Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume2 Chapter2

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:42, 9 September 2014 by Desetan (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Si Pemburu Penyihir Bergerak Bersama Api — By_The_Holy_Rood...

Part 1

Kamijou memandang ekspresi dari gadis bernama Index.

Berdasarkan pengetahuannya dia mengeluh. Gadis itu memiliki ingatan sempurna yang dengan kata lain dia tidak akan pernah melupakan apapun yang dia sudah ingat. Karena ini pula dia bisa mengingat 103.000 grimoir.

Tetapi, kemampuan ini bagaikan pedang bermata dua. Kalau gadis itu tidak bisa melupakan, artinya dia tidak akan bisa melupakan hal-hal yang dia ingin lupakan. Seluruh ingatan tak berguna dari brosur supermarket tiga tahun yang lalu sampai wajah semua orang ketika jam kerja juga akan tertanam di memorinya, dan ia tak akan bisa melupakannya.

Jadi dia butuh menggunakan sihir untuk menghapus ingatannya setiap tahun. Jika ia tidak melakukannya, dia akan mati karena beban yang besar pada otaknya. Tapi sekarang ini ia tersenyum riang di samping Kamijou.

Menurut gadis itu, yang menolong Index dari keadaan sulit itu adalah Kamijou sendiri. Tetapi, dia tak bisa mengingat apa yang ia pikirkan atau apa yang telah dia lakukan waktu itu.

Kemudian, Kamijou mulai berpikir.

Dia sudah berpisah dengan Stiyl dan membawa Index ke asrama. Tapi setelah itu, Kamijou perlu kembali ke medan perang bernama Misawa Cram School.

Tentu saja, dia tidak akan membawa Index bersamanya. Karena itu lebih baik tak usah memberitahu Index dia akan pergi ke Misawa Cram School.

Tapi kalau dia tidak bisa memberi alasan keluar rumah, Index bisa saja curiga dan bahkan memaksa ikut pergi.

"Touma?"

Tangannya mulai berkeringat.

Situasi itu berbahaya. Apapun yang terjadi, dia tidak boleh membiarkan Index ikut.

"Hei, Touma?"

Kalau begitu, yang harus dia lakukan sudah jelas.

Sekarang, Kamijou harus bisa menyembunyikan kegelisahannya, dan mulai melakukan serangan serentak.

"Aku mau pergi ke institut budaya utama berteknologi tinggi super! Eh? Kamu mau pergi juga? Sebaiknya tidak! Kamu payah soal mesin dan nggak bisa memakai deteksi perhitungan magnetik otak super! Kamu bakal terkunci di pintu otomatis! Karena keamanannya termasuk level 4, kalau mereka memeriksa database dan menemukan datamu, kamu akan di biri biri[1] pakai biri biri ion sumbu negatif!"

"Gyaaa!"

Sesuai dugaan, dengan bombardir urusan teknologi, kepala Index mulai mengeluarkan uap. Benar-benar sesuai dugaan. Index, yang tidak mengerti soal dunia modern, adalah tipe orang yang akan membalas ketika mendengar mesin penjual otomatis di stasiun kereta bersuara "selamat datang".

"Kalau begitu aku ingatkan dulu. Makan malam ada di kulkas, tinggal taruh di mikrowave nanti bisa dimakan. Jangan taruh sendok dalam mikrowave nanti bisa kebakaran. Dan jangan buka kulkas cuma untuk numpang adem."

"Eh? Ah, itu… aku sepertinya belum bisa menggunakan mikrowave."

Mungkin ada saja yang mencurigai bagaimana bisa ada orang yang salah dalam menggunakan mikrowave. Namun, Index sebelumnya menggunakan mikrowave untuk bungkus saus bento[2] dari supermarket sampai meledak. Dia bahkan memanaskan bentonya terlalu lama sampai meledak juga. Akhirnya gadis itu merasa bagaimanapun dia menggunakan mikrowave maka akan meledak. Mungkin dia pikir menggunakan mikrowave adalah cara pasti membuat ledakan.

(…Kelihatannya dia tidak curiga sama sekali.)

Kamijou memandang Index yang tengah memandangi mikrowave dan menyempitkan mata besarnya, memperlihatkan kalau dia tidak akan gagal lagi. Kamijou menghembuskan napas lega.

Lalu, dia menyadarinya.

"Hei! Apa yang kau sembunyikan dalam bajummu? Tepatnya di daerah perutmu!"

"Eh?"

Index v02 093.jpg

Index terdiam.

Dia menengok ke arah Kamijou dan berkata, "Tidak ada apa-apa kok!? Aku bersumpah atas nama Bapa kami di Surga kalau seorang biarawati itu tidak berbohong!"

Setelah dia mengatakannya, perut besarnya yang tidak normal itu mengeluarkan suara kucing "mi—".

"Grr! Apa arti dari semua kata-katamu? Kau malah langsung mengingkari sumpah yang kau buat dengan segenap rasamu!? Cepat buang keluar kucing liar yang ada dalam bajumu itu!"

Mungkin karena dia gugup setelah baru saja berbicara dengan Stiyl sehingga dia tidak menyadari hal itu. Jadi Index berdiam di jalan kecil selama itu bukan karena dia mencari sumber dari rune, melainkan ingin mencari kucing liar itu.

"Uu! T-Touma, pakaian ini dinamakan Gereja Berjalan, kan?

"Memangnya kenapa?"

"Gereja itu seharusnya selalu mengulurkan bantuannya ke semua domba yang tersesat tanpa pilih-pilih. Karena itulah aku akan melindungi Sphinx yang tersesat di jalan, Amin."

"…"

"…"

"B-Baiklah! Aku sudah memutuskan kalau Sphinx akan dilindungi oleh gereja!"

"Oi! Untuk orang yang berpikir sebelum bertindak, setidaknya pikirkan pihak yang akan diurus dahulu!"

"Selama aku memperlakukannya bak keluarga tak ada masalah!"

"Aku tak ingin diperlakukan seperti seorang ayah oleh seekor kucing!"

Walau dia benar-benar tidak ingin melakukannya, Kamijou merasa ingin membuang kucing itu saat perjalan ke Misawa Cram School… Tidak, dia benar-benar akan melakukannya, tapi kalau dia melakukan hal itu, Index pasti akan ingin mengambil kucing itu kembali dan akan terus mengikuti Kamijou.

"Bodoh, Touma benar-benar bodoh! Aku akan merawat anak ini!"

"…Bilang itu ketika kau bisa mencari uang sendiri."

"Tapi tenang saja! Walau aku memanggilmu bodoh, itu dalam hiragana[3] kok!"

"Dengarkan aku! Aku tak tahu apa yang kau bicarakan!"

Tapi pada satu sisi jika dia menyetujuinya, Index akan setuju pula.

(…Aku bisa bilang apa lagi, malangnya nasibku.)

Kamijou menghela napas. Memperhitungkan biaya yang dibutuhkan untuk merawat kucing tersebut, kelihatannya mereka perlu mengurangi jumlah makanan setiap harinya. Sungguh, kenapa Index memilih waktu ini untuk memungut seekor kucing?

"………Baiklah."

"Hm? Touma? Kau bilang apa?

"………Sepertinya tidak ada pilihan lain. Rawatlah yang baik."

Tapi…

Sepertinya kata-kata itu sudah cukup untuk membuat Index meneteskan air mata kebahagiaan. Hal ini setimpal agar bisa melihat Index menunjukkan ekspresi seperti itu.

Dia pikir begitu, tapi… "Ahh, Bapa kami di Surga! Cahaya hangat cinta-Mu akhirnya menyentuh sanubari yang tak berperasaan, kejam, berdarah dingin, bermata seperti ularnya milik Touma! Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan jiwa kucing liar yang tak berdosa ini, hamba tak akan melupakan hal ini seumur hidup hamba."

Sesuatu hal mencegah Kamijou Touma dari benar-benar merasa puas.

Part 2

Notes

<references>
Previous Chapter 1 Return to Main Page Forward to Chapter 3
  1. Setrum XD
  2. Kotak makanan
  3. Di teks aslinya Index manggil Touma bodoh pake hiragana. Index kira setidaknya bahasanya jadi lebih halus. Sedangkan Kamijou jelas ga tau yang Index omong.