Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume2 Chapter3

From Baka-Tsuki
Revision as of 10:22, 8 September 2014 by 36.74.232.16 (talk) (→‎Part 5)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3: Sang Master Menutup Dunia Seperti Tuhan. DEUS_EX_MACHINA.

Part 1

Stiyl Magnus berjalan menuju lantai teratas bagian utara. Mungkin Kamijou yang digunakan Stiyl sebagai umpan, sedang menarik perhatian pihak musuh lebih dari yang dia duga karena Stiyl tidak mendapat halangan berarti. Dia berhasil bersembunyi dengan sempurna, memeriksa semua pintu masuk rahasia, dan cukup mengetahui situasi gedung ini.

Sepertinya Himegami Aisa si Deep Blood tidak ditahan di gedung ini. Selesai memeriksa sisa debu dan jejak mana di pintu masuk, kelihatannya baik bagian depan ataupun belakang koin, tidak ada yang memasukinya lagi.

Tidak ada siapa-siapa, tidak ada bawahan, prajurit bahkan Aureolus sendiri, keadaan yang sama sekali tidak mencari tahanan yang kabur. Bila nyatanya seperti ini, hal ini akan menjadi jauh lebih rumit lagi, artinya Himegami Aisa bukan ditahan namun justru membantu Aureolus Izzard. Kalau keadaannya seperti itu, Stiyl harus menghadapi kemampuan luar biasa yang tak diketahui bernama Deep Blood.

…Sial. Kenapa esper sulit sekali ditangani. Berpikiran seperti itu, Stiyl teringat dengan anak laki-laki yang menjadi umpan. Kalau dia sampai tewas, tidak akan berpengaruh besar pada Stiyl. Sejak awal Stiyl sudah memberitahunya kalau mereka tidak menjadi rekan melainkan benar-benar menyatakan dia sebagai tameng. Tetapi, saat dia didorong jatuh, dia terlihat merasa sangat dikhianati.

Ekspresi seseorang yang dikhianati.

"..."

Dia telah menyerang anak itu dengan pedang api pada pertemuan pertama mereka bahkan sampai bertarung mati-matian dengannya. Kenapa anak laki-laki itu memandangnya sebagai teman?

Stiyl gelisah. Walaupun kecil, rasa kesal itu membuat Stiyl merasa gelisah. …Sial. Kenapa esper sulit sekali ditangani.

Stiyl mulai berlari menuruni tangga darurat yang sempit. Mengingat dia telah memakai anak itu sebagai umpan, perbuatannya sia-sia. Namun, Stiyl tidak bisa menenangkan dirinya kecuali dia melakukan sesuatu pada kepalanya dengan cukup keras. Desak sisa rasa kemanusiaan Stiyl.

"Aku tak mengerti. Kenapa kau sampai cemas seperti ini?" tanya suara dingin di belakang Stiyl.

“…” Stiyl perlahan menengok. Dia tahu apa yang akan terjadi kalau dia membiarkan musuh berada dibelakangnya.

Di belakang Stiyl Magnus berdiri...


"Hm. Jadi di sini?" Seraya warna jingga petang bergabung dengan warna ungu malam, Index tiba di Misawa Cram School, yang terlihat normal namun membuatnya terasa aneh. Index sudah melacak pemilik dari rune yang terpasang di asrama murid. Tetapi, jejak mananya hilang sampai di bangunan ini.

Jujur saja, ini jelas-jelas gedung tak biasa yang ditutupi dengan penampilan normal. Tujuannya sudah pasti.

Seperti seseorang mempunyai mana, dunia mempunyai "kekuatan."

Kristen menyebut adanya keberadaan rahmat Tuhan. Penciptaan organisasi Golden Dawn berhasil membuat cetak biru sihir barat bernama Telesma. Dalam waktu yang sama, hal yang paling mirip adalah geografi dan astronomi Feng Shui. Seperti namanya, denyut yang tebentuk dari gaya dan arus seluruh dunia membentuk layaknya pembuluh darah membentang ke seluruh dunia.

Kekuatan tersebut memenuhi dunia seperti udara dan orang biasa (termasuk juga penyihir) tidak bisa merasakannya. Hanya penyihir terlatih atau ahli Feng Shui yang mampu melihatnya. Namun, tidak ada energi tersebut di keempat bangunan di hadapan Index.

Walau kekuatan dunia tersebut biasanya tidak terdeteksi seperti udara biasa, bila terjadi hampa udara, bernapas menjadi tidak mungkin. Sama seperti itu, Index merasakan perasaan aneh ini.

Seperti menara kematian yang dipotong ke bentuk kubus, menjadi batu nisan terbesar di dunia. Ini terlalu berlebihan, walau bertujuan untuk menahan mana tetap di dalam.

Walau tangan kanan Kamijou mampu menghancurkan kekuatan dunia, itu tidak menjadi masalah besar. Kalau kekuatan itu kembali ke tanah seperti daun berguguran, kekuatan itu akan kembali ke siklus kehidupan dalam fase hancur, sangat natural. Sebelum Index menyadari kehancuran Gereja Berjalan, dia belum menyadari betapa harmonisnya tangan itu dengan alam.

Namun, menara sihir ini berbeda. Ini layaknya kota yang terbentuk dari batu dan besi setelah memotong habis hutan dengan paksa. Contoh buruk dari pengembangan kota modern.

Apakah penyihir rune itu tidak menyadarinya? Mungkin saja dikarenakan penyihir rune itu seperti pemurnian kumpulan besar mana berjalan. Mirip seperti cara orang merasakan makanan yang cita rasanya kuat, perubahan kecil terhadap rasanya tidak akan disadari. Kebalikannya, Index yang sama sekali tidak bisa memurnikan mana dapat menyadari perubahan kecil itu.

"Ini bukanlah pembatas yang mencegah musuh masuk melainkan pembatas untuk mencegah musuh keluar. Hm… Seperti piramida Mesir…” gumam suster berpakaian putih tersebut sambil berjalan melewati pintu-pintu otomatis.

Index tidak punya alasan untuk mundur. Berhadapan dengan keberadaan yang tidak normal, dia semakin punya alasan untuk membawa anak laki-laki itu pulang.

Sesaat dia masuk, dia langsung merasakan perbedaan udara di dalam. Bagaikan dia berjalan di tengah teriknya matahari ke dalam toko dengan banyak AC menyala. Suasana ramai dan damai jalan kota berubah menjadi medan tempur yang dingin dengan hawa mengerikan dari kematian. Tidak salah mempunyai kesan seperti itu, jauh di dalam ruang tersebut, di tembok dekat lift terdapat mayat ksatria dengan peralatan Katolik Roma.

Index dengan waspada mendekati ksatria itu dan mengamatinya. Peralatan ksatria itu, baju zirah yang sudah diberi sihir penyerap serangan fisik. Karena terlalu menekankan pertahanan fisik, membuatnya lemah terhadap serangan sihir. Namun, baju zirah itu justru hancur oleh serangan fisik. Ada orang yang tidak mengindahkan kemampuan pertahanannya.

Entah orang tersebut tidak tahu apa-apa tentang sihir atau dia benar-benar gila.

Tentu saja, memeriksa bangunan yang mirip dengan makam firaun, itu hal yang mustahil. Dalam hal ini, keadaannya yang merepotkan. Dengan adanya yang sanggup menghancurkan baju zirah Katolik Roma dengan serangan fisik saja menandakan adanya orang yang mampu memanggil malaikat tingka tinggi atau golem khusus.

Lalu, dia mendengar suara sesuatu beradu. Index berbalik dan menemukan, di samping elevator, pintu masuk tangga darurat. Terdengar suara seretan dan napas yang berat.

"Siapa…" Sebelum dia menyelesaikan pertanyaannya, hal itu keluar dari tangga darurat.

Itu tidak bisa disebut sebagai manusia atau benda. Itu bukan lagi manusia. Bagian bawahnya terpotong, tangan kirinya habis terbakar, dan wajah bagian kanannya lenyap. Bahkan wajah bagian kirinya hangus. Hal seperti ini tidak bisa disebut manusia.

Sisa setengah wajahnya masih bisa bergerak. Luar biasanya, kepalanya tertunduk terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Selagi Index mulai memikirkan hal-hal yang tidak penting, hal itu mempersiapkan tangannya untuk melompat.

"…!"

Tanpa sepatah katapun, hal itu melompat. Index hanya bisa mundur dengan panik sampai terjatuh di mayat ksatria. Hal itu kehilangan sasaran lompatannya yang kelihatannya berniat jatuh di posisi Index semula.

"Hancurlah!" Suara lantang laki-laki terdengar di suasana menegangkan itu.

Tembok dekat elevator hancur seperti kertas dan tangan laki-laki itu terlihat dari balik tembok yang hancur tersebut. Tangannya yang besar memegangnya seperti bola, kepala hangus dari hal itu.

Lalu, sebelum Index bertiarap di lantai, tubuh hal itu hancur seperti yang dikatakan laki-laki itu. Seperti mengumpulkan abu, dengan "pak!" tiga retakan muncul di tubuh hal itu, mulai menghancurkannya menjadi kepingan. Lalu meledak seperti bunga salju yang lenyap sebelum menyentuh wajah Index.

"Buka!" Suara tersebut terdengar lagi dan pintu elevator yang tidak berfungsi itu terbuka paksa dari dalam. Elevator hancur yang tidak seharusnya bisa dibuka lagi, terbuka. Itu adalah sihir tingkat tertinggi yang memaksakan keadaan sekitar penyihirnya sesuai dengan perkataannya.

"Jangan bilang…"

Berhadapan dengan Index yang tercengang dan sedang bergumam, laki-laki tinggi kurus itu keluar dari elevator, terlihat sembrono. Rambut hijaunya disisir kebelakang dan dia mengenakan pakaian Itali berwarna putih dengan sepatu kulit tingkat tinggi.

"Hm. Sudah lama tak bertemu, tapi aku pikir kau tidak akan mengingatku. Sudah pasti, kau tidak bisa mengingat nama Aureolus Izzard.. Tapi, untukku, ini mungkin suatu keberuntungan." Kata laki-laki yang mempunyai bayak bekas gigitan nyamuk di kepalanya.

Bekas tanda Akupuntur, terknik penyembuhan dari Asia yang terlihat aneh digunakan oleh orang barat. Sebenarnya, itu adalah pernyataan yang salah. Contohnya pendiri Golden Dawn, sebuah organisasi sihir barat, menyukai konsep agama Buddha.

"Tapi, walau kau tidak ingat, aku tetap akan mengatakannya. Sudah lama tidak bertemu Index. Kelihatannya kau sudah melupakanku, tapi aku senang melihatmu tidak berubah." Laki-laki itu berkata sambil mengulurkan tangannya, menutupi mata Index. Itu adalah tangan manusia atau mungkin moster yang telah menghancurkan mahluk hangus itu.

Index tidak bisa bergerak seperti yang dia mau. "Ja-Jangan bilang kalau itu… Golden Ars Magna?"

Laki-laki itu hanya tersenyum mendengarnya.

Part 2

"Ayo pulang." Kata Kamijou. Tidak bisa melewati emas yang mengalir itu, Kamijou hanya bisa memutar melewati empat bangunan dan menemui Himegami. "Aku mengalahkan laki-laki bernama Aureolus itu. Aku tidak membunuuhnya tapi itu sudah cukup. Dia tidak bisa bertarung lagi, dia terluka parah dan semangatnya hancur."

Pulang saja.

Tidak ada lagi yang tersisa untuk dilindungi. Murid-murid yang ikut ambil bagian di Nyanyian Gregori tidak bisa dia selamatkan, dia malah bertarung melawan ahli alkimia itu. Tidak ada lagi alasan agar Kamijou tetap di tempat itu. Dia sendiri ingin keluar dari medan tempur penuh kematian itu dan segera pulang.

Dia ingin pulang dan makan malam dengan Index. Semuanya akan baik-baik saja selama dia bisa keluar dari Misawa Cram School.

Kalau aku bisa menemuinya, aku bisa kembali ke dunia normal. Sebelum aku terjebak di sini, sebelum aku terbaiasa dengan dunia penuh pembunuhan dan kematian… Kalau aku tidak bisa kembali tamatlah sudah. Dia menyadarinya dengan sangat jelas.

Iblis muncul di hati rapuh Kamijou.

Pertama, berdasarkan Stiyl, Index harus dihapus ingatannya setiap tahun.

Kedua, berdasarkan Stiyl, Index selalu mempunyai rekan baru setiap tahun.

Terakhir, berdasarkan Stiyl, Index selalu tidak percaya hal tersebut.

Mudah dibayangkan, Index yang tersenyum bertahun-tahun lalu tidak sama dengan Index yang Kamijou kenal. Terlalu banyak orang di sekitar Index yang membutuhkannya.

Dia tidak secara lagsung mengatakannya, tapi Stiyl perkataan Stiyl "ini bukan berarti kami telah menyerah dan menyerahkan dia kepadamu" menyiratkan hal tersebut.

“…” Rasa pusing yang tiba-tiba muncul membuat Kamijou bertumpu pada tangannya. Dia merasa kalau dia memperlakukan gadis itu seperti orang lainnya, dia tidak akan bisa kembali ke kehidupan biasanya.

…Pemikiran posesif yang buruk.

Pada keadaan genting, hancurnya percaya diri bisa dengan mudah membuat seseorang melakukan hal seperti pengorbanan atau perbuatan bunuh diri lainnya. Kamijou mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, memaksa agar tidak berpikiran seperti itu. Dia sadar kalau pemikiran seperti itu berlanjut, kemampuan berpikirnya akan hancur.

Bagaimanapun… Sebaiknya aku segera mengeluarkan Himegami dari sini. Keluh Kamijou tanpa dipikir lagi.

"Aureolus Izzard barusan itu palsu." Himegami Aisa berkata kenyataannya.

"Apa?"

"Barusan itu hanya klonnya. Aku sudah melihat yang aslinya jadi aku tahu itu. Aureolus Izzard asli tidak akan membunuh tanpa pandang bulu seperti itu."

Tiap perkataan yang gadis itu katakan masuk ke benak Kamijou. Memang benar. Bila dipikirkan dengan baik-baik, ada sesuatu yang salah. Ahli alkimia itu sudah pasti menggunakan Misawa Cram School sebagai tempat bersembunyi tapi mengapa malah menghancurkan murid-murid dengan Nyanyian Gregori? Kalau seperti itu, bukannya malah akan merusak penyamarannya?

Bahkan setelah dipikirkan kembali, Kamijou masih enggan menerima kenyataan. Dia tidak bisa berpikir dengan tenang karena akal sehatnya yang tersisa penuh rasa ingin segera pulang. Dia tidak bisa menerima pernyataan yang membuatnya harus kembali ke medan pertempuran.

"Tunggu dulu! Tunggu dulu sebentar…! Apa maksudmu? Aku baru saja mengalahkan Aureolus Izzard!"

"Seperti yang sudah kubilang, yang barusan itu palsu." Jawabnya dengan cepat. "Yang asli punya banyak bekas tusukan jarum. Yang tidak punya itu palsu, dan yang asli tidaklah selemah itu."

Kamijou tidak bisa menerimanya dan memang dia tidak ingin menerimanya. Pikirannya terus berkata ingin segera pulang dan enggan menerima adanya keberadaan musuh lainnya.

"Aureolus Izzard yang asli hanya tertarik pada hal yang dia inginkan. Kupikir dia tidak akan menghentikanmu walau kau ingin pergi sekalipun." Suara tenang Himegami akhirnya meredakan pikiran Kamijou yang bergejolak. Namun, perkataan gadis itu terasa aneh.

"Tunggu dulu. Kau akan pergi bersamaku, kan? Kalau dia menginginkanmu, kenapa dia membiarkan kita pergi?"

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

"Pertanyaannya bukan 'kenapa dia tidak akan membiarkan kita pergi'. Tapi 'kenapa aku harus pergi bersamamu?'"

"Apa?" Kamijou yang bingung hanya bisa berkata demikian. Walau semua musuh bisa dikalahkan, Himegami tidak berniat untuk pergi dari Misawa Cram School.

"Jangan salah. Aku kemari karena keinginanku sendiri. Aku tidak berencana pergi dari sini. Malah tujuanku hanya bisa terpenuhi di sini. Tanpa ahli alkimia itu, hal ini mungkin saja mustahil diwujudkan. Daripada terdengar menyerah, suaranya terdengar seperti menganggap Aureolus sebagai teman.

Apa yang sebenarnya terjadi? Ada sindrom psikologi dimana tahanan merasakan perasaan simpati kepada pelakunya. Apakah Himegami seperi itu?

"Apapun tujuanmu itu, laki-laki itu sama sekali tidak menganggap kau rekan, kan? Kalau kau memang rekannya, kenapa kau malah ditahan disini?"

"Aku sudah ditahan di sini sebelum dia mengambil alih Misawa Cram School." Kata gadis itu. "Apa kau ingin tahu bagaimana aku diperlakukan di tempat ini? Apa kau ingin tahu kenapa terdapat banyak sekali ruangan rahasia? Kupikir kau tidak akan sanggup menerima kenyataan itu.

"..."

"Semenjak ahli alkimia itu datang, ruang rahasia itu sudah tidak lagi digunakan. Aku hanya berdiam di sini. Aku tidak merasa perlu untuk keluar dari sini. Kalau aku sembarangan keluar, aku akan menarik perhatian 'mereka.'"

Kamijou ingat apa yang Stiyl katakan sebelum masuk ke tempat ini. Walau terlihat seperti gedung biasa, gedung ini punya barrier yang tersamarkan dengan sempurna.

Deep Blood: yang merupakan sebuah legenda bahkan di dunia sihir sekalipun. Seorang gadis yang dikatakan mempunyai kemampuan membunuh vampir dalam sekejap. Mungkinkah itu…

"Apa maksudmu? Jadi kau bersembunyi di sini untuk menghindari mereka?"

"…Darahku mempunyai kemampuan memikat mereka dengan aroma manis dan juga membunuh mereka. Memikat dan membunuh mereka. Aku selayaknya tanaman pemakan serangga: penuh warna dan mematikan. Seperti itulah diriku ini."

Kamijou terbelalak. Bahkan saat Stiyl menyebutkan kata vampir, dia penuh dengan rasa takut dan jijik, sekarang dia tahu Himegami Aisa benar-benar mempunyai kemampuan membunuh vampir. Walaupun, perkataan Himegami terdengar kesepian. Seperti dia sedang berdiri di tengah dinginya hujan.

"Apa kau tahu vampir itu seperti apa?" Kamijou tidak mungkin bisa menjawabnya. Dia hanya bisa membayangkan vampir jahat yang menyerang manusia dari cerita fiksi. Bahkan, menurutnya keberadaan vampir sendiri tidak masuk akal.

"Aku tidak tahu."

"Mereka tidak berbeda dengan kita. Mereka juga bisa menangis, tersenyum, marah, senang, saling menertawakan dan berbuat sesuatu untuk sesama. Semuanya terbunuh tanpa terkecuali." Balas Himegami dangan kata-kata yang hanya bisa diucapkan oleh mereka yang sudah melihat neraka dunia. Suaranya terdengar seperti hati yang tersayat. Kenangan indahnya sudah hancur berkeping-keping.

"Academy City meneliti kemampuan-kemampuan unik. Kupikir kalau aku datang ke kota ini, aku bisa mengetahui rahasia kemampuanku. Kalau aku mengetahui sumbernya, aku akan bisa melenyapkannya. Namun, aku tidak menemukan cara melenyapkan kemampuan ini." kata Himegami. "Aku tak ingin membunuh siapapun lagi. Aku sudah memutuskan bahwa aku lebih baik membunuh diriku sendiri daripada membunuh orang lain."

Alasan seperti itu yang membuat gadis berjulukan Deep Blood menderita sendirian.

"Tapi itu…"

"Tolong jangan meyakinkanku sebaliknya. Ini tidak seburuk itu. Aureolus bilang kalau dia mampu menciptakan pembatas dalam bentuk pakaian, bernama Gereja Berjalan. Kalau aku mengenakannya, Aku bisa pergi keluar tanpa perlu takut menarik perhatian 'mereka.'"

"..."

"Aku punya tujuanku sendiri dan Aureolus juga. Kami saling membutuhkan untuk itu. Jadi, tak apa. Aureolus akan memenuhi kewajibannya menjagaku tetap aman. Aku akan menjelaskannya ke Aureolus kalau kau ingin meninggalkan tempat ini."

"Beritahu aku sesuatu." Dia bertanya karena dia tidak tahu. "Kalau kau tidak mau menarik perhatian vampir, kenapa kau malah pergi makan keluar saat kita pertama kali bertemu?"

"Mudah. Aureolus membutuhkanku karena dia menginginkan vampir. Kalau aku terus berada di dalam pembatas ini, aku tidak akan bisa menarik perhatian 'mereka.'"

"Bukannya itu kebalikan dari apa yang kau mau? Bukannya kau ingin berhenti menyakiti vampir? Kalau begitu, kenapa kau malah menerima peri-"

"Ya. Tapi, Aureolus berjanji kalau dia tidak akan menyakitinya kalau berhasil menangkapnya. Dia hanya ingin bantuan dari 'mereka.'"

"…Apa? Kukira kau sudah berusaha keras untuk kabur dari Misawa Cram School."

"Walaupun aku berniat untuk kabur, kenapa kau kemari?"

"Aku kemari untuk menolongmu tentunya. Apa aku butuh alasan lainnya?"

Mata Himegami terbuka lebih lebar mendengar perkataannya. Ini seperti dia mendapat hadiah ulang tahun yang bahkan dia tidak ingat sendiri. "Luar biasa. Tapi tak perlu khawatir, aku tidak ditahan. Kau bisa tenang dan pulang saja." Senyum gadis itu. "Aureolus bilang dia ingin menolong seseorang, tapi tidak bisa melakukannya sendirian. Karena itulah dia membutuhkan vampir dan karena itulah aku setuju membantunya. Ini pertama kalinya aku bisa memakai kemampuanku untuk menolong, bukan membunuh."

"..."

Apakah perkataannya benar? Walaupun Himegami tidak berbohong, apakah Aureolus murni berniat baik sama sekali tidak diketahui. Karena Aureolus adalah pembunuh dan dalang yang menciptakan medan tempur penuh pembantaian itu. Kata-kata gadis itu berbanding terbalik dengan situasi sampai sekarang.

Dan, walaupun Aureolus Izzard seperti yang gadis itu katakan…

"...Tidak akan bisa."

"?"

"Walaupun Aureolus Izzard sesuai dengan yang kau katakan, kalau dia itu bukanlah monster, kalau dia masih merupakan manusia, kau tidak seharusnya membiarkan dia melakukan hal-hal keji seperti itu. Walau kupikir orang masih bisa diselamatkan saat dia jatuh, kalau Aureolus tetap seperti ini, dia tidak akan bisa kembali seperti semula lagi."

Dia terdiam. Sejujurnya, dia sudah menyadari hal itu. Keinginan Aureolus sudah mulai menyimpang pada kenyataannya. Dengan melihat medan pertempuran saja sudah menunjukkan kenyataannya berbeda dari "tidak menyakiti."

"Atas dasar apa kau menyangkal ideku?" kata suara laki-laki yang menyela Kamijou.

Suara dentingan misterius memecah pembicaraan mereka, membuat mereka berdua terdiam. Terdengar jelas seperti bisikan di telinga, seperti pemilik suara tersebut menyampaikannya bukan melewati getaran udara namun secara metafisika.

Suara derap kaki terdengar di belakang Himegami tepatnya dari koridor sejauh 30 meter.

Seharusnya tidak ada siapa-siapa di sana. Seharusnya tidak ada siapa-siapa di sana. Tapi, dalam sekejap, Kamijou melihat seorang laki-laki muncul. Padahal tidak ada tempat bersembunyi di sana. Belum lagi, laki-laki itu sama sekali tidak berupaya menyembunyikan dirinya.

"Kau…" Kamijou mulai tidak bisa mempercayai matanya sendiri.

Laki-laki yang baru saja muncul itu adalah Aureolus Izzard yang sudah Kamijou kalahkan. Tubuhnya utuh, dia sama sama sekali tidak terluka sedikitpun.

Apa dia memakai kemampuan khusus untuk menyembuhkan dirinya? pikir Kamijou walaupun tidak masuk akal. Sehebat apapun penyembuhan fisik, kepribadian seseorang tidak akan berubah. Seperti melihat saudara kembar dengan kepribadian yang sangat berbeda, laki-laki di depannya sangat mirip tapi menyebabkan suasana yang jauh berbeda.

Belum lagi hawa menekan itu… Dia berjarak sejauh 30 meter tapi Kamijou bisa merasakan hawa luar biasa seperti musuh tersebut menusuk rusuknya.

Putus asa. Hanya itu deskripsi yang cocok kala berhadapan dengan laki-laki itu.

Berbahaya! intuisinya memperingatkannya. Orang ini berbahaya! Dia orang yang tidak akan bisa dikalahkan selama berada di dalam gedung ini.

Karena inilah, Kamijou melangkah maju untuk melindungi Himegami. Sejak awal, mengorbankan diri untuk menyelamatkan dirinya sendiri tidak pernah muncul di benaknya.

"Tenanglah. Jangan ikut campur. Aku segera kesana sekarang."

Sebelum Kamijou bisa melangkah maju, Aureolus Izzard telah menempuh jarak 30 meter yang memisahkan mereka.

Index v02 219.jpg

"Apa…?"

Dengan kemunculan tiba-tiba Aureolus, pikiran Kamijou membeku penuh ketidakpahaman. Bukannya cepat, dia muncul tiba-tiba seperti pergantian scene di film.

"Tentu saja kau heran dengan apa yang terjadi. Namun, aku tidak berkewajian untuk menjawab." Ahli alkimia itu berkata dengan tenang.

"Darah Himegami sangat penting jadi aku tidak bisa menyerahkannya. Aku kemari untuk mengambilnya kembali."

Kata "mengambil kembali" berputar-putar di benak Kamijou yang bingung. "Bajingan Kau!"

Bagaimana bisa dia melarikan diri? Dia harus menempuh jarak 2 meter di antara mereka dan menolong Himegami yang ditahan dari dalangnya, Aureolus. Dia lari ke depan.

"Pada kesempatan apapun… Kau," Ahli alkimia dengan tenangnya berucap. "tidak akan bisa menyentuhku."

Perubahan yang terjadi sangatlah drastis.

Awalnya, tidak ada yang berubah, yang membuatnya terasa aneh. Kamijou terus berlari menuju Aureolus dengan kecepatan maksimal. Namun, jaraknya tidak berkurang, bagaikan mengejar matahari terbenam. Lari, lari dan lari tapi jarak 2 meter itu tidak pernah hilang.

Bagaikan koridornya yang bertambah luas sampai tidak terhingga, Aureolus dan Himegami terlihat menjauh darinya. Penuh dengan rasa cemas, Kamijou teringat keberadaan Imagine Breaker di tangan kanannya. Semua kemampuan supernatural akan ditiadakan, walaupun itu keajaiban Tuhan.

Tapi bagaimana cara aku menggunakannya!?

"Beritahu aku," kata Aureolus tanpa emosi. "Kenapa aku tidak bisa mundur?"

Kamijou, bergidik, berhenti. Dia tidak berani menghampiri ahli alkimia itu, tubuhnya memperingatkannya akan bahaya mendekatinya. Aureolus memandangi Kamijou tanpa perasaan seperti mempermainkan serangga dengan jarumnya.

Tanpa peringatan, Aureolus mengambil dari dalam pakaian putihnya sebuah jarum setipis helai rambut yang sedikit tericum bau antiseptik. Aureolus menusukkan jarum itu ke lehernya seolah-olah guna menghipnotis dirinya.

Kamijou bergegas mundur dari deklarasi kematiannya tersebut. Namun, Aureolus mencabut jarum itu dan membuangnya. "Sayangnya, kau sama sekali tidak menarik."

Lalu Kamijou terkejut menyadari, sekeras apapun dia berusaha, dia tidak bisa menjauh dari Aureolus. Dalam keadaan misterius ini, Kamijou tidak bisa mendekat atau menjauh darinya. Jantungnya berdetak keras seperti akan meledak karena ketidakmampuannya dalam bertindak saat Aureolus dengan perlahan menjulurkan tangannya meraih sesuatu jauh di dalam diri Kamijou, seperti akan mengerluarkan jantungnya. “Len—” ucap ahli alkimia itu.

"Tunggu dulu!" Himegami tiba-tiba menghalangi ahli alkimia tersebut. Kamijou takjub Himegami berani berdiri menghalanginya untuk melindungi dia dari ahli alkimia sebenarnya dengan kemampuan yang luar biasa.

Bodoh…! Jangan!

Kamijou dengan cepat memajukan tangannya untuk menjauhkan gadis itu tapi dia tidak bisa mendekatinya satu sentimeterpun. Seperti anak-anak menghadapi pembunuh dengan senapam mesin, Kamijou gemetar dari perasaan ngeri itu.

Lalu, Kamijou mengingat julukannya: Deep Blood.

Kemampuan legendarisnya, kemampuan misterius yang mampu membunuh vampir yang bahkan ditakuti Stiyl. Dengan kemampuannya, sebagai kartu as, mereka mungkin bisa membalikkan keadaan.

Jangan bilang… Tolong katakan dia punya kesempatan menghentikanmu. Kalau dia tidak punya kesempatan… harusnya dia tetap diam saja…

Aureolus memandang Kamijou yang tengah berpikir dengan rasa tidak tertarik. Dia terliihat tidak mengindahkan kartu andalannya, Deep Blood. "Jelas sekali, saat ini, kau masih berpikir mempunyai harapan, sesuai dugaan. Namun, Deep Blood bukanlah tandinganku." Aureolus berkata dengan dingin. "Wajar, kau harusnya mengetahui sebutan Deep Blood berasal. Hm. Ya. Dia memangn punya kemampuan membunuh vampir… tapi apakah kau pernah berpikir, walaupun kemampuannya hebat, kenapa hanya terbatas pada vampir? Kenapa mereka tidak menamakannya Overkill Annihilator?"

…Jangan bilang… Dengan harapan terakhirnya sirna, pemikiran Kamijou menyimpulkan kenyataannya dengan mudah.

"Benar, Deep Blood adalah kemampuan yang berpengaruh khusus terhadap vampir. Kemampuan itu sebenarnya tidak terlalu luar biasa. Hanyalah tipe darah yang unik. Darah beraroma harumnya memikat vampir kepadanya dan saat mereka menghisap setetes darahnya saja, mereka musnah. Hal yang mengerikan dari kemampuan itu adalah kemampuannya menarik perhatian setiap dan semua vampir. Mereka tetap meminum darahnya walaupun tahu mereka akan mati. Namun hanya berpengaruh terhadap keturunan bertargin, vampir; bukan manusia." Aureolus menjelaskannya sambil mengambil jarum lainnya, menusuknya ke lehernya lagi. Apa maksud dari perbuatan itu? Ahli alkimia yang tanpa emosi itu terlihat sedikit bersemangat. "Hm? Apa bedanya kau denganku? Pada akhirnya, kau sama sepertiku. Kau membutuhkan Deep Blood."

Perkataannya berbekas di benak Kamijou. Kamijou tahu rasa putus asa itu namun dia juga tetap ingin berjuang sampai tekad di hatinya hilang.

"Itu tidak benar. Orang ini tidak tahu makna dari Deep Blood atau vampir. Dia datang kemari hanya ingin menolong orang asing yang baru ditemuinya pagi ini. Kami bahkan belum berkenalan dengan resmi tapi dia tetap tidak mengaaikanku." Yang berkata ini ke Aureolus tidak lain adalah Himegami, bukan Kamijou. Dia merentangkan kedua tangannya, menjadi tameng dan terus menyerang dengan kata-kata. "Aureolus Izzard, apa yang kau inginkan?"

Perkataan Himegami membuat alis Aureolus bergerak. "Apa kau akan membiarkan orang biasa, bukan penyihir ataupun ahli alkimia, terlibat dan membunuhnya begitu saja? Apa ini akan memuaskanmu? Apa ini tujuanmu?"

“…”

"Kalau hal seperti ini adalah tujuanmu, aku akan pergi dari sini. Aku tahu aku tidak bisa mengalahkanmu, tapi aku bisa saja menggigit lidahku sendiri untuk mengakhiri hidupku." Matanya sama sekali tidak menyiratkan kesabaran. Sulit untuk menentukan siapa yang berkuasa di tempat ini.

Sekali lagi, dia mengambil sebuah jarum dan menusukkannya ke lehernya. "Memang, kita tidak punya waktu untuk di sia-siakan pada hal seperti ini." Jawabnya dengan biasa. "Masih banyak hal-hal yang harus dikerjakan. Berurusan dengan Index jauh lebih sulit daripada penyusup. Mudah saja untuk mengalahkan yang satnya tapi ini bukanlah hal yang biasa aku urus.

Kata-kata acuh Aureolus hampir membuat Kamijou berhenti bernapas. Tunggu dulu. Tunggu dulu. Index? Jangan bilang… dia datang ke sini?!

Jarak tak terhingga di antara mereka mencegah Kamijou meraih Aureolus dan mengubah situasi ini. Tangan ahli alkimia tersebut yang telah diturunkan dinaikkan kembali dan Himegami, dengan pandangan menantang, berjalan menuju Aureolus.

"Tenang saja, aku tidak akan membunuhnya." Dia bilang sambil dengan mudahnya mencabut jarum dari lehernya. "Anak muda: semua yang terjadi di tempat ini…"

Sial! Apa lagi ini!? Aku tidak bisa mundur begitu saja sekarang!

Ahli alkimia tersebut, mungkin mampu melihat pemikiran Kamijou, tersenyum. "…Lupakan semuanya."

Part 3

Matahari sudah tenggelam.

"…?" Kamijou bangun dari tempat duduknya dan melihat sekilingnya. Bangku? Dia menemukan dirinya berada dalam bus sekolah yang tidak mengarah ke asramanya. Pemberhentian terakhir dari bus ini bertuliskan "Distrik 17: Di depan Misawa Cram School." Kalau dibicarakan lebih lanjut, bus terakhir kali beroperasi jam 6.30. Kemungkinan kalau ini adalah bus bimbel karena bus yang beroperasi pada malam hari teramat jarang.

"Misawa cram school?" Kamijou memiringkan kepalanya. Bukannya ini nama bimbingan belajar? Kamijou bertanya-tanya namun tidak bisa menemukan jawabannya. Dia sendiri tidak pernah mengikuti bimbingan belajar; Kamijou Touma tidak mampu menulis tugas liburannya apalagi bersiap untuk ujian.

Kata hilang ingatan sampai membuat tulang belakang Kamijou bergidik. Dia pikir ini hanya masalah hilangnya ingatan mengenai hal-hal yang dia perbuat saja, tapi, melihat hal ini, mungkin kehilangan ingatan jauh lebih buruk daripada yang dia bayangkan.

"…Sebaiknya segera memeriksanya di rumah sakit." Sambil mengatakan itu pada dirinya sendiri, Kamijou memutuskan turun dahulu dari bus yang dia tidak ketahui menuju kemana. Setelah keluar di pemberhentian terdekat, Kamijou merasa asing melihat pemandangan sekitar.

Dia merasa dapat berdiri dengan seimbang dan sadar. Sekilas melihatnya, dia terlihat sangat sehat tapi lebih aman apabila melakukan pemeriksaan di rumah sakit mengingat dia sampai kehilangan beberapa jam ingatannya hari ini.

Kalau pergi ke rumah sakit aku butuh kartu kesehatanku. Sebaiknya aku pulang mengambilnya. Rumah sakit masih buka jam segini, kan? Apa aku harus menelpon layanan darurat dahulu? Tunggu, bagaimana aku menjelaskan ini ke Index? Dia pasti curiga kalau aku bilang ingin pergi ke rumah sakit begitu saja. Atau dia malah akan marah karena belum dapat jatah makan malam…? Pikirannya terus berkutat memikirkan hal ini, Kamijou berjalan kaki ke asramanya karena tidak ada bus yang menuju ke arah sana pada waktu.

Malangnya nasibku.

Dia seperti ada yang memanggilnya.

…?

Kamijou memiringkan kepalanya penuh tanda tanya. Aneh pikirnya. Kenapa dia merasa telah melupakan sesuatu yang penting? Seperti lupa mematikan kompor sebelum pergi liburan, hal yang membahayakan seperti itu.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kamijou memikirkan tentang Misawa Cram School yang belum pernah ia datangi dan bergumam.

"Lupakan saja. Kalau aku tidak bisa mengingatnya, mungkin hal ini tidak sepenting itu."

Dengan keputusan itu, dia melanjutkan perjalanannya. Saat ini hal yang paling penting adalah bagaimana cara menenangkan Index, yang sudah pasti sedang marah dan kelapawan. Sepertinya satu-satunya jalan keluarnya adalah puding madu hitam seharga 700 yen.

Seharusnya aku tidak membeli buku referensi seharga 3600 yen itu. keluh Kamijou dan menyentuh kepalanya dengan tangan kanannya...

…Tangan kanannya bisa meniadakan semua hal-hal supernatural, bahkan keajaiban Tuhan…

PAKIN! Bersamaan dengan suara itu dari kepalanya. seluruh ingatan hari itu kembali ke kepalanya.

"…!" Kamijou melihat sekelilingnya secara acak dan hanya melihat pemandangan tertutupi kegelapan malam. Mengingat jarak pemberhentian bus, Misawa Cram School tidak bisa lagi terlihat olehnya dari posisi sekarang. Sudah berapa lama sejak itu? Dia tidak bisa menemukan Stiyl, Himegami atau Aureolus dan tentu saja— Index.

"KURANG AJAR!"

Beberapa jam terakhir ini terbuang sia-sia. Walau sendirian, Stiyl mungkin masih baik-baik saja, kan? Dengan dia muncul di benaknya, Kamijou mulai berlari menuju Misawa Cram School.

Selama berlari, Kamijou, yang pikirannya kacau, tidak menyadari dia tidak berpapasan dengan siapapun selama itu; bahkan tidak ada orang lain di jalan selain dia. Walaupun sudah malam, ini masih di pusatnya Academy City. Hal yang aneh apabila sama sekali tidak bertemu siapapun.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Saat Kamijou menyadari keanehan ini, dia sudah bisa melihat Misawa Cram School. Ketiadaan orang-orang sudah pernah dirasakan Kamijou karena rune Opila yang Stiyl gunakan di pertemuan dahulu.

Namun, saat ini, daripada ketiadaan orang-orang, Kamijou terkejut melihat adanya orang-orang mengepung Misawa Cram School. Kamijou berhenti dan hanya bisa diam terheran. Di kejauhan, dia melihat beberapa orang, yang gendernya tidak bisa dilihat jelas, mengenakan baju zirah perak ketat. Kurangnya orang-orang membuatnya semakin mencurigakan. Dari sudut pandang Kamijou dia melihat tiga orang. Kalau mereka mengepung empat gedung itu, harusnya masih ada kawan mereka lagi.

…Apa? Siapa orang-orang aneh itu…? Orang-orang gereja? Sambil waspada kepada orang-orang itu, Kamijou memutuskan menghampiri salah satu dari mereka. Mungkin keadaannya telah berubah ketika Kamijou kehilangan ingatannya seperti orang bodoh.

"Oi. Kalian ini sedang apa? Apakah kalian orang-orang gereja?" Kamijou mengingat ksatria yang tewas dekat elevator. Orang-orang ini mengenakan baju zirah yang mirip dengan yang digunakan ksatria itu.

Salah satu dari mereka menjawab, terkejut mendengar kata "Gerja." "Aku anggota dari 13 Ksatria Gereja Katolik Roma, ‘Lancelot’ Vittorio Cassera." Katanya dengan tidak sabar. "Oh, jadi kau orang yang selamat dari medan tempur itu? Kami melihatmu berjalan keluar dari sini. Kau sangat beruntung. Kalau kau tidak mau mati, pergilah."

Kamijou heran dengan kata-kata yang diucapkan ksatria itu sambil melihat keseluruhan baju zirah yang dikenakannya.

"Kami tidak ingin menyebabkan kerusakan yang tidak perlu. Kami akan menginstruksikan satuan Pelantun Lagu Suci Gregori memakai Nyanyian Gregori untuk melakukan Mantra Bombardir Suci. Ini cara yang kami putuskan setelah banyak pertimbangan agar hanya menyebabkan kerusakan minimal."

Perkataan ksatria itu mengejutkan. Nyanyian Gregori adalah mantra yang digunakan murid Misawa Cram School. Menurut Stiyl, mantra itu berasal dari Katolik Roma. Nyanyian Gregori memang adalah senjata terkuat Gereja Katolik Roma. Dengan mengerahkan 3333 biarawan yang dikumpulkan dari luar katedral dan menginstruksikan mereka merapal mantra panjang tersebut, hal ini menambah kekuatan dari mantra itu seperti sinar matahari yang dipusatkan oleh kaca pembesar.

"Bombardir?! YANG BENAR SAJA!? SEKUAT APA MANTRA ITU!? BERAPA BANYAK ORANG DI DALAM YANG AKAN IKUT TERKENA IMBASNYA!? APA KALIAN AKAN MENGHANCURKAN GEDUNG ITU SELURUHNYA!?"

"Tepat. Mantra suci ini mengumpulkan 3333 biarawan dari seluruh tempat suci teragung di dunia. Gereja Vatikan dapat dengan pasti mengubah semua hal di dunia ini menjadi debu. Dan, kalau kami tetap membiarkan menara terkutuk itu tetap berdiri, hal itu adalah penghinaan bagi harga diri kami."

"KALIAN INI BICARA APA!? MASIH BANYAK MURID-MURID TAK BERDOSA YANG TAK TERHITUNG JUMLAHNYA DI DALAM SANA! DAN STIYL DAN HIMEGAMI MASIH DI DALAM! BAHKAN AUEREOLUS—!"

Aureolus, laki-laki yang hanya ingin memanggil vampir untuk menolong nyawa seseorang.

"SEBENARNYA SEBERAPA BESAR LEDAKAN ITU SAMPAI BISA GEDUNG SEBESAR ITU HANCUR!? PUINGNYA AKAN TERBANG SEPERTI BOLA MERIAM SEJAUH 600 METER!!"

"Hasilnya akan membenarkan cara ini! Pertumpahan darah hari ini akan menjadi pondasi kehidupan mendatang!"

Kamijou tidak bisa tetap tenang karena amat marah mendengar kata-kata itu. Perkataan terakhirnya telah berlawanan dengan apa yang sebelumnya dia katakan. Untuk membebaskan dirinya dari kesusahan yang tidak semestinya, Kamijou dihimbau agar angkat kaki dari sana. Namun, ksatria itu sama sekali tidak peduli dengan hidup orang-orang yang ada di Misawa Cram School.

"YANG BENAR SAJA!? KAWANMU ADA DI DALAM SANA JUGA!" kata Kamijou, sambil mendoakan ksatria yang tewas di sebelah elevator.

"Percival telah dibunuh di wilayah musuh. Nyawanya akan dibalaskan demi esok hari yang lebih baik.

Perkataan ksatria berzirah itu tidak bisa dimengerti lagi dan penuh kemarahan, sepertinya dia sudah kehilangan kemampuan berpikirnya.

"Kalian! Tunggu dulu sebentar! Satu jam, bukan, 30 menit sudah cukup!"

"Kami tidak punya alasan untuk mendengarkanmu! Mulai penyerangan sekarang!" Ksatria berarmor yang menyebut dirinya Lancelot mengangkat pedang besarnya ke langit. Memancarkan sinar berwarna merah, Kamijou melihat bentuknya seperti antena.

Sebelum Kamijou dapat menghentikannya, antena tersebut diayunkan.

"Pasal 8:7," Ritual itupun dimulai. "Saat malaikat pertama memainkan trompetnya, dan muncullah hujan es dan api berlumur dengan darah, dan dijatuhkan menuju dunia!"

Mungkin karena akibat dari sihir, sebuah terompet terdengar dari pedang yang bersinar itu, sebuah lolongan, suara yang bergema terdengar di malam tersebut.

Semua suara menghilang.

Awan di langit malam dengan cepat terpecah dan dari jauh terlihat petir. Pilar cahaya yang sangat besar turun dari surga langit. Namun, pilar itu berwarna merah. Bagaikan ribuan anak panah berapi yang tersusun berselisih sedikit saja, pilar tersebut mengenai satu dari empat gedung Misawa Cram School.

Teratai merah itu menembus dari atap sampai basementnya, menghancurkan menara itu hingga separuhnya seperti kaleng alumunium. Kaca jendela berhancuran dan barang-barang berterbangan dengan kacau.

Tapi, hal itu belum berakhir. Menara yang terkena langsung menyeret 2 menara di sebelahnya oleh koridor penghubung, membuat satu-satunya menara yang tak terkena serangan seperti batu nisan.

Perbuatan gila ini membuat Kamijou hanya bisa terdiam.

Gedung-gedung itu hancur, banyak retakan di tembok dan orang-orang berjatuhan dari celah yang terbuat seperti debu yang jatuh hasil kita menepukkan celana. Banyak reruntuhan yang jatuh dan menghancurkan lingkungan sekitar seperti hujan meteor. Hal baik dari hal ini mungkin hanyalah sedikitnya orang yang ada karena rune Opila.

Kamijou mengertakkan giginya membayangkan banyak murid dan pengajar, Stiyl, Himegami, Aureolus, dan bahkan mungkin saja Index masih di dalam.

"BAJINGAN KALIAN!!"

Kemarahan Kamijou meledak seperti meriam, tapi tidak ditujukan ke orang berzirah. Tidak ada waktu meladeninyal Tujuan Kamijou adalah tempat bombardir. Badai debu membuat Kamijou kesulitan untuk pergi ke tempat tujuannya. Dia bahkan tidak bisa membuka matanya apalagi melihat. Walaupun begitu, dia terus maju. Di dalam benaknya, dia berharap ini tidak benar-benar terjadi.

Lalu, ada sesuatu yang berubah.

"?" Awalnya, Kamijou beranggapan debu sudah mulai menipis. Debu yang sangat banyak itu terbang bagaikan terbawa angin yang kencang… menuju reruntuhan bekas Misawa Cram School. "!?"

Debu hanya salah satunya. Puing yang sebelumnya berjatuhan mulai mengambang di udara dan tembok yang runtuh berdiri kembali. Reruntuhan tersebut bergerak bersamaan seperti memasang potongan puzzle, membangun menara itu seperti baru direnovasi.

Hal ini terlihat seperti menonton siaran yang dibalikkan. Menara yang sebelumnya tumbang berdiri kembali dan orang-orang yang berjatuhan ditelan melalui celah retakan. Hampir seluruh kerusakan diperbaiki dan segera, keempat menara Misawa Cram School terbentuk kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Bahkan bangunan sekitar hancur akibat puing jatuh kembali seperti sedia kala. Orang pasti akan mengira ingatan Kamijou dimanipulasi.

Tunggu. Mengembalikan semuanya seperti semula… Jangan bilang kalau…! Kamijou melihat ke arah langit. Tombak suci berwarna merah seperti teratai yang dijatuhkan dari langit muncul kembali. Siapapun yang melihatnya dapat menyadari kemana arah tombak itu: mata dibalas mata.

"Ah… ahh…" Kamijou berbalik untuk melihat laki-laki berzirah yang mengerang. Kakinya seperti sudah menyerah dan diapun terjatuh. Tampaknya dia benar-benar mengetahui kekuatan Nyanyian Gregori yang asli.

Apa yang terjadi? Kamijou kembali melihat ke arah langit. Bahkan ketujuh Level 5 Academy City tidak mungkin menciptakan keajaiban seperti ini.

Apakah itu… Itukah kemampuan sejati orang itu…!!

Aureolus Izzard. Berhadapan dengan musuh mengerikan seperti itu, bagaimana Kamijou dapat melawannya? Kamijou diam berdiri dengan pikiran kosong.

"SIAL!" Kamijou mengabaikan rasa takutnya dan berlari menuju Misawa Cram School.

Saat dia tiba di depan pintu otomatis, dia merasa ragu untuk masuk. Dengan rasa takut dan keraguan, Kamijou melewati pintu tersebut dan kembali ke medan pertempuran.

Keadaan di dalam gedung tidak berubah dan, karena itu, Kamijou merinding. Belum lagi, murid-murid sama sekali tidak terluka dan terus mendengarkan pelajaran pengajar. Para murid tetap baik-baik saja walau sudah terkena Nyanyian Gregori dan diubah menggunakan Limen Magna.

Melewati suatu kelas di koridor, Kamijou melihat sesuatu yang mengejutkan dan berhanti.

Cewek itu…!

Duduk di kursi paling belakang ruangan kelas ada anak perempuan yang Kamijou kenali. Rambutnya dikuncir dan berkacamata… dialah perempuan yang diubah menjadi emas karena Limen Magna Aureolus ketika dia melindungi Himegami.

Dia ada di sana. Seperti tidak terjadi apa-apa. Dia tinggal di dunia biasa itu.

"…!" Situasi yang damai tersebut meruntuhkan rasa takut pada Kamijou. Dibawah pengaruh sihir alkimia, hidup dan mati, keberuntungan dan kemalangan, normal dan abnormal semuanya tertukar.

Kamijou tidak tahu kemana harus pergi. Tiba di koridor lurus, dia akhirnya menemukan wajah yang dia kenali.

"Ada apa? Kenapa kau tergesa-gesa?" Di situ berdiri orang yang sudah mengkhianatinya, menggunakannya sebagai umpan dan masih bisa tersenyum tanpa merasa malu. Di sana berdiri Stiyl Magnus, orang yang Kamijou sangat benci namun anehnya merasa senang melihatnya.

"Hm. Kalau kau masih di sini, sepertinya kita masih berada di Jepang, ya? Pantas saja aku melihat banyak sekali orang Asia sepanjang waktu. Omong-omong, apa pembatas misterius ini? Kekkai? Sepertinya aku merasa pernah mengetahuinya." Stiyl mengabaikan kamijou dan terus bergumam. Kelihatannya ingatannya dihilangkan seperti Kamijou. Malah dia bahkan sampai melupakan tujuan mereka ke Misawa Cram School, artinya ingatan Stiyl lebih banyak dihapus dibanding Kamijou.

Dia bisa mengembalikan ingatan Stiyl kalau dia menyentuh kepala Stiyl dengan tengan kanannya, tapi Kamijou khawatir melakukannya karena bisa saja menghilangkan kebangkitan Stiyl setelah bombardir sebelumnya. Tangan kanannya tidak bekerja terhadap perintah Aureolus saat dia "tidak bisa menyentuh," tapi, kalau hal ini melibatkan nyawa Stiyl, hasil yang tak diharapkan bisa saja terjadi.

"Oi! Kau tadi berada di bagian mana?"

"Apa?"

"Jawab saja!"

"Seharusnya di bagian utara. Kenapa memangnya?"

Kamijou menghela napas lega. Hanya bagian utara yang tidak terkena bombardir Gregori, jadi Stiyl tidak perlu dibangkitkan.

Setelah yakin dengan hal itu, Kamijou tahu apa yang harus dilakukan. "Oi! Stiyl! Mau kuberi tahu jimat untuk menghilangkan kebingunganmu?"

"…Jimat Ketimuran itu keahlian Kanzaki."

"Lakukan saja apa yang kubilang." Mudah kok. Tutup matamu sambil keluarkan lidahmu."

Dengan pandangan curiga, dia menuruti perkataan Kamijou.

"INI OLEH-OLEH KARENA MENGGUNAKANKU SEBAGAI UMPAN DAN KABUR SENDIRIAN, SIALAN!" kata Kamijou.

"...Eh?"

Kamijou memukul dagu Stiyl dengan uppercut memakai tangan kanannya.

Ingatannya kembali dan lidahnya tergigit, lalu dia bergulingan di lantai.

Part 4

Aureolus Izzard berdiri di lantai teratas bagian paling utara. Lantai tempat kantor kepala sekolah, ruangan itu besar sekali sampai menempati satu lantai sendirian. Untuk ukuran cram school, ruangan itu lebih cocok untuk ruangan direktur daripada ruang kepala sekolah.

Aureolus melihat keluar jendela, mengabaikan ruangan mempesona dan dekorasi mewah dalam ruangan itu. Walaupun pemandangan malam di bawah gedung tidak menarik baginya. Dia malah sedang melihat wajah yang terpantul dari jendela.

…Jalan yang ditempuh sudah cukup panjang.

Dengan satu kalimat—hanya satu kalimat—seperti "Kembali menjadi normal" seluruh gedung bangkit kembali seperti mahluk hidup. Dia telah menyaksikan kejadian tersebut tanpa berkedip. Dia melihat ke wajah pantulan itu dan tenggelam dalam pemikirannya.

Di masa lalu, dia tidak seperti itu. Walau dia lebih ke tipe orang yang tenang, dia masihlah manusia yang menampakkan emosinya. Saat ini, dia memiliki perasaan tenang tanpa emosi yg sudah dia abaikan karena dia tidak punya waktu untuk hal seperti itu.

Tak apa-apa walaupun aku menjadi seperti ini. Walaupun dia sadar perubahan itu semenjak awal, dia tak punya waktu untuk menunda. Seluruh dunia adalah musuhnya agar dia dapat mencapai tujuannya.

Aureolus Izzard sudah melakukan semua hal demi menolong satu gadis yang berada di atas meja hitam di belakangnya. Index Librorum Prohibitum. Index. Tiga tahun sudah berlalu sejak dia bertemu gadis tersebut yang tidak tahu nama aslinya. Saat terlibat dengan Gereja Katolik Roma, dia dikenal sebagai Cancellarius. Walaupun ia seorang anggota gereja, dia ditugaskan dalam penulisan grimoir, membuat keadaannya unik bahkan dari yang unik sekalipun. Tugasnya adalah memecahkan teori sihir penyihir jahat modern, menemukan cara untuk melawannya, dan mencatat hasilnya. Dia percaya, dengan perbuatannya ini, dia dapat melindungi orang-orang tak berdosa dari penyihir jahat.

Aureolus Izzard had done everything to save the single girl on the black ebony table behind him. Index Librorum Prohibitorum. Index. Three years had passed since he had met the girl who did not know her own given name. While involved with the Roman Catholic Church, he was a Cancellarius. Though a member of the Church, he was tasked with writing grimoires, making his situation a unique one amongst unique. He was to decode modern witchcraft, discover ways to counter them, and record the results. He had believed, through his actions, he could protect innocents hurt by witches.

Kenyataannya, grimoir yang telah Aureolus tulis berhasil menolong banyak orang. Namun, Gereja Katolik Roma menggunakan grimoir-grimoir tersebut sebagai kartu as. Sekte pagan[1] dan bahkan pihak Kristen lainnya seperti Anglikan dan Gereja-gereja Ortodoks tidak tahu menahu adanya kartu-kartu as itu. Orang-orang yang tahu hal itu bahkan diperingatkan untuk pindah keyakinan menjadi Katolik bila mereka ingin dilindungi dari penyihir jahat. Walau ahli alkimia tersebut telah merancang banyak cara menghadapi penyihir jahat, banyak yang gagal, bahkan sampai membahayakan yang melaksanakannya. Sungguh sangat tak masuk akal, seperti pasien yang sudah dioperasi lalu di telantarkan.

Aureolus tidak dapat menahan perasaan itu lagi. Dia dulu yakin kartu as yang dibuatnya untuk menolong orang lain. Alhasil, dia memutuskan menyelundupkan "buku-buku" yang dia tulis. Dia kabur ke Inggris, negara sihir yang penyihir jahatnya merajalela. Aureolus menyamar dengan waspada dan berhasil mengontak Gereja Anglikan via dunia bawah.

Disanalah ia bertemu dengan gadis yang tidak bisa diselamatkan. Dia tahu sedari awal. Dia yang telah diberikan tugas menyelamatkan seluruh dunia tahu bahwa dia bisa menyelamatkan gadis dihadapannya. Gadis yang memiliki 103.000 grimoir dari seluruh dunia, yang masing-masing dapat membuat orang biasa manjadi gila. Tetapi, penjaga grimoir tersebut tetap tersenyum, walau tahu menyelamatkan dirinya adalah hal yang mustahil.

Menyelamatkan gadis itu merupakan hal yg mastahil. Manusia yang mengingat 103.000 grimoir akan berakibat membuat jasmaninya keracunan akibat huruf-huruf pada grimoir dan pikirannya terkorosi oleh pengetahuan tersebut. Itu adalah hal yang membuat ahli alkimia tersebut sadar akan batasan pengetahuannya. Gadis itu terus menghadapi kemalangan dengan tersenyum kepada orang lain. Bila dia bahkan tidak bisa menyelamatkannya, tidak mungkin dia bisa bicara untuk menyelamatkan dunia?

Pada suatu saat ketika dia sudah tidak bisa menghitung jumlah grimoir yang sudah dia tulis, dia mulai bertanya-tanya kenapa dia belum menyerah dan melanjutkan menulis grimoir. Saat itulah dia sadar. Walau menyelamatkannya merupakan hal yang mustahil, dia terus berusaha, memakai alasan memberikannya grimoir untuk bertemu dengan gadis itu.

Ini hanyalah cerita yang biasa. Seorang ahli alkimia ingin menyelamatkan seorang gadis tapi pada akhirnya malah diselamatkan oleh gadis itu sendiri. Dia sadar dia tidak bisa menyelamatkannya adalah akhir dari cerita itu: dia tidak bisa lagi memegang penanya, keyakinan dan kepercayaan diri kemampuan menulisnya sirna.

Tidak bisa menyelamatkan… Tidak bisa menyelamatkan… Ahli alkimia tersebut tidak bisa menyelamatkan seorangpun pada waktu itu. Namun, agar dapat menyelamatkannya apapun akibatnya, dia memilih terus maju, walaupun terjatuh, dalam jalan menuju ke kegelapan karenanya.

Kalau Aureolus bisa mendapatkan kemampuan untuk menyelamatkan semuanya, dia memutuskan untuk menggunakannya ke gadis dihadapannya. Karenanya, Aureolus melawan Gereja Katolik Roma, Kristen dan bahkan dunia. Walaupun gagal. Memakai seluruh pengetahuan dari sekolah-sekolah Hermes dan Zurich dia tetap gagal. Dia dahulu percaya dengan hanya mengetahui anatomi manusia dapat menyembuhkan penyakit apapun. Dia dahulu percaya memahami otak manusia dapat menyembuhkan trauma apapun. Tapi tentu saja, dia salah.

Kalau hal ini mustahil dilakukan melalui metode keyakinan ataupun teknologi, apa salahnya mengandalkan keturunan kaum bertaring, yang kemampuannya melebihi pemahaman manusia? Untuk mencapai tujuan ini, dia bersedia mengkhianati dan memanipulasi siapapun dan apapun. Termasuk Deep Blood. Dan, seperti itu, ahli alkimia itu menyimpang dari jalan yang benar. Keinginan awalnya untuk menyelamatkan orang lain telah menjadi bayang-bayang masa lalu menyedihkannya.

"…"

Aureolus Izzard belum menyadarinya. Gadis berjuluk Deep Blood memandanginya diam-diam dari belakang dengan keinginan menyelamatkan orang lain.

Aureolus belum menyadarinya. Sang penyelamat belum tiba.


"Aureolus Izzard membalikkan Nyanyian Gregori? Bagaimana bisa?" kata Stiyl yang terkejut saat Kamijou memberitahunya ketika mereka main kejar-kejaran. Dengan pedang api berada ditangannya Stiyl.

"Itu sungguhan! Melihatnya seperti menonton film yang dimundurkan! Menara yang hancur kembali seperti semula!" kata Kamijou, sambil berlari menyusuri koridor. Stiyl sebenarnya sudah lebih banyak menelusuri gedung ini dibanding Kamijou, sebelum dia bisa menemukan tempat persembunyian, dia merasa gentar.

"Kalau memang seperti itu… jangan-jangan… tapi alkimia modern tidak mungkin bisa melakukan hal seperti itu…" gumam Stiyl sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Dia bahkan menggunakan mantra seperti 'kau tidak akan bisa menyentuhku' dan 'lupakan semuanya.' Apakah sihir sangatlah sehebat itu sampai apapun yang kau inginkan terwujud!?"

"…Bagaimana bisa? Sihir adalah bentuk pengetahuan dengan aturan dan logika yang ketat. Kalau ada mantra seperti itu, siapa yang mau melakukan pencarian sihir lagi?"

"Lalu apa yang aku lihat? Semua yang dia katakan entah bagaimana terjadi."

"'Semua yang dia katakan…'" merupakan istilah yang mengesalkan. Mengingatkanku pada Ars Magna."

Fokus pada istilah itu, Kamijou mengingat pembicaraan saat Stiyl menyebutkan akhir, tujuan alkimia yang belum tercapai, dimana seseorang dapat mengeluarkan pemikirannya ke dunia. "Kalau begitu. Bukannya orang itu sudah menguasai mantra paling kuat dalam alkimia?"

"ITU MUSTAHIL!" teriak Stiyl dengan nada langka dan kasar. "Sudah kubilang. Ars Magna bukanlah hal yang sanggu dicapai manusia. Mantranya memang ada, tapi perapalannya tak mungkin bisa diselesaikan dalam satu, tidak, dua ratus tahun perapalan terus menerus. kau tidak bisa mempersingkat mantranya dan tidak bisa dilanjutkan ke generasi selanjutnya. Seperti permainan sambung kalimat yang makin lama makin tidak benar. Manusia dengan masa hidup yang terbatas tidak mungkin bisa mempunyai sihir seperti itu!" penolakan Stiyl masuk akal untuk yang mengerti sihir, tapi, Stiyl sendiri gemetar seperti melihat hal yang tidak bisa dipercaya.

"Kau benar." Kamijou merenungkannya dari sudut pandang lain. "Kalau dia bisa mewujudkan apapun yang dia inginkan, kita tidak mungkin masih hidup. Dia tidak akan menggunakan Satuan Pelantun Lagu Suci tiruan untuk memakai Nyanyian Gregori atau Aureolus palsu itu. Bukannya dia hanya perlu berkata 'matilah'?"

Bahkan, vampir dan Deep Blood tidak seharusnya diperlukan. Kalau memang diperlukan, dia seharusnya bisa langsung membuat vampir. Bila keinginan ahli alkimia tersebut dapat membuat pemikirannya menjadi kenyataan, kenapa mencari vampir masih diperlukan?

"Omong-omong, apaakah tujuan dia sebenarnya? Aku dengar dia ingin menyelamatkan seseorang tapi malah berakhir membunuh banyak orang. Sekarang ini, bahkan Index jadi terlibat… Apakah hal itu membuatnya menjadi seperti itu?"

"Apa? Anak itu juga terlibat?"

"Aku mendengar dia berbicara mengenainya tapi aku tidak benar-benar melihatnya. Mungkin dia berkhayal atau semacamnya." Kamijou berkata dengan entengnya, "Mungkin untuk menghibur dirinya sendiri?"

Ekspresi Stiyl menjadi lebih serius. Lebih tepatnya masam, dia langsung membuang rokoknya. "Cih! Aku tahu apa yang terjadi. Dia menyendiri selama tiga tahun untuk mempelajari alkimia dan tidak mengikuti kejadian terkini." Kata Stiyl setelah merokok dengan rokok baru. "Aku tahu apa yang dia inginkan. Dia ingin Index."

"Apa?" Bingung, dalam pemahamannya, kejadian ini tidak ada kaitannya dengan Index.

Dengar ini, Kamijou Touma. Index selalu dihapus ingatannya setiap tahun. Setiap tahun, hubungannya berubah dan menemukan partner baru."

"Jadi… Apa maksudnya?"

"Tahun ini, kaulah parternya. Dua tahun yang lalu aku dan," Stiyl meneruskannya dengan penuh amarah. "tiga tahun yang lalu adalah Aureolus Izzard. Mereka adalah guru dan murid."

Terkejut.

"Takdir setiap pendamping selalu sama. Mereka mencoba menyelamatkannya agar ingatannya tidak dihapus tapi gagal." Katanya dengan sorot mata merendahkan. "Tentu saja hal itu juga sama dengannya. Dan, kelihatannya dia tidak bisa menerima hal itu."

"Apa maksudmu?"

"Mudah saja. Kami pendamping tidak ditinggalkan oleh Index, dia hanya melupakan kami. Kalau benar seperti itu, mereka hanya perlu menyembuhkan Index dan mengembalikan ingatannya. Dia akan kembali kepada mereka, kan?"

Hati Kamijou merasakan sakit seperti dipukul menggunakan palu. Dia tidak tahu apa yang membuatnya merasa seperti itu. Index dapat disembuhkan merupakan hal yang bagus tapi tetap saja masih ada dampak yang tak dapat dilihat dan tidak bisa dijabarkan. Dia ingat senyumannya. Senyuman yang di tunjukkan ke orang lain mengandung beban yang berat bagi Kamijou.

"Tapi itu tidak akan terjadi." Stiyl tersenyum. "Sama seperti menghapus ingatan seseorang sudah merupakan dosa besar, mengubah ingatan juga sama saja. Dia harusnya mengetahui hal ini atauu dia sudah benar-benar lupa daratan." suara Stiyl terlalu pelan. Saat Kamijou menengok agar berhadapan dengan Stiyl untuk mendengarnya lebih jelas, Stiyl hanya menghembuskan asap rokok dan dengan tenang menggelengkan kepalanya.

"Bukan apa-apa. Aku hanya bilang orang itu tidak bisa menyelamatkannya. Itu saja."

"Kenapa? Kamijou tidak mengerti yang dikatakannya, pikirannya hanya terfokus pada kemampuan orang itu. Kalau dia sanggup mengambil ingatan seseorang atau membangkitkan yang sudah tewas, apa yang tidak bisa dilakukannya?

"Alasannya sederhana. Karena kamu."

?

"Bukankah kau sudah menyelamatkannya? Bagaimana bisa seseorang diselamatkan dua kali? Hal itu sederhana, hanya begitu saja."

Anak laki-laki itu mengerti hubungan kejadian ini. Aureolus Izzard adalah partner sebelumnya Index tiga tahun yang lalu. Semenjak kehilangan Index, dia sama sekali tidak berhubungan dengan siapapun dan tidak tahu menahu kejadian setelah itu.

Artinya Aureolus itu…

"Kami disini. Lihat dia bahkan sengaja membiarkan pintunya terbuka. Baiknya." Stiyl memandang ke depan. Di lantai teratas menara bagian utara Misawa Cram School, pintu-pintu megah menuju kantor kepala sekolah terbuka seluruhnya. Mereka mengundang Kamijou dan Stiyl untuk masuk.

Part 5

It's a wide space. This used to be the room that the ex-branch principal of 'Misawa Cram School', who's also the founder of the religious science, stayed in. Though the room is luxurious, it still lacks class, reflecting those twisted desires. It's like walking into a restaurant that shows proper etiquette yet won't think for the clients; it's really annoying. On seeing Kamijou walk into the room, Himegami seem to be rather shocked. However, Aureolus doesn't show any reaction. He looks like he expected that to happen. There's a severe emptiness in the place, an emptiness that's like looking at an old and yellowish photograph. This isn't the idea of the alchemist. Perhaps to him, there's nothing in the world he can't do. But because of that, nothing seems real to this man. It's like being an esper who has the powerful ability of wiping the minds off others. Even when he sees the people around him smiling, he won't feel happy. That's because the esper can just create these smiles with a flick of a finger. Even if he sees the perfect smile, the significance to him is only equivalent to 'flicking a finger'. It's the same logic. To someone who can create everything, what he creates doesn't hold any significance. This atmosphere doesn't feel like that of a battlefield. Anywhere Aureolus Izzard appears in will become an empty battlefield. ―Obviously, I can see that you have deduced my goal.‖ The alchemist said calmly, ―If that's the case, why do you want to stop me? Isn't your rune magic meant to save Index?‖ Aureolus glances down. In front of the alchemist—on the luxurious table, the silver-haired girl lies sleeping. Kamijou wants to dash forward, but is stopped by Stiyl's long arm. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 165 ―It's simple. This method won't be able to save that child. It's like seeing an operation that will definitely fail on her. However, this child isn't that worthless.‖ ―Not necessarily. That's just your envy. I can understand that. Though we were 'comrades' who had the same dreams crushed, you are unhappy that I surpassed you. I don't find that funny, however. I always had this feeling.‖ Stiyl frowns. That's because Aureolus Izzard said it so naturally, without any hint of sarcasm. ―In the past, Index's mind was overloaded with so much information that she had to have her memory erased every year. That was to be fated, something a human body can't defy.‖ Aureolus sternly says, ―However, by using a power other than that of humans, I can solve this problem. After I got this conclusion, I found it all the more unbelievable. Why is it that nobody suggested that we could borrow the power of vampires?‖ ―...‖ ―Vampires have the power of immortality. They can store infinite amounts of memories in the brain that's similar to that of humans. However, I never heard of a vampire breaking his head due to information overload.‖ The alchemist says. ―Necessarily, vampires really have such a 'attribute'. No matter how much memories they hold, they won't lose their wills.‖ ―Humph. I see. So you intend to interact with vampires and ask them to teach the method to you?‖ Stiyl shakes the cigarette in his mouth and says, ―For safety sake, let me ask you first. If this method can't be used on a human, what do you intend to do?‖ ―Clearly If a human body can't do it—I'll move the Forbidden Library outside a human body.‖ Aureolus answered without any hesitation. It means— とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 166 ―Turn her into a vampire? Che! Which Christian in the world will be happy about being a descendant of Cain? This is a common mistake we people have. If we want to save someone, the most important thing is that we have to remove our own thoughts and think from their viewpoint, right? I only learnt that recently.‖ ―...Absolutely ridiculous. Such thinking is merely fake kindness. This child once told me at the last moment that she definitely doesn't want to forget me. Even if she defies the teachings, even if she's willing to give up her life, she doesn't wish to forget all these memories. She told me all these with her body unable to move at all, not even realising that she was crying—all of this while holding a smile!‖ Aureolus Izzard seem to grit his teeth. Of course, Kamijou doesn't know what he's thinking about or recalling. ―Seems like you don't intend to change your mind no matter what. If that's the case, though it's a little cruel, I have to use my trump card.‖ Stiyl suddenly turns to Kamijou and says, ―Oi! Current partner! Tell him! Tell this wreck in front of you what kind of a fatal defect he has?‖ ―...What?‖ Aureolus finally turns to look at Kamijou. Kamijou can't tell which part of what Stiyl said angered Aureolus. ―Just from what age are you coming from?‖ This time, Aureolus Izzard looks perplexed as he stares at Kamijou. ―That's the case. Index got saved, not by you, not by me, but by the current partner. What you couldn't achieve then was achieved by this guy.‖ Stiyl reveals a cruel smirk and says, ―This only happened a week ago. Ah, it's to be expected that you didn't know. You were away from that child for 3 years, so you didn't know that the child got saved.‖ ―That's impossible...‖ とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 167 ―Yeah. I can understand that you can't believe it. Besides, even I who witnessed it couldn't believe it as well. No, I didn't want to believe it as well. This is a declaration to myself, that child will never come back to me again.‖ ―PERPOSTEROUS! THIS IS IMPOSSIBLE! HOW CAN THERE BE A WAY TO SAVE INDEX! AND IT'S ONE THAT POSSESSES A HUMAN BODY! AND BESIDES, THIS GUY THERE ISN'T A MAGICIAN NOR AN ALCHEMIST. JUST WHAT CAN HE POSSIBLY DO?‖ ―As for that, since it involves Necessarius...no, since it concerns the pride of the English Anglicans, I rather not spread the tale. But I can only tell you this:‖ Stiyl exhales the smoke cruelly and says, ―This guy's right hand has an ability called Imagine Breaker. Basically, it's a terrifying ability that shouldn't belong to any ordinary person.‖ The alchemist is shocked. He can't remain calm down. The alchemist stares at Kamijou. ―...Hold on a minute. That means...‖ ―That's right. It's been tough on you. I heard you betrayed the Roman Catholics and hid underground for 3 years? It seems like all these were a waste of time. Hm, I can understand the pain of not getting anything back in return. However, this child is living a happy life with her 'partner' as you so wished.‖ ―--Ha...‖ The decisive sentence. Everything that was supporting Aureolus Izzard crumbles. He starts to laugh maniacally. ―HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!‖ ...This person has completely lost it. Kamijou thinks about this, blankly but definitely. But unexpectedly, the eyes start to let out a flow. That's because in front of the alchemist—on the huge table, something moved. A girl, the sleeping Index starts to regain her consciousness because of Aureolus' mad laugh. She can be said to be the last defence to Aureolus' mental state. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 168 Index widens her eyes slightly, saying softly like a thread being held by a hand. ―...Touma?‖ But what she sees isn't the Aureolus Izzard in front of her. She doesn't care who, when, where, how she was taken here. She doesn't even care about her current state, and she's not thinking about what happened to her when she was unconscious. She smiled. She's smiling happily. It's only because Kamijou Touma exists in her sights. ―--Ah...‖ Kamijou inadvertently backs away. Kamijou is happy that Index is showing this attitude. Index doesn't care about anything else, only Kamijou's expression. The act that's like a kitten opening its eyes makes Kamijou feel that this is irreplaceable. But this scene also brings a sharp cold. Behind Index, the alchemist who was supposed to be the leading man got completely forgotten by the girl he protected. His face is as stiff as though he just saw the end of the world. Kamijou really can't face this reality. Aureolus Izzard was once the male protagonist. He betrayed the Roman Catholics, renounced his beliefs and became an alchemist, all just to save this girl in front of him. But what he got was the worst outcome. Even if it was Kamijou Touma, had he taken just one wrong step, he may have faced a similar fate. The girl in front of them is a pure Holy girl that's beloved by people all over the world. But because she's a Holy girl, she can only love a male protagonist. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 169 Such a simple purity that borders on cruelty actually causes the most damage. “I should be perfect!! Why are you so unhurried!? What am I lacking!?” Suddenly, Kamijou remembers the dummy he beat. So that wasn't just a flimsily-made clone. In fact, that dummy actually portrayed the true character of the man Aureolus Izzard. ―Ugh—‖ Aureolus Izzard can't say anything. He's just smiling—a twisted smile that's all frozen, like he just burped out air. Right above Index, Aureolus raises his hand. That looks like a blade of a guillotine, but even so, Index hasn't left Kamijou. This causes the alchemist to be even more enraged, and the arm he raises seems to insert even more force. ―Index...!‖ Immediately, Kamijou thinks of running towards Index, but because he was too anxious, he couldn't decide on which foot he should step forward with first. The alchemist is laughing maniacally. Right now, Kamijou is the male protagonist to him. Kamijou raises his right hand, but it's too late. He can't make it in time. Just like that, the alchemist's arm... Never swung down. Kamijou inadvertently stops. ―Uu—‖ Above Index's head, Aureolus' arm that was raising what looks like a guillotine is trembling. ―Uu...uuuuuu!‖ But he can't move. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 170 He lost everything. He became an alchemist, and even betrayed his past allies just to save a single girl. But this girl was already saved by a stranger he doesn't even know of, and she doesn't even look at this man who gave up everything just for her. If it were Kamijou in this situation, can he still rely on Index? Can he convince himself that he wasn't betrayed? Even so, Aureolus Izzard can't bring himself to hurt Index. To this alchemist, she's that important to him. ―...‖ Kamijou can't move. Kamijou Touma doesn't have any memories. Though others have said that he saved Index, he doesn't remember how he did it, and how he felt when he saved her? Just like that, Kamijou Touma earned the trust of others by saving someone when he has no recollection about it. Seeing this man in front of him, Kamijou seriously wonders if he has the right to keep her for himself. But Aureolus turns around and glares sharply at Kamijou. This man can sentence anyone to death with just a single sentence. Kamijou knows that this is a death glare, but deep inside, he can understand his feelings. Right now, Aureolus is unable to calm himself down. It's just that he can't bring himself to kill Index, and having lost all his sights, he's rampaging. In such a situation, who will be the scapegoat, who? Thinking about it logically, one can tell that this is naturally to be expected. ―———「SLAM TO THE GROUND, INTRUDERS!!」." An angry roar that sounded like an explosion can be heard. Immediately, Kamijou feels the weight of numerous heavy hands pushing down on him, like a bank robber who has his gun taken away and crushed onto the floor. The term 'intruders' should とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 171 also include Stiyl, and in the corner of his eye, the red-haired magician can be seen flattened on the floor as well. ―Uu...ugh...‖ The feeling of almost having all the intestines flip inside makes Kamijou feel like vomiting. He uses the right hand that feels like it got sucked by a strong magnetic force and drags it forcefully to his chest, bit by bit. If he can use his hand to touch his body, perhaps he can be released like how he got his memories back. ―HA, HAHA, HAHAHAHA! I WON'T KILL YOU SO EASILY! LET ME ENJOY THIS A LITTLE MORE! I WON'T DO ANYTHING TO INDEX, BUT I WON'T BE ABLE TO MAINTAIN MY SANITY IF I DON'T TAKE IT OUT ON YOU GUYS!‖ The alchemist pulls out a thin needle that's as slim as a hair, holding it with trembling hands and aims it at his body. He then stabs it in like he's pressing a button inside the body. Then, he tosses the needle aside like he's scratching off a poisonous bug that's nibbling at his flesh. These actions are like signals to declare the commencement of an attack, as Aureolus again glares at Kamijou. "Hold it!" At this moment, Himegami Aisa stands between them. It's the same position when she protected Kamijou, but there's a decisive difference this time. What Aureolus valued was not Himegami Aisa, but Deep Blood. Since his 'aim', which is Index, can't ever be obtained, is there a reason to maintain such a simple 'mean'--! "Hime--" But Kamijou is unable to say anything to stop her. The image Himegami's back presents is that she's really worried. Not just for Kamijou, but also for Aureolus, whose sanity is crumbling. Though she didn't say it out, Kamijou can feel that she wants Aureolus to calm down before he goes down the road of destruction. Facing this, who can state that cruel truth? "Out of the way, woman--" とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 172 But that was the greatest failure. Kamijou sees the eyes that look like gun barrels. Those are serious-looking eyes. Kamijou moves his right hand, or rather, he tried to. If he doesn't step up, Himegami will definitely be killed. Slowly, bit by bit, inches by inches, he continues to drag that right hand that's stuck on the floor. He then uses his teeth to touch that ace right hand like he's about to eat his own right hand index finger. PA! With the sound of the bones breaking, his body regains its freedom. This is a good chance! Kamijou frantically gets up. Now he just needs to knock Himegami aside and shut Aureolus up. "----「Die」." At that moment, Aureolus Izzard said that, and time seemed to stop. Assassinated, strangled, poisoned, shot, beheaded, slaughtered, hacked, beaten up, burned, nipped, crushed, ganged up, frozen, drowned. No one will be able to tell the method of how Himegami was killed. No wounds, no bleeding, no illnesses. She just died. It's like a battery without power. If there's really a soul, the soul will be drawn from the flesh, leaving an empty shell. Himegami didn't even cry out. She sways about, her head tilted back as she collapses back. In other words, Kamijou sees Himegami's face when she fell. Slowly, slowly. Himegami's face that couldn't be seen is revealed in front of his eyes. Her twisted face is still smiling. She look like she's about to cry, but she still held back her tears. All these weren't because of surprise or shock. Himegami was already prepared. This expression is of regret, regret that she couldn't fix something that's pre-determined. Himegami Aisa already knew that she would end up like this when she blocked Aureolus. Even so, she still held a single bit of hope and tried to stop him. The girl who wasn't needed by anyone, the girl who's always viewed as a mere item until the end. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 173 It's like how the alchemist never got to be the male protagonist, this girl was still unable to be the female protagonist until the end. It's like a background that has someone moving away a figure, it's as dead and worthless as ever. The 'Deep Blood', Himegami Aisa. Seeing this, who can remain silent? (What are you--) Kamijou's eyes have completely ignored the existence of the alchemist. He just runs forward at Himegami Aisa, who's about to collapse onto the floor. There's no reason at all. He just has a feeling that if he lets her fall onto the floor, this spell of death can't be reverted back. "--MESSING AROUND WITH, YOU BASTARD!!" Right before Himegami lands on the floor, Kamijou finally manages to carry her body with both hands. Himegami's body is extremely light, so light it's like something important was taken away from her. In his arms, Himegami's body is unbelievably soft. But through the 'right hand' that's carrying Himegami, a weak but definite beating of the heart can be sensed. "What...my Ars MagnaImbued with Gold got dispelled by your right hand?" The alchemist's expression froze, and he says, "IMPOSSIBLE! HIMEGAMI AISA'S DEATH WAS DEFINITIVE! DOES YOUR RIGHT HAND POSSESS SOME SORT OF HOLY VATICAN SECRET ARTS!?" "..." Kamijou doesn't reply. That's enough. These things aren't important. It's like how he somehow managed to get back the memories, why he could negate the order to 'die' using his right hand, that's not important at all. The most important thing is that Kamijou definitely can't forgive this man in front of him. Though he can pity him, though he can feel his feelings, though he got hurt by Index yet couldn't bring himself to hurt her, all these things that the man just did made Kamijou think that there's no reason to go against him. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 174 But it's different now. Even when he saw the most important person to him actually betray him, even when he saw the most important person to him get taken away from him, even when he couldn't vent his anger out and even scold himself. But on facing someone who really cares for him, How could he just vent his own anger on her to satisfy himself? Kamijou definitely can't agree with that. Kamijou doesn't understand the Kamijou Touma 'before he lost his memories'. What kinds of memories he had, what kind of past he had, what kinds of ideas he has for the future. What he likes, what he hates, what he protected in the past, what he wants to protect in the future. But there's one thing he can be sure of. 'Kamijou Touma' would never agree with what this alchemist, no, what this 'human' did. The two Kamijou Toumas who were on their own paths finally arrived at a common understanding. "All right, Aureolus Izzard. If you think you can do anything you want--" Kamijou Touma gently places Himegami Aisa on the floor, and then stands up. He isn't making any sounds, but the static electricity-like anger on him feels like it will be deflected on a single touch. Without holding back at all, he declares, "--THEN LET ME DESTROY THAT MESSED UP ILLUSION OF YOURS...!" It's nobody else's voice. It's the voice of the 'Imagine Breaker', Kamijou Touma.



Between the Lines 2 --That's why I wanted to be a spellcaster. It was a story 10 years ago. In a certain night, a mountain village at Kyoto was attacked by a vampire. It happened so suddenly, without warning, without a trace. An ordinary village that didn't even need a police station became a living Hell at night. The young people who tried to fight off the vampire died off one by one, until they couldn't even tell who was a vampire and who was a human. The companions who were supposed to be working together ended up in the mire of killing each other. Before the sun rose, there were two kinds of people. The first were the dead, and the rest were vampires. As for herself who could survive even till now, why? The girl thought in her young heart. There were vampires everywhere. All of them were uncles and aunties who were all familiar to her, those who said goodbye to her at night. The vegetable uncle who once told her 'it's late, hurry up and go back' bit her neck. --The moment the bite landed, the vampire turned into dust. Yuzu, who once told her that 'we will play together tomorrow', bit her neck. --The moment the bite landed, the vampire turned into dust. Her mother, who once told her 'to run away', bit her neck. --The moment the bite landed, the vampire turned into dust. Thus, the vampires started to realise it. It was like a counter to the vampire, as long as they bit this girl's neck, the vampires would die. These had nothing to do with the girl's will. The girl's blood was like acid; as long as it remained in their mouths, the vampires would melt off and die. Even so, everyone couldn't help but bite her neck. The girl silently stared at the villagers who became dust that scattered in the wind. Thus, what could she say? "I'm sorry." Every vampire said that to her. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 177 Some said that they didn't want to become vampires, some said that didn't want others to become vampires like them. They believed, that only by turning into ash, were they able to be redeemed. The vampires turned into ash. Sorry. We should have let you bear this sin. Until the end, they continued to weep, unable to reveal smiles, unable to be redeemed. Unknowingly, the entire village got covered in ash. The village was peaceful. As no one was around, it was peaceful. Even the vampire who instigated this didn't exist. It's unknown when the vampire bit the girl, and now he got mixed into the ash. The girl started to realise. The vampire who attacked the village was a victim as well. The girl whose ability could kill vampires in a single hit must have caused that vampire to be terrified. Trembling everyday with nowhere to go, he could only choose to kill the girl, but he doesn't have the power to kill the girl. Having exhausted all options, the vampire thought of turning the entire village into vampires to increase the forces. However, even an entire village full of vampires were easily killed by the girl. So, I wanted to be a spellcaster. I want to save those that can't be saved. I want to save those who were abandoned. Whether they are victims or sinners, even if they died, I want to pull them out of Hell. The only magicians who could do these things that defy logic were those that appear in picture books. No matter what, she must become a spellcaster. She always dreamed of being one. Her mind only thought about becoming one. Therefore, when she met the alchemist, the dream that was impossible to fulfill suddenly had a short-cut, making the girl excited. That night, she was so nervous that she couldn't sleep. It was a comfortable form of tension. But now, the alchemist stood in front of the girl. "Out of the way, woman--" The dream she always wanted got cruelly crushed by the mouth that twisted so much. とある魔術の禁書目録 – To Aru Majutsu no Index Volume 2 178 "----「Die」." At that moment, she couldn't even tell what she was thinking. The girl was unable to maintain her own consciousness. Under such circumstances when she couldn't tell what was going on, the girl's consciousness got dragged into the dark abyss. But at that moment, "--MESSING AROUND WITH, YOU BASTARD!!" She seemed to hear a boy roar. It wasn't that of the magician nor the alchemist. It was just that ordinary boy. The boy's really angry. Not because of what the alchemist did, but because of the girl's death. He looked really stunning to the girl. For some reason, she seemed to feel that the dream she couldn't fulfill was standing right there.

Notes