayumi juga seperti Mayumi, lebih memilih untuk mengandalkan sihir.

Seperti yang diharapkan dari peserta yang mengikuti pertandingan ini, mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam sihir tipe perpindahan.

Lawan Mayumi terlihat lebih mengandalkan pergerakan fisik untuk mengimbangi penglihatannya dan dengan cepat membidik short model handgun CAD yang dipegang dengan ke dua tangannya ke arah tiap bola.

Tiap bola yang terkena sihir tipe perpindahan berubah arah sebelum jatuh di setengah lapangan Mayumi dan terbang dengan lintasan tidak wajar ke arah setengah lapangan Mayumi.

Tiap bola, tanpa kecuali.

Mayumi berdiri di tengah lapangan sedang memegang CAD-nya dengan kedua tangan di hadapan dadanya.

Mayumi memegang CAD-nya seperti sedang berdoa, matanya berkilau seperti cahaya misterius disaat dia sedikit menatap kebawah.

Hanya dengan ini sudah cukup untuk menggagalkan lawannya mencetak angka.

Jika dilihat, jaraknya kurang lebih 10 cm.

Hanya sejauh ini bola lawan diizinkan memasuki posisinya.

Sihir Mayumi tidak membuat penyesuaian seksama terhadap bola.

Tidak juga dia membidik ke blind spot lawannya, tetapi murni mengembalikan setiap bola ke arah lawannya. Ketika lawan mengubah lintasan, Mayumi membalas dari setiap sudut dengan sihir jelas sulit.

Dan, seseorang yang dengan kejam terus mencetak angka adalah Mayumi.

Perbedaan angkanya benar-benar jomplang tanpa memberikan kesempatan kepada lawan.

Ketika peluit berbunyi sebagai tanda akhir set pertama, sang lawan berlutut tak berdaya di atas lapangan.

Gerakan yang tepat menggambarkan keputus-asaan lawan.

Mayumi terlihat cukup tenang menggunakan sihir yang terlihat agung, tapi emosinya jauh dari kata tenang.

Ketika mendengar peluit, dia tak bisa menahan diri menarik dan mengeluarkan nafas panjang sebagai rasa lega.

Selama pertandingan berlangsung, dia sudah merasa masuk kedalam pertarungan sengit.

Bukan karena sombong, tapi Mayumi bisa merasakan kalau kekuatannya jauh melampaui lawannya, kemenangan sudah bisa dijamin selama dia bisa mempertahankan permainannya.

Masalahnya terletak pada sepasang mata di sisi lapangan Mayumi.

Mayumi sudah terbiasa menghadapi tatapan orang lain.

Sejak kecil, dia selalu berada dalam pengamatan masyarakat.

Tak peduli walaupun itu murni tatapan penuh rasa kagum, atau tatapan penuh rasa cemburu yang terselubung, Mayumi menghadapinya seakan menganggap semua itu oksigen disekelilingnya.

Meski demikian, tatapan yang dihadapinya selama tiga menit lalu sama sekali berbeda dengan tatapan yang pernah dihadapinya.

Seakan setiap inchi tubuhnya dibawah pengamatan mikroskop.

Bukan hal seperti seseorang melihatnya telanjang atau sebagainya (walaupun itu sendiri juga merupakan masalah serius).

Tatapan yang Mayumi rasakan darinya – Tatsuya, bukan sesuatu yang sepele.

Bukan hanya kulitnya, semuanya – daging dan tulang yang menciptakan ciri khas tubuhnya, kesadarannya, emosi, nilai, sifat, kegemaran, pengalaman yang membuat dirinya seperti sekarang, bakat dan kegigihannya yang menyokongnya sampai saat ini – semua yang terdapat dalam diri “Saegusa Mayumi” diuraikan dan diperlihatkan. Sepasang mata ini menyebabkan Mayumi merasakan ketakutan yang belum pernah dialami sebelumnya.

Ini kali pertama Tatsuya mengamati pertandingan Mayumi dari jarak yang cukup dekat.

Dan Tatsuya seharusnya juga pernah mengamati pertandingan murid kelas satu yang berada dibawah pengawasannya dari jarak seperti ini, tapi belum ada murid kelas satu yang komplain karena terlalu gelisah.

Mayumi percaya tak ada gadis yang bisa bertahan menghadapi perasaan ini.

Dalam hal ini, perasaan ini bukan sekedar kesalahpahaman Mayumi semata, atau – sesuatu yang hanya bisa dia rasakan.

Saat ini, Mayumi ditengah-tengah tiga menit waktu istirahat dimana biasanya pemain mengambil minuman dan menyeka keringatnya dengan handuk.

Sialnya, tasnya yang berisi handuk dan air minum berada tepat disamping Tatsuya.

Berjalan keluar lapangan sudah pasti bergerak kearah dimana Tatsuya menunggu – dimana dia siap untuk menyergap.

Mayumi sedikit takut meninggalkan lapangan.

Biar begitu, dia tidak bisa tetap berada dilapangan juga. Walaupun Mayumi sama sekali tidak bergerak pada set sebelumnya, dia harus menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat sekarang. Bukan hanya itu, dia harus mengisi cairan tubuh yang hilang dan pindah lapangan.

Dia takkan peduli jika dia mengagetkan anggota Komite Operasional, tapi mengingat posisi Mayumi, dia tidak boleh membuat khawatir murid yang datang untuk mendukungnya.

Mayumi menarik nafas dalam-dalam membuang semua kegelisahan dan kekhawatirannya.

(Lupakan, wanita harus berani).

Mayumi memerintahkan kakinya untuk berjalan.

“Pertandingan yang bagus.”

Saat adik kelasnya menyerahkan handuk kepadanya, Mayumi merasakan perasaan kecewa katika rasa takut yang tak dikenalnya tadi perlahan hilang seperti mimpi.

Seperti biasa, pikiran apapun yang dimiliki Tatsuya dibalik raut wajah yang serius benar-benar tersembunyi dibalik ‘poker face’ yang bahkan sulit dibaca Mayumi. Pemuda ini memberikan Mayumi rasa takut yang tak berwujud dan tak teridentifikasi, tapi disaat yang bersamaan juga memberikan perasaan lega yang ajaib seperti Tatsuya tak akan mengkhianatinya.

Komentarnya tadi tentang “memiliki adik laki-laki” terjadi secara spontan dan memang bertujuan untuk menggoda Tatsuya. Walau terdengar seperti bercanda, dalam beberapa hal mencerminkan perasaan Mayumi yang sebenarnya.

Mayumi tiba pada kesimpulan, takut kepadanya merupakan hal yang menggelikan, jadi dia mengadopsi sikap tegar.

“Jangan mengatakan itu dulu, pertandingan belum selesai, jadi sekarang bukan saatnya untuk santai.”

Tatsuya masuk tim perwakilan sekolah, walaupun bukan sebagai pemain.

Dia hanya bertugas sebelum dan sesudah pertandingan dan hanya sebagai pengamat selama pertandingan berlangsung, mengatakannya “bukan saatnya untuk santai” terdengar sangat aneh, tapi Tatsuya tidak mengatakan apapun meski menyadari ini.

“Tidak, sudah selesai.”

Tatsuya mengarahkannya ke masalah yang lebih jelas.

“Ah?”

“Lawan sudah tak bisa melanjutkan pertandingan, walaupun dia bermain pada set kedua, pasti akan terjatuh akibat kelelahan. Tim pendukung mereka menyadari hal ini, dan babak ini akan berakhir dengan menyerahnya mereka.”

Mayumi berbalik untuk melihat penasehat taktik tim lawan sedang berdiskusi dengan tim juri mengenai hal yang baru saja mereka bicarakan.

Pemain lawan terkapar di atas kursi panjang dan diselimuti alat pendeteksi medis.

“Kelelahan psion karena penggunaan sihir secara terus menerus, besar kemungkinan karena kekeliruan. Dia kurang sepadan untuk menjadi lawanmu, presiden.”

“...... Kamu mengerti semua itu hanya dengan melihat mereka?”

“Sepanjan aku bisa “melihat dengan jelas”.”

Mustahil bagi tim juri untuk mendengar perkataan Tatsuya, dan saat Tatsuya selesai berbicara, tim juri mengumumkan bahwa lawan Mayumi mengundurkan diri dari pertandingan.

Bingung, Mayumi berdiri terpaku tanpa bergerak, sisi yang sangat jarang terlihat darinya yang biasanya akan segera tertawa. Akan tetapi, Tatsuya tidak tersenyum, hanya mengajak Mayumi untuk bergegas.

“Ayo kembali ke pavilion. Lebih baik segera melihat kembali CAD-mu dan bersiap untuk babak selanjutnya.”

“Ya, kamu benar, kuserahkan semua padamu.”

Saat ini, Tatsuya memegang kendali keadaan, tapi Mayumi juga tidak memberikan perlawanan yang sia-sia ketika dia mengambil tasnya dan mengikuti Tatsuya.

Setelah Tatsuya mengaktifkan maintenance device, Mayumi menyerahkan CAD-nya dan langsung duduk disampingnya.

Bukan didepannya.

Mayumi tidak menggunakan jacket pendinginnya yang panjang hingga ke lutut, jadi sekarang dia masih dengan “seragam tenis” yang dia kenakan sewaktu pertandingan, tapi bukan karena Mayumi sedang dalam suasana hati untuk menggoda, melainkan karena Tatsuya tak lagi menyebabkan dia merasakan dingin yang kurang wajar.

Mereka berdua cukup dekat hingga bahu mereka saling menempel satu sama lain, tapi Tatsuya tidak mencoba melihat paha Mayumi yang terekspos.

Tidak juga Mayumi merasa kecewa karenanya.

Konsentrasinya diarahkan kepada maintenance device beserta CAD yang tersambung pada mesin.

“Kamu tidak perlu mengukur statusku saat ini?”

“Durasinya kurang lebih 10-15 menit, jadi walaupun kita menulis ulang kodenya, tak ada waktu untuk mengujinya, jadi hampir tidak ada artinya mengambil waktu lebih untuk pengukuran.”

Ini cukup sering muncul pada saat percakapan sehari-hari mereka, tapi sekali ini tanpa sadar Mayumi memiringkan kepalanya.

Berdasarkan apa yang dikatakan Tatsuya, ini terdengar seakan dia bisa mendapatkan estimasi kasarnya tanpa bantuan mesin.

“...... Kamu bisa mengatakannya dengan melihat?”

“Tentu saja, presiden juga pasti mengetahuinya.”

“Kalau itu......”

“Presiden pasti juga tahu selama mereka penyihir, apakah sihir aktif dengan normal atau jika CAD berfungsi dengan normal tanpa penggunaan mesin kan?”

“Aku juga tahu.”

“Dalam beberapa hal, pengetahuanku hanya sedikit lebih luas.”

Tatsuya terus melihat rentetan character yang terus mengalir.

Mayumi sebenarnya sangat tertarik apa sebenarnya “dalam beberapa hal” tadi, tapi dia takkan berani mengganggu teknisi yang bekerja untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

Tatsuya mencabut CAD dari maintenance device dan mematikannya sebelum memeriksa pelatuk dan circuit Rangkaian Aktivasi, dan menyerahkan CAD tersebut kepada Mayumi.

Seperti janjinya, dia tidak akan menyentuh kode di dalamnya.

Mayumi pribadi menghela nafas lega (walaupun dia berpikir berhasil menyembunyikannya, tapi Tatsuya melihat semuanya), dan karena beberapa alasan, setelah menerima CAD tersebut, dia meletakkan jarinya disekitar pelatuk dan meletakkan CAD tsb di atas pahanya.

“Presiden...... ini agak sedikit menggelisahkan, bisakah tidak mengarahkan muzzle-nya kearahku?”

Sebenarnya, CAD tidak memiliki “muzzle”.

CAD berbentuk senapan besar biasanya dilengkapi dengan pendeteksi gambar dibagian depan yang memberikan kesan “muzzle” dari senapan laser, tapi tanpa memperdulikan model panjang atau pendek, “laras senapan” terbuat dari besi.

Tetap saja, desain keseluruhan persis menyerupai pistol asli, bagi mereka yang menyadari bahaya sesungguhnya dari senjata api, secara alami akan merasa tidak nyaman menatap mulut senjata.

“Ah, Maaf.”

Tatsuya tak terlalu yakin seberapa terbiasa Mayumi dengan situasi seperti itu, tapi Mayumi langsung meminta maaf dan langsung menggeser CAD dan mengarahkan mulutnya ke diri sendiri.

“Seharusnya aku yang meminta maaf karena menyusahkanmu untuk hal sepele seperti ini.”

“Tolong jangan khawatirkan, bagaimanapun ini masalah tatakrama. Jadi bagaimana?”

Petanyaan Mayumi sekali lagi terlalu sederhana, tapi Tatsuya tidak memiliki masalah menyelusuri maksudnya yang tersembunyi.

“Aku rasa proses kalibrasi dilakukan dengan baik, tidak ada overclocking, tidak ada fitur khusus yang tak perlu, sangat sesuai menurut petunjuk. Ad penekanan berlebihan pada stabilitas yang menyebabkan Rangkaian Aktivasi berbelit di beberap area, tapi mempertimbangkan kekuatan presiden, menurutku secara keseluruhan sudah sempurna.”

Bagaimana juga, sekarang bukan saatnya untuk merayu atau mengatakan hal yang tak perlu, jadi Tatsuya mengatakan penilaiannya secara blak-blakan.

“Benarkah......? hehehe, senang sekali mendengarnya.”

Daerah sudut sekitar matanya sedikit bewarna merah muda saat dia sedikit memalingkan pandangannya dengan tersenyum malu.

Jika dibandingkan dengan tersipu malu, reaksi ini lebih membuat canggung.

“...... Benarkan?”

Alasan sebenarnya mengapa Tatsuya menanyakan ini karena dia sudah tak tahu bagaimana menghadapi situasi ini, tapi pertanyaan sebenarnya yang mengintai di dasar hatinya adalah Mayumi seharusnya sudah lama terbiasa dengan pujian seperti itu setiap hari.

“Tentu saja, mendapat pujian dari seseorang yang biasanya jarang sekali memberikan pujian, bukankan itu alasan yang layak untuk merasa senang?”

Tatsuya tak percaya jika dirinya seseorang yang sudah dewasa.

Dari sudut pandang objektif, dia merasa masih seorang anak yang belum dewasa.

Walau begitu, penilaian Mayumi membuatnya menjadi salah satu golongan kecil di masyarakat yang tak mampu setidaknya untuk berpura-pura ramah, yang tentu saja dia tidak setuju sepenuhnya.

“...... Aku bisa sama ramahnya seperti orang lain.”

Akan tetapi, bantahan dari Tatsuya hanya memperoleh senyuman manis dari Mayumi yang jelas mengatakan dia bisa melihat dalih Tatsuya.

“Berarti kamu hanya sekedar ramah tadi?”

“...... Tidak.”

Senyum gembira Mayumi menyerang Tatsuya dengan cara yang salah, tapi melanjutkan persoalan ini juga tak ada manfaatnya.

Dan juga, sejak awal dia tak menemukan alasan untuk harus menjawab.

Dengan tenang, Tatsuya menerima senyuman Mayumi.

Diantara pertandingan Kompetisi Sembilan Sekolah, diantara keenam pertandingan lainnya “Crowd Ball” merupakan pertandingan dengan jumlah pertandingan terbanyak untuk hari ini. “Crowd Ball” dengan “Icicle Destruction” masing-masing mempunyai 5, tapi “Monolith Code” dan Icicle Destruction” dibagi menjadi 2 hari, karenanya “Crowd Ball” harus menyelesaikan 5 pertandingan dalam setengah hari.

Waktu yang dialokasikan memang singkat, tapi melihat sifat dasar pertandingannya serta fakta setiap set berlangsung selama tiga menit