Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 5

From Baka-Tsuki
Revision as of 19:34, 17 January 2015 by Irant Silvstar (talk | contribs) (Created page with "==Bab 5: Hikigaya Hachiman Kembali ke Jalan yang Dijalaninya Sebelumnya== ===5-1=== Aku dilanda oleh ujian setiap hari selama satu minggu sampai hari Senin. Hari ini adalah ha...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 5: Hikigaya Hachiman Kembali ke Jalan yang Dijalaninya Sebelumnya

5-1

Aku dilanda oleh ujian setiap hari selama satu minggu sampai hari Senin. Hari ini adalah hari semua hasil ujian akan dikembalikan.

Di dalam kelas kami, kami mendapat lembar jawaban kami kembali dan soal-soalnya dijelaskan pada kami. Setiap kali setiap subjek berakhir, Yuigahama bersusah payah untuk melaporkannya padaku.

“Hikki! Nilai ujian sejarah Jepangku naik! Kelompok belajar itu ternyata keputusan yang bagus,” Yuigahama terus mengoceh dengan gembira, tapi aku memberinya jawaban dingin yang sama setiap kalinya.

“Baguslah untukmu.”

“Yap! Dan itu semua berkat Yukinon… oh, dan kamu juga, Hikki.”

Begitulah yang dikatakan Yuigahama, tapi aku tidak melakukan apapun.

Jika kamu belajar lebih keras hasilmu dijamin akan meningkat. Titik. Pujiannya itu pada dasarnya kosong. Maksudku, Yuigahama mendapat nilai itu atas kerja kerasnya sendiri.

Berbicara mengenai hasil ujianku, aku masih terus mempertahankan peringkat ketigaku dalam bahasa Jepang seperti biasa. Nilai matematikaku 9/100. Whoa, apa lagi persamaan differensial itu? Aku hanya akan menebak arti dari sebutan kata tersebut, tapi itu terlalu mirip dengan cara murid SMP menyelesaikan sesuatu.

Oh, dan hari ini bukan hanya kami mendapat hasil ujian kami kembali, ini adalah hari sebuah acara yang sudah menghantui kami cukup lama: tur tempat kerja. Murid-murid dipanggil saat jam istirahat dan dikirim ke tempat kerja pilihan mereka masing-masing.

Kami pergi ke stasiun Kaihin-Makuhari. Area ini cukup dipadati oleh perkantoran, dan juga ada kantor pusat yang mengejutkannya banyak beroperasi di sana. Dan seakan pada saat yang samaWe went to Kaihin-Makuhari Station. This area was quite densely packed with offices, and there were a surprising number of head offices operating there too. And as if at the same time it was aware of what had taken place the other day, it was a hive of activity. Makuhari tidak percuma disebut sebagai jantung kota yang baru. Kamu mungkin bisa mengatakan bahwa itu adalah ibukota Chiba sekarang ini.

Kelompok kami terdiri dari Totsuka, Hayama dan aku.

Atau setidaknya, begitulah yang seharusnya.

Tapi kenyataannya, orang-orang berkumpul di sekitar Hayama seperti lalat setiap kali aku melihat ke arahnya. Apa dia itu, mayat? Yah, dari awalpun aku tidak pernah membayangkan pemikiran aku bepergian dengan Hayama. Aku pikir itu akan kurang lebih menjadi sebuah kencan dengan Totsuka – hanya kami berdua – tapi ketika aku melihat-lihat mencari Totsuka, dia sedang diikuti oleh sekelompok gadis. Totsuka berkeliling terlihat begitu terkejut dan cemas sampai kamu pikir dia sedang dibully jika kamu tidak mengenalnya dengan baik.

Hayama dikelilingi oleh tiga pria yang seharusnya berada dalam kelompok yang benar-benar berbeda bersama dengan Miura dan yang lain. Aku dapat melihat figur Yuigahama di antara mereka. Ketika aku mencoba untuk menghitung di sini dan di sana, sepertinya sekitaran lima kelompok sudah muncul kemari.

Bersama dengan orang benar-benar bukan keahlianku. Pada saat hari libur yang terkadang ada ketika aku pergi ke luar, hanya jumlah orang yang berkeliling saja sudah membuatku ingin merangkak kembali ke rumah. Tentu saja, aku berakhir membuntuti di belakang kelompok lain. Betapa menabjubkannya diriku, mengambil posisi seorang raja atas inisiatifku sendiri? Jika aku adalah seorang komandan dalam era perang antar bagian, aku pasti sudah berhak menerima medali.

Tempat kelompok kami (dan dengan itu aku maksud hanya Hayama) pilih adalah sebuah pembuat alat elektronik yang namanya pernah kudengar. Tidak hanya tempat ini berfungsi sebagai sebuah bangunan kantor sederhana dan sebuah institusi riset, bangunan ini juga terhubung pada sebuah museum yang beroperasi di lingkungan ini. Ini adalah sebuah perusahaan yang dengan sempurna menggabungkan kesenangan interaktif, dengan layar teater yang memakan setiap inci museum itu dan sebagainya.

Jika Hayama memilih tempat ini bahkan tanpa menyadari betapa bagusnya tempat ini, maka itulah satu hal bagus mengenainya: dia memiliki indra keenam yang hebat. Sekali lahi, bahkan jika dia memilihnya karena mengetahui ada rombongan besar yang akan berkumpul disini, maka level perhatiannya terhadap kebutuhan orang lain jujur saja mencengangkan.

Melebihi pameran tempat lain, pekerjaan seorang pembuat mesin itu enak untuk dilihat, bahkan untuk seorang penyendiri sepertiku.

Aku menekan wajahku pada gelas kaca itu, menatap dengan perhatian penuh pada mesin yang berputar itu seperti seorang anak yang menginginkan mainan baru. Hanya dengan melihat mesinnya saja sudah cukup untuk membuatku terpompa. “Kami bukan mesin” adalah kata-kata yang diucapkah orang ketika mereka memberontak menentang dikendalikan atau dipakai untuk kerja paksa, tapi itu sepenuhnya akurat. Kami bukanlah mesin. Dan karena itu, ada kalanya ketika orang susah payah memasang roda gigi yang mereka tidak mengerti cara pakainya. Jika itu adalah sebuah mobil empat-roda mini, aku akan menanyakannya pada Perusahaan Tamiya.

Tepatnya, mesin juga memiliki elemen tidak berguna seperti itu juga. Biasanya, bagian itu adalah “untuk iseng”. Itulah caramu menjelaskan tujuan bagian berlebih rantai sepeda dan tambahan roda giginya. Beberapa orang mungkin berkata bahwa sebuah badan mesin yang dipakai pelan akan memiliki masa hidup yang lebih panjang. Itu adalah apa yang salah satu pegawainya katakan hari ini – bahwa mesin dan manusia keduanya perlu kesenangan mereka.

Yah, tidak seperti ada orang yang akan mengundangku untuk bersenang-senang…

Selagi aku membangun jarak sedang antara aku dan kelompok itu, aku melihat-lihat ke arah kumpulan mesin itu. Di depanku terlihat para laki-laki dan perempuan yang terus mengoceh dan menikmati keberadaan satu sama lain. Aku melihat ke belakangku tapi tidak ada orang. Satu-satunya yang menyapaku adalah keheningan yang menyakitkan dan memekakan.

Tapi keheningan sempurna itu segera dipecahkan oleh suara hantaman sepatu hak tinggi dengan lantai.

“Hikigaya. Jadi kamu datang jauh-jauh kemari, huh?”

Untuk sekali, Hiratsuka-sensei tidak memakai jas putihnya. Itu karena kalau dia memakai jas putihnya di sini, dia akan dikira salah satu pegawainya.

“Apa anda sedang melihat-lihat, sensei?”

“Ya, kira-kira seperti itu,” Hiratsuka-sensei merespon, walaupun pandangannya tidak pernah menjauh dari mesin-mesin yang mempesona itu, bahkan sekalipun tidak pernah berpaling untuk melihat murid-muridnya. “Heh… mesin Jepang begitu menabjubkan.” Dia berhenti sejenak. “Aku ingin tahu apa mereka akan pernah bisa membuat sebuah Gundam ketika aku masih hidup.”

Dia benar-benar memiliki otak seorang anak laki-laki. Dia sedang mengagumi tubuh baja itu dengan mata berbinar-binar. Tidak, tolong, tetap seperti itu.

Pikiran itu muncul di benakku bahwa ini adalah saat yang sempurna untuk melarikan diri. Hiratsuka-sensei pasti menyadari suara langkah kakiku ketika aku mulai berjalan, karena dia menyamakan lajunya denganku.

“Oh, itu mengingatkanku, Hikigaya. Mengenai kontes hipotetis itu…”

Kontes itu… itu mengacu pada kontes antara Yukinoshita dan aku, di mana kami akan memutuskan cara menolong siapa yang berhasil lebih baik melalui Klub Servis. Pemenangnya akan memutuskan nasib yang kalah.

Sensei merasa bimbang dengan subjek yang diangkatnya sendiri.

Catatan Translasi

<references>