Mahouka Koukou no Rettousei (Indonesia):Volume 6 Chapter 1
Chapter 1[edit]
Saat ini adalah bulan Oktober di tahun 2095. Di masa ini, fasilitas di pelabuhan telah di upgrade dengan sistem otomatis agar dapat bekerja sepanjang waktu dalam 24 jam, oleh karena itu sudah sewajarnya jika tidak ada petugas yang berjaga pada tengah malam. Mayoritas petugas pelabuhan bekerja pada siang hari, kecuali petugas penjaga pelabuhan yang bekerja pada waktu malam, hanya mesin yang aktif bekerja pada malam hari untuk memproses kedatangan dan pemberangkatan kapal serta mengatur pembongkaran muatan kapal.
Dengan berkurangnya jumlah petugas, setiap pelabuhan di kembangkan ulang dengan tujuan mencegah masuknya imigran gelap. Dan juga, pelabuhan ditempatkan denga pertimbangan yang seksama, tidak jauh dari pengawasan serta jalan utama menuju kota, sehingga mencegah nelayan untuk berlabuh di sekitar area tersebut.
Di malam hari, dimana hanya sistem otomatis yang beroperasi, area tersebut melarang semua kapal untuk berlabuh, penumpang yang ingin berlabuh terpaksa harus menunggu hingga pagi hari ketika petugas pelabuhan datang. Oleh sebab itu, di malam hari seharusnya tidak ada orang yang hadir di pelabuhan.
Namun, pada malam ini, sekelompok orang tampak tengah mengendap-endap di Dermaga Yokohama.
“Kita kedatangan tamu ilegal dengan kewarganegaraan yang belum diketahui, mereka merapatkan kapal kargo berukuran kecil di Dermaga Kargo nomor 5. Semua personel, harap segera menuju Dermaga Kargo nomor 5.”
Sesaat setelah perintah tersebut terdengar melalui intercom, dua detektif yang mengenakan penyamaran saling berpandangan dan kemudian berlari menuju tempat yang di perintahkan. Walau begitu tampaknya ekspresi wajah keduanya benar-benar saling bertolak belakang.
“Ah ha, akhirnya mereka sampai.”
“Jangan mengeluh Inspektur!”
“Tapi, Inagaki-kun.”
“Diamlah dan terus lari saja!”
“Tapi, aku ini atasanmu.”
“Dan aku ini jauh lebih tua darimu.”
“Ah ha, oke oke.”
Sembari menjawab perkataan bawahannya yang lebih tua darinya, Inspektur Chiba Toshikazu mempercepat langkahnya. Jarak yang memisahkan Dermaga nomor 5 dan Dermaga nomor 3 dimana keduanya sekarang berada, sekitar 700 meter. Secepat apapun berlari, seharusnya mereka baru sampai setelah dua menit. Namun, walaupun tampaknya keduanya berlari sambil bersendagurau, Inspektur Chiba dan Asisten Inspektur Inagaki tiba di dok 5 dalam 30 detik.
Ini bukanlah kecepatan manusia normal.
Karena keduanya sejak awal bukanlah manusia normal. Mereka adalah Penyihir.
“Kita benar-benar kekurangan orang.”
“Apa boleh buat, hanya petugas polisi yang dapat menggunakan sihir yang mampu melawan penjahat yang memakai sihir.”
“Padahal – kenyataannya – tidak – selalu – harus – begitu!”
Sambil melontarkan kalimat yang tidak penuh motivasi tersebut, Inspektur Chiba melompat ke udara.
Di tangannya tergenggam sebuah bokken dengan panjang sekitar satu meter.
Sambil melayang di udara, Inspektur Chiba mengayunkan bokken miliknya dengan lincah, dan dengan cepat mengenai gerombolan imigran gelap yang mencoba menembakkan tiga buah timah panas ke arahnya dengan senjata api yang dilengkapi penredam suara. Disamping kekuatan kakinya, tidak ada orang yang dapat meniru lintasan lompatnya di udara tanpa bantuan sihir.
Lintasan lompatnya mampu menghindari bidikan para imigran gelap tersebut yang berusaha mengenainya dengan senjata api.
Kemudian Inspektur Chiba menerjang tiga orang paling belakang dari kerumunan tersebut dengan sihir jarak jauhnya, ia menebas ketiganya dengan tusukan spiral.
Menggunakan Sihir Tipe Gerakan yang terang-terangan mengabaikan gravitasi dan inersia demi menghindari serangan sihir musuh, Chiba menggunakan bokken-nya untuk menjatuhkan semua musuhnya dalam satu serangan.
Di sisi lain keributan ini, Inagaki menggunakan pistol miliknya untuk menghadapi musuhnya, yang juga menggunakan senjata api.
Segera setelah Chiba beralih ke pertempuran lainnya dari sisi tepi kapal, lebih dari sepuluh orang imigran asing terpojok dalam waktu singkat.
Sementara itu, konflik-konflik kecil yang terjadi di tempat lain telah ditangani dengan baik sebelum keduanya sempat datang dan member bantuan.
“Inspektur! Ambil Helmnya!”
“Eh~Aku ?”
“Jangan malas-malasan!”
Melihat sepasang partner ini, tampak jelas bahwa justru sang asisten yang lebih pro-aktif dalam tugas. (Sang Atasan justru tampak seperti kurang profesional.) Walaupun begitu, bukan berarti sang inspektur bisa begitu saja kabur dari tugasnya.
“OK.OK, Inagaki-kun, tolong hentikan kapal itu ya.”
“…Kalau kulakukan, mungkin kapalnya bisa tenggelam.”
“Jangan khawatir. Kapten-nya yang akan bertanggung jawab kok.”
“…Wow, bahkan dia nggak berniat bertanggung jawab sama sekali…”
Sambil mengeluhkan sikap atasannya, Asisten Inspektur Inagaki mengisi peluru pistol miliknya.
Tangan kirinya menekan tombol di pegangan pistol dan sebuah scope yang terdapat di selaras pistol segera terangkat, dalam posisi siap untuk membidik.
Segera setelahnya, ia menggunakan Senjata yang terintegrasi dengan CAD miliknya –pistol dengan alat kalkulasi yang tertanam dalam pegangannya, dan CAD khusus di badan utama pistol segera memulai Rangkaian Aktivasi.
Bertepatan dengan momen ia menekan pelatuk pistolnya, Rangkaian Sihir segera aktif.
Menggunakan konsep Sihir tipe Gerakan dan Sihir Pengontrol Massa untuk mengatur jalur serta daya tembusnya, timah panas yang terlontar meluncur mengikuti jalur yang telah ditentukan oleh Rangkaian Sihir dan tepat menembus buritan kapal kecil yang tertambat di tepian.
Selang beberapa saat, suara tembakan kedua dan ketiga memecah keheningan malam. Buih yang dihasilkan oleh buritan semakin berkurang. Dilihat dari struktur luar kapal, tembakan barusan dengan sukses telah menembus akselerator yang terdapat pada kapal.
“Kerja bagus.”
Dengan santai Inspektur Chiba memuji bawahannya, kemudian sebuah suara seperti sesuatu yang pedang yang dilepaskan dari sarungnya terdengar dari tangan Inspektur Chiba. Rupanya, bokken yang ia bawa sedari tadi merupakan pedang yang ia sarungkan.
Sambil berlari melampaui delapan buah kapal lain yang tengah terapung di pelabuhan, dengan kecepatan yang mampu mengimbangi Yoshitsune, Inspektur Chiba menggenggam sebuah pedang di tangannya
Ia mengayunkan pedangnya ke arah kapal yang tengah tertambat di dermaga tersebut, dan pintu kargo kapal yang terbuat dari metal terkoyak menjadi dua bagian.
Ilmu pedang rahasia dari klan Chiba, “Iron Breaker”.
Dasar dari teknik ini adalah mengaplikasikan Sihir Tipe Gerakan pada ayunan pedang, bukan apa bahan pedang itu sendiri, dengan bantuan Rangkaian Sihir. Dari sisi pandang molekular sendiri, kini pedang ini telah menjadi pedang molekular yang tidak dapat tergores, rusak, apalagi patah. Dengan kata lain, dengan bantuan sihir ini, pedang yang diayunkan Inspektur Chiba terus menebas segala benda yang menghalangi jalur tebasannya.
Untuk membuat jalan bagi mereka berdua, sang pewaris Klan Chiba, Chiba Toshikazu, menebaskan ilmu pedangnya sekali lagi.
“Kerja bagus Inspektur.” “Ah, benar-benar deh, ini yang namanya buang-buang waktu dan tenaga.”
Langit kini pelan-pelan beralih menjadi cerah oleh cahaya sang fajar sementara Inspektur Chiba mengomel seolah-olah situasi saat ini tidak berhubungan dengannya sama sekali. Walau demikian, ia tidak mengomeli bawahannya yang memandangnya sambil menahan tawa.
Setelah dengan berani menerobos lebih jauh ke dalam kapal, mereka mendapati bahwa ternyata tidak ada seorangpun di kapal ini.
Tampaknya para imigran gelap itu telah mengevakuasi diri melalui bagian bawah kapal, meninggalkan sebuah lubang yang menyebabkan air laut membanjiri kapal. Dan lubang yang dibuat oleh Inspektur Chiba membuat udara dan angin dari luar masuk ke dalam kapal, membuat keadaan lebih buruk. Dengan begini, kecepatan tenggelam kapal semakin bertambah, dan kini kapal itu telah benar-benar tenggelam di dasar laut.
Sepertinya kita benar-benar kehilangan jejak akan arah kabur mereka.”
“Namun, sepertinya tujuan mereka sudah sangat jelas.”
Sambil berkata seperti itu, Inspektur Chiba mengangkat bahunya seolah ingin menjawab pertanyaan yang akan dilontarkan bawahannya, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah timur, ke arah dimana terbitnya matahari.
◊ ◊ ◊[edit]
Tak jauh dari tempat Inspektur Chiba dan asistennya berada, Dermaga Yokohama. Searah dengan jalan Yokohama yang terkenal di seluruh Jepang, terdapat sebuah sumur yang terletak di halaman belakang sebuah restoran tak bernama di jalan tersebut.
Walau saat ini masih dini hari, tampak tiga pria dengan pakaian rapi berdiri di sekitar sumur tersebut.
Salah seorang diantaranya nampak masih muda, kira-kira umurnya masih di tengah usia kepala dua-nya.
Dan wajah pria tersebut memancarkan aura tampan yang unik. Tentu bukan dalam artian ia berwajah feminin, namun aura yang muncul lebih dikarenakan garis keturunan keluarganya yang berkelas.
Sumur dengan sebuah timba tersebut bukanlah untuk sumur untuk menimba air minum, melainkan untuk berjaga-jaga jika terjadi kebakaran.
Dan kemudian, timba sumur tersebut tiba-tiba bergerak tanpa peringatan terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian, seorang pria yang basah kuyup memanjat keluar dari sumur tersebut, diikuti oleh lima belas orang lainnya.
Pria separuh baya yang keluar terakhir dari sumur tersebut kemudian menunduk, memberi salam hormat ala Jepang ke arah pria muda di depannya dengan sebuah senyum sederhana terpampang di wajahnya. Sang pria muda tersebut, membalas salam dengan cara yang sedikit sama, ia menunduk hormat dengan tangan kanan nya diletakkan setinggi dada kirinya.
“Tuan-tuan, silahkan menuju ruang ganti. Kami juga sudah menyiapkan sarapan untuk Tuan-tuan.”
Membalas ramah-tamah sang tuan rumah,
“Terimakasih atas bantuan dan kerjasama anda, Tuan Zhou.”
Pria separuh baya tersebut membalas dengan nada yang kurang menunjukkan rasa terimakasih.
Namun begitu, pria muda tersebut tidak kehilangan senyumnya setelah mendengar jawaban dengan nada tidak begitu sopan dari tamunya, dan ia kemudian memandu ke enam belas orang tamunya menuju dalam bangunan.
◊ ◊ ◊[edit]
Anggota baru Dewan Perkumpulan Murid Sekolah Menengah Atas Pertama yang terafiliasi dengan Universitas Nasional Sihir telah memulai aktifitasnya sejak seminggu yang lalu.
Saat ini, Tatsuya dan kawan-kawannya dari Kelas E baru saja tiba di kafetaria di jam istirahat sekolah.
Sebelumnya, Tatsuya biasanya menikmati makan siangnya di ruang Dewan Perkumpulan Murid, namun itu bukan berarti dia menikmatinya. Hal itu lebih karena Mayumi, Ketua Dewan Perkumpulan Murid sebelumnya, menyalahgunakan wewenang dan kekuasannya dengan memaksa Shiba bersaudara makan siang di tempat tersebut.
Dan lagi, Tatsuya tidak pernah berfikir bahwa ia akan terus melanjutkan kebiasannya untuk makan siang di ruang tersebut. Sesekali, ia terkadang makan siang bersama para anggota Dewan Perkumpulan Murid yang baru di kafetaria.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika Miyuki juga mulai ikut makan siang di kafetaria bersama kakaknya. Berasama dengan kawan-kawan sekelasnya, makan siang bersama di kafetaria telah menjadi kebiasaan rutin sejak awal bulan Oktober tahun ini.
Karena Tatsuya, Erika, Leo, Mizuki, dan Mikihiko berada di kelas yang berbeda dengan Miyuki, Honoka, dan Shizuku, maka grup yang datang pertamalah yang biasanya memesan tempat di kafetaria. Hari ini, giliran Tatsuya dan teman sekelasnya yang menunggu kedatangan Miyuki dan teman-temannya.
“Maaf menunggu semuanya.”
“Tidak masalah, hari ini juga kerja keras ya ?”
Grup Tatsuya menunggu kurang lebih sepuluh menit setelah sebelumnya Miyuki menyampaikan pesan pada Tatsuya bahwa ia dan Honoka akan sedikit terlambat karena tugas dari Dewan Perkumpulan Murid.
Melihat Miyuki yang dengan sepenuh hati membungkukkan badan meminta maaf padanya, Tatsuya tersenyum sembari menjawabnya dengan kata-kata yang berusaha menentramkan hati. Honoka yang sedikit tertinggal dan tidak sadar akan situasi ini, tampaknya menerima sinyal dari Shizuku dan kemudian ia bergabung dalam kelompok sembari menundukkan kepala dan meminta maaf pada Tatsuya.
“Maafkan aku Tatsuya-kun. Kami terlambat karena salahku.”
Setelah malam pengakuan cinta Honoka di Ogasawara pada liburan musim panas lalu, nampaknya respon dan ekspresi Honoka ketika berhadapan dengan Tatsuya justru semakin memperjelas isi hatinya. Sebenarnya Tatsuya sadar akan hal ini, namun ia lebih memilih untuk berdiam diri. Kalau saja ia ingin lebih proaktif dalam hal ini (percintaan), ia bisa saja tersenyum sedikit – bahkan tersenyum kecut pun tidak masalah – namun sikap Honoka yang lemah terhadap Tatsuya dan bisa saja ia menyalahartikan senyumnya sebagai ejekan / godaan, dan ini jelas tidak baik bagi seorang gadis yang baru saja ditolak.Karena itulah saat ini Tatsuya tidak memiliki solusi yang bagus. Ia tidak mungkin setiap saat menjelaskan bahwa ini hanya salah paham (bahwa mereka terlambat karena salah satu orang), jadi Tatsuya hanya dapat menyerah akan situasi ini dan memilih bersikap pasif.
“Jangan terlalu khawatir, siapapun yang baru memulai pekerjaan barunya pasti menemui satu atau dua kesulitan.” Jawab Tatsuya.
Di mata Tatsuya, Honoka sepertinya mengira bahwa karena kesalahnnya, ia membuat teman-temannya menunggu lama, dan hal itu membuat Honoka tampak sangat menyesal. Apa dia benar-benar mengira bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugasnya dengan baik? Tatsuya yang tidak percaya dan ingin percaya akan hal ini, melontarkan kata-kata yang menentramkan hati Honoka.
“Ya, jangan terlalu khawatir.”
“Lagipula ini kan baru seminggu, wajar jika butuh adaptasi.”
Erika dan Leo secara tidak terduga (?) menampakkan sisi sensitif mereka dan menyetujui perkataan Tatsuya.
Melihat teman-temannya yang lain tersenyum mengiyakan, Honoka dengan sedikit ragu-ragu ikut duduk dengan grup Tatsuya.
“Lagipula, kali ini bukan salah Honoka, Onii-sama. Pihak Sekolah tiba-tiba meminta data-data yang ada dari dua tahun lalu, jadi kami harus mengumpulkan semua data yang ada ke Ruang Dewan Perkumpulan Murid sebelum jam pelajaran ketiga berakhir. Bahkan kami sampai harus meminta bantuan Shizuku.”
Sembari tersenyum, Miyuki juga memberikan dukungan pada Honoka, namun, entah kenapa hal ini justru membuat Honoka merasa berkecil hati.
“Ta-tapi, Miyuki benar-benar cepat dalam mengerjakan tugasnya, sementara aku sepertinya justru memperlambat…”
“Kalau begitu aku juga. Jika Honoka itu kura-kura, maka aku ini siput.”
Tidak bermaksud jahat, Shizuku ikut menanggapi kekhawatiran Honoka.
“…Tidak masalah, sejak awal Miyuki sudah terbiasa dengan sistem yang ada mulai bulan April. Sedangkan Honoka baru saja bergabung, dan Shizuku juga asing dengan sistem yang ada… dalam hal pengalaman, Miyuki tentu lebih unggul. Wajar jika Honoka dan Shizuku perlu waktu untuk membiasakan diri dengan sistem yang ada.”
Menanggapi komentar yang tidak bermaksud jahat tadi, (bahwa ‘Honoka itu kura-kura’), Tatsuya sekali lagi menentramkan Honoka dan Shizuku dengan kata-katanya. Seperti yang telah diucapkan Tatsuya, Honoka kali ini resmi bergabung sebagai anggota eksekutif Dewan Perkumpulan Murid setelah melalui pemilihan umum.
Anggota baru Dewa Perkumpulan Murid kali ini adalah Presiden Nakajou Azusa, Wakil Presiden Shiba Miyuki, Sekretaris Mitsui Honoka, dan Akuntan Isori Kei. (Jabatan Akuntan di sekolah ini berfungsi sebagai “supervisor” dan sesuai tradisi yang ada, ditunjuk langsung oleh Presiden).
Sebenarnya, Azusa telah menawari secara langsung jabatan Wakil Presiden kepada Tatsuya. Namun jelas, Tatsuya otomatis menolaknya, namun ada hal yang lebih mengejutkan. Secara tidak terduga ada orang lain yang menolak usulan agar Tatsuya menjadi Wakil Presiden, ia tidak lain adalah Ketua Komite Moral Publik dan Disiplioner, Chiyoda Kanon.
Ia menegaskan bahwa, “Jika Shiba-kun meninggalkan Komite, maka pekerjaan administratif tidak akan kacau balau.”
Kanon terang-terangan mengatakan hal ini di depan Azusa, dan Tatsuya hanya dapat ternganga keheranan ketika mendengarnya.
Secara rasional, seharusnya Tatsuya tidak sepenuhnya bertugas dalam hal-hal administratif. Justru sebenarnya semua anggota Komite Moral Publik dan Disiplioner juga punya kewajiban dalam tugas administratif.
Setidaknya itu hal yang tercantum dalam surat terima serah jabatan yang diserahkan Mari pada Kanon.
Tatsuya sendiri yang mencatat hal tersebut dalam pembukuan, seharusnya tidak ada kesalahan di dalamnya.
Namun nampaknya Azusa juga sepaham dengan Kanon.
Tatsuya benar-benar dibuat pusing oleh “kesalahpahaman” dua seniornya ini. Namun, tanpa mempedulikan opini Tatsuya, Azusa tetap memaksa Tatsuya bergabung dengan Dewan Perkumpulan Murid walau Kanon juga sama keras kepalanya memaksa Tatsuya tetap tinggal di Komite Moral Publik dan Disiplioner. Sebenarnya, Azusa khawatir apakah ia dapat mempertahankan posisi Miyuki di Dewan tanpa ada Tatsuya di sisinya, walau sebenarnya bukan berarti Miyuki dapat meninggalkan Dewan Perkumpulan Murid hanya karena tidak ada Tatsuya di dalamnya.
Kepala Tatsuya benar-benar dibuat pusing karenanya.
Di akhir perundingan, dengan mengabaikan opini dari orang yang dipermasalahkan, Azusa dan Kanon akhirnya membuat sebuah kesepakatan. Tatsuya tetap menjabat posisinya sebagai anggota Komite Moral Publik dan Disiplioner sampai akhir tahun, dan akan di transfer ke Dewan Perkumpulan Murid pada bulan Januari. Pada akhirnya, mereka sama sekali tidak mempedulikan pendapat Tatsuya sama sekali… (…hanya mengingatnya kembali membuat kepalaku jadi sakit.)
Terutama ketika ia mengingat kembali kata-kata “…bergabunglah dengan Dewan Perkumpulan Murid” , ia teringat kembali kejadian setengah tahun yang lalu dan tambah dibuat pusing olehnya.
Instingnya mengatakan bahwa ia sedang diamati, Tatsuya segera mencari arah tatapan itu dan melihat Miyuki yang menatapnya dengan wajah khawatir.
Sambil menghela nafas akan sensitifitas adiknya, Tatsuya memberi tanda pada Miyuki untuk tidak perlu khawatir, dan ia kemudian melanjutkan makan siangnya.
◊ ◊ ◊[edit]
“Apa Onii-sama ada di sini ?”
Setelah pulang sekolah, Tatsuya mengunjungi ruang referensi yang terletak di lantai bawah tanah perpustakaan. Mendengar panggilan adiknya, Tatsuya mengalihkan fokusnya dari kumpulan angka dan data kembali ke dunia nyata.
“Miyuki, aku ada di sini.”
Tatsuya menengadahkan wajahnnya dan melambaikan tangannya ke arah Miyuki dari terminal tempat dimana ia sedang sibuk membaca.
Komunikasi nirkabel tidak mungkin dilakukan dalam ruang referensi. Bukan hanya dinding yang menyerap sebagian besar gelombang elektronik, di ruang referensi juga terdapat pelemah sinyal.
Tujuannya tentu saja untuk mencegah pencurian data.
Ruang referensi menyimpan data-data dan informasi yang kurang cocok untuk diterbitkan secara umum, hal-hal yang dapat memicu bahaya, atau jurnal-jurnal yang terdapat ide dan konsep yang berlawanan dengan kepercayaan umum di dalamnya, dan ditakutkan justru memengaruhi siswa ke arah yang tidak diinginkan. Dokumen asli tersimpan di Universitas Nasional Sihir sebelum akhirnya ditransfer dalam bentuk digital ke Ruang Referensi ini dan disimpan dalam sebuah Database yang tidak dapat diakses dari dunia luar. Secara teori, file-file yang ada dapat diakses bebas selama berada di Ruang Referensi, namun memindahkannya ke luar merupakan hal yang dilarang keras. Tentu saja membuat duplikat dari data-data yang ada juga dilarang keras.
Dilihat dari kebanyakan tema materi yang ada di ruangan ini, tentu saja sebagian besar tidak berhubungan dengan materi kelas, sehingga sedikit sekali yang mengakses data-data di ruangan ini. Lebih tepatnya, trafik pengunjung ruang referensi biasanya mendekati nol. Namun, dalam setengah bulan belakangan ini Tatsuya mencetak rekor kunjungan yang pernah ada sebelumnya.
Walaupun Tatsuya melambaikan tangannya ke arah Miyuki, ia tidak meninggalkan terminal tempatnya berada. Tentu Miyuki mengerti sekali alasannya, karenanya ia yang kemudian menghampiri kakaknya.
“Onii-sama sedang membaca materi apa?”
Miyuki bertanya dengan sopan pada kakaknya. Walau ia bisa melihat sendiri apa yang kakaknya baca, ia tetap tidak memahami isinya, karena itu ia bertanya pada Tatsuya.
“Penyimpanan Data pada Alexandrite.”
Menjawab pertanyaan Miyuki, Tatsuya memberi jawaban terus terang seperti biasa. Walau bagaimanapun ia bisa berpura-pura di depan orang lain, tidak ada hal yang ingin sembunyikan dari Miyuki. Lagipula inti dari subyek yang sedang dipelajarinya merupakan hal yang tidak terlalu asing bagi Miyuki.
“Apakah Onii-sama sedang mencari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan alkimia ?”
Tatsuya memang belum menjelaskan hubungan antara topik dan tujuan dari penelitiannya pada Miyuki, karenanya maklum jika Miyuki masih sedikit kebingungan.
“Aku ingin mempelajari basis dari alkimia, tapi hanya berkisar sifat-sifat alami dan proses pembuatan ‘Philosopher’s Stone’ saja. Tentu saja banyak buku yang menyebutkan bahwa tujuan utama dari ilmu alkimia adalah pembuatan ‘Philosoper’s Stone’.”
“Transmutasi…Jangan-jangan Onii-sama ingin membuat terobosan dalam bidang ini ?”
Transmutasi. Bahkan bagi ilmu Sihir Modern, hal ini merupakan sebuah hal yang mustahil dilakukan. Walau Flying Type Magic sebelumnya juga dianggap sebagai hal yang mustahil, namun Transmutasi berada dalam level kemustahilan yang berbeda. Miyuki pernah mendengar Tatsuya berkata bahwa “Hanya sedikit sekali kemungkinan berhasilnya proses Transmutasi yang sesungguhnya.”
“Tentu saja tidak.”
Sambil sedikit tertawa, Tatsuya menjawab pertanyaan Miyuki.
"Dalam arti sempit, Batu Philosopher dibedakan dari bidang medis dan merupakan katalis yang mentransmisikan unsur logam tanah jarang (alkali) menjadi logam mulia. Sekarang ini, komponen katalis diciptakan dari komponen logam sekunder yang bertujuan sebagai alat pengaktifan mantra sihir."