Kagerou Days:Volume 3 Children 1 Indo

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Translasi oleh Kaori Hikari

Rekaman Anak-Anak 01 Part 1

(Shintaro, kamu menyedihkan sekali)

Dengan suara yang nyaring, sebuah strecther berjalan melaluiku

Aku agak terkejut dengan jarak yang bergitu dekat saat kumelihatnya, tapi situasi yang sekarang terlalu serius untuk memperdulikan hal seperti itu. Dan yang dibawa stretcher itu mungkin yang terberat, tapi juga yang terlemah, yang pernah kulihat di dunia ini.

Karena itu Rumah Sakit itu menyusahkan. Karena mereka harus menghadapi hak seperti ini.

Karena mereka biasanya hidup sehari-hari dengan kaku, tersiksa dengan kengerian kematian, inilah yang harus selalu mereka hadapi.

Sudah berapa lama waktu berlalu sejak saat itu.

Mungkin karena tiba-tiba disuruh berlari, kakiku yang ‘sedikit lebih keras dari brokoli’ mulai layu dan gemetaran. Kurasa kakiku tidakkan berguna untuk sementara.

Yah, tentu saja. Jika aku menggunakan kakiku di kehidupanku yang biasanya. Mereka cuma digunakan saat aku ke dapur atau ke kamar mandi. Menggunakan kaki ini untuk ke departemen store dan ke taman bermain, dan akhirnya, tiba-tiba berlari sekuat tenaga. Biarpun bukan aku, pasti tetap sama.

Ngomong-ngomong, ada apa sih dengan pikiran Ene. Tidak, tunggu dulu, aku tidak akan PERNAH mengerti apa yang dipikirkan Ene. Aku tidak akan pernah mau mengetahui apa yang ada di pikiran jahatnya yang jahil

Tetapi, Ene agak membuatku khawatir hari ini. Waktu kami pulang dari taman bermain, dia tiba-tiba berkata “Bisakah Master mengejar orang itu?!” dan membuatku mengejar ambulan dan saat akhirnya tiba di Rumah Sakit dia juga bilang “Bisakah Master membiarkanku sendiri dengan orang ini sebentar?” dan memberikan HPku kepada orang yang aku SAMA SEKALI TIDAK KENAL, dan lalu aku dibawa ke tempat yang tidak kuketahui. Ini benar-benar aneh.

Dan SEKARANG, pada situasi ini, aku yang berdiri di depan ruang pemeriksaan dengan bocah yang tidak kukenal di dalamnya.

Memikirkan berbagai pertanyaan dan tidak bisa pergi kemana-mana, hanya menunggu pengasuh bocah ini, yang memegang Ene, untuk kembali.

Aku duduk dengan santai bagaikan semuanya akan baik-baik saja, tetapi semakin kupikirkan, aku semakin merasa keberadaanku disini sama sekali tidak dibutuhkan. Aku bahkan tidak tau bocah yang ada di dalam situ, dan aku juga tidak membutuhkan sesuatu dari dia. Aku hanya duduk menunggu.

Jika orang tua bocah itu bersamaku sekarang, pasti mereka bertanya “Ada apa denganmu?” dan aku akan memberikan senyuman suram sambil berkata “Tidak, tidak ada apa-apa.....”

Aku sudah merasa cukup dengan semua ini. Aku sudah terbiasa dengan tingkah aneh Ene yang membuat kepalaku pusing, tapi dia terlalu keterlaluan untuk beberapa hari ini. Aku akan langsung pulang saja saat dia kembali, dan menghidupi kehidupanku yang biasa lagi. Tapi, apakah (1)Mekakushi Dan akan membiarkanku begitu saja.

Berbagai macam hal yang menyusahkan bertumpuk bersama, memikirkannya saja sudah membuat kepalaku sakit.

“Ini benar-benar tidak masuk akal........”

"HAAA." Aku menghela napas.

“Hal yang benar-benar tidak masuk akal ada disini disisiku.... beneran......”

Tiba-tiba suara berkata tepat disampingku, seperti hendak mengikutiku yang menghela napas “Haa” dan berbisik. Aku terkejut sampai-sampai aku melompat dari kursiku.

"Woahhwahhh!!! Kau! Sejak kapan kau berada disini!"

Saat aku memutar kepalaku, pemuda berambut putih yang kuberikan Ene, duduk tepat disampingku. Dia mengangkat kepalanya dan memberikanku ekspresi tidak mengerti.

“Maaf.....Aku.....”

Pemuda ini sepertinya berpikir aku marah kepadanya, dan menggunakan intonasi yang sangat lambat untuk minta maaf.

Tetapi ekspresinya tidak pernah berubah. Dia hanya terlihat lebih bodoh dan tidak terlalu khawatir dibandingkan yang tadi.

Sedangkan aku yang tidak menjawab untuk sementara waktu karena masih memikirkan “Apa yang ingin dia sampaikan”, membuat pembicaraan kami kosong dalam beberapa waktu.

“Eh? Ahh, tidak apa....Ini bukan salahmu, ini salahnya.”

Pemuda itu melihat ke layar HPku yang dia pegang berapa lama, anak berambut biru yang familiar itu mencebil dan merajuk sambil mengapung di layar.

“Yah, ada sesuatu yang kamu mau, Master?”

Dia masih mencebil sambil mengapung di layar, dia bahkan tidak melihatku sama sekali.

“Ah tidak, aku hanya berpikir kapan kau mau kembali. Ngomong-ngomong, siapa orang ini. Bukannya dia seseorang yang kau kenal?”

Aku telah dipermainkan kesana kemari sambil tidak mengetahui apa yang terjadi. Jadi aku merasa tidak salah kalau aku menanyakan inti masalah semua ini.

Makanya aku bertanya kepada Ene. Tapi entah mengapa saat aku menyanyainya, dia mengubah HPnya menjadi mode getar, dan melototiku dengan tajam.

Lototan itu adalah sesuatu yang tidak pernah kulihat dari dirinya selain sikap jahilnya. Tapi entah mengapa aku merasa ekspresi itu pernah kulihat disuatu tempat.

Kepadaku yang menjadi agak takut dengan situasi ini, Ene mencebil lagi dan berkata.

“Aku keliru. Aku tidak tau orang ini. Maaf telah membuat Master lari kesana kemari. Ayo pulang"

Ene seperti marah-marah saat dia mengatakan kebenarannya. Wajah pemuda berambut putih itu kembali menjadi suram, seperti berpikir ini adalah salahnya lagi.

“Hei kau....Tidak masalah kalau kau bilang kau keliru melihat orang, tapi kau menghentikan seseorang saat kenalannya dalam keadaan darurat. Kau pasti tidak keliru tentang hal itu, kan?”

“Itu karena....itu karena......aaaAAAHHH~~ MASTER MENYEBALKAN!!! Sudah kubilang ini keliru kan?! Pantas saja Master tidak populer, huh!!"

Ene berteriak, pemuda berambut putih itu agak takut, tapi dia hanya mengguncangkan pundaknya sedikit tanpa ada perubahan ekspresi.

Apakah dia terkejut atau apa? Sikapnya yang kaku itu seperti robot saja.

“Itu....maaf. Aku sepertinya membuatya marah. Kupikir.”

Pemuda berambut putih itu melihat kemari dengan muka tanpa ekspresi. Sambil berkata dengan intonasi yang kurasa seperti minta maaf.

“Dia menangis....sambil berkata....‘Aku merindukanmu’...dan... ‘Kupikir kamu telah mati’,....tapi aku tidak...mengerti....sama sekali.....Kurasa....dia salah....orang....”

Serasa sudah 20 detik berlalu sejak dia berkata sampai dia berhenti. Entahlah karena aku terbiasa dengan Ene yang berbicara dengan cepat ataukah intonasi orang ini yang sangat lambat sampai-sampai aku merasa waktu telah melambat.

Begitu toh. Karena pemuda ini mungkin mirip dengan temannya Ene.

Memang sih orang ini mempunyai suasana yang aneh. Jika dia benar-benar temannya Ene, aku bisa menerima keanehannya.

Tetapi yang lebih mengkhawatirkan adalah, HPku yang tidak berhenti bergetar sejak pemuda ini berhenti berbicara,

Saat aku dengan agak takut melihat ke layar, disitu ada Ene yang tidak berwarna biru murni seperi biasanya, tetapi bertelinga sangat merah dan tidak berhenti bergetar.

“Kau, kau kenapa-“

"uWAHHHHHH!!! UWAHHHH!! BERISIK!!! TIDAK ADA APA-APA, JANGAN BICARAAA!!!!!!"

Pemandangan ini berhenti untuk sesaat. Aku bisa melihat pundak pemuda itu bergetar lagi, tetapi ekspresinya tetap tak berubah.

Bahkan aku yang sudah biasa dengan gaya bicara Ene, terdiam, karena ini pertama kalinya aku melihat Ene besikap sampai seperti ini.

Di layar, Ene duduk memeluk kepalanya sambil menendang-nendang kakinya, tetapi tiba-tiba dia berdiri seperti baru menyadari sesuatu, dan tersenyum sambil berkeringat dingin kepadaku.

“....Kumohon, Master?”

Aku tidak tau apakah dia ingin menyembunyikan dirinya dari tingkah anehnya tadi, atau dia ingin mencoba bertingkah seperti biasanya, angin sunyi senyap menyebar.

Seperti tidak terlalu gembira, wajah Ene kembali menjadi merah.

“Masalah teknis....?”

Kataku sambil mengetok HPku, dia bergetar seperti ingin menunjukkan seberapa bencinya dia dengan itu.

“Memangnya Master pikir aku ini apa???? Ini bukan apa yang Master pikirkan!!!”

Ene berteriak dengan nyaring seperti terkejut. Sepertinya dia sehat-sehat saja. Tidak ada virus, mungkin karena demam....tunggu, Ene tidak bisa demam sama sekali.

Biarpun dia biasanya aneh, ini sudah melebihi keanehannya yang biasanya.

“Gak, gak apa-apakan kadang-kadang kebingungan!!! Itu karena dia mirip dengan teman lamaku dulu, jadi....itu, mungkin karena aku mengatakan sesuatu yang aneh, atau mungkin karena aku mengingat berbagai hal, menunggu.......? Apakah itu karena aku tidak sengaja menunggunya....?”

“Tidak, aku tidak mengerti apapun yang kau katakan. Singkatnya adalah, karena dia seperti teman lamamu, kau jadi emosional, kan?”

Saat aku menyelesesaikannya, Ene yang dengan canggung berkata hal-hal yang aneh tiba-tiba terdiam, seperti tercengang, terkejut. Membuatku mejadi kebingungan.

“Ah~ Aku ngerti sekarang kenapa Master tidak populer. Mungkin Master akan sendirian selamanya. Tidak buruk.” Ene berkata dengan monoton.

"Ehhh?!! Apakah aku mengatakan sesuatu yang buruk?!! Dan juga kenapa aku jadi tidak populer!! BERITAU AKU!!"

“Ah, tolong jangan berbicara denganku untuk sementara waktu, Master yang menyedihkan.”

“HEI, AKU DENGAR KAU MENGATAKAN ‘MENYEDIHKAN’ KAN?!! Biarpun kau mengatakannya dengan santai aku masih bisa mendengarnya looh!!”

“Master berisik banget!! Singkatnya, bahkan aku juga mempunyai sesuatu yang tidak bisa kuberitau kepada Master.....”

Saat Ene mencibil dan ingin berkata sesuatu, Suara nyaring terdengar dari ruang pemeriksaan dimana bocah, yang tadinya dipeluk dengan erat oleh pemuda berambut putih itu, berada.

Tidak lama kemudian, suara besi berjatuhan terdengar.

"………?! Master! Ini buruk!"

"Aku tau…..!"

Melewati koridor, aku bergegas membuka pintu ruang pemeriksaan. Bocah yang di dalamnya terjatuh di lantai. \(・`(ェ)・)/


TL Note :

  • (1) Mekakushi Dan = Kelompok Penutup Mata

Rekaman Anak-Anak 01 Part 2

(Pengalaman Skydiving Pertama Shintaro!)

Rambut coklat yang berantakan dan rompi putih, dari belakang dia sepertinya sekitar 11 tahunan. Thermometer dan alat-alat medis berhamburan dilantai, dan ditengah, anak lelaki itu merangkak untuk membantu kakinya agar bisa berdiri, tapi dia tidak bisa.

“Hei, hei, apa yang kau lakukan!! Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi kau harus berbaring dulu.....!”

Aku menjongkok di samping bocah itu dan mengulurkan tanganku, tetapi dia menepis tanganku bagaikan takut.

Saat aku melihat wajahnya untuk pertama kali, wajahnya dibasahi dengan air mata. Dibalik matanya yang berair, seperti ada kebencian untuk sesuatu yang kejam yang membuatnya menderita, mengeluarkan perasaan yang gelap dan berat.

“Siapa kau.....jangan...hentikan aku.....!”

Anak lelaki itu berdiri dan badannya terhuyung-huyung, tapi dia menstabilkan gerakannya dan berjalan ke pintu keluar sendirian.

“Hiyori....Aku harus ke tempat Hiyori.....”

Anak lelaki itu berbisik seperti sedang menghayal, dan berjalan keluar dari ruangan tanpa mendengarkan nasehat apapun.

Aku dengan cepat mengejarnya, sesaat anak lelaki itu keluar dari ruangan, dia berhadapan dengan pemuda berambut putih itu.

“Ini semua salahmu......Ini semua tidak akan terjadi jika kau tidak ada.”

Anak lelaki itu melototi pemuda berambut putih itu dengan sangat tajam dan air mata kembali berguguran.

Pemuda berambut putih itu tetap tidak berkata apa-apa sampai akhir. Dia memberikan muka yang seperti kebingungan, tapi dia hanya berdiri dan tidak berkata apa-apa.

“Cukup.....Aku harus pergi.....harus pergi....”

Sesaat dia menyelesaikan perkataannya, anak lelaki itu dengan cepat mengubah arah badannya dan kabur. Sudah terlambat, anak lelaki yang berlari melewati koridor rumah sakit yang gelap, menghilang ke kegelapan.

“Apa yang kamu lakukan Master??!! Jika kamu tidak mengerjarnya dia akan kena masalah?!!”

"Oh oh oh oh. Aku tau. Ah, kakiku tidak bisa bergerak lagi….."

Benar juga, pada saat genting tadi, kakiku 'yang sedikit lebih kuat dari seledri’ gemetaran dengan menyedihkan.

"BAAAAHHHH!!! DASAR! MEMANGNYA MASTER ANAK RUSA APA??!! Kenapa Master sangat tidak berguna saat hal-hal penting seperti ini…….!"

"Be, berisik!! Jujur ini semua salahmu!! JANGAN MEREMEHKAN TUBUH LANGSINGKU!!"

Bersamaan kami berdua berdebat tak berguna, anak lelaki itu sudah jauh pergi.

Dihitung dari kecepatannya berlari, kurasa dia bisa kabur dari area Rumah Sakit cukup dengan beberapa menit. Jika begitu, dia akan benar-benar keluar dan kami akan benar-benar tidak mengetahui keberadaannya sama sekali.

“Panggil suster....tapi sepertinya sudah terlambat......Hei, bisakah kau lakukan sesuatu!! Biarpun dia sepertinya membencimu tapi dia masih kenalanmu, kan??!! Jika ini terus berlangsung kita tidak akan tau dimana dia berada selanjutnya??!!”

Mendengar pertanyaanku, pemuda berambut putih itu mengangguk dan dengan muka yang kebingungan, berbicara sedikit lebih cepat tetapi masih dengan intonasi yang lambat dan stabil.

“Hibiya....sepertinya..marah....karena..aku..... Aku...harus..melakukan ..sesuatu...bi..bisakah kau...ikut denganku..?”

Ritme bicaranya agak berantakan, tapi sepertinya Hibiya adalah nama dari anak lelaki yang baru saja kabur. Orang ini sepertinya juga merasakan adanya masalah dengan caranya sendiri. Berkata “ikut denganku”, wajah datar orang ini agak berubah, matanya terisi dengan sedikit semangat.

“Ah, ah, maaf, maaf, bukannya aku tidak ingin ikut denganmu, hanya saja kakiku tidak bisa bergerak sekarang....”

“Kenapa Master langsung berkata kaki Master tidak bisa bergerak. Master cuma pemalas yang kekurangan olahraga kan.

“Apapun yang kau katakan sekarang aku benar-benar tidak bisa lari....uhm, eh?”

Seperti ingin menutupi kalimatku, pemuda berambut putih itu muncul di depanku. Badanku langsung merasa tekanan gravitasi yang tidak pernah kualami sebelumnya.

"WoahwOOAAAHHH?!!"

Seperti mengangkat anak bayi, pemuda itu dengan santai mengangkatku dan membawaku di pundaknya

“Maaf, ini akan sedikit sakit.....”

Setelah dia berkata itu dengan pelan, bersamaan dengan suara ledakan, pemandangan koridor bergerak kebelakang dengan kecepatan tinggi.

Pemuda itu setengah berjongkok dan dengan pose seperti itu dia melompat bermeter-meter, dan aku membutuhkan 1,5 detik kemudian untuk menyadari apa yang terjadi.

"GYAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Aku tidak mengeluarkan suara untuk sementara waktu, tapi setelah melihat situasinya kembali, aku meneriakkan seluruh suaraku keluar.

“Tu, tu-tu-tu-turunkan aku....OHOK!!”

Aku berusaha keras mengatakan sesuatu, tetapi terpotong oleh benturan besar saat mendarat, udara menggantikan kata-kata yang akan keluar dari mulutku.

“Ma, maaf, kumohon tunggu sebentar lagi.”

Selanjutnya, bukan gerakan super cepat melewati koridor lagi. Tanah tiba-tiba jauh dariku. Saat aku menyadari ini adalah lompatan yang sangat tinggi, aku hampir pingsan.

Aku berusaha menghentikan keinginanku dan melihat ke HPku yang kupegang dengan erat. Ene menggunakan sesuatu yang seperti bantal untuk menutupi kepalanya, menutup matanya dengan erat, seperti berusaha menahan benturan selanjutnya.

“INI RASANYA ANEEEEEEEEEEEEEEH!!!!!”

Bersamaan aku berteriak dengan udara yang terpotong, kami melompat ke angkasa yang dingin. Atap Rumah Sakit terbaring dibawah mataku. Atap jendela yang terbuka dimana kami melompat mulai mengecil

File:Shintaro Skydiving.png
Bersamaan aku berteriak dengan udara yang terpotong, kami melompat ke angkasa yang dingin.


Inikah rasanya skydiving? Tidak, lebih tepatnya ini lebih terasa seperti ketakutanku kepada roller coaster yang kunaiki tadi.

Aku merasa saat aku akhirnya mendarat di tanah, aku akan jadi seperti setelah mengendarai roller coaster.

“Ketemu.....!”

Bisik pemuda itu. Mungkin untuk mengurangi benturan saat mendarat untukku, dia melepaskanku dari pundaknya dan membawaku di ketiaknya.

Lalu, setelah indra preasa beratku hilang untuk sesaat, sekarang tanah yang keras mendekat dengan kecepatan tinggi.

Otakku terus menerus mengulang 'Apapun yang terjadi ketinggian ini adalah sesuatu yang akan membuat kematian. OKE' dan berdoa kepada Tuhan, lalu seperti Ene tadi, aku menutup erat mataku.

‘DUAK!!’ suara yang nyaring bersamaan rasa gravitasi yang kuat. Benturannya lebih ringan daripada yang kuperkirakan. Tapi benturan itu cukup untuk membuat perutku serasa tercampur aduk. Setelah aku terlepas dari perasaan benturan dasyat tadi, pemuda itu dengan khawatir bertanya.

"Kau tidak apa-apa?"

"UhhaaaAAA!!!"

Seperti menjawab pertanyaannya tadi, aku yang masih dipeluk mengeluarkan napas lega.

"u…. uuuooo……"

Dan seperti biasanya aku muntah. Sial.

"kyahhh!!! Menjijikkan, jangan dekati aku!!!"

"Haaa….. haaa…. dasar, harusnya kau lebih khawatir denganku, Ene….."

“Maaf, tapi aku harus bergegas. Maaf membuatmu terkejut....’

Membawa lelaki dewasa dan melompat bermeter-meter cuma untuk kecepatan, seberapa banyak tipe orang seperti ini yang bisa kita temukan di dunia ini.

Aku lepas dari pegangan pemuda itu dan berdiri, terhuyung-huyung sambil melihat mukanya. Aku menyadari mata dari pemuda tanpa ekspresi ini bercahaya warna pink terang.

“Matamu.........badanmu mempunyai sesuatu juga kah. Apa sih yang terjadi sebenarnya.

Aku sudah menduga kemungkinan hal ini. Dari warna matanya dan tingkahnya yang aneh, sepertinya dia juga orang yang memiliki kemampuan, sama seperti Momo dan Mekakushi Dan.

Aku sudah terbiasa ddengan hal seperti ini karena Momo dan Ene, tapi bertemu dengan orang-orang aneh seperti ini dalam sehari itu tidak biasa.

Omong-omong, mata apasih itu? Kurasa lebih baik aku tidak terlalu menyelidikinya hanya karena penasaran....

“Kau itu apa......”

“Master!! Anak itu sudah keluar dari Rumah Sakit??!!”

Aku berhenti berpikir dan melihat ke arah yang ditunjukkan Ene. Di jalan yang panjang di depan pintu masuk Rumah Sakit, ada anak lelaki berlari.

Dan anak itu sangat dengan dengan pintu keluar area Rumah Sakit.

“Hibiya....Kita akan kehilangan dirinya jika ini terus berlanjut...!!”

Pemuda itu berkata dan memegang tanganku seperti ingin membawaku lagi.

“GAHH! GAKGAKGAKGAGAK!!!AKU TIDAK BISA LAGI!! Kumohon LEPASKAN AKU!!!”

“Ma, maaf, aku tidak akan melakukannya lagi....”

Saat aku menolaknya, pemuda itu bergetar dan melepaskan tanganku. Biarpun aku berhasil menghindari pertunjukkan teriakkan yang bisa terjadi lagi, anak lelaki itu masih berlari ke jalan. Akan menyusahkan jika dia berhasil kabur.

“Tidak...aku tidak....bisa. Aku takut...melakukannya..sendirian....jadi aku...tidak bisa....wuwu....”

Pemuda itu melakukan hal yang tidak bisa dibayangkan selain sikapnya yang pendiam, dan membungkukkan kepalanya dengan lemah.

Dan sekali lagi aku melihat ke arah anak lelaki yang berlari ke arah pintu keluar. Biarpun aku ingin mengejarnya, kakiku sama sekali tidak bisa bergerak.

Saat aku ingin menyerah, aku tiba-tiba mendapatkan ‘ide’. Aku bergegas berbicara kepada Ene.

“Hei Ene! Telpon Momo!!”

“Eh? Telpon (1)imouto-san? .....Ah! Begitu yah!! Siap!!”

Seperti mengerti, Ene menepukkan kedua tangannya dan dengan tangan kananya menggambarkan silang, layarnya langsung berubag menjadi mode telpon untuk menelpon Momo.

Setelah sekitar 2,5 detik kemudian, layarnya menunjukkan tanda hijau besar ‘MEMANGGIL’

“Ah~ Heiii, (2)onii-chan? Apakah onii-chan sudah selesai dengan urusan Ene-chan~?"

“Sudah selesai, tapi ada hal yang lain yang harus dilakukan...Momo, kau dimana sekarang?"

“Eh? Uhmmm~ Sebentar....Dimana kita sekarang (3)danchou-san? Ah, terima kasih. Ah, onii-chan? Kami sekarang ada di depan Rumah Sakit. Di bawah pohon disamping.....Areee, ada apa dengan anak itu, larinya cepat banget.”

“Heiiii!!! Hentikan anak yang lari itu sekarang juga!! Kumohon!!”

"EHHH??? KENAPAA??!!"

"INI PENTING!!! KUMOHOOON!!!"

"PENTING?!! Uhm~ OKE…… Ngerti! Akan kucoba!!"

Momo memutus telponnya, muncul tanda ‘AKHIR DARI PANGGILAN’ di layar HPku.

ᕦ(ò_óˇ)ᕤ

TL NOTE :

  • (1) Imouto-san = Adik perempuan
  • (2) Onii-chan = Kakak laki-laki
  • (3) Danchou-san = Ketua

Rekaman Anak-Anak 01 Part 3

(Bibi Momo Mirip Sapi!)

-