Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 9
Bab 9: Tentu saja, Isshiki Iroha Mengambil Satu Langkah ke Depan
9-1
Hari Senin selepas sekolah dan kami berkumpul di ruang OSIS.
Kami sedang menggelar konferensi untuk konferensi yang akan kami gelar dengan SMA Kaihin Sogo sebelum berjumpa dengan mereka. Apaan, malah sebuah konferensi untuk konferensi yang didasarkan pada konferensi dari sebuah konferensi mungkin akan digelar saja.
Semalam, aku mengirim SMS instruksi pada Yuigahama memintanya untuk menghubungi semua orang yang terlibat. Karena itu, semua orang berkumpul dengan patuh.
Anggota OSIS duduk di salah satu sudut meja pada konferensi ini. Pada kelompok itu, mataku bertemu dengan mata Isshiki.
Mempertimbangkan apa yang terjadi kemarin lusa, aku menduga dia akan murung, tapi itu jelas bukan begitu adanya karena tidak terlihat ada perbedaan dari bagaimana dia biasanya. Tentu saja, dia sangat mungkin saja sedang memasang tampang tegar.
Isshiki melihat ke sekeliling pada semua orang yang hadir dengan gelisah.
“Um, jaaaadi, apa alasannya semua orang dikumpulkan kemari?”
“Pemastian tujuan kita dan apa yang harus dilakukan mulai sekarang ini, kurang lebih.”
Ketika aku menjawab, Isshiki menjawab dengan sangsi menyeru “haa” yang terlihat seperti dia mendapat gambarannya tapi juga tidak mendapat gambarannya pada waktu yang sama. Melihat itu, Yukinoshita mendadak memberungut.
“Isshiki-san, menggelar rapat itu sesuatu yang seharusnya kamu lakukan.”
“Y-Ya…”
Dengan Yukinoshita menatap setajam anak panah ke arahnya, Isshiki membuat respon tersentak dan meluruskan tubuhnya. Tapi memang, Yukinoshita hanya sedikit terlalu menakutkan sekarang ini, ya… Tapi kami tidak berkumpul di sini hanya supaya kami bisa menceramahi Isshiki.
“Tunggu dulu, bukan itu kenapa kita di sini sekarang ini…”
Aku mencoba untuk memajukan percakapannya, tapi kali ini, Yukinoshita melemparkanku tatapan yang tajam.
“Aku percaya kamu seharusnya jangan mengelirukan hati yang lembut dengan kebaikan.”
Aku paham apa yang Yukinoshita ingin katakan. Kasih sayang, tidak menoleransi dan menenangkan hati itu hal-hal yang seharusnya tidak dikelirukan dengan satu sama lain. Kerasnya Yukinoshita itu mungkin semacam sesuatu yang mereka sebut marah karena sayang untuk Isshiki.
“Tapi kalau kamu cuma keras saja, maka kamu hanya akan memberi kesan sebagai orang yang berhati dingin.”
“Itu mungkin benar, tapi kalau kamu melakukan setiap masalah yang ada untuk Isshiki-san, itu tidak akan baik untuknya, bukan?”
Ketika aku mengucapkan sesuatu, Yukinoshita akan langsung menjawab balik. Tidak bagus, kalau begini terus, argumen kami akan terus berjalan bersisian secara paralel.
“Itu seperti aku sedang ditegur oleh orangtuaku…”
Ketika Isshiki bergugam dengan menggerutu, Yukinoshita sudah akan mengucapkan beberapa patah kata teguran lagi sampai Yuigahama menghentikannya.
“N-Nah nah, maksudku, Iroha-chan masih belum terbiasa dengan ini, jadi…”
“…Baiklah kurasa.”
Ketika Yuigahama mendamaikan situasinya, Yukinoshita mundur.
Yah, namun, hal-hal yang Yukinoshita ucapkan itu cukup benar. Isshiki dapat berdiri di kakinya sendiri sebagai ketua itu apa yang kami harapkan dari semula. Aku bukanlah seseorang yang hebat, jangankan mengesankan, yang cukup untuk mengajari seseorang, dan kebetulan, aku tidak yakin soal debaran di dadaku iniCite error: Invalid <ref>
tag; refs with no name must have content, tapi aku harus menjadi semacam penyangga bagi Isshiki dengan caraku sendiri mulai sekarang.
Aku terbatuk sekali dan memfokuskan mataku pada Isshiki secara langsung.
“Isshiki, apa kamu paham apa masalahnya sekarang ini?”
“Haa, bukankah kita kekurangan uang, waktu, dan tenaga?”
“Itu benar. Jadi apa yang kita lakukan soal itu?”
“Ummm… Jadi kita akan melakukan sesuatu seperti alih daya, kurasa? Itu dimana kita akan mengumpulkan orang yang bisa menampilkan sesuatu untuk kami dan karena kita kekurangan uang untuk membayar mereka, kita sekarang mencoba untuk mengumpulkan uang atau sesuatu semacam itu…”
Isshiki mendapat gambaran yang tepat akan situasi sekarang ini. Walaupun dia tidak terlihat seperti dia sedang mendengarkan percakapannya, dia sudah pasti ada mendengarkannya. Terus terang saja, dibanding ketua komite yang bertanggung jawab terhadap Festival Budaya dan Festival Olahraga, itu aneh bagaimana ini terasa jauh lebih baik bahkan cuma dengan kemajuan sebanyak ini saja.
Setelah memastikan pemahaman Isshiki mengenai masalahnya, aku melanjutkan percakapannya.
“Dan melihat bagaimana Hiratsuka-sensei bereaksi terhadap perolehan anggaran itu, kelihatannya itu akan sulit. Juga, galang dana itu sepenuhnya tidak untukku.”
“Alasan yang terakhir itu sepenuhnya egoistik…”
Yukinoshita membuat helaan takjub. Tapi lihat kemari, Yukinon! Gahama-san dan Irohasu keduanya menganggukan kepala mereka, lihat! Jika kita akan membuat sebuah penggalangan dana, menurut perhitungan kasar dalam kepalaku, paling buruk kita akan perlu setidaknya 5.000 yen per orang… Itu tidak mungkin… Jumlah ini adalah sesuatu yang mungkin bisa kuperoleh jika aku menangis-nangis pada orangtuaku, tapi kalau aku harus membayarnya untuk sesuatu seperti ini, aku mungkin lebih baik memakai uang itu untuk menghancurkan acara ini secara keseluruhan saja. Lagipula, ada kemungkinan bahwa kita harus menggalang lebih banyak uang lagi mulai sekarang.
Dengan masalah uang akhirnya menjadi lebih realistis, anggota OSIS yang lain melihat pada satu sama lain. Dan orang di kelompok itu dengan wajah paling enggan adalah Isshiki. Astaganaga, gadis ini sungguhlah…
“Rencana saat ini tidaklah begitu realistis. Sekalipun kita membuatnya terjadi, hanya sebagian yang bisa dilaksanakan. Dan jika kamu mempertimbangkan semua promosi yang kita lakukan, maka acaranya itu sendiri akan kurang semarak jika dibandingkan. Itu akan menjadi suatu acara yang sangat mengecewakan.”
“Aah, itu mungkin benar…”
Isshiki berbicara sambil menghela seakan dia sudah membayangkan pemandangan acara mengecewakan itu.
Mereka mencoba untuk membuatnya terdengar keren dengan menyebutkan “The Music Connecting Now”, tapi, itu, macam, sudah sepenuhnya mustahil jika penghibur-penghibur yang cuma dibatasi satu jam untuk tampil di atas pentas sebagai satu kumpulan pemusik… Apa persisnya yang terkonek di sini…?
“Hal pertama yang ingin kupastikan adalah mengenai hal itu. Yaitu, apakah itu hal yang bagus atau bukan. Aku ingin tahu apa yang anggota OSIS rasakan mengenai itu. Omong-omong, aku tidak peduli yang manapun itu. Dari awalpun, aku tidak lebih dari seorang penolong. Toh, aku hanya melakukan apa yang disuruh padaku.”
Ketika aku menanyakannya, Isshiki mengerang selagi dia menyilangkan lengannya dan mulai berbicara sambil merenung.
“Yah, itu sudah pasti bukanlah hal yang baaaaagus. Maksudku, kita mungkin lebih baik tidak usah melakukannya saja kalau itu akan menjadi acara yang buruk atau semacamnya. Tapi macam tidak mungkin kita bisa berhenti sekarang atau apa, kamu tahuuu. Dan itulah kenapa ada sebagian dari itu yang tidak bisa kita lakukan apa-apa.”
Menjawab ucapan cengeng dan kurangnya motivasi dalam kata-kata yang diutarakannya, Yukinoshita menekan-nekan dahinya seakan dia menderita sakit kepala.
“Isshiki-san…”
“N-Nah nah…”
Ketika Yuigahama sedang menenangkan situasinya, Isshiki dengan tersentak memperbaiki kata-katanya.
“A-Aku akan melakukannya! Aku akan melakukannya dengan benar!”
Ummmph, itu agak terasa dia sedang dipaksa untuk melakukannya, tapi terserahlah.
“Jadi sekarang kita tahu apa yang Isshiki rasakan mengenai itu… Jadi apa yang kamu rasakan sebagai OSIS?”
“Eh? Ah, mari kulihaaaaaat… Aku heran?”
Isshiki melemparkan pandangan segan pada anggota lain. Ketika dia melakukannya, wakil ketua bersama dengan anggota lain melihat ke arah satu sama lain dan dia perlahan-lahan membuka mulutnya.
“Yah, kami semua sama.”
“Ya, kalau kita akan melakukannya dengan semestinya, maka itu tidak akan ada masalah…”
Anggota yang lain menjawab dengan anggukan dan setelah memastikan itu, Isshiki menunjukkan senyuman ambigu yang berputar antara malu-malu atau merasa bermasalah padaku.
“…Ssesuatu seperti itu.”
Seperti yang diduga, jarak antara Isshiki dan yang lain masih canggung.
Mempertimbangkan kemampuan komunikasi Isshiki yang sebenarnya (kenakalan), itu terlihat seperti kemampuan tersebut bisa dengan mudahnya membuat orang terbuka padanya, tapi gelar ketua dan kurangnya kepercayaan diri yang berkaitan dengan itu mungkin saja terhubung pada keraguannya.
Tapi itu adalah masalah yang tidak bisa kulakukan apapun. Tapi jika pengalaman yang sukses di sini terhubung pada kepercayaan dirinya sebagai ketua, situasi ini mungkin saja akan berubah lagi.
“Oke. Sekarang, mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan, hal pertama yang dipertimbangkan adalah hal-hal yang menghalangi kita… Kalau begitu sekarang, ada sebuah peeertanyaan untukmu. Apakah hal itu?”
“Ha?”
Sikap mengagumkan Isshiki yang tadi sudah pergi entah ke mana dan dia sedang melihat ke arahku seakan aku itu orang tolol total. Sialan, aku bahka bersusah payah berusaha membuat semua orang bersemangat dan menanyakannya seperti sebuah kuis… Terserahlah, jawab saja itu, astaga. Atau begitulah yang kupikir sampai Yukinoshita menjawab sebelum Isshiki berkesempatan untuk melakukannya.
“Struktur konferensinya sekarang ini. Itu merupakan sistem parlementer yang konsisten.”
Ketika aku melihatnya, Yukinoshita sedang mengangkat tangannya sedikit untuk beberapa alasan. Apa itu karena aku mengubahnya menjadi kuis sehingga hasratnya untuk tidak mau kalah terpancing, mungkin? Menunggu jawabanku, Yukinoshita melihat ke arahku dengan mata yang sedikit bersemangat.
“Benar…”
Ketika aku menjawabnya, Yukinoshita membuat gerakan fist pump[1]. di bawah meja. Mmm, Walau aku ingin Isshiki yang menjawabnya… Yah, terserahlah, aku akan memberikannya 80.000 poin untuk jawaban benar itu (hanya poin Hachiman)[2].
“Yah, seperti yang Yukinoshita katakan. Di dalam konferensi itu, kita akan mendengarkan pendapat semua orang dan ditambah lagi, kita akan membahasnya dengan mendetail. Karenanya, itu tidak ada ujungnya. Tidak ada seseorang yang memiliki hak untuk mengambil keputusan akhir atas sesuatu.”
Ketika aku mengatakannya, Yuigahama memiringkan kepalanya.
“Bukankah itu apa yang dilakukan ketua yang satu lagi?”
“Pada saat ini, peran Tamanawa satu-satunya sekarang ini adalah memimpin konferensinya serta menggabungkan-gabungkan sesuatu. Meskipun dia mengumpulkan pendapat semua orang, dia tidak membuat keputusan untuk menyimpulkan sesuatu.”
Dari luar, konferensinya aktif. Tidak ada begitu banyak orang jadi meskipun kamu mengajukan pendapatmu, itu tidak akan ditolak. Itulah kenapa detail-detail yang lebih tidak disadari dari spektrumnya, detail-detail yang tidak penting dengan mudahnya diputuskan. Tapi sama sekali tidak ada pandangan jelas atas bagian dalamnya.
Untuk menggelar konferensi yang tidak memiliki seseorang yang memegang hak untuk memutuskan itu tidak ada artinya. Meskipun kami mendapatkan kesimpulan akhirnya, tidak ada orang yang bisa memutuskan hal tersebut.
Itu karena semua orang memiliki kedudukan yang setara sehingga keputusan akhir tidak dapat ditetapkan.
Untuk sementara ini, orang yang berdiri di puncak adalah Tamanawa dari pihak SMA Kaihin Sogo dan Isshiki dari pihak SMA Sobu. Mereka ada di sana, namun mereka berdua akan berkata “ummm, Bagaimana ya mengenai itu~?” dan tidak mau menetapkan apa yang sudah diputuskan.
Selagi dia mendengarkan, Isshiki membuat helaan singkat seakan sesuatu terlintas dalam pikirannya.
“…Aku rasa bagaimanapun aku itu bukanlah pilihan yang terbaik, huh?”
Isshiki menundukkan kepalanya dan aku memberitahunya.
“Tidak seperti itu salahmuu atau apa.”
“Senpai…”
Isshiki mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku dengan mata basah. Itulah kenapa aku mengangguk sebagai balasannya dan melanjutkan kata-kataku.
“Jelas orang yang salah itu adalah orang yang mendorong posisi ketua itu padamu.”
“Um, namun itu senpai…”
Isshiki menjawab dengan ekspresi tercengang. Yah, itulah dia. “Bukan aku yang salah, masyarakat yang salah” adalah pola pikir yang penting untuk dimiliki, kamu tahu?
“Omong-omong, membicarakan tentang sekarang khususnya, masalahnya adalah bahwa semua orang sedang bersikap pengertian dengan satu sama lain dan tidak ada hubungan hirarki yang jelas.”
Membicarakan yang semestinya, hal paling pertama yang harus ditentukan adalah siapa yang memiliki hak untuk menetapkan keputusan di paling akhir sebelum mempertimbangkan hal-hal seperti hubungan sama-sama senang, diskusi dengan kedudukan setara, atau suatu kelompok tanpa struktur atasan dan bawahan. Karena itu tidak diputuskan dari paling awal, keadaannya menjadi keadaannya sekarang itu tidak terelakkan.
“...Itulah kenapa kita menghilangkan keadaan sok bersahabat itu dan menggelar konferensi yang semestinya. Jenis konferensi yang menarik garis yang jelas antara yang menang dan yang kalah dimana kita membantah, melawan, dan memusuhi satu sama lain.”
Ketika aku mengatakan itu, si wakil ketua membuat tampang kesusahan.
“Melawan, huh...? Jadi kamu bilang kita sebaiknya mulai mengajukan pendapat yang bertentangan mulai dari sekarang?”
“Ya, cukup terus hancurkan ide-idenya dan tolak itu semua sepenuhnya. Aku juga sudah pasti tidak mau membuat sebuah galang dana.”
“Jadi itu alasannya...”
Yuigahama tercengang, tapi hal yang tidak kusukai adalah hal yang tidak kusukai. Lagipula, untuk harus menerima penipuan yang diputuskan oleh konferensi semacam itu adalah sesuatu, sekarang, yang tidak kusukai.
Tapi ini hanyalah cerita dari sisiku. Aku sebaiknya menyerahkan kesimpulan yang tersisa pada yang lain.
“Isshiki, itu saja untuk saranku. Sebagai OSIS, apa yang akan kamu lakukan?”
“Eh, Aku yang harus memutuskannya? Apa itu sungguh tidak masalah bagiku untuk...?”
Ketika aku tiba-tiba mengalihkan percakapannya padanya, Isshiki melihat ke sekeliling dengan gelisah. Pandangannya terarah pada anggota OSIS yang lain.
“…A-apa yang bagus, yaaahhh?”
Si wakil ketua bereaksi pada pertanyaan itu.
“Aku… rasa itu akan lebih baik untuk tidak membuat masalah. Aku rasa mempertimbangkan waktunya sekarang, menyarankan suatu usulan menentang mungkin sedikit sulit, belum dibilang kita tidak pernah merasa keberatan dengannya dari awal, dan aku tidak yakin bagaimana membayangkan rumor yang menyebar mengenai kita terlibat ke dalam perselisihan tentang itu…”
Wakil ketua ini adalah seorang pria dengan nalar wajar. Aku juga bisa menyebutnya orang yang konservatif. Yang manapun itu, aku bersyukur bahwa orang seperti ini adalah pendukung Isshiki.
“Kurasa begiiiiitu.”
Setelah Isshiki berkata begitu, dia mengerang dan berpikir untuk sejenak. Tapi Isshiki tiba-tiba mengangkat wwajahnya dan berkata pada si wakil ketua dengan senyuman.
“Tapi kita akan melakukannya.”
“Eh?”
Sang ketua OSIS, Isshiki Iroha, menghadap wakil ketua yang kebingungan itu dan menyatakan.
“Secara pribadi, aku tidak yakin aku ingin menjadikannya acara yang buruk, kamu tahuuuuu.”
Kata-kata itu membuatt Yukinoshita menekan dahinya sementara Yuigahama membuat senyuman masam. Namun, aku berakhir menjadi terkesan. Aku tidak yakin apa niatnya yang sesungguhnya, tapi baginya untuk mengucapkan alasan yang super egois pada saat-saat seperti ini membuatku menyadari bahwa dia ternyata mungkin saja orang yang hebat.
Jika kami sudah menarik suatu kesimpulan, maka mempersiapkan usulan menentang itu diperlukan. Di dalam konferensinya, apa yang membuat kami lebih lemah dari SMA Kaihin Sogo adalah jumlah kata yang kami ucapkan, yang pada dasarnya merupakan inti yang membentuk pendapat kami. Itulah kenapa kami perlu bersiap-siap, jika tidak, kami tidak akan bisa saling serang menyerang dengan mereka.
“Yah, kenapa tidak kita pikirkan tentang apa yang harus kita lakukan?”
Aku berdiri di depan papan tulis ruang OSIS dan dengan ribut menuliskan “Yang Dilakukan”. Kata-kata ini kurang motivasi jika aku sendiri harus mengatakannya. Setelah itu, seorang gadis kelas sepuluh berkacamata yang sedang mengamati membuat seruan “ah” kecil dan berdiri untuk menggantikan tempatku untuk menulis di papan tulis. Kelihatannya gadis ini adalah sekretarisnya.
Setelah aku berada di tempat dudukku lagi, Isshiki melihat ke arahku sambil mengerang.
“Meski kamu bilang begitu, aku benar-benar tidak ada apapun yang ingin kulakukaaaaan.”
“…Kurasa begitu. Aku juga tidak.”
Ketika aku menjawab, Isshiki membuat helaan tercengang.
“Yah, itu tidak baguuuuuus…”
“Itu tidak masalah. Jika kita hanya melakukan apa yang kita inginkan, itu tidak ada bedanya dengan bermain-main. Itu karena kamu melakukan hal-hal yang tidak ingin kamu lakukan dan yang menyakitkanlah sehingga mereka menyebutnya bekerja.”
Ketika aku mengatakan itu, yang duduk di seberangku adalah Yukinoshita yang menepuk dahinya dengan jarinya.
“…Mengesampingkan konsepmu mengenai kerja, apa yang kamu katakan itu sudah pasti akurat. Rencananya saat ini sama sekali tidak mempertimbangkan keinginan pengunjung yang datang.”
“Ah, Begitu ya…”
Isshiki mengangguk. Itu benar. Rencana yang Tamanawa dan kelompoknya dapatkan hanya terpusatkan atas apa yang ingin mereka lakukan dan itu tidak mempertimbangkan pengunjung yang ditargetkan. Tentu, ada banyak orang-orang tua yang menyukai musik. Tapi ada banyak orang juga yang tidak begitu tertarik dengan itu pula. Lagipula, bukankah itu akan membosankan bagi para anak TK itu? Jelas sekali, ini tergantung atas lagu dan drama apa yang dipilih, tapi mereka jelas sekali tidak memikirkan detail-detail itu sama sekali. Mereka menyatakan hal-hal seperti sisi pengunjung, tapi itu sepenuhnya kebalikannya.
Tujuan dari acara itu keliru. Karena dari awalpun, apa yang ingin kami lakukan itu sepenuhnya tak ada hubungannya.
Kelihatannya Isshiki memahami itu semua. Tapi itulah dimana percakapannya terhenti.
“…Tapi apa persisnya yang harus kita lakukaaaaan?”
Ketika dia bertanya, aku berpikir sedikit.
“Ada banyak cara untuk menjalankan pekerjaannya, tapi… Yah, itulah dia. Maksud utama dari bekerja adalah dalam betapa banyaknya kamu tidak bekerja.”
“Itu terdengar sepenuhnya berkontradiksi…”
Di samping terdapat Yuigahama yang melihat ke arahku dengan mata apatis. Sungguh tidak sopan…
“Itu bukan sebuah kontradiksi. Jika aku harus bekerja meskipun aku tidak ingin melakukannya, itulah saat ketika aku sesungguhnya berpikir apa yang mesti dilakukan. Jika aku cuma melewatkannya atau beristirahat, itu hanya akan membuat keadaannya lebih menjengkelkan. Dengan demikian, itu menjadi suatu masalah tentang bagaimana aku akan menetapkan cara menyelesaikan sesuatu dengan efisien.”
“Meskipun poin-poin awalmu itu sepenuhnya tidak masuk akal, kesimpulannya entah kenapa tepat…”
Yukinoshita sedang menekan dahinya terlihat seakan dia menderita sakit kepala.
Tentu saja kesimpulanku tepat. Sumbernya itu dari sejarah umat manusia.
Peningkatan teknologi selalu terlahir dari perasaan bahwa sesuatu menjengkelkan dan hasrat tidak ingin bekerja. Dengan kata lain, aku, yang tidak ingin bekerja karena itu terlalu menjengkelkan, bisa dikatakan adalah bagian dari umat manusia yang maju. Terlebih akhir-akhir ini, aku berpikir bahwa aku itu orang yang sungguh menyusahkan, terutama, hari ini.
Yah, itu Well, it didn’t matter about me right now. Right there, there was something I had to tell Isshiki.
“Ketika kamu sedang memikirkan mengenai hal-hal semacam ini, menentukan masalahnya di awal-awal itu menjengkelkan. Daripada itu, kamu hanya perlu menentang masalah yang sudah ada.”
Aku mengeluarkan rangkuman yang dibuat Tamanawa dari tasku selagi aku mengatakannya.
“Dan membicarakan mengenainya sekarang, kita ada rencana ini dimana kita bisa menemukan banyak kesalahan dengannya. Jangan kuatir. Itu sulit untuk memikirkan banyak hal buruk untuk dikatakan mengenai dirimu sendiri, tapi itu mudah ketika membicarakan tentang mengkritik orang lain. Dan ini kebetulan merupakan keahlianmu Isshiki. Lakukan yang terbaik.”
“Senpai, persisnya siapa kamu anggap aku iniiiii…?”
“Ya, ya. Coba sedikit saja dengan semuanya.”
Aku kemudian meneruskan tugas tersebut pada Isshiki yang sedang menggugamkan keluhan-keluhan dan anggota OSIS yang lain. Setelah itu, aku bertukar pandangan singkat dengan Yukinoshita dan Yuigahama dan kami memutuskan untuk mengamati Isshiki dan yang lain tanpa bersuara.
Jika anggota OSIS melihat bahwa kita diam dan tidak mengangkat satupun masalahnya, maka mereka akan dengan sungguh-sungguh mulai memecahkan masalahnya itu sendiri. Tidak seperti itu suatu masalah dengan kurangnya motivasi atau apa.
Setelah menemukan topik yang akan memicu sebuah percakapan, keheningan dalam ruang OSIS dengan perlahan terisi dengan diskusi dan aliran yang mantap mengenai poin-poin masalah tentang rencana itu diangkat. Terkadang, Isshiki dan yang lain bahkan akan menampilkan senyuman pada satu sama lain di tengah-tengah.
Umu, seperti yang diduga, manusia menjadi lebih dekat ketika berbicara soal mencerca orang lain.
Ketika aku berpikir sudah hampir waktunya mereka menetapkan cukup masalah, aku berbicara.
“Apa yang tersisa hanyalah membangun suatu rencana dengan mengerjakannya dari sini ke belakang.”
Aku dapat mendengar suatu bisikan kecil mengatakan “jadi begitu ya”. Ketika aku melihat, Yukinoshita sedang melipat lengannya.
“…Kalau kamu membuatnya ke arah itu, maka kalau begitu itu terlihat seperti kita bisa membentuk suatu rencana. Namun pada akhirnya, anggaran, waktu, dan tenaganya masih masalah-masalahnya.”
“Kalau begitu itu cuma berarti kita akan harus memikirkan hal-hal yang tidak akan memakan uang dan waktu.”
“Tapi kalau kita tidak memakai uang, bukankah itu toh hanya akan menjadi buruk, hmmm? Aku merasa itu juga tidak mungkin atau semacamnya.”
Isshiki berbicara dengan tidak puas dan Yuigahama menghantam tangannya.
“Oh aku tahu, yang itu! Bagaimana kalau sesuatu yang ada semacam kesan buatan rumah dengan cara yang berorientasi keluarga!? Atau semacamnya.”
“Aku rasa itu adalah sesuatu yang terserah pada tafsiran mereka yang menerimanya dan bukan pada mereka yang membuatnya…”
Yukinoshita mendengarkannya dan mengatakan kata-kata yang sangat logis itu.
Tapi Yuigahama juga ada benarnya.
Kesimpulannya, apa yang diperlukan adalah pengubahan ide-ide.
Itu bukan sesuatu yang akan baik-baik saja jika kamu melemparkan uang ke dalamnya. Film-film yang menjual dirinya atas harga produksinya biasanya akan gagal total. Terutama live action anime. Tidak ada orang yang meminta itu, sialan.
Persisnya bagaimana kami bisa menggantikan gambaran negatif dari ketidak-lengkapan, kurangnya keseragaman, dan keteledoran dengan gambaran positif seperti kesan buatan rumah dan kesederhanaan? Memikirkan hal-hal tersebut itu perlu.
Aah, mungkin sesuatu seperti itu. Mungkin sesuatu seperti video yang sedikit dewasa yang dibuat oleh seorang amatiran atau semacamnya… Karena itu bukan dibuat oleh seorang profesional sehingga kamu bisa menikmatinya. Sesuatu seperti ke-kasarannya atau kealamiannya atau terasa nyata atau bahkan perasaan di mana itu berada di dalam genggamanmu. Tidak, faktanya, mungkin bahkan elemen-elemen literatur yang paradoks yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, seperti sesuatu yang luar biasa, kerahasiaan, dan akting yang benar-benar bukan akting sama sekali atau semacamnya… Phew. Ya, aku mendapat gambaran kasarnya.
“Pasti itu dia. Murid SD dan juga TKnya. Kita akan membuat anak-anak itu melakukan beberapa hal untuk kita. Murahnya pekerjaan mereka bersama-sama dengan kesan amatir tersebut dapat dijadikan sebagai senjata.”
“…Begitu ya. Kamu terpikir sesuatu yang bagus.”
Yukinoshita sedang melihat ke arahku dengan mata yang luar biasa berkilaunya. Hanya saja sumber ideku itu sedikit dipertanyakan, jadi itu sulit untuk membalas melihat matanya. Suara sahutanku juga terasa seperti akan terdengar berlaras tinggi.
“Eh, ah, ya, benar. Maksudku, kamu melihatnya di iklan-iklan, bukan? Seperti, ketika mereka ada masalah, mereka akan menampilkan hewan-hewan dan semacamnya, kamu tahu”
Tapi karena Yukinoshita sedang berkonsentrasi menyusun-nyusun pikirannya, dia tidak lagi melihat ke arahku.
“Tentu, jika kita menampilkan drama yang dilakukan oleh anak-anak, tidak ada orang yang akan mengeluh. Itu juga terlihat seperti itu akan cocok dengan orang-orang tua. Berarti itu semua tergantung dengan apa yang kita buat.”
Yukinoshita melihat ke arah Isshiiki dan anggota OSIS lain selagi dia berbicara.
“Aah, ya. Mungkin sesuatu seperti laaaaaagu…?”
“Atau drama…”
Isshiki dan sekeretaris-chan berkepang itu menjawab.
“Jika lagu, kalau begitu itu akan tumpang tindih dengan musik…”
Si wakil ketua mengatakan itu dan meneruskannya.
Dengan ini, masalahnya sudah hampir terselesaikan semua. Aku berdiri dan menuliskan “Drama” di atas papan tulis.
“Kalau begitu, drama. TK cenderung menggelar Hari Orangtua, bukan? Mereka mungkin ada peralatan drama dan kostum-kostum di sana.”
Ketika aku berkata begitu, Yukinoshita mengangguk.
“Jadi sekarang masalah yang tersisa adalah waktu untuk latihan.”
“Menghafal kalimat-kalimatnya terdengar sulit…”
Meskipun Yuigahama tidak akan muncul dalam dramanya, dia membuat suara yang menyedihkan. Aku rasa Yuigahama tidak begitu pandai dalam menghafal huh… Namun, drama ini bukan ujian. Kita diizinkan untuk setidaknya mengurangi beberapa hal.
“…Bagaimana kalau kita membagi kelompoknya menjadi aktor yang di atas pentas dan aktor yang membaca kalimat-kalimatnya?”
“Maksudmu seperti pengisi suara?”
“Ya, dengan begitu kamu tidak perlu menghafal apapun.”
“Wow, menabjubkan. Seperti biasa, kamu benar-benar hebat kalau berbicara soal memikirkan cara untuk cari gampang.”
Aku sangat dan dengan kerendahan hati senang untuk pujianmu… Sekarang, mari kamu berhenti mengatakan hal-hal semacam itu dengan senyuman yang manis, oke?
Yah, kenyataannya, pengisi suara benar-benar sulit dan aku dengar mereka sebetulnya berusaha dengan benar-benar keras. Kami harus berfokus pada latihan dan gladi resik, tapi mempertimbangkan di sini itu level festival sekolah, cara berpikir seperti ini juga bisa.
Dengan ini, kami memiliki gambaran kasar mengenai arah untuk dituju. Selama kami ingat akan memakan berapa lama semua ini, kami seharusnya bisa menyelesaikannya.
“Jadi, begitu yang akan dilakukan!--So, that’s how it’s going to be-->…”
Isshiki berpaling pada anggota OSIS lain dengan kurang percaya diri. Ketika dia melakukannya, si wakil ketua dan anggota yang lain membalas sebuah anggukan. Melihat itu, Isshiki menampilkan senyuman.
Yuigahama dengan gembira berkata pada Isshiki.
“Karena kalian bersusah payah memikirkan itu, akan bagus jika kalian bisa melakukannya!”
“Kurasa begituuuuu. Yah, itu akan bagus jika kami bisa.”
“Jadi kita hanya perlu membagi waktunya sehingga kita bisa menggelar drama kita dan konser mereka pada waktu yang sama. Jadi kenapa tidak coba sarankan itu pada konferensinya hari ini?”
Ketika aku berkata begitu, Yuigahama dan Isshiki keduanya melihat ke arahku dengan kepala mereka dimiringkan. Ada apa dengan kalian berdua dan reaksi kekanak-kanakan yang bodoh itu…?
“…Apa itu, benar-benar memungkinkan?”
“Tidak, aku tidak tahu. Yah, kalau kita melakukannya bersama, maka mungkin ada beberapa hal yang bisa dilakukan.”
“Haa, Begitu ya…”
Isshiki terlihat antara merasa yakin atau tidak selagi dia mengangguk dengan ekspresi kebingungan.
Sesuatu yang disukai semua orang itu tidak ada. Maka dari itu, mungkin ada yang tidak suka rencana Tamanawa dan yang lain. Untuk orang-orang itu, kami bisa memenuhi selera mereka dan kami akan memiliki jumlah total pengunjung puas yang lebih tinggi. Jelas akan ada orang yang tidak puas dari apa yang akan kami lakukan, tapi rencana Tamanawa mungkin akan menarik minat mereka.
Dengan menentang mereka, kami bisa menggali keluar sebuah rencana seperti ini.
“Oke, mengenai sisanya, usahakan sebisa kalian untuk menyempurnakan detail-detailnya jadi kalian bisa mengajukannya sampai di konferensinya.”
Aku mengatakan itu dan berdiri dari tempat dudukku.
“Ya, er, eh!? Kamu mau pergi ke mana!? Apa kamu bilang aku yang seharusnya membuat presentasinya!?”
Isshiki segera mengangkat kepalanya ke atas dan melihat ke arahku dua kali. Ketika dia melakukannya, Yukinoshita yang berdiri persis setelahku menyapu lipatan roknya dan meletakkan tangannya pada dagunya.
“Bagaimanapun juga presentasi itu sesuatu yang seharusnya dilakukan OSIS. Kami di sini hanya untuk membantu.”
Ketika Yukinoshita mengatakannya, Yuigahama menempatkan tangannya pada mantel usangnya dan berbicara selagi dia tersenyum.
“Ah, tapi, lihat. Kalau kamu ada masalah pada konferensi itu, Hikki dan Yukinon akan membantumu!”
“Kamu tidak akan membantu, huh…? Yah, Isshiki. Usahakan sebisamu. Aku akan membeli makanan ringannya untuk hari ini.”
Aku mengatakan itu dan meninggalkan ruangan OSIS.
Masih ada sedikit waktu lagi sebelum rapat. Kami memutuskan untuk menghabiskan sedikit waktu dengan membeli barang-barang untuk konferensinya di toko swalayan dan menuju ke pintu masuk.
“Aku harap konferensinya berjalan baik.”
Kata Yuigahama selagi dia merapikan syalnya.
“Yah, seharusnya tidak ada masalah. Sekalipun itu tidak tersampaikan pada mereka, kita akan memastikan itu tersampaikan. Aku mau ini segera berakhir.”
Aku berkata begitu dengan santai, tapi Yuigahama berhenti di tempat. Ketika aku berpaling ke belakang, Yuigahama sedang melihat ke arahku dengan mata serius.
“…Apa itu berarti kamu akan melakukan sesuatu, Hikki?”
Di belakang Yuigahama terdapat Yukinoshita yang juga berdiri di tempat. Aku tidak dapat melihat perasaan apa yang terisi di dalam mata yang sedikit tersembunyinya itu.
“…Yah, aku akan memikirkan sesuatu ketika waktunya tiba. Jujur saja, kita tidak akan tahu kecuali kita mencobanya.”
Aku menjawab setulus yang kubisa di dalam lingkup dari apa yang memungkinkan untuk diriku yang sekarang ini. Meski begitu, itu tidak seperti aku memiliki banyak cara untuk melakukan sesuatu di
Catatan Translasi
<references>