Oregairu (Indonesia):Jilid 7 Bab 8

From Baka-Tsuki
Revision as of 05:43, 10 October 2014 by Irant Silvstar (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Bab 8: Meskipun begitu, Hayama Hayato tidak memilih demi dirinya sendiri

Sudah pagi di hari ketiga karya wisatanya.

Hari ini adalah hari dimana semua orang bisa bergerak sesuka mereka. Karena kamu tidak dibatasi hanya dengan teman sekelas atau sekelompokmu, kamu bisa menghabiskan sepanjang hari dengan orang lain seperti dengan teman seklubmu. Pasangan bahkan juga bisa pergi bersama untuk menghabiskan waktu mereka saling bermesraan. Kelihatannya kamu juga boleh mengunjungi Osaka dan Nara yang berarti kamu tidak hanya dibatasi dengan Kyoto. Selama kami diberikan kebebasan otonom, semuanya tidak masalah. Sendirian juga tidak masalah.

Perasaan euforia ini membuatku cepat terlelap.

Di tengah tidurku, aku ingat Totsuka mencoba untuk membangunkanku, tapi memori kaburku sepertinya berisikan aku memberitahu Totsuka “Pergi saja dulu, aku akan menyusul.” Aku bahkan juga mengucapkannya dengan cara yang keren.

Alhasil, Hayama, Tobe dan Totsuka pergi menyantap sarapan bersama-sama dan aku memutuskan untuk menutupi kekurangan tidurku dalam sedikit waktu yang masih tersisa untukku.

Tapi, aku tidak bisa terus tertidur. Bukan masalah besar tidak pergi menyantap sarapanku, tapi faktanya adalah kami akan berganti tempat penginapan hari ini. Itu berarti aku harus mengepak barang-barangku dan meletakannya di lobi sehingga barangku bisa diangkut.

Aku mengucapkan salam perpisahanku pada futon kecil yang senang memanjakan kemalasanku dan setelah aku bangun, aku menyiapkan baju-bajuku. Setelah menyelesaikan urusanku di kamar mandi, aku mengganti bajuku sambil membereskan barang-barangku.

…Baiklah, setelah menyelesaikan ini, aku hanya perlu makan sarapan, kembali ke kamar, dan aku akan siap untuk pergi. Aku baru saja akan mengambil asupan harian pagiku jadi aku menguap selagi aku berjalan keluar kamarnya.

“Pagi, Hikki!”

“Yo.”

Otakku masih di tengah proses boot up[1] karena rasa kantukku, jadi aku tidak menanyakan alasan mengapa Yuigahama berada di pintunya.

“Oke, ayo kita pergi!”

Dia betul begitu energetik sepagi ini.

“Aah, aku perlu makanan… aku rasa makanannya di aula makan. Apa itu di lantai dua?”

“Tidak, tidak, aku membatalkan sarapan pagiku.”

“Membatalkan, huh… apa yang kamu bilang?”

Setelah mendengar kata-kata yang tidak familier denganku, aku akhirnya tersadar. Apa yang kamu maksud ketika kamu bilang kamu membatalkan sarapan pagi? Ini bukanlah sebuah game berkelahi hajar-mereka, jadi tidak mungkin aku akan jatuh tanpa perlawanan.

“Batal, kamu bilang? Kamu tahu, energi dalam satu hari itu datang dari sarapan. Melewatinya tidaklah begitu menyehatkan.”

“Kamu benar-benar serius tentang hal-hal teraneh…”

Yuigahama terlihat seperti dia menyerah berunding denganku. Malahan, dia menegakkan dirinya dan mulai mendorongku kembali ke dalam kamar.

“Ya, ya, cepatlah dan susunlah barang-barangmu jadi kita bisa pergi keluar.”

“Tunggu, aku masih bingung tentang apa yang sedang terjadi disini…”

Tapi, karena berkat keberuntunganku memiliki barang yang sedikit, aku sudah siap berkemas-kemas. Itu bukanlah masalah besar, tapi aku hanya melakukan hal yang disuruh dan kembali ke dalam kamarku untuk mengambil barangku.

“Oke, ayo kita pergi letakkan itu di lobi dan pergi keluar.”

“Tentu, ayo kita lakukan itu, tapi makanan…”

Aku menanyakannya tapi Yuigahama mulai bersenandung dan terlihat bersemangat untuk pergi berkeliaran di kota sementara tidak pernah mendengarkanku. Dia terus bersenandung dan pergi duluan.

Um… bagaimana dengan makananku…?


× × ×


Baru-baru ini, hotel sudah menjadi lebih nyaman, terutama di bagian atraksi turis. Mereka menawarkan jasa yang menyediakan pengangkutan barang ke lokasi penginapan lain. Sebuah jasa yang sama dimanfaatkan dalam karya wisata ini. Kami menggunakan jasa tersebut untuk mengirimkan barang-barang kami ke penginapan yang dipilih untuk hari ketiga.

Penginapannya berada di Arashiyama, distrik paling menonjol dan indah di Kyoto.

Karena sistem menabjubkan yang siap pakai ini, para murid riang ini bisa menikmati kebebasan mereka sebanyak yang mereka inginkan.

Aku harus menambahkan bahwa sekarang ini, perutku juga sepenuhnya bebas makanan; sebuah konsekuensi melewati sarapan pagi.

Setelah kami meninggalkan hotelnya, kami berjalan untuk beberapa saat. Sering dikatakan bahwa simpang-simpang jalan di Kyoto didesain mirip dengan garis-garis papan Go [2]. Memang, jalannya terbentang segaris lurus dan sudut di persimpangan jalan menuju jalan lainnya dibuat tepat. Ini mungkin alasannya mengapa Yuigahama bisa terus berjalan tanpa tersesat.

Sambil aku berjalan bersama Yuigahama, sebuah kedai kopi berwarna putih dapat terlihat diantara kedai-kedai di jalanan. Di samping kedai itu terdapat sebuah kedai bergaya Jepang tapi papan tandanya menunjukkan bahwa mereka itu merupakan satu kedai yang sama.

“Ah, pasti itu.”

“Apa…?”

“Tempat dimana kita akan menyantap sarapan pagi.”

“Eh, tidakkah kita dapat sarapan pagi di aula makan lantai dua?”

“Seperti yang kubilang, aku bertemu dengan gurunya dan membatalkannya.”

Selagi Yuigahama mengatakannya, dia memasuki bangunan yang kelihatannya merupakan sebuah kafé. Eh, kamu dibolehkan untuk membatalkan sesuatu? Maksudku, tentu, sekolah kami memang memberikan kami kebebasan untuk melakukan apa yang kami mau, tapi tidakkah ini sedikit kelewatan?

Bangunan bergaya Jepang ini memiliki sebuah halaman di dalamnya dan kami berjalan ke arah tempat duduk di teras. Di teras tersebut terdapat seorang gadis yang meminum kopinya dengan elegan, Yukinoshita.

“Oh, lamban sekali kalian?”

“Tunggu, apa? apa yang sedang terjadi disini?”

Ottakku masih mencoba untuk menalarkan situasinya dan satu-satunya hal yang dapat kupikirkan adalah bahwa Yukinoshita meminum kopi di teras begitu tak berartinya sesuai dengannya.

Morning untukmu.”

“Yah, ya, selamat pagi.”

Yukinoshita tetap kalem dan dengan acuh tak acuh mulai dengan sebuah tes kosa kata Inggris, tapi setidaknya aku tahu segitu banyak.

“Maksudku bukan itu. Aku sedang mengatakan tentang set pagi dan jasa pagi kafénya.”

“Aah, yang terkenal di Nagoya itu.”

Nagoya juga memiliki keahlian lokal lain seperti tensumu dan mountain. Orang-orang Nagoya rupanya mengakhiri kalimat mereka dengan “myaa—“ dan Yukinoshita berpikir itu sangat berhubungan dengan kucing, mungkin.

“…Yah, jika kamu tahu sebanyak itu, tidak ada masalah kalau begitu.”

“Aku rasa Kyoto juga punya banyak tempat bagus huh?”

“Uh huh. Aku dengar tempat ini juga super terkenal.”

Yuigahama memanggil pelayannya datang dan dengan cepat membuat pesanannya.

Itu benar, untuk sebuah kedai seperti ini memiliki penampilan yang sangat elok, maka tidak diragukan lagi tempatnya akan terkenal di kalangan para gadis. Oh, ini pastilah apa yang Yukinoshita maksudkan mencari rekomendasi tempat yang ditujukan pada para gadis.

“Tadi aku lihat Ebina pergi ke salah satu bangunan tua kota jadi mereka mungkin ada mampir kesini.”

“Ah, Aku rasa Tobecchi sudah pergi dengan rute itu, huh.”

Aku mengerti. Sekarang setelah aku mendengar sebanyak ini, aku akhirnya menyadari ide dibalik kerja keras ini. Kelihatannya apa yang Yukinoshita katakan kemarin tentang mengumpulkan data tentang tempat terkenal yang akan disukai para gadis ada hubungannya juga.

Lalu, dia memberikan informasi itu kepada Yuigahama yang meneruskannya kepada Tobe. Lalu pada gilirannya[3], dia lalu mengajak Ebina yang merupakan alasan mengapa mereka ada disini. Hmph, aku rasa dia mencoba cukup keras.

Selagi aku duduk disana menyusun potongan-potongannya menjadi satu, set pagi yang kupesan tadi akhirnya sudah tiba.

Setnya terdiri dari daging ham[4] dan roti, telur orak arik[5] yang dicampur dengan salad, dan kopi bersama jus jeruk. Menunya agak rada-rada standar tapi caranya dengan indah tersajikan menstimulasi nafsu makanku.

“Sekarang, kenapa tidak kita mengucapkan rasa terima kasih kita dulu?”

“Benar, terima kasih buat makanannya.”

“Terima kasih untuk makanannya.”

Kami menepuk tangan kami bersama-sama. Namun, ini masihlah penampilan yang jarang terlihat karena sarapan pagi ini sangat berala Barat.

Sambil kami makan, Yukinoshita menjelaskan apa rencana kami selanjutnya.

“Pertama, kita akan mulai dari Fushimi Inari Taisha.”

“Koridor tori itu, huh?”

“Oh, itu sering muncul di TV.”

Ketika Yuigahama menyahut, Yukinoshita mengangguk. Tidak hanya tempat itu terkenal, lengkungan vermillion yang memanjang terus menerus itu cukup megah. Yah, aku dapat mengerti mengapa tempat itu akan terkenal bagi para gadis.

“Selanjutnya adalah Vihara Tofukuji. Kita bisa mampir kesana ketika kita berjalan keluar dari Fushimi Inari.”

“Baru pertama kali kudengar tempat itu.”

Aku mendapatkan nol hasil pencarian dalam database sejarah Jepangku. Tempat itu kelihatannya juga bukan merupakan lokasi Warisan Dunia. Yukinoshita dengan lembut meletakkan cangkirnya ke atas meja dan meletakkan jarinya ke bibirnya selagi dia berpikir.

“Yah, itu tidak mengejutkan. Aku tidak merasa karya wisata sekolah sering memasukkan tempat itu ke dalam tempat tujuannya…”

Benar, dalam karya wisata, tempat-tempat yang kamu kunjungi biasanya sudah ditentukan sebelumnya. Vihara Kiyomizu merupakan pilihan jelas untuk hari pertama tapi seperti yang kalian duga, banyak pilihan-pilihan tempatnya dipilih berdasarkan seberapa banyak aspek Kyoto yang direpresetasikannya.

Entahkah itu lokasi terkenal ataupun bagian dari UNESCO, tempat-tempat itu sudah terduga. Untuk tempat-tempat lain yang berkaitan dengan karya wisata, maka relevansi pada sejarah jepang juga merupakan sebuah faktor. Melihat-lihat tempat yang terkait dengan Bakumatsu dan Shinsengumi akan menarik. Tapi, di sisi lain, Honnouji kelihatannya lebih menghasilkan kesan kekecewaan yang lebih kuat jadi penting untuk berhati-hati akan memilihnya.

“Apa yang membuat Vihara Tofukuji terkenal?”

“Kamu akan mengetahuinya ketika kita sampai disana.”

Yukinoshita tersenyum sedikit. Sugestif, ya?

“Setelah itu adalah Kitano Tenman-gu.”

…Kamu benar-benar mengingatnya dari diskusi tidak penting itu?

“Maaf.”

“Itu untuk Komachi, bukan?”

“Apa, apa? Apa hubungannya dengan Komachi?”

Yuigahama bertanya sambil mengunyah rotinya.

“Kita akan mendoakan kesuksesan Komachi dalam ujiannya.”

“Itulah siscon…”

Tolong sebut itu perhatian saudara.


× × ×



Catatan Translasi

<references>

  1. Mengaktifkan kompi
  2. Catur Jepang
  3. With his head in the game. Terjemahan sementara sampai terpikir yang lebih cocok
  4. Non-halal
  5. Googlekan jika penasaran..wkwkw