Seirei Tsukai no Blade Dance (Indonesia):Jilid 4 Bab 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 13:59, 14 November 2013 by Mea Phenex (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Penerbangan Langit

--Mea Phenex ===Part 1===

Kapal terbang itu bergerak maju seakan-akan meluncur di atas awan yang terisi oleh ether.

Tujuannya adalah salah satu tempat suci di Astral Zero - Pulau Angkasa «Ragna Ys» .

Itu adalah arena untuk Festival Tarian pedang kali ini.

Seharusnya, hanya putri suci terpilih yang berasal dari «Institut Ritual Suci» , yang melayani Raja Elemental, yang diijinkan untuk memasuki tempat suci ini. Namun, sekarang tempat ini dibuka untuk umum khusus untuk Festival Tarian Pedang.

"Yang pasti, kapal terbang ini menakjubkan!"

Kamito merasa pusing melihat lautan awan yang terbentang luas melalui jendela.

Sebenarnya, ini adalah pertama kalinya Kamito naik kapal terbang.

Selayaknya gadis bangsawan, mereka terlihat terbiasa menaiki kapal seperti ini, segera setelah mereka meletakkan barang bawaan, mereka bersantai di sofa yang berada di dalam kamar yang disediakan untuk masing-masing tim.


Kamar tersebut didekor dengan tembok marmer yang halus dan karpet merah dengan sulaman yang indah.

Semua perabotan yang tersedia di kapal merupakan barang kualitas tertinggi dan terbaik.

"Bagaimanapun juga, kapal ini bahkan tidak bergoncang sedikitpun."

"Ini adalah kapal terbang keluaran terbaru. Apabila penerbangan ini mulus tanpa gangguan, kita akan sampai di tujuan sebelum makan siang."

Sambil berkata demikian, Claire merebahkan diri ke atas sofa. Tapi, posisi tubuhnya...

Orang dapat melihat celana dalam pinknya dengan mudah. Kamito buru-buru mengalihkan pandangannya.

"Aku baru ingat, kudengar katanya akan ada upacara pembukaan di istana malam ini. Apakah kamu membawa pakaian formalmu untuk Pesta Dansa ?"

"Tidak, aku tidak membawanya. Aku tidak suka pesta dansa."

Mengingat Festival Tarian pedang tiga tahun lalu membuat Kamito mengerang getir.

Jujur saja, pesta dansa ini hanyalah masalah sepele.

"Begitu ya..."

Karena suatu hal, Claire menggumam kecewa.

"....?Jangan malu jika kamu butuh bantuan dalam hal pakaian pestamu, ya?"

"Tidak tidak, aku tidak butuh bantuan apapun!"

Claire tersipu malu dan berbalik ke arah lain.

"Apakah kamu marah...?"

"A-Aku tidak marah...dasar bodoh!"

"....Benar-benar deh, kalian berdua, bertengkar di dalam pesawat?"

Rinslet merasa takjub dan mengangkat bahunya.

"Rinslet, apa yang kau lakukan di sini--?"

Rinslet telah mepersiapkan peralatan untuk minum teh di atas meja.

"Aku akan membuat black tea, kalian mau?"

"Aku dengar kabarnya rasa teh dari provinsi Laurenfrost sangatlah nikmat."

"Betul sekali! Sangatlah penting untuk bersantai sejenak sebelum Festival Tarian Pedang dimulai."

Lalu Fiana dan Ellis, yang sedang melihat pemandangan luar, datang menghampiri dan bergabung.

Ini terlihat seperti gaya wanita muda yang elegan sedang menikmati minum teh pada sore hari.

Ketika Rinslet menuang teh ke cangkir -cangkir yang ada, uap yang dihasilkan segera mengisi ruangan tersebut dengan aroma citrus.

"Oh, terima kasih! Rasanya sungguh nikmat."

Claire dengan tulus memberikan pujian.

"Teh jeruk ini merupakan kekhasan dari provinsi Laurenfrost."

"Heh-heh, teh yang dibuat oleh nonaku memang sedap."

Si gadis pelayan Carol tersenyum dan terkikik.

"Bukankah ini biasanya merupakan tugas pelayan wanita?"

Demikian Kamito bertanya--

"Apa yang kamu bicarakan!? Jika Carolku yang imut itu harus tersiram air panas oleh kecelakaan,apakah kamu mau tanggung jawab?"

"Oh, maafkan aku..."

Untuk beberapa alasan, Kamito dimarahi telak oleh Rinslet.

Sebagai catatan, hanya orang-orang yang di undang yang boleh masuk ke altar, tetapi karena Carol milik keluarga Laurenfrost——Dengan kata lain,dia adalah milik pribadi Rinslet yang diberi izin khusus untuk menemani Rinslet.

Namun pada kenyataannya, Rinslet cukup senang tentang Carol yang diperlakukan sebagai objek.

"Kamito-san, berapa sendok gula yang kamu inginkan?"

"Oh, hanya satu saja."

"Claire, dua sendok gula untukmu, benar?"

"Hei, kenapa kau mengingat pilihanku?"

"A-Aku tidak mengingatnya, oke! Aku hanya ingat secara kebetulan!"

Rinslet berteriak marah dengan wajahnya merah padam.

"Nyonya dan Claire-sama biasa bermain bersama di masa lalu."

"Eh...Beneran?"

Kamito bertanya pada Carol yang tersenyum.

"Ya, Claire-sama dulunya sangat sangat melekat pada nyonya——"

"Tunggu dulu. O-Omong kosong apa yang kamu bicarakan!?"

"I-Itu benar, Claire dan aku adalah rival!"

Rinslet dengan marah memalingkan wajahnya.