Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid2 Bab03

From Baka-Tsuki
Revision as of 17:47, 12 June 2008 by V33D12AG0N (talk | contribs) (New page: '''Bab 3''' Hari Sabtu pun tiba. Kami akan segera bertemu di stasiun. Saat aku tiba dengan membawa semua peralatan menggunakan tas ransel terbesar yang ada di rumahku, mereka berempat su...)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 3

Hari Sabtu pun tiba.

Kami akan segera bertemu di stasiun. Saat aku tiba dengan membawa semua peralatan menggunakan tas ransel terbesar yang ada di rumahku, mereka berempat sudah menungguku.

Penampilan Haruhi dengan pakaian sederhana dan kecantikan Asahina-san tampak menarik seperti biasa. Mereka tampak seperti sepasang saudara yang tidak selaras. Asahina-san yang terlihat lebih muda walaupun sebenarnya lebih tua, mengenakan pakaian dewasa.

Dikelilingi oleh tiga orang aneh, Asahina-san bernafas lega saat melihatku dan mengangguk saat melambaikan tangannya padaku. Ah, menyenangkan rasanya.

"Kau terlambat!"

Haruhi mungkin membentakku, tapi aku yakin ia sedikit senang. Ia melimpahkan pengeras suara dan kursi sutradara ke dalam tasku, itulah mengapa ia datang dengan tangan kosong.

"Ini belum jam sembilan,"

Kataku sambil mengerutkan dahi. Aku mengarahkan pandanganku ke samping dan melihat ekspresi Nagato yang mirip patung porselin dan senyuman tenang Koizumi. Hari ini hari libur. Melihat Nagato yang masih mengenakan seragamnya di hari libur itu normal. Tapi mengapa Koizumi juga masih mengenakan seragamnya?

"Kelihatannya ini adalah kostumku untuk film ini,"

jawab Koizumi,

"Ia memberitahuku kemarin. Aku akan memerankan seorang esper yang menyamar menjadi murid SMA."

Bukankah itu memang dirimu!?

Kuletakkan tasku yang berisi kamera dan peralatan shooting lainnya dan mengusap keringat dari keningku. Haruhi menunjukkan wajah riangnya seperti seorang anak SD yang siap berangkat tamasya dan berkata,

"Kyon, kau harus membayar dendanya karena kau yang terakhir datang, tapi tidak sekarang. Sekarang, kita harus menaiki bus. Aku akan membayar biayanya, karena itu adalah bagian dari pengeluaran juga, tapi kaulah yang harus mentraktir makan kita semua.

Setelah menentukan usul sepihaknya, ia melambaikan tangannya,

"Semuanya! Halte busnya di sebelah sini! Ikuti aku!"

Sekarang aku menyadari ban lengannya kini berlabelkan "Sutradara Besar". Sepertinya Haruhi berpikir ia bahkan melebihi Sutradara Hebat. Apakah ia akan membuat suatu film yang menakjubkan?

Kutekankan sekali lagi, aku masih percaya membuat video spesial tentang Asahina-san akan lebih menyenangkan daripada ini.


Setelah tiga puluh menit menaiki bus melewati jalan yang bergelombang, kami turun di sebuah halte di kaki bukit. Kami kemudian menghabiskan tiga puluh menit selanjutnya mendaki jalan pegunungan yang sempit.

Kami tiba di sebuah taman hutan yang banyak dijumpai di pedesaan. Ini adalah tempat yang sangat kukenali semenjak SD, karena setiap tamasya tahunan, kami selalu melakukan hiking di gunung terdekat.

Sebenarnya ini bukan benar-benar suatu taman, karena para pemiliknya hanya membuka seruas jalan di bukit dan membangun air mancur di atasnya. Tempat ini begitu kosong hingga aku berpikir mengapa aku harus mendaki begitu tinggi ke sini. Hanya anak-anak kecil yang tak mempunyai konsep hiburan yang merasa senang berada di sini. Dan yang membawa anak-anak itu ke sini biasanya orang tua mereka.

Dengan menggunakan air mancur di tengah-tengah sebagai titik awalnya, kami memutuskan untuk memakai tempat ini sebagai markas untuk acara shooting hari ini. Haruhi, dengan tangan kosongnya, mempunyai energi tak terbatas yang menyembur keluar, saat aku nyaris bekerja keras seperti seekor anjing. Kalau aku tidak membagi separuh dari bawaanku ke Koizumi, aku yakin aku sudah tergeletak tak bernyawa di jalan menanjak tadi. Jadi, saat kami tiba di taman, aku bersandar pada tas peralatan yang biasanya digunakan untuk perjalanan jauh, mencoba menenangkan nafasku.

"Mau minum?"

Sebuah botol plastik muncul di hadapan mataku. Asahina-san yang memegangnya.

"Aku sudah meminum setengahnya, jadi kalau kau tak keberatan......"

Karena teh Oolong ini dibuat oleh para dewa, pasti rasanya semanis campuran dari semua ramuan surgawi. Ini tak ada hubungannya dengan apakah ia sudah meminumnya atau belum, karena mungkin aku akan dikutuk bila menolaknya. Sebelum aku menerima pemberiannya dengan lembut, tangan iblis yang jahat mendorong tangan malaikat, saat Haruhi menggenggam teh Oolong dari Asahina-san dan berkata,

"Nanti saja! Mikuru-chan, sekarang bukan saatnya memberi air untuk budak-budak pekerja kasar ini. Jika kita tidak mulai sekarang, kita akan menyia-nyiakan cuaca cerah ini. Jadi, ayo kita mulai shootingnya."

Asahina-san membuka matanya lebar-lebar,

"Eh......? Di sini?"

"Tentu saja. Kau pikir untuk apa kita datang ke sini?"

"Tapi bukankah aku harus berganti pakaian? Tak ada tempat untuk berganti pakaian di sini......"

"Tak masalah. Lihatlah di sekeliling kita."

Jari haruhi menunjuk pada hutan hijau yang mengelilingi taman.

"Tak ada yang datang kalau kau berganti di hutan, ini seperti tempat berganti pakaian alami. Ayo, cepat!"

"Eh?...KYAA~~!!! To... TOLOOOOONGGG~~!!"

Sebelum satu bantuan pun tiba, Asahina-san sudah diseret oleh Haruhi dan menghilang ke dalam hutan.


(belum selesai)