Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume2 Chapter2
Chapter 2: Si Pemburu Penyihir Bergerak Bersama Api — By_The_Holy_Rood...
Part 1
Kamijou memandang ekspresi dari gadis bernama Index.
Berdasarkan pengetahuannya dia mengeluh. Gadis itu memiliki ingatan sempurna yang dengan kata lain dia tidak akan pernah melupakan apapun yang dia sudah ingat. Karena ini pula dia bisa mengingat 103.000 grimoir.
Tetapi, kemampuan ini bagaikan pedang bermata dua. Kalau gadis itu tidak bisa melupakan, artinya dia tidak akan bisa melupakan hal-hal yang dia ingin lupakan. Seluruh ingatan tak berguna dari brosur supermarket tiga tahun yang lalu sampai wajah semua orang ketika jam kerja juga akan tertanam di memorinya, dan ia tak akan bisa melupakannya.
Jadi dia butuh menggunakan sihir untuk menghapus ingatannya setiap tahun. Jika ia tidak melakukannya, dia akan mati karena beban yang besar pada otaknya. Tapi sekarang ini ia tersenyum riang di samping Kamijou.
Menurut gadis itu, yang menolong Index dari keadaan sulit itu adalah Kamijou sendiri. Tetapi, dia tak bisa mengingat apa yang ia pikirkan atau apa yang telah dia lakukan waktu itu.
Kemudian, Kamijou mulai berpikir.
Dia sudah berpisah dengan Stiyl dan membawa Index ke asrama. Tapi setelah itu, Kamijou perlu kembali ke medan perang bernama Misawa Cram School.
Tentu saja, dia tidak akan membawa Index bersamanya. Karena itu lebih baik tak usah memberitahu Index dia akan pergi ke Misawa Cram School.
Tapi kalau dia tidak bisa memberi alasan keluar rumah, Index bisa saja curiga dan bahkan memaksa ikut pergi.
"Touma?"
Tangannya mulai berkeringat.
Situasi itu berbahaya. Apapun yang terjadi, dia tidak boleh membiarkan Index ikut.
"Hei, Touma?"
Kalau begitu, yang harus dia lakukan sudah jelas.
Sekarang, Kamijou harus bisa menyembunyikan kegelisahannya, dan mulai melakukan serangan serentak.
"Aku mau pergi ke institut budaya utama berteknologi tinggi super! Eh? Kamu mau pergi juga? Sebaiknya tidak! Kamu payah soal mesin dan nggak bisa memakai deteksi perhitungan magnetik otak super! Kamu bakal terkunci di pintu otomatis! Karena keamanannya termasuk level 4, kalau mereka memeriksa database dan menemukan datamu, kamu akan di biri biri[1] pakai biri biri ion sumbu negatif!"
"Gyaaa!"
Sesuai dugaan, dengan bombardir urusan teknologi, kepala Index mulai mengeluarkan uap. Benar-benar sesuai dugaan. Index, yang tidak mengerti soal dunia modern, adalah tipe orang yang akan membalas ketika mendengar mesin penjual otomatis di stasiun kereta bersuara "selamat datang".
"Kalau begitu aku ingatkan dulu. Makan malam ada di kulkas, tinggal taruh di mikrowave nanti bisa dimakan. Jangan taruh sendok dalam mikrowave nanti bisa kebakaran. Dan jangan buka kulkas cuma untuk numpang adem."
"Eh? Ah, itu… aku sepertinya belum bisa menggunakan mikrowave."
Mungkin ada saja yang mencurigai bagaimana bisa ada orang yang salah dalam menggunakan mikrowave. Namun, Index sebelumnya menggunakan mikrowave untuk bungkus saus bento[2] dari supermarket sampai meledak. Dia bahkan memanaskan bentonya terlalu lama sampai meledak juga. Akhirnya gadis itu merasa bagaimanapun dia menggunakan mikrowave maka akan meledak. Mungkin dia pikir menggunakan mikrowave adalah cara pasti membuat ledakan.
(…Kelihatannya dia tidak curiga sama sekali.)
Kamijou memandang Index yang tengah memandangi mikrowave dan menyempitkan mata besarnya, memperlihatkan kalau dia tidak akan gagal lagi. Kamijou menghembuskan napas lega.
Lalu, dia menyadarinya.
"Hei! Apa yang kau sembunyikan dalam bajummu? Tepatnya di daerah perutmu!"
"Eh?"
Index terdiam.
Dia menengok ke arah Kamijou dan berkata, "Tidak ada apa-apa kok!? Aku bersumpah atas nama Bapa kami di Surga kalau seorang biarawati itu tidak berbohong!"
Setelah dia mengatakannya, perut besarnya yang tidak normal itu mengeluarkan suara kucing "mi—".
"Grr! Apa arti dari semua kata-katamu? Kau malah langsung mengingkari sumpah yang kau buat dengan segenap rasamu!? Cepat buang keluar kucing liar yang ada dalam bajumu itu!"
Mungkin karena dia gugup setelah baru saja berbicara dengan Stiyl sehingga dia tidak menyadari hal itu. Jadi Index berdiam di jalan kecil selama itu bukan karena dia mencari sumber dari rune, melainkan ingin mencari kucing liar itu.
"Uu! T-Touma, pakaian ini dinamakan Gereja Berjalan, kan?
"Memangnya kenapa?"
"Gereja itu seharusnya selalu mengulurkan bantuannya ke semua domba yang tersesat tanpa pilih-pilih. Karena itulah aku akan melindungi Sphinx yang tersesat di jalan, Amin."
"…"
"…"
"B-Baiklah! Aku sudah memutuskan kalau Sphinx akan dilindungi oleh gereja!"
"Oi! Untuk orang yang berpikir sebelum bertindak, setidaknya pikirkan pihak yang akan diurus dahulu!"
"Selama aku memperlakukannya bak keluarga tak ada masalah!"
"Aku tak ingin diperlakukan seperti seorang ayah oleh seekor kucing!"
Walau dia benar-benar tidak ingin melakukannya, Kamijou merasa ingin membuang kucing itu saat perjalan ke Misawa Cram School… Tidak, dia benar-benar akan melakukannya, tapi kalau dia melakukan hal itu, Index pasti akan ingin mengambil kucing itu kembali dan akan terus mengikuti Kamijou.
"Bodoh, Touma benar-benar bodoh! Aku akan merawat anak ini!"
"…Bilang itu ketika kau bisa mencari uang sendiri."
"Tapi tenang saja! Walau aku memanggilmu bodoh, itu dalam hiragana[3] kok!"
"Dengarkan aku! Aku tak tahu apa yang kau bicarakan!"
Tapi pada satu sisi jika dia menyetujuinya, Index akan setuju pula.
(…Aku bisa bilang apa lagi, malangnya nasibku.)
Kamijou menghela napas. Memperhitungkan biaya yang dibutuhkan untuk merawat kucing tersebut, kelihatannya mereka perlu mengurangi jumlah makanan setiap harinya. Sungguh, kenapa Index memilih waktu ini untuk memungut seekor kucing?
"………Baiklah."
"Hm? Touma? Kau bilang apa?
"………Sepertinya tidak ada pilihan lain. Rawatlah yang baik."
Tapi…
Sepertinya kata-kata itu sudah cukup untuk membuat Index meneteskan air mata kebahagiaan. Hal ini setimpal agar bisa melihat Index menunjukkan ekspresi seperti itu.
Dia pikir begitu, tapi… "Ahh, Bapa kami di Surga! Cahaya hangat cinta-Mu akhirnya menyentuh sanubari yang tak berperasaan, kejam, berdarah dingin, bermata seperti ularnya milik Touma! Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan jiwa kucing liar yang tak berdosa ini, hamba tak akan melupakan hal ini seumur hidup hamba."
Sesuatu hal mencegah Kamijou Touma dari benar-benar merasa puas.
Part 2
Setelah keluar dari kamar asrama, dia melihat Stiyl yang belum lama ini baru bertemu, menyebarkan benda-benda seperti kartu ke semua tempat.
"Kau sedang apa?"
"Seperti yang bisa kau lihat, aku sedang membuat semacam kuil perlindungan di tempat ini dengan menaruh pelindung." Stiyl berkata demikian sambil terus bekerja. "Saat kita berada di Misawa Cram School, aku tidak bisa menjamin kalau tidak akan ada penyihir lain yang mengincar Index. Yah, walau ini hanya untuk penenang saja, kurasa lebih baik meninggalkan Innocentius supaya bisa memberi gadis itu cukup waktu untuk melarikan diri."
Innocentius.
Walau Kamijou tidak ingat sama sekali, pengetahuannya memberitahukan dirinya kalau itu adalah senjata terkuat berwujud seperti manusia terbentuk dari api bersuhu ribuan derajat Celsius yang mempunyai kemampuan melacak otomatis. Kelemahannya—
"Hanya bisa digunakan dalam pelindung yang terbentuk dari sebaran rune dan tidak bisa mempertahankan wujudnya kalau rune yang terpasang dihancurkan, kan?"
"…Kuberitahu kau," Berkata seperti itu, telinga Stiyl berdenyut. "Bukan artinya kemampuanku yang sebenarnya lebih lemah darimu. Waktu itu hanya karena ada masalah pada tempatnya saja. Kalau tidak ada sistem pemadam api di tempat itu maka…"
"Eh? Kita bertarung sebelum ini?"
Kamijou hanya mempunyai pengetahuan dengan tanpa ingatan. Karena itu, walau dia tahu bagaimana mengalahkan Innocentius, dia sama sekali tidak tahu darimana pengetahuan itu berasal.
"Ku… Jadi maksudmu kejadian itu sama sekali tak perlu kau ingat?" Terlihat salah pengertian, Stiyl melanjutkan perkataannya, "Baiklah, aku tidak akan adu mulut denganmu mengenai hal itu. Setelah aku selesai menaruh rune, pembatasnya akan terbentuk. Kita bisa menuju ke Misawa Cram School… Merepotkan saja. Aku harus membuat pembatas untuk menjauhkan penyihir, tapi aku tidak bisa membuat yang terlalu kuat atau gadis itu akan menyadarinya."
Walau terus menggerutu, Stiyl terlihat sangat senang.
Melihatnya, Kamijou menyadari sesuatu.
"Kau menyukai Index?"
"Buh!? wajah Stiyl memerah seakan jantungnya berhenti berdetak. "A-A-apa yang kau bicarakan tiba-tiba begini!? D-Dia itu objek yang harus dilindungi dan m-mana mungkin jadi objek ketertarikan romansa—!"
Kamijou hanya bisa menahan tawanya dan menghentikan pembicaraan.
Itu karena Kamijou merasa kalau dia meneruskannya sama saja seperti menggali kuburannya sendiri. Poin utamanya bukan apakah Kamijou Touma yang sekarang menyukai Index atau tidak, tapi apakah perasaan Kamijou yang sekarang tidak berbeda dengan Kamijou Touma yang sebelum kehilangan ingatan.
Kamijou tidak tahu bagaimana Kamijou Touma sebelum kehilangan ingatannya melihat Index seperti apa ataupun bagaiman berinteraksi dengannya.
Jika Kamijou berkata sesuatu yang berbeda dengan dirinya yang sebelum hilang ingatan, Stiyl akan menyadari kalau dia telah kehilangan ingatannya.
(Seperti ada dua diriku saja…)
Kamijou menghela napasnya dalam-dalam. Tidak tepat bila dibilang ada dua dirinya. Ini lebih seperti candaan konyol dimana peniru yang bertukar tempat mati-matian berlaku seperti yang asli.
"Sebelum kita menuju Misawa Cram School, akan kuberitahu mengenai musuh kita."
Stiyl berkata demikian, mungkin untuk mengantisipasi Kamijou bertanya.
Selagi mereka keluar dari wilayah asrama dan berjalan di malamnya jalan, Kamijou mendengarkan perkataan Stiyl.
"Nama musuh adalah Aureolus Izzard."
Stiyl memperkenalkan nama musuh terlebih dahulu.
Membicarakan tentang Aureolus, adakah orang yang kau pikirkan… hm? Apa kau terkejut setelah mendengar nama yang sangat terkenal itu? Tapi dia hanyalah keturunannya dan tidak mempunyai kekuatan seperti yang diceritakan dalam legenda."
"? Siapa Aureolus?"
"…Begitu, ya. Kau benar-benar tidak tahu apapun mengenai kubu Sihir. Tapi kau setidaknya pernah mendengar tentang Paracelsus, kan?"
"???"
"Ku… Dia itu ahli alkimia paling terkenal di dunia!" kata Stiyl dengan tidak sabar.
Selama berjalan menyusuri malamnya jalan, Kamijou bertanya, "Jadi, orang ini kuat sekali?"
Matahari terbenam bulan Agustus berwana merah menyala. Banyak jendela, kincir angin, semuanya bermandikan warna merah oranye. Kamijou pikir hal tersebut seperti melihat foto yang blur. Mungkin itu karena pembicaraan mereka tidak realistis.
"Hal itu bukanlah masalah besar… Tapi, yang mengkhawatirkan adalah mungkin saja dia mempunyai 'sesuatu' untuk menundukkan Deep Blood. Aku tak ingin memikirkan ini tapi… skenario terburuknya dia bisa saja menggunakan Deep Blood untuk menundukkan mahluk-mahluk tertentu."
Lebih dari Aureolus Izzard, sepertinya Stiyl lebih memikirkan mahluk-mahluk itu.
Tapi Kamijou tidak benar-benar mengerti. Walau situasinya unik, dia seharusnya tidak boleh menanggapi kemampuan musuh sebagai prioritas kedua.
"Oi tak apa nih? Aku tak tahu vampir itu seperti apa dan Deep Blood tapi bukankah kita seharusnya memprioritaskan pemimpin musuh? Ketika bertarung di tengah api, musuh bisa memberimu serangan telak kalau kau hanya fokus pada lautan api."
"Hm? Ahh, kalau begitu tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Nama Aureolus mungkin saja terkenal tapi kekuatannya sudah melemah. Sedari awal tidak ada peran 'ahli alkimia' di dunia sihir. Stiyl berbicara tanpa dipikir lagi. "Dewa, Alkimia, Pemanggilan. Ini seperti Bahasa, Matematika, dan Sejarah dalam pengertian duniamu. Guru bahasa tidak akan mengajarkan Matematika, kan? Agar sesorang dapat dianggap penyihir, mereka harus bisa menguasai semua hal secukupnya dan lalu menemukan hal khusus yang cocok dengan diri mereka."
Stiyl juga menyinggung alasan Aureolus Izzard menjadi ahli alkimia karena dia tidak berbakat untuk kategori lainnya.
"Dan juga, Alkimia merupakan bidang yang masih belum sepenuhnya diketahui."
"…"
Meskipun Stiyl mengatakan seperti itu, Kamijou tetap tidak menangkap apa-apa dari pembicaraan tersebut. Itu karena bagi Kamijou, Alkimia hanyalah kebohongan yang disebarluaskan pada abad ke-16 dan hanya mampu menipu kerajaan atapun hanya bisa membeberkan pengetahuan seperti kalendar sejarah.
"Alkimia—khususnya Alkimia cabang Zurich bisa dibilang bagian dari sekolah Hermes. Biasanya, tujuan utamanya adalah untuk merubah timah menjadi emas dan menciptakan ramuan keabadian, dst—"
Stiyl terdengar tidak tertarik, mungkin karena hal tersebut di luar keahliannya.
"Semua hal itu tidak lebih dari percobaan saja. Mereka itu yang kau sebut ilmuwan; selalu mencari… 'teori' atau… 'hukum'. Ilmuwan tidak peduli apa yang mereka dapat dari hasil percobaan karena bukan itu tujuam mereka. Sama seperti itu. Ahli alkimia bertujuan bukan untuk 'menciptakan' tapi untuk 'mengetahui'."
"…Sama seperti Einstein yang hanya meneliti Teori Relativitas, dan bom atom hanyalah hasil dari penelitian itu?
Kalau seseorang melihat dari sudut pandang tersebut, ilmuwan sangatlah sombong, tidak pernah berpikir dampak dari ciptaan mereka.
"Begitulah. Tapi selain meneliti formula dan prinsip-prinsip, ahli alkimia mempunyai tujuan akhir." Stiyl lalu berkata. "—Untuk bisa mensimulasikan seluruh dunia dengan pikiran."
"…"
"Kalau seseorang bisa memahami seluruh hukum yang ada di dunia, orang itu dapat membayangkan dunia dengan pikirannya. Tentu saja bila ada satu hukum saja yang salah maka dunia hasil simulasi dalam pikirannya akan berakhir cacat."
"??? Apa maksudnya? Apa kau berbicara mengenai kemampuan membuat Dummy?"
Ada sebuah pulau primitif di Samudra Pasifik bagian selatan seperti Fiji dan Melanesia, seseorang harus bisa meramal cuaca keesokan harinya dengan tepat hanya dalam sekali lihat ke langit untuk bisa menjadi seorang pemimpin.
Walau kemampuan meramalkan cuaca terlihat seperti esper, sebenarnya itu hanyalah hasil dari perhitungan kecepatan angin, bentuk awan, suhu, dan kelembapan dalam kepala. Pemimpin pulau tidak pernah sadar kalau kepala mereka melakukan perhitungan seperti itu. Malah mereka percaya kalau mereka mendengarkan suara dari angin untuk meramalkan cuaca.
Apa yang Stiyl maksudkan mirip dengan pokok dari contoh cerita barusan.
Memang benar dalam kepala pemimpin itu, mereka mungkin benar-benar mensimulasikan cuaca hari esok. Namun, dunia dalam benak mereka akan berakhis jauh dari dunia asli kalau ada kesalahan sekecil apapun dalam formula mereka yang seharusnya sempurna.
"…Tunggu dulu, memangnya kemampuan seperti itu bisa apa? Apa mereka mencoba menciptakan semacam kalkulator yang bisa memperkirakan apapun di masa depan seperti laporan cuaca?"
"Bukan."
Stiyl berkata acuh tak acuh.
"Bagaimana jika mereka bisa mengeluarkan apa yang mereka pikirkan ke dunia asli?"
Hal itu merupakan pernyataan yang mengejutkan.
"Contohnya, mantra yang membutuhkan ektoplasma, atau mantra yang menggunakan Telesma untuk memanggil malaikat; tidak jarang ada yang bisa mengeluarkan pikiran mereka ke dunia nyata dalam dunia sihir."
Stiyl melipat tangannya di depan dadanya dan berkata, "Karena itulah, penting untuk mempunyai kemampuan menggunakan kepala dalam membayangkan dunia asli dengan tepat. Pada dasarnya, dengan kemampuan ini seseorang dapat mengendalikan dunia. Baik Dewa ataupun Iblis akan tunduk kepada orang itu."
"…Hei."
"Tentu saja hal ini sangat sulit dilakukan. Aliran arus sungai; arah gerak awan; pergerakan manusia, pergerakan darah—ada banyak sekali jumlah hukum di dunia. Diantara semuanya, walaupun ada satu saja yang salah maka akan tidak mungkin menghasilkan dunia dalam kepalamu. Dunia yanng tidak sempurna sama saja dengan sepasang sayap yang tidak sempurna karena sama-sama akan menghancurkan dirinya sendiri lalu menghilang."
(Hal ini mirip seperti program komputer.)
Tidak peduli sesempurna apappun program itu, kalau ada sebaris kode yang lupa ditulis saja, maka pasti muncul kesalahan dan program tersebut tidak akan berjalan.
"Andai saja dia entah bagaimana caranya bisa melakukannya, bukannya tidak akan ada yang bisa melawannya? Kalau dia saja bisa merubah seluruh dunia, kita tidak mungkin bisa menang."
Mungkin jauh dalam dirinya, Kamijou menolak untuk mempercayai hal tersebut.
Tapi dia benar, manusia tidak mungkin bisa mengalahkan seluruh dunia. Hal itu bukan berarti para dewa atau iblis kuat atau tidak; bukan hal itu yang menjadi permasalahannya.
Permasalahannya adalah seluruh dunia juga termasuk orang-orang yang hidup di dunia, termasuk Kamijou.
Contoh mudahnya. Ada cermin misterius yang bisa memantulkan semua hal menjadi kenyataan. Pada situasi tersebut sekuat apapun Kamijou sekali musuh mengeluarkan duplikat yang sama dengan Kamijou, hasil akhirnya adalah duplikat itu akan tumbang bersama dengan yang aslinya.
Namun Stiyl tidak terlihat cemas.
"Sudah kubilang tenang saja. Alkimia masih merupakan bidang yang masih belum sepenuhnya diketahui."
"Hah?"
"Begini saja. Kalau aku minta kau untuk menjelaskan semua hal di dunia, termasuk semua butir pasir di pantai atau bintang di langit malam, berapa lama waktu yang kau butuhkan? Kupikir kau tidak akan bisa selesai mejelaskannya bahkan setelah seratus atau dua ratus tahun, kan?"
"…"
"Seperti itulah. Mantranya memang sudah selesai. Namun untuk menyelesaikan perapalannya batasan hidup manusia terlalu pendek," Stiyl lanjut berbicara seperti ingin membeberkannya, "Untuk alasan itulah sepertinya mereka mencoba berbagai upaya. Contohnya mereka mencoba memendekkan mantranya sedikit demi sedikit dengan memotong bagian-bagian yang tidak perlu; membaginya menjadi ratusan bagian mantra menjadi sepuluh lalu meneruskan mantranya ke keturunannya dengan setiap generasi merapalkannya sedikit demi sedikit."
Tapi tetap saja tidak ada yang pernah berhasil.
Sejak awal mantranya akan kekurangan bagian-bagian yang tidak berguna tersebut. Dari orang tua ke anaknya lalu ke cucu… Meneruskan perapalan seperti itu akan menghasilkan perapalan yang kacau seperti di permainan meneruskan kata saja.
"Namun…" Berkata sampai situ, Stiyl akhirnya menunjukkan niat bertarungnya dan berkata,"…Kalau mereka mahluk hidup yang tidak punya batasan usia, mereka bisa menyelesaikan perapalan yang sangat panjang itu. Mungkin karena inilah, mahluk tersebut merupakan ancaman besar bagi para penyihir."
(Mungkin itu juga tujuan dari mengapa pihak musuh memutuskan untuk mendapatkan vampir.) pikir Kamijou.
Bagi para ilmuwan, sangatlah menyakitkan saat mereka tahu jawabannya namun tidak bisa membuktikannya.
Dan bila tubuh mereka tidak bisa membuktikannya…
Bukankah bisa saja mereka mendapatkan mahluk yang bisa melampaui batasan manusia?
"Memang perihal alkimia ini cukup merupakan ancaman, tapi sekarang seharusnya Aureolus Izzard tidak mungkin bisa melakukannya. Hal yang paling bisa dia lakukan adalah menciptakan sedikit penemuan dan mengubah Misawa Cram School layaknya benteng, dan memasang banyak perangkap untuk mencegah pihak luar masuk."
"…?"
Kamijou merasa ada yang ganjil. Mengapa Stiyl sangat percaya diri?
"Hei, apa kau mengenal si Izzard itu?"
"Tentu saja kenal. Kami dulu sama-sama berasal dari organisasi gereja," Stiyl berkata dengan santainya. "Aku dari Gereka Anglikan dan dia dari Gereja Katolik Roma. Kami bahkan pernah bertemu sebelum aliran kami berbeda. Tentu saja, kami bukanlah teman."
Bagi Kamijou, sangat sulit membayangkan "Gereja" dan "penyihir" bersama.
Necessarius, organisasi tempat Stiyl dan Index bergabung bertujuan mempelajari sihir untuk membunuh penyihir. Namun, anggota mereka adalah penyihir menyimpang dari yang menyimpang. Bahkan walau Gereja Anglikan diketahui memiliki organisasi seperti itu, Gereja Katolik Roma dari kepercayaan yang berbeda tidak mungkin mempunyai organisasi yang mirip…
Setelah mendengar Kamijou bertanya, Stiyl memasang muka masam dan berkata, "Necessarius itu sebuah pengecualian dari pengecualian, Gereja lain tidak punya organisasi seperti ini."
Stiyl menghela napas dan melanjutkannya.
Tapi walaupun kami adalah pengecualian dari pengecualian, pekerjaan Cancellarius yang ditugaskan kepadanya merupakan contoh unik dari contoh-contoh unik lainnya. Pada dasarnya, dia menulis grimoir sebagai perwakilan gereja. Walaupun untuk menulis grimoir, tujuannya adalah kebalikannya. Seperti pengarahan pembelajaran kalimat mana di Kitab Suci yang bisa digunakan untuk menghadapi mantra yang digunakan penyihir jahat." Stiyl merentangkan tangannya dan menggerakkannya. "Tentu saja, tidak jarang orang-orang dari gereja menulis grimoir sebagai pengarahan pembelajaran, dan grimoir-grimoir yang ditulis Paus Honorius III atau Raja James i cukup terkenal."
"…Begitu. Jadi itulah kenapa kau bilang kemampuan Aureolus Izzard tidak terlalu hebat."
"Benar. Dia mungkin lebih berpengetahuan, tapi di tidak bisa bertarung. Seperti anggota eskul sastra yang bukan eskul olahraga. Namun, dia cukup kuat. Karena dia salah satu dai sedikit Cancellarius dari Gereja Katolik Roma dan punya kekuatan besar. Gereja Katolik Roma siap melawannya mati-matian untuk menghukumnya karena menyimpang."
"Aku bukan bermaksud begitu. Aku bilang kalau Aureolus itu seharusnya layak disejajarkan dengan nama dari orang-orang top keagamaan dan raja-raja, kan? Apa kau iri padanya?"
"…Aku bisa menganggap hal ini sebagai ejekan, kan?"
"Aku sih siap kalau kau ingin melawanku, tapi musuhmu sekarang bukan aku."
Kamijou memandang ke depan dan berkata, "Kita sampai di medan tempur."
Kamijou dan Stiyl berhenti berjalan.
Di bawah matahari terbenam, bangunan itu menanti di hadapan mereka.
Part 3
"Aku ingin bilang saja."
Kamijou memandang bangunan itu sambil bergumam.
Catatan
Previous Chapter 1 | Return to Main Page | Forward to Chapter 3 |