Kagerou Days:Volume 3 Kagerou 1 Indo

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kabut Panas Memusingkan 01 Part 1

(Hibiya Pengen Punya Ponsel!)

Dari arah yang tidak diketahui, melodi ‘(1)Yuuyake Koyake ’ terdengar di udara.

Langit biru yang seperti terwarnai oleh melodi Yuuyake Koyake perlahan berubah menjadi warna oren.


Di dalam bus yang berjalan melalui jalanan yang kasar sambil bersuara ‘gadagadang’, penumpang yang perlahan berkurang, sampai pada akhirnya tinggal aku sendiri.

Biarpun teman sekelasku yang baru saja turun dari bus bukan teman baikku, setiap kali aku mendengar melodi ‘Yuuyake Koyake’ sendirian, dari dalam lubuk hatiku aku merasa kesepian.

Aku mencabik-cabik busa yang keluar dari tempat duduk untuk menghilangkan kebosanan. Saat aku kembali melihat keluar jendela, hanya ada pemandangan panen yang subur dari ladang dan tiang-tiang tua yang bejajar yang kulihat.

Ini sama sekali bukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa kebosananku.

Aku menghela napas dan menutup mataku.

Seandainya pada waktu seperti ini aku bisa bermain dengan ponsel

Aku tiba-tiba mengingat iklan yang kemarin kulihat di TV tempat temanku, setingnya di kota besar di dalam sebuah monorail.

Semuanya melihat ke Smart Phone masing-masing, seperti telah masuk ke dunia mereka masing-masing .

Untuk anak desa sepertiku yang mempunyai keinginan yang besar, melihatnya melalui CRT saja sudah cukup. Bahkan anak-anak itu yang seumuran denganku bisa mempunyai ponsel mereka sendiri sambil berjalan-jalan di kota besar, pergi kemanapun mereka mau.

Sepertinya mereka juga bisa berkomunikasi dengan teman mereka dan pergi keluar dan bermain bersama. Bahkan pada malam hari mereka bisa SMS-an atau telponan, online buat bikin satus, atau berdiskusi di forum.

Untuk keinginan inilah aku bahkan pergi ke toko elektronik saat aku berjalanan ingin pulang.

Di desa menyedihkan seperti ini dimana kau JARANG sekali menghabiskan uang untuk hiburan, aku hanya bisa menabung seperti orang bodoh setiap kali tahun baru datang dan mendapatkan parsel merah.

Aku yang mengambil uang tabunganku yang menyedihkan berkata “AKU AKAN MEMBELI PONSEL!!!" dengan arogan, berlari ke toko elektronik dan berusaha dengan keras menjelaskan apa itu ponsel kepada pemilik toko yang bahkan tidak tau apa itu.

Tentu saja aku tidak mendapatkan ponsel, tetapi aku malah direkomendasikan telepon antik yang sangat butut. Mungkin saja itu bisa memberiku pengalaman di kehidupan.

Tetapi,

Situasi sekarang, pengalaman kehidupan apapun, itu tidak penting sama sekali

Untuk benda seperti itu, biarpun aku ingin memintanya, kepada siapa aku memintanya?

Jika aku mengatakan itu kepada orang tuaku yang keras kepala, mereka pasti malah menasehatiku ‘Kau masih mempunyai 20 tahun lagi untuk itu, nak.’ dan mengunciku di luar rumah, membiarkanku merasakan horornya kegelapan malam dan anjing liar.

Uji nyali seperti itu tidak perlu. Biarpun aku ingin membeli ponsel tanpa ketahuan orang tuaku, aku tidak bisa membelinya disini.

Seandainya ada kesempatan dimana aku bisa pergi ke kota. Aku bahkan tidak mempunyai kesempatan itu sama sekali, bahkan pada tahun baru ataupun Festival Obon.

Atau mungkin seseorang bisa memberiku kesempatan itu.

Ah, tapi, tidak mungkin. Aku bukan orang yang bisa melakukan hal seperti itu.

Soal ponsel, aku hanya tau SMS-an, Telponan, dan Online.

Itu gara-gara orang tuaku.

Jika anak kecil menonton TV sendirian mereka akan menangis atau berteriak, tapi orangtua KU yang secara pribadi menolak masyarakat moderen, gara-gara mereka aku bahkan tidak mengetahui topik atau tren yang lagi terkenal, aku juga bahkan tidak mengetahui pengetahuan dasar di masyarakat.

Tetapi kalau ponsel sepertinya mudah disembunyikan di kantong, orang tuaku sepertinya tidak akan mengetahuinya.

Jadiiiii, jika aku bisa membeli ponsel seperti apa yang kuinginkan, semuanya akan baik-baik saja.

Masalahnya sekarang adalah bagaimana aku bisa mendapatkannya? Situasiku yang sekarang sangat kekurangan info. Aku harus bertanya pada seseorang.

Tapi...

"Jika aku bisa melakukan itu aku akan sangat bahagia…"

Aku menghela napas sambil membisikkan perasaan harapanku.

Yah, ada satu orang yang bisa kutanya tentang hal ini.

Sebenarnya, ini ‘mungkin’ bisa ditanyakan kepadanya, tetapi orang itu tidak terlalu mudah untuk ditanyai.

Dia, Hiyori Asahina, orang yang sangat sulit didekati dan sangat sulit untuk dibicarai.

Dia adalah anak dari salah satu 3 keluarga terkaya di desa, dan dia sejak kecil bermain piano, ikut kelas (2)Ikebana, kelas balet, dll, dia juga terkadang pergi ke kota setiap kali ada seminar di kota

Bukan itu saja, biarpun aku jauh darinya, aku bisa melihat dengan jelas dia menggunakan ponsel imutnya.

Hiyori Dengan Ponsel imutnya

Dia pasti membeli ponsel itu di kota. Jadi, dia adalah orang yang paling pas ditanya soal ponsel.

Tetapi, kesimpulan ini sudah berakhir duluuuuuuu sekali.

Masalahnya adalah, Hiyori Asahina SANGAT tidak bisa didekati, dan kesukaanku padanya SANGAT dalam.

'Biarpun aku hidup di desa kecil yang sangat membosankan ini, ada satu hal yang membuatnya unik di dunia ini, yaitu adalah fakta Hiyori Asahina dibesarkan disini.'

Beberapa minggu yang lalu, salah satu teman sekelasku menulis sebuah surat cinta dan memberikannya kepada Hiyori, dan surat itu sama sekali tidak diterima Hiyori karena dia langsung menolaknya dengan kata-kata tajam “MENJIJIKKAN...” yang menusuk hati anak itu menghancurkannya berkeping-keping.

Haaaaaah, yah tentu saja, itu menjijikkan, aku tau itu.

Hiyori Asahina sangat imut, aku tidak melebih-lebihkannya. Dia tidak hanya lebih imut dari siswi-siswi di kelas. Tapi dia bahkan lebih imut dari artis atau model anak-anak dari majalah atau poster.

Tentu saja, kepopulerannya sangatlah tinggi di sekitar para anak lelaki, bahkan ada rumor yang mengatakan satu-satunya cara anak lelaki di desa ini menjadi dewasa adalah dengan 'jatuh cinta dengan Hiyori Asahina.' dan juga rumor tentang 'Kau cukup melemparkan batu dan kau akan dengan mudah mengenai fan Asahina.'

Di tambah lagi, aku juga sebenarnya adalah fan berat Asahina.... bukanbukanbukan, lebih tepatnya bisa dibilang sebagai KECANDUAN ASAHINA. Dibanding dengan ‘fan penggila Asahina’, biarpun dari segi ‘tingginya rasa cinta’ atau ‘tinggi pengikutnya’ atau bahkan ‘tinggi jumlahnya (tidak resmi)’, aku pasti tidak akan kalah dari siapapun.

\(^o^)/  

Translator Note:

  • (1)Yuuyake Koyake(Cahaya Senja) adalah lagu anak-anak di Jepang
  • (2)Ikebana = seni merangkai bunga

Kabut Panas Memusingkan 01 Part 2

(Hibiya si Fan Profesional!)

Fan Asahina yang profesional akan menyibukkan dirinya sejak dini hari.


Pada jam 6 pagi, hal yang pertama kali kulakukan setelah bangun tidur adalah memberi salam kepada ‘boneka Hiyori yang lembut dan halus’ dari ‘lingkatan 48 buah Hiyori’ milikku.

Sedangkan saat sarapan, aku akan melihat ‘jadwal Hiyori’ sambil menghitung ‘persentasi kemungkinan bertemu dengan Hiyori’. Aku juga memikirkan tempat terbaik untuk bertemu Hiyori

Sebelum pergi ke sekolah, aku akan dengan ketat kembali memilih ‘foto Hiyori’ terbaik yang paling kusuka, dengan hati-hati aku memasukkannya ke dalam kantong pass holderku, dan pergi ke sekolah dengan senyuman.

Setelah mencium bau ‘hormon Hiyori’ (aromanya berbeda setiap orang, untukku itu adalah wangi) di udara sekitar sekolah, jika aku bisa melihat Hiyori langsung, aku cuma akan memperhatikannya dengan senyuman.

Pada waktu seperti itu, jika aku ada kesempatan untuk mendekatinya, sudah pasti tabu untuk menyalaminya dengan ceroboh. Itulah perbedaan antara fan penggila Asahina dan fan sebenarnya Asahina.

Pada situasi seperti itu, fan penggila Asahina akan mencoba membuat pembicaraan dengannya, menempel padanya, dan dengan intonasi yang gembira, mencoba menarik perhatiannya. Sikap seperti itu kepada Hiyori hanya akan memberikan efek negatif yang sangat serius

Misalnya, pagi ini. Ada anak laki-laki yang mencoba mendatangi Hiyori, aku menggertakkan gigiku saat melihat kejadian itu. Dan tentu saja, sesuai dugaan Hiyori menggunakan pusaka pisau tajamnya “MENJIJIKKAN. Menjauhlah.” sebagai gerakan pembunuh, meng-KO si anak lelaki itu.

Kemudian, kupikir, anak laki-laki yang frustasi tadi dibawa dengan kasar oleh grup pelindung Hiyori yang sangat banyak ke gudang gedung olahraga. Apa yang terjadi selanjutnya, untuk kesehatan mentalku, lebih baik tidak dipikirkan.

Karena itu fan sebenarnya Asahina tidak akan pernah melakukan hal memalukan seperti itu. Cukup melihatnya dari kejauhan, merasa sangat berterima kasih atas pesonanya, dan membuatnya menjadi kekuatan untuk melewati hari esok. Itulah pekerjaan profesional

Dan karena itu juga, sebagai yang profesional, aku tidak tau bagaimana aku bisa membicarakan topik norak ini dengan Hiyori. Intinya, hanya begitu saja. Memikirkan aku dan dia bisa berbicara bersama, hal seperti itu adalah harapan berlebihan yang tidak nyata

.

Tetapi

Keinginan jahat yang ada di dalam lubuk hatiku tidak bisa berhenti bergerak.

Ya, sebenarnya ada penyebab lain kenapa aku menginginkan ponsel.

“Aku pengen SMS-an sama Hiyori....”

Tidak, bukan hanya SMS-an saja. Aku juga pengen menelponnya. Bukan hanya bertemu di bus saja, aku juga pengen setiap malam bisa ngomong rahasia-rahasiaan dengannya

"………Aku pengen…….."

Saat pikiranku jadi tambah kuat, aku hampir saja mengatakan semua keinginanku. Aku menutup mataku dan mengepal tanganku dengan erat. Mimpi itu yang sangat sangat jauh, bukanlah sesuatu yang bisa kusenuh dengan tangan yang lemah dan dingin ini, sekali lagi aku merasakan perasaan yang sebenarnya.

“Aiyaa, kalau kau pengen melakukannya lakukan saja, tapi kamu sudah mencapai tujuanmu, yoo.”

dengan kata-kata yang tiba-tiba itu, aku tiba-tiba kembali ke kenyataan.

Siapa sih yang tiba-tiba ngomong saat aku tidak siap sama sekali?! Aku mengangkat kepalaku dan mencari asal suara itu, dan sesuai dugaan, supir yang tidak sabaran memperlihatkan ekspresi ‘Aku menemukan sesuatu yang menarik’ sambil melihatku.

Tanpa berpikir, wajahku menjadi merah karena malu

"WAHHH….ma, maaf!!! Aku turun sekarang!!"

Aku tau aku tidak bisa menghapus kejadian yang tadi, tetapi tetap aku berdiri dari kursiku dengan malu. Karena aku harus memberikan pass ku kepada Pak supir, setelah aku berdiri, aku perlahan membuka tasku untuk mencari passnya.

"Uhmm, pass, pass…. ehhhhh??!! Dimana passnya… tidak!! Rasanya sudah kubawa?! Kumohon tunggu sebentar……"

Tetapi biarpun aku sudah mencari dari ujung ke ujung tasku, aku masih tidak menemukan pass yang aku ingat sudah kumasukkan ke dalam tasku

"Sial… aku meninggalkannya di rumah…?!! Bagaimana bisa…."

Baru saja tadi aku bertingkah konyol, sekarang INI pula. Kepalaku menjadi sangat kosong karena malu.

“Ahh? Tidak apa-apa. Satu hari saja tidak penting. Aku sudah sering melihatmu setiap hari naik bus ini, jadi aku tidak akan mencurigaimu.”

Supir yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi menepuk kepalaku dan tersenyum

Ahh, sungguh orang yang sangat baik. Biarpun aku tidak terlalu peduli jika aku dicurigai ‘menaiki bus tanpa bukti’ dan dibawa ke kantor polisi, tapi orang ini sudah menyelamatkan nyawaku.

"Apa, apakah tidak apa-apa?! Aku benar-benar minta maaf, aku akan membawanya esok……"

"Oh, jangan pikirkan, jangan pikirkan Tapi, nak…"

Pak supir berhenti menepuk kepalaku dan melihatku dengan serius. Matanya juga mencilang.

"Ehh? Aahh, a, apaaa?"

Hatiku menjadi sesak saat aku mulai merasa tidak nyaman lagi. Sudah kuduga, melupakan pass itu bukan hal yang baik sama sekali....

“Ahh, kamu tadi mengatakan ‘Aku pengen’ tadi, kan. Aku ingat saat aku seumuranmu aku benar benar ingin MELAKUKANNYA setiap hari....”

"OK TERIMA KASIH, DA DAH"

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-kata yang bisa membuat orang salah paham, aku langsung berlari secepat kelinci.

Bersamaan aku mendarat di tanah aku langsung belok ke kanan di depan stasiun bus tua

Aku masih bisa mendengar suatanya dari kejauhan, mengatakan “Hati-hati di jalanLoLyeah (talk)”, tapi dia terlalu berbahaya. SANGAAAAT berbahaya. Aku tidak tau mengapa tapi, yah, dia sudah pasti berbahaya. Aku benar-benar ingin pergi dan melupakan semua.

Aku memperlambat langkahku, mengangkat badanku. Di ujung yang jauh di akhir dari jalan penyebrangan, gunung yang terwarnai hitam mulai menelan matahari

Matahari tenggelam, mulai menjadi malam.

Biarpun dingin pada malam hari, panas yang tersisa pada saat siang masih bergumpal di udara, kulitku dapat merasakan hawa musim panas yang akan datang

"Apa yang akan kulakukan saat musim panas ini. Tahun lalu aku menghabiskan seluruh musim panasku membantu di ladang, mungkin tahun ini akan sama lagi, huh...."

Sudah sekitar 10 tahun lebih aku berada di desa kecil ini. Pendapatku tentang musim panas cuma, cuacanya panas, dan kenangan diriku yang bekerja di ladang padi penuh dengan lumpur.

“......Berpergian.....tidak mungkin sama sekali. Aku kekurangan uang. Tapi pasti....”

Pasti Hiyori Asahina akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati musim panas yang sempurna. Aku cuma menebak, tapi menurutku pasti itu yang akan dia lakukan.

Di dunia atau sudut manapun kami berada, dia dan aku sangatlah berbeda, jadi menurutku pemandangan yang dia lihat setiap hari adalah sesuatu yang pastinya anak laki-laki normal tidak bisa bayangkan sama sekali.

Aku mengerti itu, dan itulah mengapa aku memiliki harapan-harapan, dan itu juga mengapa aku sangat menyukainya

Aku memikirkan itu sambil dimandikan cahaya matahari senja yang membuat persawahan menjadi berwarna oranye, melihat rumahku yang sangat kecil yang sangat dekat dari desa, tepat di akhir lahan yang terbuka, asap tipis keluar dari cerobong asap yang kecil.

Kapan terakhir kali aku keluar dari desa ini? Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya, mungkin karena itu sudah dulu sekali.

dan kehidupanku selama 10 tahun lebih yang sebentar saja akan menjadi sesuatu yang tidak menarik yang akan kulupakan juga.

Kapan aku bisa keluar dari desa ini?

Aku lalu membayangkan kejadian di masa depan dimana aku dan Hiyori berada di dalam monorail, memikirkan tujuan kami, dan tertawa bersama.

Di suatu tempat di dadaku memberiku kata ‘TIDAK MUNGKIN’, aku tanpa sadar mengerti itu.

“Itulah yang kumaksud, haruskah aku menyerah dengan mudahnya....”

Menghela napas, aku mempercepat langkahku untuk menyelesaikan perjalananku pulang ke rumah.

Aku yang sering berlagak bisa mendengar suara yang mengolokku.

"Kau gelisah, nak?"

Kabut Panas Memusingkan 01 Part 3

(Kehancuran Kehidupan Fan Profesional Hibiya)

"Di, dikit lagiiii………"

Aku dengan hati-hati, seperti menuangkan semua jiwaku ke dalamnya, menjahit jarum demi jarum.

"Akan kujahit kau menjadi imut………."

Ini sudah hampir jam sepuluh malam.

Terima kasih untuk ibuku yang membersihkan kamarku setiap hari, kamarku sekarang sudah bersih.

Sesaat aku pulang ke rumah aku langsung duduk di depan mejaku di samping jendela. Setelah menjahit beberapa jahitan, sampai itu sudah bagus untuk dilihat, dan setelah menjahit beberapa jahitan lagi, itupun menjadi sangat cantik, dan hal itu berlanjut dan lanjut selama 4 jam sampai sekarang.

Yup, aku sedang mengerjakan proyek besar ‘Boneka Suara Hiyori’ selama 3 bulan, dan sekarang, akhirnya, aku akan menyelesaikannya.

“INI AKAN MERUBAH SELURUH SEJARAH FAN ASAHINA...!!”

Benar-benar pemandangan yang mengagumkan, aku tidak bisa menghentikan bulu kudukku berdiri.

Bukan cuma imut saja, tapi itu mempunyai penampilan yang unik. Rambut hitamnya yang imut dan rapi, aku lalu memakaikan gaun bertali untuknya. Biarpun aku sudah membuat semua bajunya, kali ini baju yang kupilih adalah baju yang paling dia suka.

Dengan yakin, aku memasukkan rekorder, yang kutemukan di toko elektronik saat mencari ponsel, ke dalam seleretan di belakang boneka ini. Di dalam rekorder ini aku menyimpan semua suara-suara Hiyori saat dia melaluiku selama minggu-minggu ini.

Sekarang kau bisa mendapatkan efek dimana kau seperti berbicara dengan Hiyori Asahina.

Saat aku pertama kali melakukan ini, aku mempunyai tujuan untuk ‘Mencoba kemampuanku yang terbaik untuk mempercantik dirinya dan membawanya ke desa!!!’ kutebak benda sempurna ini akan merubah semua pengetahuan fan-fan Asahina menjadi sejarah.

dan sekarang tinggal satu jahitan lagi untuk proyek besar ini....cukup satu jahitan lagi dan ini selesai.

Menghentikan pekerjaanku sebentar, aku menutup mataku

Mengingat tiga bulan yang lalu, itu bisa menjadi perjalanan yang paling berpetualang yang pernah kulakukan.

Tidaktidak, tentu saja itu hanya hayalan di otakku, tapi dengan tujuan yang sangat besar saat membuatnya, membayangkan aku dan Hiyori berpergian bersama ke berbagai tempat di negara ini, mungkin kami sudah berpergian mengelilingi Jepang selama tiga minggu.

“......oookeeeeeee.”

Tenggelam ke kenangan tadi, sekarang waktunya untuk jahitan terakhir, pikiranku kembali fokus.

“Sekarang.....AKHIRNYAAAA.....!!!!”

.

"HIBIYAAAA TELPON UNTUKMUUUU, TURUN DAN ANGKAAAT!!!!!!!"

.

Aku sangat terkejut dengan teriakan tiba-tiba dari ibuku yang membuat tanganku bergetar DAN MEMBUAT JARUMNYA MENUSUK BADAN ‘BONEKA SUARA HIYORI’ MILIKKU.

"GGGGGGYYYYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Melihat pemandangan ini aku berteriak. Pikiranku menjadi panas, syarafku tegang, otakku hanya bisa membayangkan pemandangan dimana Hiyori Asahina tertembus dan tertusuk tiang besar.

“AKU....AKU BENAR-BENAR.....MELAKUKAN....MELAKUKAN KESALAHAN SEPERTI INI!!!!”

Tangaku merinding dan aku menutupi mukaku.

Di otakku, jeritan yang melenyap terngiang. Apa yang Hiyori Asahina katakan sebelum dia mati, sebenarnya aku tidak mempunyai kenangan pernah berbicara dengannya, jadi aku tidak bisa memikirkan kalimat apapun untuknya. Aku hanya bisa merasakan suasananya.

"HIBIYA TURUN SEKARANG JUGA!!!!"

Aku sadar setelah mendengar teriakkan kejam dari ibuku, aku memutuskan untuk menghentikan proyekku untuk sementara waktu dan turun ke bawah.

“Ahhh~~ dasar, IYAAAA!! AKU TURUUUN!!”

Dengan hati-hati meletakkan ‘Boneka Suara Hiyori’ ke meja, aku memutar kursiku sampai menghadap ke pintu dan melompat dari kursi.

Aku membuka pintu, berlari ke bawah tangga yang sudah soak, meraih telepon yang terletak di koridor lantai pertama, ganggang dari telepon pencet tua telah terlempar di atas meja

“Ada apa sih, sampai nelpon jam seginian dan juga......SIAPA SIH? Kenapa ibu tidak mengatakannya dengan jelas.....”

Biarpun aku masih penasaran, aku tetap mengangkat ganggangnya dan berbicara. Siapapun yang menelpon pada jam seperti ini mungkin bukan orang yang mudah diatasi. Kurasa aku harusnya lebih kasar kepada orang ini.

“Ah~ halo, aku Hibiya, siapa ini......”

"Lambat banget."

Aku baru mau menjawab dengan kasar terhadap orang ini, tetapi aku jadi ragu untuk menjawab orang yang sangat tak diduga ini dengan kasar.

Pada saat yang sama, ‘suara’ orang itu yang baru saja mengatakan kalimat yang sangat pendek, memberikanku pengaruh yang sangat sangat kuat sampai aku tidak terlalu berpikir kelakuan seperti apa yang dia buat.

“Eh? Apa....”

“Kubilang kau lambat banget. Aku berdiri terus sambil manggil kau. Jadi aku sekarang cape banget.”

Sikap ini, suara ini, tidak salah lagi. Aku benar-benar yakin,

Si satu-satunya Hiyori Asahina, dengan sikap angkuhnya yang satu-satunya, di ujung lain telepon.

.

“Siapapun dengar? Halo~ Apakah ada orang disana.....”

“AHHH?? Asahina-san?? A, AKU MENDENGARKAN!! YAAAA AKU MENDENGARKAN DENGAN SEKSAMA!!”

Menemui situasi seperti ini, otakku berhenti bekerja

“Ke, kenapa kau gembira, dasar menjijikkan.... Ah~ terserahlah. Aku mempunyai sesuatu yang ingin kubicarakan sama kau.”

“Bi-bicarakan???”

“Yup, bicarakan. Atau lebih tepatnya, perjanjian? Apapun itu.”

Siapa yang bisa menebak perkembangan seperti ini. Aku yang dulunya naik bus itu. Aku yang dulunya berpikir “Aku pengen....”

SEKARANG JADI KENYATAAN, YES.

Tapi, kenapa membicarakan sesuatu pada saat tengah malam.

“Kalau kau pengen menemuiku tidak masalah, aku akan sangat menerimamu.....Ah, tidak apa, tidak masalah, ngomong-ngomong, apa yang ingin dibicarakan?”

“Kau menjatuhkan pass mu kan? Aku menemukannya di koridor sekolah hari ini, ada nama kau tertulis disitu.”

Ini adalah alasan yang sangat jelas dimengerti. Aku pada saat itu sedang memikirkan pembuatan ‘Boneka Suara Hiyori’ sampai-sampai aku lupa passku sama sekali, dan sekarang itu telah ditemukan dengan cara yang tidak diduga.

Oh, tunggu dulu, ini seharusnya kesalahan Pa supir.

Aku benar-benar ingin melupakan apapun tentang supir sialan itu sampai-sampai aku jadi menghapus ingatanku tentang pass juga.

Tapi sekarang, aku menemukannya dimana.

dan karena itu juga, dia dengan sengaja menelponku karena telah menemukan passku. Benar-benar orang yang baik. Sudah kuketahui, Hiyori Asahina adalah MALAIKAT...

...Tunggu sebentar

Aku merasa seperti melupakan sesuatu. Sesuatu yang sangat.....

.

—-Sebelum pergi ke sekolah, aku akan dengan ketat kembali memilih ‘foto Hiyori’ terbaik yang paling kusuka, dengan hati-hati aku memasukkannya ke dalam kantong pass holderku, dan pergi ke sekolah dengan senyuman.—-

.

"…Hei, kau dengar enggak sih?? Kau yang gagap-gagap gitu dari tadi bikin aku kesal. Oh lalu, di dalam passnya……"

"OH BUKAN, ITU BUKAN MILIKKU"

"haa?"

Keadaanku sudah sampai dimana keringatku bisa berkumpul menjadi genangan air dan keluar seperti ombak besar.

Otakku terus berkata ‘Matiakumatiakumatiakumatiakumatiaku’ sampai festival ‘Matiaku’ dimulai dengan megah, dan di menara yang ada di tengah festival, Hibiya Amamiya berada disitu, di paku ke tiang, leher diletakkan di alat pemenggal kepala.

Mati aku

BENAR-BENAR MATI

Kabut Panas Memusingkan 01 Part 4

(Kenarsissan Hibiya)

Kebetulan sekali, photo yang kuletakkan di pass holdernya hari ini, adalah roknya yang sedikit terangkat angin musim semi, sedikit kotor, BENAR-BENAR BUKAN GAMBAR YANG BAGUS UNTUK DILIHAT OLEH ORANG LAIN.

Aku masih bisa menghidupi hidupku dengan gambar itu di passku, tapi sekarang orangnya sendiri menemukannya. Semuanya berakhir. Telah berakhir.

‘Boneka Suara Hiyori’ berkata, kau bodoh. Ini benar-benar kekalahan pada diri sendiri.

Jika aku tidak melakukan sesuatu..... apa yang harus kulakukan......

“Bagaimana bisa? Namamu tertera disitu dengan jelas. Hei, kaukan gak sadar ngejatuhin pass mu..... Gimana kau bisa turun dari bus?”

“Mu-mungkin ada seseorang yang punya nama yang sama denganku~~ LIHAT! Kau bisa dengan mudah mencari siapapun yang mempunyai nama Hibiya Amamiya, kaaaaaaan”

“Kayaknya gak ada orang yang punya nama seaneh itu selain kau. Kembali ke topik. Benda itu yang ada di dalam pass holder....”

Terlambat. Datanglah klimaks festival ‘Matiaku’

Di menara, laki-laki berotot dengan muka yang ditutupi, memakai (1)Fundoshi, mengambil pisau besar dan mengarah ke tali yang ada di alat pemenggal kepala, tali yang mengerat bersuara ‘gachigachi’

dan disitu Hibiya Amamiya membuat muka yang bahagia seperti telah mengetahui itu adalah salahnya.

Tidak berguna, aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Paling tidak aku harus berusaha membela diriku.

"Ahh, AHHHH emang benar!!! Aku tau itu mungkin saja. Paling tidak aku bisa membayangkannya kan????"

Aku sebenarnya ingin mengatakan perasaanku yang sejujurnya, tapi aku tidak tau mengapa aku mengatakannya dengan sangat aneh.

Aku tau aku bersalah, tapi paling tidak aku harus bertahan dikit kan.

“Ehh, kenapa gelisah banget?? Menjijikkan banget deh.”

Daaaaaaaan seperti biasanya pikiranku dengan simpel hancur menjadi debu

"Air mata terakhirku dari kehidupan fan Asahina, perlahan mengalir di pipiku."

Air mata terakhirku dari kehidupan fan Asahina, perlahan mengalir di pipiku.


Aku menutup mataku memikirkan para laki-laki itu menjadi orang lemah sepertiku sekarang, mengapung di udara, telanjang, dan menyambutku.

.

Maaf karena telah berpikir kalian adalah orang bodoh, bawa aku juga kumohon.

Dan paling tidak biarkanlah aku membawa boneka-boneka dan photo-photoku

Saat aku memikirkan khayalan-khayalan norak itu, mempercantik tampilan kematianku, Hiyori Asahina mengatakan sesuatu yang sangat tidak diduga

"Apanya yang tidak mungkin, kenapa kau terdengar terpaksa kayak gitu?? Aku sudah sengaja menelponmu buat bantuin kau mendapatkan itu.”

"Eh?"

.


Jawabannya ini telah menjadi TOP 3 kejadian paling mengerikan yang kualami pada tahun ini, dan aku tidak mengerti sama sekali.

Tapi aku benar-benar mendengar kata “bantuin kau mendapatkan itu”. APA YANG TERJADI?!

“Membantuku mendapatkan.....jangan bilang itu.......

“Eyy, maksudku secara tidak langsung okeee. Aku mengerti semangat mu, karena itulah aku bilang aku akan bantuin kau oke.”

Pada festival ‘Matiaku’ di otakku, menara yang ada di tengah langsung meledak menjadi debu.

Hibiya Amamiya yang terpaku tiba-tiba, seperti telah bangkit dengan kekuatan yang luar biasa, mengumpulkan nafasnya, mengambil pedang yang ada di pemenggal kepala, dan dengan mudah membengkokkan itu menjadi sepotong besi tak berguna.

“Be-BEBEBEBENARKAAAAAAH??!! Eh, EeEeEeEeEhHhHH BENERAN??!! BETULAN??!! EEEEEEHHHH AKU BENERAN BISAAA??!!"

“Kau kenyaringan ughh ribut amat dan menjijikkan banget!! Jangan buat alu mengulanginya lagi okeee!!”

“Si, siap!!”

“Bagus. Ugh, sudahlah. Aku sudah tau kau bakal bersikap kayak gitu. Yah, kau emang pengen itu banget huh? Kau selalu mikirin itu terus huh?”

Karena pembicaraan tidak diduga ini, hatiku berdebar-debar dengan keras. Hari ini hari dimana hatiku jadi sibuk huh.

“Pengen?!” Tidak apakah mengatakan hal seperti itu?! Kupikir moral zaman sekarang tidak memperbolehkan hal seperti ini??!!

Tidaktidaktidak, apa yang kupikirkan. Aku seharusnya tidak melakukan hal yang tidak bijasana seperti itu.

Kalau aku melakukannya aku akan seperti monyet dan itu tidak bagus....

“Ahh, Aku sangat menginginkannya.”

Daaaaan setelah berpikir keras, Hibiya Amamiya memutuskan untuk menikmatinya seperti monyet

Siapa yang ingin menjadi anak baik-baik jika ada kesempatan besar di depanmu.

Aahh!? Tidak cocok untukku?! SIAPA PEDULI!!

“Yup, sampai-sampai kau meletakkannya di dalam pass holdermu huh. Aku tau kau sangat menginginkannya. Yah, aku akan bantu kau mendapatkan itu.”

“Bi, bisakah.....?! Benarkah.....?!”

Pada waktu itu keringatku dengan indah tertutupi dengan mimisan.

Para pria telanjang yang bersiap menyambutku mulai melototiku, tentu saja aku tidak peduli dengan mereka. Dasar monster. Pergi sana.

“Dengan satu syarat. Ah, perjanjian yang kukatakan sebelumnya. Aku pengen kau bantuin aku mendapatkan keinginanku.”

Hiyori mengatakan itu dengan santai. Biasanya jika membicarakan hal seperti ini, seharusnya dia sedikit malu. Ah tidak, aku saja yang ketinggalan zaman, cinta zaman sekarang telah menjadi lebih agresif daripada yang kuketahui.

Tapi tren seperti ini, menurutku hanya akan muncul di permukaan cinta huh. Yup, dia pasti merasa malu sekarang. Sebagai laki-laki aku harus memimpinnya.

“Tentu saja tidak apa! Asalkan aku bisa melakukannya, tidak apa! Serahkan semuanya padaku! Jadi, apa keinginanmu?”

“Kau, kau kedengarannya semangat sekali huh....hei, aku tau ini perjanjian, tapi, intinya ini untuk mendapatkan ‘keinginan terdalam’ mu. Hei, liburan ini kau kosong?”

“Aku kosong! Yup! Aku hanya membantu di rumah, tidak ada janji sama sekali!”

“O, oke, begitu yah. Jadi. Aku pengen kau mengosongkan semua waktumu saat liburan musm panas. Kita bakal pergi ke kota. Ah, cuma kita berdua.”

“Eh?”

.

Biarpun aku sudah bersiap menghadapi permintaan yang sulit kapanpun, tapi, apa yang Hiyori minta terlalu extreme.

Kalau misalnya dia meminta “Ayo nge-date disekitar sini” itu masih bisa diterima, atau permintaan seperti “Hei, aku telah menemukan lembah yang indah, ayo kita kesitu dan makan onigiri” saja akan membuatku sangat bahagia. Tapi dia mengatakan “Pergi ke kota”, di desa seperti ini, bahkan anak SMA tidak akan pernah meminta hal seperti itu.

Apalagi dia bilang “cuma kita berdua” wow, dia sangat berani, yah? Tapi permintaan dia ini membuatku sulit untuk menjawabnya.....

“Ke, kenapa ke kota? Dan juga, cuma kita berdua....”

“Tidak ada apa-apa, aku cuma mau mendapatkan sesuatu disitu jadi aku memutuskan melakukannya, dan juga, aku kekurangan ‘pesuruh’ jadi aku ngundang kau. Kenapa? Kau gak mau ikut sama aku?”

“Te, tentu saja aku mau!! Tapi....orang tuaku sangat ketat.....jadi biaya perjalanannya....”

“Kau gak usah khawatir soal itu. Karena Orangtuaku kaya, aku bisa membantumu buat itu. Heii, aku juga mau pergi tanpa ketahuan orangtuaku.....ah! Tentu aja kau harus merahasiakan ini. Jangan bilang siapa-siapa, okee?”

Begitu toh, fakta bahwa Hiyori itu kaya sudah terkenal di sekitar sini, jadi kutebak akan mudah membayar ongkos perjalanan cuma untuk dua orang anak.

“Bahkan orang tua?!”

“Yup. Dan juga dengan itu akan lebih mudah buat kau mendapatkan ‘keinginanmu yang terdalam’ kan? Karena orangtuamu ketat banget?”

Dia benar. Jika aku mengatakan kalau aku akan pergi didampingi seorang cewe, aku tidak akan pernah diperbolehkan dan itu menjadi tidak mungkin. ‘Bersembunyi dari orang tuamu, berkelana bersama gadis yang kamu suka’ yah, itu akan benar-benar mengabulkan ‘keinginanku yang terdalam’

.

Tapi

Jika untuk membeli sesuatu, kenapa dia tidak meminta orang tuanya saja?

Untuk mendapatkan keinginanku yang terdalam....itu masih tidak masuk akal biarpun itu digunakan sebagai alasannya. Bahkan jika datenya gak di kota tapi di desa, aku sudah merasa puas dengan itu.

Kenapa sangat berani, sampai dia ingin pergi bersamaku sendirian. Untuk pertanyaan ini, aku hanya punya satu jawaban yang muncul di otakku.

“.........Dia sangat terpesona denganku sampai jadi seperti ini.”

Σ(゜ロ゜;)


Translator Note

  • (1)Fundoshi : Celana dalam lelaki Jepang pada zaman dahulu.


Kabut Panas Memusingkan 01 Part 5

(Hibiya mencari kesempatan di Kesalahpahaman)

-