Mahouka Koukou no Rettousei (Indonesia):Volume 4 Chapter 11
perayaan kedua event dari divisi pemula dan dilakukan di saat yang sama.
3 pemain pengganti yang mendapatkan juara pertama dan secara langsung bertanggungjawab atas kemenangan divisi pemula, semuanya cedera di final, jadi ini bukan waktunya hura-hura. meski begitu, meski sebagian besar kemenangan sudah dipastikan, persiapan masih harus dilakukan untuk event mirage bat besok, jadi mereka tidak punya waktu untuk merayakan.
berkat kemenangan fist high, perbedaan skor antara first high dan third high semakin lebar.
sekarang saja perbedaannya 140 poin.
untuk event mirage bat besok, juara pertama akan mendapat 50 poin, juara ke-2 mendapat 30 poin, juara ke-3 mendapat 20 poin, ke-4 mendapat 10 ppoin.
untuk babak awal besok dan final untuk monolith code, juara pertama mendapat 100 poin, ke-2 60 poin, ketiga dan keempat mendapat 40 poin.
Based on tomorrow's result, First High's overall victory might become a certainty before reaching the final day. berdasarkan hasil besok, seluruh kemenangan first high sudah dipastikan sebelum hari akhir.
pemain dan teknisi sedang sibuk mempersiapkan keperluan (seragam, CAD, dll.), jadi anggota lainnya yang punya waktu luang akan ikut sibuk.
Tatsuya sengaja tidak menggunakan "Regrowth" pada gendang telinganya yang pecah dan menerima perawatan medis dari infirmary. seletah itu, dia menggunakan "regrowth" untuk memperbaiki semua kerusakan fisiknya dan menutupinya dengan perban.sekarang, dia sedang bersama miyuki memperiapkan untuk besok.
tidak satupun anggota timnya, khususnya kakak kelasnya, yang tahu dia sudah sepenuhnya pulih, jadi mereka masih khawatir. sementara tatsuya merasa sedikit bersalah karena menipu mereka, dia punya alasan melakukan itu. sebagai penebusan dosa, dia memilih menahan rasa tidak nyaman menggunakan pelindung telinga di tengah panasnya musim panas - dia juga tahu bahwa hal sesederhana itu tidak bisa disebut penebusan dosa.
namun, meski mereka "sibuk bekerja". ini tidak bisa sebanding dengan kegilaan kemarin.
coret itu, mendekati saja tidak.
kemaren malam, dia harus mempersiapkan dua orang secara total dari dasar - tiga, termasuk dirinya - CAD termasuk, yang menciptakan ketekunan gila-gilaan dalam bidang ini.
meski miyuki pindah dari divisi pemula ke divisi official, dia tadinya didaftarkan untuk mirage bat, jadi persiapannya di laksanakan dengan cepat. event yang berada diluar kontrol mereka memakan waktu sehari, tapi itu tidak akan banyak mempengaruhi hasilnya.
Mayumi : "jangan paksakan dirimu, tatsuya-kun, istirahat saja. kau sudah memaksakan dirimu terlalu keras kemaren."
Suzune : "Miyuki-chan, kamu juga. kalau kamu selalu bekerja begitu keras, kita tidak akan bisa berhenti menimbulkan cedera."
Tatsuya dengan ahlinya menyelesaikan pengetest-an CAD. juga Miyuki, dia secara langsung dipaksa berhenti oleh Mayumi dan Suzune, yang menutup aktifitas hari ini.
◊ ◊ ◊
disatu tempat, dimalam hari pada waktu ini, grup lainnya yang terkena insomnia sedang dalam posisi terpojok.
"kalo terus begini, kemenangan first high sudah dapat dipastikan........."
"persetan dengan itu! apa kau mau menyerah? kau mau diam saja dan mati?!"
"kalo 1st high menang terus, kita akan kehilangan miliaran dolar!"
"kita lebih baik mati daripada kehilangan uang sebanyak itu! markas tidak pernah tertarik dengan rencana ini, karena kalo gagal, uang yang hilang akan terlalu banyak. kita yang memaksakan rencana ini berjalan. sekarang, mungkin kita masih beruntung kalo hanya diubah menjadi 'generator', dan siapapun yang tidak berguna akan dirubah menjadi 'booster' dan diperbudak sampai mati."
orang-orang yang duduk disekitar meja memandang penuh kebencian pada orang yang berdiri terpaku di sudut ruangan.
"tanpa rencana ini, kita mungkin tidak akan memenuhi quota kita.... tapi aku rasa kita sudah kebablasan."
"ini bukan waktunya mengakatan ha itu! ...kalau begini, mari kita lakukan dengan cara apapun!"
"dia benar! kita sudah menghabiskan energi memaksa kandidat yang potensial kalah dalam pertandingannya. sekarang, kita tidak boleh ragu melakukan taktik yang lebih brutal. meski pelanggan kita akan curiga, selama kita tidak meninggalkan jejak, itu hanya akan menjadi sekedar dugaan saja. kita lakukan atau mati!"
"kirim agen pada asisten. untuk mirage bat besok, paksa semua pemain 1st high untuk mengundurkan diri - dengan cara apapun!"
"kalo mereka beruntung mereka tidak akan mati"
orang-orang itu melihat satu sama lain dengan senyum maniak di wajahnya, pikiran mereka sejalan.
◊ ◊ ◊
hari ke-9 kompetisi 9 sekolah. cuaca yang nyaman berakhir sampai kemarin, dan sekarang mulai memburuk, dengan awan yang tebal menandakan datangnya hujan.
namun, tidak ada matahari yang menyilaukan dengan adanya awan hitam di angkasa, menciptakan kondisi yang sempurna untuk mirage bat. untuk para pemain, termasuk miyuki, tanpa diragukan lagi ini adalah "cuaca yang sempurna".
Tatsuya :" sementara ini adalah kondisi yang sempurna untuk mirage bat.... entah kenapa aku meraasa ini adalah pertanda datangnya konflik."
mendengar tatsuya bergumam sendiri selagi menatap kelangit, miyuki mendecitkan alisnya.
Miyuki : "apa akan ada yang terjadi...?"
Tatsuya : "sejak tujuan mereka masih merupakan misteri.... tidak ada bukti kejanggalan tidak berarti menjamin tidak akan terjadi apa-apa. meski begitu, miyuki tak perlu khawatir. apapun yang terjadi, hanya kamu, yang akan aku lindungi sampai batas penghabisan."
kata-kata tatsuya tidak melebih-lebihkan
bagi tatsuya, tujuan hidupnya adalah melindungi Miyuki.
jujur saja, di pikiran tatsuya, mengorbankan pemain lain tidak lebih dari kegilaan.
namun - tatsuya mungkin bersyukur tidak ada orang lain yang mendengar perbincangan mereka.
kalo ada orang lain yang mendengar.... kalo seseorang melihat tatsuya memandang ke langit dan , diluar jangkauannya, miyuki menurunkan kepalanya selagi tersipu malu sementara tersenyum, mereka mungkin akan melaporkan kakak-beradik itu atas tuduhan "homicide by headacches"
◊ ◊ ◊
Miyuki dipersiapkan untuk tampir di babak kedua.
sebenarnya, tampil di babak pertama dengan istirahat yang cukup adalah yang terbaik. namun tatsuya berpikir, semua hal tidak selalu berjalan sesuai rencananya, jadi mereka akan bersyukur kalo miyuki tidak dijadwalkan untuk pertandingan ke-3.
mereka berdua memilih untuk mengamati pertandingan pertama dari bangku penonton tambahan.
sementara ada waktu istirahat selama 45 menit antara pertandingan pertama dan kedua, pindah dari bangku penonton ke arena pertandingan hanyalah membuang-buang waktu.
pemain dari sekolah lain tampaknya berpikiran sama, melihat cara mereka berkumpul di satu sisi arena.
Miyuki : "Kobayakawa-senpai terlihat bersemangat!"
itu adalah penilaian miyuki mengenai kakak kelas mereka, yang sedang menunggu sinyal mulai pada salah satu pilar di tengah danau.
tatsuya juga berpikir seperti itu.
namun, mari pernah mengeluh bahwa kobayakawa adalah orang yang labil. tatsuya berpikir, karena ini adalah babak penentuan yang menentukan keseluruhan kemenangan 1st high, mustahil untuk memintanya untuk tenang.
namun, menang atau kalah masih ditentukan oleh dia, tapi tampaknya tidak ada masalah, tatsuya pikir.
dibawah tatapan penonton, pegawai terkait, teman satu tim, sinyal dimulainya pertandingan berbunyi.
pertandingan pertama menjadi aktivitas membingungkan yang menentukan kedudukan, kobayakawa mempertahankan posisinya.
tegang, Erika akhirnya bernapas lega dan berbicara pada tetangganya Mizuki - hanya untuk menemukan temannya menonton pertandingan dengan mata telanjang.
Erika : "Mizuki.... apa tidak apa-apa kalau kau melepaskan kacamatamu?"
penyihir yang sangat sensitif pada cahaya pushion memakai kacamata khusus untuk menghalangi efek cahaya pushion juga untuk menghindari terstimulasi secara emosional oleh pushion aktif. pada situasi sekarang, melepaskan kacamatanya pada event gila seperti ini pastinya akan menekan kesehatan jiwanya.
Mizuki : "sebenarnya... agak kurang nyaman."
Erika menyadari tangan mizuki yang memegang kacamatanya gemetaran dari waktu kewaktu.
Mizuki : "tapi aku pikir selalu mencoba menghindari masalah bukanlah jawabannya."
Erika : "...aku tidak berpikir Mizuki sedang mencoba menghindari masalah."
Erika sudah mendengar alasan Mizuki masuk ke sekolah sihir beberapa kali.
tentu saja, alasan utamanya adalah memanfaatkan bakat langka ini. khususnya, dia ingin masuk universitas sihir untuk menjadi magic artificier.
namun di saat yang sama, dia juga ingin belajar mengontrol "mata" ini. dengan keterbatasan siswi Course 2, dia ingin sebanyak-banyaknya latihan.
sementara masih belum dewasa, karena dia melihat ini sebagai "kekuatan", tentu saja ini bukan lari dari kenyataan. dan khususnya karena kemampuannya belum matang, Erika yakin menggunakan alat bantu adalah pendekatan yang benar.
khususnya karena ini.
Erika : "Roma tidak dibangun dalam 1 hari. sama saja dengan kamu, kamu tidak akan bisa menguasai kemampuan ini sekaligus, meski aku seharusnya tidak mengatakan ini, kalau kamu memaksakan diri nanti akhirnya kamu akan terluka. Mizuki, memaksakan diri bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada tubuhmu."
itu sebabnya dia menasihati Mizuki.
Mizuki : "ya... tapi, kalau kututup mataku diwaktu ada sesuatu yang harus kulihat, aku pikir itu juga salah...."
meski begitu, Mizuki masih tidak mengenakan kacamatanya.
Mizuki : "ketika watanabe-senpai cedera, kalau saja aku memperhatikan dengan baik, aku mungkin bisa memberikan bantuan untuk tatsuya-kun dan lainnya."
Erika : "jadi kali ini, kamu mengawasi kalau-kalau ada insiden lain akan terjadi?"
Mizuki : "tepat sekali. kau tahu.... aku rasa miyuki akan baik-baik saja. karena kalau sesuatu yang salah terjadi pada miyuki, mustahil rasanya hal itu akan dilewatkan tatsuya. namun, hari ini tatsuya hanya tidak bisa mengawasi semua pemain. ditambah lagi, dia terlalu banyak bekreja kemaren. jadi aku...."
Erika : "kalau pemain lain terlibat dalam masalah, Tatsuya-kun tidak akan diam saja. pasti begitu.... penampilan tatsuya tampak seperti orang yang dingin, tapi sebenarnya dia orang yang baik."
Mizuki : "kehangatan Tatsuya-kun datang sewaktu memerhatikan temannya...!"
Erika : "ya, ya, aku mengerti!"
(kalau bukan teman, tatsuya akan membuat keputusan yang paling dingin dan objektif)
Erika menyimpan pikiran itu dalam-dalam. dia mengepalkan keduatangan di hadapan Mizuki dan mencoba menghiburnya.
Mikihiko, yang duduk disamping Mizuki, menyela begitu mendengar perbincangan mereka.
Miki : "aku mengerti kekhawatiran Erika pada Shibata-san. mata Shibata-san adalah alat yang paling berguna untuk mencegah seseorang menggunakan sihir spiritual untuk mengganggu jalannya pertandingan. karena kita sekarang sudah dilindungi perisai yang mengurangi efek cahaya pushion, aku rasa efek samping tidak akan begitu terasa."
mendengar hasrat dari kata-kata mikihiko, erika tersenyum jahil.
Erika : "hm~....? jadi Miki akan melindungi Mizuki sekarang?
kalau sesuatu terjadi pada Mizuki, Miki akan bertanggung jawab sekarang?
tentu saja, itu tipe tanggung jawab lelaki pada perempuan, bukan?"
Miki : "apa, ini bukan waktu membicarakan hal seperti itu!"
dengan wajah memerah, bantahan Mikihiko wholly ignored his usual objection to his nickname.
berbicara mengenai Mizuki, dia tampak tersipu malu dan kehabisan kata-kata.
Leo : "....kau benar-benar wanita jahat!"
disisi lain, Erika mengacuhkan teguran dari sebelah tempat duduknya.
diantara Leo, yang sedang diacuhkan, dan erika, yang pura-pura acuh, perbincangan yang hidup dimulai. kali ini, bell ronde kedua dibunyikan.
Mereka berdua memasang ekspresi “tidak puas” dan menggunakan ekspresi wajah untuk mengungkapkan perasaan hati mereka untuk menghindari mengganggu para pemain dan penonton lainnya.
Setelah itu, begitu babak kedua dimulai, insiden terjadi.
Kobayakawa dan pemain lainnya melompat kearah bola hijau yang sama di langit.
Sayangnya, pemain lawan sampai duluan.
Kobayakawa menggunakan sihir untuk menghentikan momentum lompatannya.
Tubuh lawannya berhenti di udara.
Lalu, dia mencoba menggunakan sihir untuk kembali ke lokasi awalnya, tapi menemukan pemain lain sudah mendarat di area tersebut.
Tidak gentar, dia memutuskan untuk mendarat di tempat lain dan mengganti magic sequence untuk mendarat disana.
Namun, tubuhnya yang seharusnya bergerak dalam pola diagonal- terjatuh kebawah karena ditarik gravitasi.
Bahkan para penonton bisa melihat ekspresi takut kobayakawa selagi dia jatuh.
kaget
panik
Terror.
Sihir yang seharusnya membantunya tidak aktif
Sihir telah membantu hidupnya sampai hari ini, tiba-tiba mengkhianati dia di saat kritis. Dia bahkan lupa untuk struggle selagi dia terjatuh ke danau.
Meski dibawah adalah permukaan air, tetap saja dia jatuh dari ketinggian 10 meter.
Kalau pendaratannya buruk, akibatnya bisa fatal.
Kobayakawa bahkan tidak memasang kuda-kuda untuk persiapan pendaratan.
Untungnya, ini adalah pertandingan atletis dengan dua sampai tiga lapis pengaman untuk menghindari kecelakaan. Sudah ada system pengaman kalau-kalau pemain tiba-tiba kehilangan kendali sihirnya.
Para staff langsung melepaskan speed-type magic.
Pada momen kobayakawa jatuh sampai salah satu staff menggunakan sihir untuk menangkap tubuhnya, mungkin berlangsung kurang dari sedetik.
Masih, dia hanya setengah jalan menuju permukaan air.
Ini sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan kepercayaan dirinya.
Dengan mata kasihan, tatsuya melihat para staff membawa kakak kelasnya yang tak sadarkan diri dengan tandu.
Alasan terbesar kenapa para remaja kehilangan kemampuannya menggunakan sihir karena situasi yang berbahaya yang disebabkan oleh gagalnya sihir dan ketidakpercayaan pada sihir.
Sihir adalah kekuatan yang menipu dunia.
Sihir sendiri ada diluar logika dunia, dengan kata lain adalah tipuan.
Meski begitu, kalau semua orang bisa menggunakan “mata”nya melihat sihir seperti yang dilakukan tatsuya, mereka akan percaya tipuan namun nyatanya kekuatan ini.
Namun begitu, untuk sebagian besar penyihir, sihir adalah keberadaan yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Meski mereka dapat melihat Psion, mereka tidak bisa melihat bagaimana sihir berinteraksi dengan dunia. Pendek kata, mereka hanya tahu dunia sebatas teori yang ada.
-ketika aku menggunakan sihir, apa benar ini adalah kekuatanku sendiri-
Setiap calon penyihir selalu mempertanyakan ini dalam pelatihan mereka. Bukan, kecurigaan ini, begitu sihir gagal muncul, kecurigaan ini akan tumbuh menjadi kepercayaan.
-lihat, sihir itu tidak ada-
Kepercayaan ini.
Begitu ide ini tertanam pada penyihir, sihir akan selamanya jauh dari mereka.
Sihir adalah sesuatu yang rapuh yang menggantungkan diri pada mental penggunanya.
(…kobayakawa-senpai tidak akan bisa menggunakan sihir lagi seumur hidupnya.)
Seolah mencoba untuk menghibur miyuki yang pucat, Tatsuya membuai bahunya ke dadanya selagi dia bergumam sendiri.
Pada saat Dalam genggaman gravitasi dan pada momen permulaan, ekspresi kobayakawa dipenuhi dengan terror.
Meski itu orang lain. Menyadari bahwa seseorang selamanya kehilangan kemampuannya yang berharga pastinya akan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Seolah membakarkan tanda(cap) pada luka, handphone didadanya mulai bergetar.
Miyuki, yang dipeluk oleh tatsuya, melihat tatsuya dengan terkejut. Tatsuya dengan tenang menaruh handphonenya di telinganya.
Miki : “Tatsuya, ini aku, Mikihiko. Ada waktu?”
Tatsuya : “…Ah, tidak masalah.”
Meski lampu menunjukan bahwa sound wave interference modul pada HP sedang bekerja, tatsuya masih menurunkan volumenya.
Miki : “sayangnya, pada insiden tadi, aku tidak dapat mendeteksi sihir yang apapun.”
Tatsuya : “begitukah…”
Miki : “maaf mengecewakanmu…”
Tatsuya : “tak perlu khawatirkan itu, aku juga gagal menyadari sesuatu.”
Miki : “tapi, Shibata-san ingin mengatakan sesuatu padamu.”
Tatsuya : “Mizuki? Maksudmu, dia sedang tidak mengenakan kacamata?”
Nada bicara Tatsuya mengandung kekaguman yang tidak dipalsukan.
Namun, Mikihiko tidak langsung menjawab.
Mizuki :”Tatsuya-kun, ini Mizuki.”
Tatsuya : “Mizuki, apa kau melihat sesuatu?”
Apa kau baik-baik saja? Itu adalah kata-kata yang tertinggal di tenggorokan tatsuya.
Namun, tatsuya percaya bahwa dengan menanyakan kondisi mizuki sama saja dengan menginjak-injak niat baiknya.
Sebagai seseorang yang terkait dengan sihir, dia membuat keputusan untuk menggunakan “penglihatannya”
Dan, menanyakan hasil penglihatannya adalah apa yang harus ditanyakan oleh anggota dari dunia sihir sepertinya, tatsuya pikir.
Mizuki : “ya, begini… di tangan kanan kobayakawa senpai… mungkin didekat Dimana dia mengenakan CADnya, aku melihat cahaya, bukan, ini lebih seperti ‘spirit’ yang meledak.”
Tatsuya : “benarkah… kau melihat itu, jadi kamu mau bilang ‘spirit’ ini meledak?”
Mizuki : “Uh…. Ya, begitulah perasaanku. Itu terlihat seperti barang elektronik tua yang berdecikan listrik kemana-mana, seperti itulah….”
Tatsuya : “aku mengerti. Jadi begitu, aku mengerti sekarang… jadi begitu cara mereka melakukannya.”
Tatsuya sudah data bayangan perangkap macam apa yang digunakan musuhnya.
Mizuki : "Uh, Tatsuya-kun...?"
Tampaknya, anggukan tatsuya bisa dideteksi melalui suara yang ditimbulkan telpon.
A somewhat hesitant, but very hopeful voice (from Mizuki) traveled across the other end of the line.
Tatsuya : “temuan yang bagus Mizuki, ini adalah informasi yang sangat berharga!”
Mizuki : “kembali!”
Sebelum Mizuki balas bertanya, Tatsuya menjawab duluan. Setelah itu, suara cemas Mizuki kembali muncul.
◊ ◊ ◊
Sayangnya, di pertandingan pertama, first high terpaksa mengundurkan diri.
Tatsuya berangkat ke kemah first high yang sekarang sedang diselimuti suasana suram dan kemudian melanjutkan berjalan ke kemah pemeriksaan CAD yang diisi oleh staff panitia.
Dia meninggalkan Miyuki di area istirahat pemain – meski di dalam kemah, ini masih bisa disebut “ruangan”
Berdasarkan modus operandi, kemungkinan besar mereka akan menyerang di dua pertandingan berturut-turut, dan sampai sekarang mereka belum menyerang pemain secara langsung. Di sisi lain, pemain biasanya memfokuskan perhatian mereka pada pertandingan yang akan datang daripada mengkhawatirkan detil pemeriksaan mekanis dan semacamnya. Tatsuya juga berpikiran sama dengan teman-temannya.
Pemeriksaan CAD adalah prosedur yang telah dilakukan berkali-kali dalam beberapa hari ini, dan seharusnya menjadi kegiatan yang tak perlu dicurigai. Namun, optimism tatsuya mati pada saat dia menancapkan CAD pada alat pemeriksa.
Perilaku ini benar-benar impulsive.
Pada saat anggota panitia mengambil CAD dari tangannya dan menyambungkannya pada alat pemeriksa dan mulai mengoperasikan control.
Seketika, dia mendeteksi kelainan, pada saat dia menyadari ini….
Tangan Tatsuya sudah mendorong orang itu melintasi meja dan melemparnya ke lantai.
Teriakan kesakitan terdengar.
Seketika setelah itu, teriakan kemarahan – tepatnya, penjaga yang berteriak marah – dengan cepat mendekat.
Tapi, meski mendengar teriakan itu tak sedikitpun menggentarkan Tatsuya.
Aura membunuh yang mencekik menghentikan langkah kaki semua orang dan menutupi tempat kejadian dengan keheningan.
Ini adalah perwujudan dari sedikit “hati nurani” yang tersisa dalam diri Tatsuya.
Tatsuya : “… kau benar-benar meremehkanku!”
Teriak kesakitan itu kemungkinan berasal dari meningkatnya tekanan tempurung lutut yang ditekan ke dadanya.
Anggota panitia yang dilempar ke lantai begitu ketakutan menghadapi aura iblis tatsuya sampai-sampai giginya tidak lagi gemetaran dan hanya bisa terbaring lemas.
Tatsuya : “apa kau serius berpikir bisa merusak barang Miyuki tanpa membangkitkan amarahku?”
Meski mendengar ini, tiap orang yang tidak tahu kondisi keluarganya tidak dapat memahami maksud tatsuya.
Di saat yang sama, meski mereka tahu, tidak akan ada seorangpun yang gagal mengerti.
Senyum keji di bibirnya.
Anggota panitia yang sedang disiksa ini telah menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak boleh disentuh – sisik dari seekor naga.
Mengacuhkan orang-orang yang ada disekitarnya, Tatsuya dengan dinginnya bicara pada orang yang terbaring di lantai.
Tatsuya : “apa yang kau tanam dalam CAD Miyuki sewaktu pemeriksaan? Itu bukan virus biasa!”
Orang itu gemetaran lebih kencang sekarang. Tingkat terror dan keputusasaan melewati yang sedang menghadapi ajalnya. Ini adalah wajah dari terhukum yang sedang dibacakan dosanya di jurang neraka.
Tatsuya : “jadi begini caramu merusak software CAD. berdasarkan aturan pertandingan, tidak satu CADpun dapat menghindari pemeriksaan ini.”
Diantara kumpulan penjaga yang datang untuk menahan tatsuya, sebagian besar mendengar ucapan tatsuya dan menelan ludahnya. Mereka memalingkan perhatiannya pada orang yang bertanggungjawab memeriksa CAD yang sekarang sedang ditahan Tatsuya. Mata penjaga itu beralih dari melihat korban menjadi melihat tersangka.
Tatsuya : “tapi, kau bukan satu-satunya orang yang bertanggungjawab atas semua rencana busuk sewaktu pertandingan ini, bukan?”
Dibawah tindihan lutut tatsuya, air mata keluar dari mata orang itu selagi dia menganggukan kepalanya.
Tatsuya : “oh? Kau memilih untuk diam?”
Tatsuya mengapakkan (karate chop) tangannya dihadapan mata orang itu.
Ujung jari-jemarinya mendekati orang itu seperti taring ular.
Dengan perlahan Tangan tatsuya mengarah menuju tenggorokan orang itu.
Melihat ini, semua orang yang hadir terpaku menontonnya, dan untuk alasan tertetu, mereka memikirkan hal yang sama.
Mereka membayangkan kejadian yang sama.
Jari-jemari remaja itu mampu menembus tenggorokan pendosa tersebut, dan menenggelamkannya dalam lautan darah.
Kudou : “apa yang terjadi disini?”
Sebelum tragedy itu dapat terjadi, suara orang tua melepaskan semua orang dari kekakuan.
Tidak ada tanda-tanda intimidasi atau keagungan, tapi, suara itu bagaikan angin sejuk yang menelan semua hasrat membunuh yang ada.
Penjaga : "—Kudou-sama!"
Iblisnya lenyap, Tatsuya menahan aura iblisnya, menarik tangan dan lututnya kemudian berdiri dan membungkuk hormat pada Elder Kudou.
Tatsuya : “sungguh maafkan saya. Saya sudah memperlihatkan tontonan buruk.”
Kudou : “kau adalah –Shiba-kun dari first high. Pertandingan kemarin benar-benar menyisakan kesan yang tak terlupakan. Jadi apa yang terjadi disini?”
. Melihat tatsuya menarik taringnya, seseorang mencoba menahan remaja yang bertanggung jawab atas semua kekacauan ini, tapi kolega yang mendengar kata-kata tatsuya menahan orang tersebut.
Tatsuya : “karena adanya aktivitas illegal mengarah pada CAD sekolah kami, saat ini saya sedang menginterogasi tersangka.”
Kudou : “benar Begitu?”
Setiap orang yang terpaku oleh aura iblis dan hawa membunuhnya tahu bahwa itu adalah kebohongan belaka.
Itu bukanlah Introgasi
Namun, elder kudou memutuskan untuk tidak membahas masalah itu dan hanya menganggukan kepalanya saat mendengar kata-kata tatsuya.
Kudou : “apa ini CAD yang dirusak?”
Tatsuya : “benar.”
Penyihir tua yang dulunya dikenal sebagai “yang paling cerdik” melepaskan CAD tersebut dari alat pemeriksa dan memegangnya di depan mata sebelum mengangguk setuju.
Kudou : “…benar, keganjilan memang ada. Aku pernah melihat ini sebelumnya. Sewaktu aku masih aktif di militer, sewaktu pertempuran di laut cina timur, penyihir militer Guangdong menggunakan Golden Electron Silkworms semacam ini.”
Selagi dia berkata begini, dia menatap dingin kearah orang yang terbaring di tanah.
Suara dingin ini membuat orang itu merangkak mundur.
Kudou : “Golden Electron Silkworms berjalan melewati koneksi untuk menginvasi barang elektronik. Ini adalah SB magic yang mematikan presisi(ketepatan) pada senjata.”
SB magic adalah nama yang diberikan pada sihir yang menggunakan mahluk gaib, yang dikenal sebagai “spirits”, yang digunakan sebagai medium. Elder Kudou mengingat kembali pengalamannya dan perlahan-lahan mengungkap sihir ini.
Kuodu : “silkworms tidak menulis ulang proses sihirnya. Sebaliknya, mereka mengganggu sinyal keluar sihir dan bahkan mengubah sinyalnya. Ini akan menghambat aktivasi sihir dengan cara mengganggu kerja elektronik tanpa memicu OS atau program anti-virus. Terlambat mengetahui Golden Electron Silkworms, pasukan kami sangat menderita dibawah efeknya….apa kau menyadari ini?”
Tatsuya : "tidak."
Pada hasil penyelidikan elder kudou, tatsuya menghindari gerakan percuma dan mempertahankan sikap “santai” selagi membalas pertanyaannya.
Tatsuya : “ini pertama kalinya saya mendengar istilah Golden Electron Silkworms. Namun, saya seketika mendeteksi elemen luar yang mengnggu system yang saya rancang.”
Kudou : “aku mengerti.”
Mendengar kata-kata tatsuya, elder kudou menampilkan senyum puas.
Namun, saat dia menatap pelakunya, senyumnya berubah menjadi senyum predator yang bahkan bisa membuat penyihir veteran tak berdaya.
Kudou : “sekarang, dimana kau menemukan sihir untuk Golden Electron Silkworms…?”
Dengan mengendap-ngendap, mata-mata mencoba lari dari lokasi kejadian, tapi dengan cepat ditangkap oleh penjaga yang tadinya datang untuk menahan tatsuya.
Kudou : “yah, Shiba-kun, sudah saatnya kamu kembali ke stadium. Gunakan saja CAD cadangan untuk sekarang. Karena situasi seperti ini sudah terjadi. Tidak perlu lagi ada pemeriksaan lebih jauh. Ngomong-ngomong, ketua panitia?”
Pada panggilan tiba-tiba itu, salah satu orang tua dibelakangnya – meski begitu, dia masih belasan tahun lebih muda dari elder kudou – langsung menganggukan kepalanya.
Kuodu : “orang mencurigakan bisa menyusup menjadi staff adalah skandal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setelah ini, aku ingin mendengar penjelasanmu.”
Pak ketua tampaknya mau pingsan, tapi masih sempat menjawab siap. Elder kudou berbalik dari pengikutnya dan sekali lagi berpaling dan melihat tatsuya dengan pandangan puas.
Kudou : “Shiba Tatsuya-kun, lain kali aku ingin berbincang-bincang denganmu lagi.”
Shiba : “pasti, pada lain kesempatan-“
Kudou : “benar, biar aku menantikan kesempatan ini.”
Ini adalah pertemuan pertama antara Tatsuya dan Kudou Retsu.
◊ ◊ ◊
Begitu kembali ke kemah first high, tatsuya benar-benar sadar pandangan orang padanya mulai berubah.
-mungkin, boleh dibilang ”cara pandangnya kembali ke keadaan semula”.
Alasan dia bilang “mulai berubah” karena semua orang, mencoba, namun gagal menyembunyikan pandangan sekilas mereka. Mereka merasa bersalah karena sudah su-udzon(istilah gua dah) pada Tatsuya, namun tidak bisa menahan keraguan dalam hati mereka.
Tatsuya tidaklah bodoh.
Emosinya hanya miring pada arah tertentu, dengan setengahnya menjadi sangat sensitive.
Maka, dia sangat lambat menyadari niat baik orang lain
Namun sangat sensitive merasakan kebencian.
Sekarang, dia cukup terbiasa membaca tilikan orang lain padanya. Bingung, terror, acuh ketika mengalami pertemuan dengan orang asing.
Miyuki : "Onii-sama..."
Diantara mereka, seorang orang gadis muda tidak menghindari tatsuya dan mendekatinya dengan suara dan ekspresi khawatir.
Tatsuya : “maaf sudah mengkhawatirkanmu.”
Hanya itu pandangan yang mengetuk pintu hatinya.
Miyuki : “bagaimana bisa! Onii-sama marah untukku bukan?”
Tatsuya : “cepat sekali. Kau sudah mendengar beritanya?”
Tatsuya dengan lembut mengelus kepala miyuki. Dengan malu, miyuki menurunkan kepalanya, tapi masih menjawab pertanyaan kakaknya dengan jelas.
Miyuki : “tidak, karena setiap kali onii-sama marah….pasti demi aku…”
Jawaban jelas miyuki berubah menjadi tangisan. Tatsuya menggunakan salah satu tangannya untuk mengelus wajah adiknya, dan menaikan wajahnya.
Tatsuya : “benar, aku hanya akan marah untukmu.
Tapi Miyuki. Sangat normal bagi seorang kakak untuk marah demi adiknya.
Dihatiku. Itu adalah pecahan terakhir dari sesuatu yang terasa’normal’
Jadi, Miyuki, kau tak perlu sedih.”
Tatsuya menarik tangan kanannya dan mengambil sapu tangan, yang digunakan untuk menyapu air mata di wajah adiknya.
Tatsuya : “lagipula, bukankah sayang kalau air mata merusak make up di wajahmu? Hari ini adalah hari yang penting ketika kamu akan naik ke stage.”
Miyuki : “jangan bilang begitu… Onii-sama ini… aku bukan satu-satunya orang yang bertanding hari ini. Ini namanya favoritisme!”
Meski tersenyum masam, senyuman miyuki tak ada tandingannya.
Setidaknya begitu yang dilihat tatsuya.
Melihat senyum adiknya telah kembali, tatsuya kembali tenang. Tangannya turun dari wajah adiknya ke arah bahunya selagi dia menggiring adiknya masuk. Ketika tatsuya mengangkat wajahnya untuk melihat kea rah kemah, dia merasakan perubahan dalam pandangan yang diterimanya. Kali ini, perubahannya mengarah pada hal yang lebih menarik.
Tersembunyi dalam tilikan ke arah mereka.
Adalah tatapan hangat yang sama-sama kesal namun tidak bisa melepaskan pandangannya dari arah mereka.
Mayumi : "Ah, Tatsuya-kun."
Sekarang, seolah ketua osis berbicara mewakili siswa-siswi yang hadir, mayumi mengunakan suara dan pandangan dingin untuk menyambut tatsuya.
Mayumi : “ketika aku mendengar dari panitia ‘salah satu siswa di sekolahmu tiba-tiba menyerang seseorang’, aku benar-benar bingung mencari tahu apa yang terjadi… dan, tampaknya seorang kakak yang sis-con menjadi marah ketika seseorang mencoba melakukan sesuatu pada adiknya!”
Sementara ini bukanlah cara yang baik untuk menjelaskan situasinya, tatsuya menyadari sedang dalam bahaya. Menyadari terlibat dalam situasi yang tidak menguntungkan, tatsuya memilih untuk kabur.
Maka, dia langsung kabur ke ruang kerja yang diperuntukkan untuk teknisi.
Dengan begini, tatsuya berhasil menghindari dikucilkan koleganya, meski semua ini terjadi akibat tindakannya sendiri.
◊ ◊ ◊
hari berlalu diiringi dengan langit gelap yang tak kunjung cerah pada saat babak kedua dumulai sekitar 9:30 AM.
Tatsuya : "hari ini cuacanya bagus...aku harap ini akan berlangsung sampai malam"
Miyuki : "mungkin akan panas pada malam hari."
Tatsuya : "meski malam memliki tantangan tersendiri... bagaimana lagi, ini masih bagus dibanding cuaca hujan."
percakapan kakak adik yang tampaknya melaju diluar diluar babak awal adalah kenyataan. namun, Azusa, yang duduk di kursi terdekat, tampak "acuh" dengan percakapan ini.
umumnya, perbedaan kekuatan antara anak tahun pertama dan tahun ke-2 sangat jauh bila dibandingkan perbedaan kekuatan antara anak tahun ke-2 dan tahun ke-3. ini terjadi karena penyesuaian pendidikan sihir baru dimulai di tingkat SMA.
jadi, apabila tidak hadir di divisi pemula, sangat jarang anak tahun pertama akan muncul di divisi official. biasanya, pemain yang tiba-tiba dipindahkan ke divisi official kesulitan melewati babak awal.
meski begitu-
Azusa : (hal semacam itu mungkin tidak berlaku untuk Miyuki...begitu juga dengan Shiba-kun)
mengenyampingkan sikapnya yang pemalu, Azusa tidak diragukan lagi adalah salah satu penyihir andalan diantara sebayanya. disamping sifatnya yang malu-malu, fakta bahwa dia terpilih sebagai salah satu bagian dari first high adalah pernyataan handalnya skill azusa.
namun di mata azua, Miyuki memiliki kekuatan untuk menandingi orang nomor satu di first high.
adiknya saja sudah menjadi lawan yang sulit, sekarang ditambah lagi ada kakaknya yang mendukungnya secara penuh.
bahkan Mari, yang menjadi andalan, akan kesulitan menandingi Miyuki meski dalam kondisi puncaknya.
selagi Azusa sedang berpikir tentang detil lain, faktanya, dia adalah teknisi yang bertanggungjawab untuk pertandingan ke-3. itu sebabnya dia datang lebih awal untuk melakukan pengaturan CAD akhir dan melakukan diagonsis sistem.
divisi official monolith code dan mirage bat adalah event akhir yang gender eksklusif di dalam kompetisi 9 sekolah, jadi personil masing-masing sekolah pada sibuk menyiapkan event tersebut.
fist high memilih memasangkan satu pemain dengan satu teknisi untuk dua event tersebut.
jujur saja, sebagai teknisi, tatsuya juga adalah lawan Azusa.
namun-sebelum pertandingan dimulai, tak peduli siapa yang menang dan siapa yang kalah, semangat bertanding Azusa sudah lenyap.
insiden sebelumnya.
panitia mengirimkan kabar bahwa tatsuya menyerang seorang staff. mendengar hal ini, dia lebih merasa "takut" daripada terkejut.
daripada kaget, jauh didalam hatinya dia tahu - "kalau itu dia".
meski azusa dan tatsuya baru saling kenal, azusa percaya "tatsuya bukan tipe orang yang melakukan kekerasan tanpa sebab". di sisi lain, kalau dia punya alasan, dia bukan tipe orang yang akan menahan diri.
kesiapan untuk melakukan kebiadaban yang tak terkendali membuat bulu kuduk Azusa berdiri.
sebagian besar penggunaan sihir termasuk dalam lingkup militer, baik dari segi kekuatan militer dan pencegahan aktif. azusa benar-bnear mengerti akan hal ini. tapi tanpa memperhatikan apakah itu militer maupun kemanan publik, tindakan itu masih masuk "kekerasan". untuk melakukan tindakan "kekerasan" itu, yang bertanggung jawab terbagi kedalam : pembuat keputusan, orang yang memberikan perintah, pelakunya, dan pengawas.
dan, tatsuya bersedia untuk membuat keputusan, melakukan dan memegang tanggung jawab penuh atas tindakannya tersebut.
mungkin, dia tidak akan bergeming meski orang tersebut harus mati - dibunuh oleh tangannya sendiri.
azusa benar-benar ketakutan dengan hati tatsuya yang sangat dingin.
The shock came afterwards, when he shared the details behind his actions.keterkejutannya datang belakangan ketika dia mengetahui alasan kenapa tatsuya melakukan itu.
Tatsuya menemukan modifikasi CAD ilegal dan menahan pelakunya di tempat.
ekspresi terkejut dan takut Hirakawa, siswi tahun ke-3 yang bertanggungjawab sebagai teknisi kobayakawa, tertanam dalam-dalam di kedua mata Azusa. penyesalan semacam itu dapat dengan mudah menyebar ke orang lain.
Azusa sama sekali tidak menyadari bahwa CAD kobayakawa telah dirusak. karena hal ini, pemain mengalami kecalakaan, yang berujung pada "ucapan selamat tinggal" pada temannya yang kehilangan kekuatan sihirnya untuk seumur hidup. menghadapi itu dia... kalau dia berada di posisi hirakawa, dia mungkin sudah lari dan menangis sendirian di kamar hotel, pikir azusa.
It was an undeniable fact that Tatsuya was a Course 2 student and, at the same time, a "dunce".
His technical scores hovered just above passing.
During the skill examinations after school commenced, roughly five students failed every year, so even if his grades were closer to "pretty terrible" instead of "fairly poor", there was nothing to be done.
Yet, the reality was — when excluding the "strength" based on artificial conditions like examinations and based solely on the Magician's ability to adapt fluidly to various situations, his assessment was completely inverted.
Regardless of whether it was development, analysis, calibration, or combat.
His strength went "beyond" First-Class.
Even if they didn't exclude his Magic Power and assessed him based on his ability to apply Magic, he was the true "valedictorian" worthy of standing at the top of the pyramid.
Then—
(Our "grades"... "Course 1 students", what of these? What's the point of differentiating between "Course 1 students" and "Course 2 students"?)
During the Nine Schools Competition, after watching Tatsuya at a close proximity, Azusa started seriously considering this question.
And remained bewildered.
That was the unease coming from her faltering values system, hitherto unchallenged and held to be truth, which had suddenly become vague and untrustworthy.
Azusa never held herself as an elitist who took pride in her "Bloom" status and derogatorily looked down at the Course 2 students as "Weeds".
At least, she wasn't conscious of it.
Despite this — her exceptional magical talent and her identity as a skilled magic high school student — she still took "pride" in these labels.
For Magicians groping their way through life, confidence in their own magical abilities was synonymous to the courage that sustained them throughout their journey to blaze a new path as Magicians. Even if Azusa wasn't consciously aware of this point, the fact remained that her confidence as a Magician undeniably supported her throughout her life.
This wasn't restricted to just magic. For youngsters, anyone would be greatly uneasy about such murky concepts like "tomorrow" or the "future" precisely because they lacked the "experience" or "track record", hence they relied on their "self-confidence" and "self-esteem".
For Azusa, those things ("self-confidence" or "self-esteem") originated from her "magic" and ultimately gave her status as a "talented student within the magic high schools". To be precise, her self-confidence and self-esteem were born out of her "magic grades".
That being said, both self-confidence and self-esteem could only wilt before the spectacle that was Tatsuya.
Her test scores as a Year 1 student were plainly superior, but regardless of whether as a combat Magician, Magic Artificer, or even Magic Researcher, she never got the inkling that she was better in any way. Even her own unique talents, which she privately felt could rival even Mayumi or Mari, paled in front of Tatsuya.
Still, Azusa felt that she didn't need to stress out over this feeling of self-abasement.
She was more than 90% sure that Tatsuya was "him".
—Against "him", feeling inadequate was only natural.
—Against "him", feeling diminished was ludicrous.
Azusa used this to convince herself.
(But everyone doesn't know yet...)
Precisely because no one knew, this feeling became more prominent,
Became more obvious.
Surely the other Year 1 students in his cohort felt the same.
As a Course 1 student who was outshone by a Course 2 student — what did their "grades" even signify?
"A-chan, it's best not to dwell on that for too long!"
Azusa was startled when someone suddenly greeted her from behind and swiftly turned around to find Mayumi smiling wryly at her.
"That thing, is spe·ci·al."
Despite referring to her underclassman as a "thing", her tone was quite warm.
"There will be some children who simply cannot accept this...... But as high school students, they must learn to accept things that they do not agree with. Even if it's true that Course 2 students cannot match Course 1 students in technical skills, it is also true that Tatsuya-kun has surpassed our level."
"Eh? But..."
Hearing these shocking words, Azusa was struck speechless.
True, Tatsuya's level was above her, Azusa thought. —Even if she was against "him", she was forced to admit she would have some regrets.
But Mayumi's level was also superb, and Azusa didn't think she would lose to Tatsuya in any way.
"It's not like I'm completely out of his league."
Maybe seeing through Azusa's bewilderment, Mayumi smiled wryly once more.
"From an aggregate magic perspective, I should have the edge. If it turned into a shootout, so long as I keep a wide berth, I can still do it."
After downplaying her words, Mayumi's expression eased somewhat.
"However, there are areas where I am unquestionably behind. For CAD related skills, even though I'm not far behind, I'm definitely no match for him. Unfortunately, he also holds all the cards in terms of magic knowledge."
Mayumi added carelessly, as if the upperclassmen's complete loss of face didn't concern her in the slightest.
"Everyone is proficient and lacking in different areas, so there's rarely someone who's superior in every single way. When I say Tatsuya's level is higher, I mean that his knowledge and skills in magic engineering are unrivaled."
Mayumi caught Azusa's eye in order to carefully examine Azusa's gaze.
"On the other hand, regardless of whether it is myself or A-chan, both of us tower over Tatsuya-kun in magic technical ability, so there's no reason to be so depressed. The contents of the magic skills examination each possess their purpose, just as the test scores are not representative of a person's value, test scores are only one part of a person's value."
Azusa wordlessly listened to Mayumi's words.
"Then again, heh..."
Whew, this time Mayumi actually let out a sigh.
"Those that fully believe in 'their own superiority' tend to be unwilling to accept that they cannot surpass someone in every way. They even forgot that the actual difference between Course 1 and 2 students originally arose because they needed to differentiate the grades for those who passed the entrance exam and who could receive instruction."
Somewhere, somehow, Azusa's eyes widened. Her mind had gone completely blank at Mayumi's unexpected words.
What did she mean forget? This was the first time she had ever heard that the difference between Course 1 and 2 students was caused by educational differences.
"In the end, it was still a uniform issue... In the beginning, it was simply because the number of students exceeded expectations and they couldn't change all the embroidery in time......"
"Eh, really?"
"Huh? You didn't know?"
Hearing the real story for the first time, Azusa received a wholly different shock than before and remained silent. Hearing Mayumi murmur, "Really, it appears that not many people know......", Azusa could only keep nodding.
"Did you know that First High used to accept 100 students each year? They had to accept more Magicians to follow international standards, so First High increased their student body size. The government at the time must have wanted immediate results. Adding new students at the beginning of the next school year would have been fine, but in reality, they added more students in the middle of the term.
However, the school was unable to increase the number of educators in the middle of the term. So, their temporary solution was to teach the theoretical knowledge to the students who joined in the middle of the term, then begin technical instruction during the second year. This became the Course 2 student system.
However, once the Course 2 students enrolled, there was an error in the orders for school uniforms. Because of this, the Year 1 students who were temporarily set as Course 2 students had to suffer the indignity of wearing uniforms without the school emblems. This led to an unexpected misunderstanding...... The Course 2 student system was meant to be a placeholder until they could enter the next level. They were simply students who were enrolled after the original spots were already filled. Yet, they were gradually seen as replacements. Also, the plan that called for increased students ultimately failed to provide the adequate instructors, resulting in the misinterpreted 'replacement treatment' eventually becoming reality. This is the true face of the Course 2 student system.
The uniforms also suffered the same fate. In order to cover up the error, no one bothered to correct the issue after the original plan was scrapped. This is the truth behind the matter. In hindsight, creating two different uniforms was a complete waste...... Since everything is done automatically until the school emblems are affixed, it would be cheaper to have one uniform design even if the measurements differ."
Once she started, the words just wouldn't stop.
Azusa's sincere opinion after hearing Mayumi's explanation changed drastically.
The deep antagonism between "Blooms" and "Weeds" that had caused numerous instances of friction actually originated from such a trivial matter.
These words definitely must be kept from Miyuki, Azusa thought — the outcome was too terrifying to imagine.
"...Please, don't tell Miyuki-chan?"
Mayumi seemed to arrive at the same conclusion.
Azusa nodded in agreement without another word.