Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume2 Chapter4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bagian 1

Keduanya saling berhadapan di area yang memudar dan luas.

"..."

Kamijou mengabaikan Himegami Aisa yang bernapas lemah karena kurangnya waktu. Dia telah menghabiskan seluruh energi dan bahkan telah mempertaruhkan hidupnya untuk menghentikannya. Jadi, jika ia benar-benar ingin menjadi perhatian, penting bahwa ia harus dengan cepat menghentikan sang alkemis di depannya. Jaraknya sepuluh meter. Menghadapi seorang pria yang mampu mengubah kata-kata menjadi kenyataan, jarak itu cukup panjang untuk menyebabkan keputusasaan.

"..."

Kamijou masih melangkah maju. Tidak ada alasan untuk berhenti berjalan dan berbalik. Sebaliknya bertempur adalah satu-satunya pilihannya, itulah yang ingin Kamijou lakukan.

"..."

Tidak diperlukan kata-kata atau sinyal. Pertempuran antara sang esper dan sang alkemis dimulai. Tujuannya sederhana: kalahkan dia.

"Fiuh!"

Kamijou menghela napas sedikit. Sang alkemis hanya mengambil salah satu jarum dan menusuk lehernya.

Jarak yang hanya sepuluh meter diperdekat dalam empat langkah. Empat langkah itulah semua yang Kamijou perlukan.

"Berhenti bernapas."

Pada langkah pertamanya, ia kehilangan daya geraknya. Lehernya terasa seperti diikat kawat baja dan dia langsung membungkuk. Merasa baru saja diracuni, Kamijou menyentuh lehernya dengan tangan kanannya. Ini metode yang sama seperti yang dia gunakan untuk mengembalikan memorinya yang hilang dan menghidupkan kembali Himegami setelah diperintahkan untuk mati.

Tapi kali ini Kamijou tidak mendapatkan kembali napasnya. Rasanya sesuatu di dalam tenggorokannya menghambat napasnya.

Tenang! Tenang! Kamijou menurunkan tangan kanannya dari lehernya dan mendengar suara aneh dari tenggorokannya. Apa yang dia perintahkan? Memakai tali untuk mengikat leher? Tidak, tunggu! Itu lebih tidak pasti... dia menyuruhku berhenti bernapas!

Kamijou memasukkan salah satu jarinya ke dalam mulutnya seperti mencoba memuntahkan dengan paksa sesuatu yang ia makan. Ketika jarinya telah jauh mencapai tenggorokannya, dengan dorongan untuk muntah, PAH! Dia mendengar suara kaca pecah dan bisa bernapas lagi.

Semua kejadian berlangsung lima detik saja. Tapi, melawan Aureolus, yang dapat mengubah kalimat apapun menjadi senjata, itu hanyalah lima menit permainan. Aureolus sekali lagi menusuk lehernya dan dengan santai menariknya keluar.

"'Tersetrumlah."

Saat ia selesai bicara, bunga api biru-putih mengelilingi Kamijou dari semua arah. Sebelum tubuh Kamijou sempat membeku, pusaran listrik membakar udara dan bergegas ke arah Kamijou.

"...!"

Kamijou mengangkat tangannya. Itu adalah respons yang tidak dia rencanakan, tapi tangan kanannya terarah ke petir itu dan meyerap listriknya. Bunga api yang menyentuh tangannya bersuara seperti ular yang melahap racun, lalu menghilang tanpa suara.

Aku dapat menghancurkannya...

Bagi Kamijou, kegembiraan melampaui ketegangan dan jantungnya mulai berpacu. Lawannya, bagaimanapun, menyipitkan matanya dan menusuk lehernya sekali lagi.

"Tercekiklah dan hancurlah."

Untuk sesaat, lantai bergelombang seperti laut dan tali-tali beterbangan, mencekik leher Kamijou dengan menyakitkan. Pada saat yang sama, sebuah mobil berkarat jatuh dari langit-langit yang berputar.

Aku dapat menghancurkannya!

Kamijou melambaikan tangan kanannya dan tali yang terikat hancur seperti kantong kertas basah sementara mobil nerkarat berubah menjadi bubuk yang kasar seperti gula, menghilang ke udara. Aureolus mencabut jarum keluar dari lehernya, seperti menggaruk serangga beracun.

Aku dapat menghancurkannya! Itu sudah cukup! Tangan kananku menghancurkan serangannya! Jika dia menyerang secara verbal, itu berarti akan ada serangan. Itu bukan apa-apa jika aku menanganinya dengan tenang!

Aureolus merupakan tipe yang mengatakan serangannya, berarti serangannya dapat diprediksi. Itu seperti permainan kartu yang mengetes respons manusia. Jika seseorang mendengar kata 'tersetrum', dia dapat menduga serangan apa yang akan timbul. Dibutuhkan kurang dari sedetik untuk memprediksi serangan apa yang akan terjadi. Dalam perkelahian normal tidak ada penagguhan hukuman. Petinju memiliki waktu 0,3 detik sebelum pukulan mendarat dan, meskipun masing-masing serangan itu kuat, kecepatannya tidak lebih dari pukulan biasa.

Dengan pikiran itu, ketakutan akan tidak mengetahui serangan yang akan datang hilang, seperti ketakutan penjahat yang membawa pisau dalam permainan anak-anak. Aureolus mengetahui alasan dari kepercayaan diri Kamijou dan mengerutkan kening.

"Jadi begitu. Memang, tangan kanan itu dapat menghancurkan Ars Magna Imbued Gold-ku tanpa kecuali." Sang alkemis masih percaya diri, menyebabkan sedikit kebingungan. "Bagaimanapun, itu berarti efek peniadaan itu tidak akan terjadi selama seranganku tidak menyentuh tangan kananmu, bukan?"

Tubuh Kamijou mati rasa.

"Bentuk pistol di tanganku. Isi dengan peluru ajaib. Buat penembakan. Satu saja sudah cukup." Sang alkemis tampak sedikit bersemangat saat dia menusuk lehernya.

Ketika Aureolus melambaikan tangannya, sebuah pedang muncul. Pada kesan pertama, itu adalah sebuah pedang dari barat yang dipakai pangeran dalam dongeng, tapi itu sedikit berbeda. Di tempat pangkal pedang itu seharusnya berada, sebuah senapan pistol pelaut berada di sana. Itu adalah sejenis pistol dengan peluru yang aneh.

Serangannya mendekat, Kamijou menegang.

"Mulai menembak dalam kecepatan yang melebihi penglihatan manusia."

Terlihat seperti akan menyobek udara, dia mengayunkan pedang barat itu secara horizontal, yang bersuara mesiu meledak. Kemudian Kamijou merasa sesuatu hampir mengenai wajahnya dan, setelah itu, peluru biru-putih menabrak tembok dan meledak.

"...!"

Sebenarnya itu bukan sesuatu yang luar biasa: pelatuk senapan itu ditarik. Bagaimanapun, bagaimana mata manusia dapat melihat sebuah peluru ajaib yang terkesan merobek udara? Kamijou telah mengangkat tangannya tetapi tidak dapat bereaksi. Kehancuran peluru itu lebih mudah dimengerti, membuatnya lebih gugup dari kekuatan esper atau sihir biasanya.

Kecepatannya benar-benar berbeda dari Limen Magna milik Aureolus palsu. Itu tidak berhubungan dengan kekuatan shir atau esper. Sebuah peluru ajaib tidak dapat ditahan oleh daging manusia, menjadi semacam pukulan yang membunuh.

Aureolus menampakkan ekspresi puas dan mencabut jarumnya.

"Produksi masal proses sebelumnya. Simulasi penembakan dengan sepuluh Hidden Rifle Imperceptible Rifles."

Dengan kata-kata itu, sepuluh pistol muncul di tangannya, lima pada masing-masing tangan dengan susunan seperti kipas angin elektronik. Bila pistol-pistol itu ditembakkan, maka Kamijou Touma akan gagal menghindarinya.

Aku harus... Lari!

Kamijou telah memutuskan untuk lari sebelum penembakan. Meskipun dia tahu itu usaha yang percuma, dia masih mencoba untuk pergi. Lalu dia menyadari, di kakinya, Himegami masih nyaris tak bernapas. Lebih jauh di belakang, Stiyl bergerak.

"BODOH! KENAPA KAU BERHENTI!?" teriak Stiyl dengan terkejut.

"Persiapan selesai. Tembak tanpa henti."

Dengan komandonya, sepuluh peluru biru-putih yang terbakar mengenai Kamijou. Tubuh Kamijou terasa seperti kepalan tangan yang memakai buku-buku jari kuningan. Kata "api" gagal mendeskripsikan kecepatannya. Kecepatannya tak dapat dilacak bahkan dalam rekamannya.

"Ugh... Argh...!"

Untungnya, peluru ajaib itu tidak fatal. Terkena peluru model kuno di seluruh bagian tubuh, darah mengalir dimana-mana. Dia tertembak lagi, memantul di lantai seperti bola plastik dan akhirnya berhenti setelah menabrak sesuatu, spesifiknya tubuh Stiyl. Pada akhirnya, jarak itu melebar tujuh meter. Meskipun dia sangat kesakitan dan mungkin tulangnya patah, dia masih dapat bergerak. Tentu saja, ini bukan keberuntungan. Sang alkemis telah memperingatkan bahwa dia tidak akan membunuhnya dengan terlalu mudah.

Senang dengan hasilnya, Aureolus mengangkat sebuah tangannya pada Kamijou.

"...Tch. Lelucon apa itu? Hampir seperti kau benar-benar dapat mendistorsi kenyataan dengan kata-katamu. Sebelum Aureolus dapat berbicara, Stiyl memotong, membuatnya mengalihkan perhatiannya ke arah sana.

"Hmph. Ars Magna adalah puncak dari alkimia. Itu mungkin susah didapat, tapi, jika aku terus mengejarnya, tentu akan mungkin didapatkan."

"itu tidak mungkin! Meskipun teori Ars Magna selesai, mantra ini terlalu lama. Itu tidak dapat diselesaikan dalam seratus atau dua ratus tahun!Mantranya tidak dapat dipersingkat dan melewatkannya adalah kesalahan dalam ritual!" kata Stiyl sambil melihat Kamijou.

Kamijou mengangguk mengerti. Karena metode penyerangan Aureolus adalah mengubah kata-katanya menjadi kenyataan, mereka hanya perlu mengalihkan perhatiannya dan menghilangkan keinginannya untuk menyerang.

Stiyl terus mengalihkan Aureolus sementara memberikan Kamijou petunjuk. Sementara aku memberimu waktu, pikirkan cara untuk mengatasi ini!

"Ini sebenarnya sepele." Aureolus, mengabaikan semua itu, melanjutkan. "Hmph. Memang benar aku tidak dapat menyelesaikan ritualnya dalam seratus atau dua ratus tahun. Tapi itu jika hanya satu orang yang melakukannya, bukan? Dari ayah ke anak, anak ke cucu, metode itu akan menghasilkan kesalahan... itu logikanya, tapi tidak perlu mewariskannya, bukan?"

"... Apa?" Stiyl mengernyit sedikit.

Kemudian, Index berbicara dengan sedih. "Itu Gregorian Chant. Dengan memanipulasi 2.000 orang untuk membuat mereka menyanyi tanpa henti, nyanyiannya akan selesai setidaknya 2.000 kali lebih cepat. Sebuah ritual yang membutuhkan 400 tahun akan selesai dalam waktu kurang dari tujuh hari."

Bukannya diwariskan, tapii dinyanyikan sekaligus. Kamijou menatap wajahnya. Awalnya, dia pikir Index mengetahuinya dari 103.000 grimoire itu, lalu disadarinya, di dinua dimana tidak ada orang yang berhasil menyelesaikan Ars Magna, tidak ada buku untuk referensi. Dia menyimpulkan itu dari informasi terkini.

"Faktanya, aku pikir akan ada efek penggandaan yang akan menyebabkannya bertambah. Tapi, aku hanya berhasil menambahnya 120 kali lipat, jadi sebenarnya secara keseluruhan aku gagal."