Unlimited Fafnir (Indonesia):Jilid 2 Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:35, 20 July 2015 by Arez (talk | contribs) (→‎Part 2)
Jump to navigation Jump to search

Bab 1 - Tear sang gadis dragon

Part 1

---Nyeri yang tajam.

Nyeri yang tajam bergerak melalui bagian belakang dari tangan kiriku, membangunkanku dari tidurku yang pulas.

Membuka kelopak mataku, aku melihat cahaya fajar menembus melalui celah jendela, bercahaya tanpa kasihan ke mataku, memaksaku untuk menyipitkan mata.

Aku mengecek keadaan tangan kiriku, yang serasa telah digigit oleh serangga.

Dipunggung tanganku terdapat tanda lahir dengan bentuk yang istimewa. Tanda naga ini muncul entah dari mana di tubuh setiap orang yang dapat membuat [Dark Matter]—yang biasa disebut dengan [D]s. Ukurannya biasanya sesuai dengan kapasitas yang bisa dibuat. Tanda nagaku terlalu kecil.

Tanda kecil naga ini membuktikan aku sebagai [D] rendahan. Dan di sebelah tanda naga, sebuah bengkak kecil merah muncul. Aku mungkin menggaruknya tanpa sengaja saat sedang tertidur.

Luka itu terasa gatal tapi aku menggunakan tangan tanganku mencapai sebelah bantal, menahan desakan untuk menggaruknya. Menyentuh alarm jam dengan ujung jari, aku mengecek jam.

Jam 6:10 pagi.

Normalnya aku mengeset alarm jam 6.30 , ini berarti aku bangun lebih awal dari biasanya.

Tapi rasa kantuk yang tidak hilang tidak cukup untuk membuatku berbaring di ranjang.

“...itu bagus untuk bangun awal sekali kali.”

Aku bangun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi, hanya untuk mengecek wajah familiarku memantul di cermin.

Mungkin dikarenakan baru bangun tidur, mataku terlihat lebih kejam dari biasanya.

Disisi lain dari cermin, anak muda itu cemberut dan melihat kearahku. Bernama Mononobe Yuu, dia berumur enam belas tahun, berpangkat 2nd Lieutenant.

Ditangkap pada umur tiga belas karena dentitasnya sebagai [D], dia ditugaskan ke organisasi militer --- NIFL.

Selama tiga tahun, dia telah bertempur di berbagai daratan sebagai anggota dari tim spesial – Sleipnir. Akhirnya satu bulan yang lalu, dia di masukkan ke Midgard.

Tidak --- lebih tepatnya, dia di pindahkan.

Midgard adalah sebuah sekolah, tepatnya dari kepulauan tidak berpenghuni jauh di selatan Jepang, institusi pembelajaran bagi para [D]s. Mononobe Yuu sekarang bertempat tinggal disni sebagai muris dari [Midgard Academy].

Setelah membasuh wajahku dengan air dingin, aku merasa rasa tegangku terangkat.

Aku kembali ke kamarku dan bergantu ke seragam sekolah.

—THUD!

Ketika aku mengeratkan ikat pinggangku, aku mendengar suara kerasa yang datang dari atas.

"Apa...?"

Aku melihat langit langit dan bergumam. Diatas adalah kamar milik adikku Mitsuki gunakan.

Mulai khawatir, aku cepat cepat ganti dan keluar kamar, kemudian lari menuju lorong untuk mencapai lantai dua, tiba didepan kamar Mitsuki. “Hey Mitsuki! Apa sesuatu terjadi?”

"Eh? N-Nii-san? A-Aku baik baik saja, jadi—kyah!?"

Ketika mendengar jeritan dari sisi lain pintu, aku mendengar suara retakan lainnya.

"Mitsuki!?"

Seketika itu juga aku membuka pintu.

Mungkin karena seluruh asrama mliki Mitsuki, dia tumbuh sedikit ceroboh. Mitsuki sering tidak mengunci kamarnya.

Aku bergegas masuk ke kamar tapi yang aku temui adalah pemandangan yang tidak terduga.

Celana dalam berbagai warna tersebar didalam kamae ketika adikku telanjang, terkubur di setumpukan celana dalam. Sebuah laci dari satu set dari itu terbalik.

Mitsuki menekan kepalanya dengan tangannya dan terlihat ia sedang kesusahan. Setelah sadar aku telah masuk ke kamar, dia melihat keatas.

"A-Apaa—"

Kulitnya yang seputih salju, terlihat diantara geraian rambut hitam panjang nan cantik dan banyaknya celana dalam, menjadi merah karena malu.

Mitsukimengambil celana dalam terdekat untuk menutupi payudara yang kecil namun bentuknya yang indah dan menatapku. Tetapi karena sepasang celana dalam bergaris diatas kepalanya, dia terlihat tidak tampak mengintimidasi sama sekali.

Aku melipat tanganku dan mengkonfirmasi kembali keadaan di kamar.

“Uh... ini serasa seperti kamu hendak mencoba untuk mengambil celana dalam dari atas laci, tetapi kamu kehilangan keseimbangan dan membalikkannya? Dan ini bahkan terjadi dua kali?”

“A-Apa maksudnya kamu menganalisa situasi dengan tenang? Untuk kedua kalinya terjadi karena aku menaruh laci ketempatnya, Nii-san, kamu tiba tiba muncul! Tidak, seharusnya aku menyuruh kamu keluar sekarang!!”

Mitsuki, Presiden dari organisasi siswa, dengan kasar menyuruh aku untuk pergi, tapi aku tidak menuruti perintahnya. Malah, aku mendekatinya ketika dia terkubur di setumpukan celana dalam.

“Maaf, Mitsuki, sebelum aku pergi, biarkan aku melihat dulu.”

"Eh...? N-Nii-san? Apa yang kamu lihat—"

Mitsuki melihat ke atasku di keadaannya yang telanjang. Aku berlutut di depannya dan mengangkat rambut hitam panjangnya dengan tanganku.

"Ah... Nii-san, Tidak... Sesuatu semacam itu—"

Dengan wajahnya yang merah menyala, Mitsuki menggelengkan kepala serasa ingin berontak, tapi dia tidak melawan dalam cara apapun.

Aku membawa kepalanya lebih dekat seperti aku ingin memeluk kepalanya. Menggunakan jariku untuk menyisir rambut hitam panjangnya menjauh, aku mencari dibawah rambutnya.

“Nn... kita tidak boleh... janji itu --- tahan, Nii-san...”

Mitsuki menggeliat dan menghembuskan napas berat.

Setelah jariku mencapai tonjolan kecil yang aku cari, Mitsuki tersentak.

“---Apakah ini sakit? Meskipun tidak ada darah... ini sedikit bengkak. Tunggu sebentar, akan kuambilkan beberapa es.”

Berkata seperti itu, aku berdiri dari depan Mitsuki.

“...Eh? apa maksudnya ini, Nii-san?”

Mitsuki melihat kearahku dengan terkejut.

“Apa yang kamu maksud,apa maksudnya ini? Aku tadi memeriksa lukamu. Kamu membenturkan kepalamu kan ?”

“Benar... Ah, ahhh, aku mengerti apa yang terjadi sekarang, dan aku bahkan berpikir---“

Mitsuki menundukkan kepala dan tersipu malu.

“Berpikir apa?”

Mendengar aku menanyakan itu, Mitsuki tersipu bahkan telinganya berubah merah. Sia menggelngkan kepalanya.

“Ti-tidak sama sekali!”

UnlimitedFafnir v02 023.jpg

Merajuk, Mitsuki membalikkan wajahnya menjauh.

Meskipun reaksi dia yang tidak dapat dimengerti, aku masih pergi ke dapur untuk mengambil es.

Dua puluh lima tahun yang lalu, sebuah makhluk raksasa muncul di langit Jepang.

Hanya dengan bergerak, monster itu menyebabkan bencana parah. Menggunakan kekuatan supranatural untuk membuat sesuatu muncul dari udara, monster itu dapat menetralkan setiap jenis serangan yang dilakukan oleh manusia.

Seperti mengejek manusia yang melawan dalam keputusasaan, monster itu berkeliling dunia sesekali dan menghilang kedalam udara tipis tanpa peringatan.

Setelah itu, anak anak yang memiliki kekuatan yang sama dengan monster dilahirkan diantara para manusia. Mereka dikenal sebagai pembuat dan pengguna dari [Dark Matter], [D]s, atau tipe Dragon.

Terdapat nilai ekonomi yang sangat tinggi untuk menciptakan sesuatu benda secara sewenang-wenang. Bahkan, perang sempat pecah di masa lalu untuk berjuang mendapatkan [D]s.

Dan dalam periode yang sama ketika [D]s dilahirkan, tipe baru dari organisme raksasa muncul di dunia.

Monster yang mempunyai kekuatan yang melebihi imajinasi manusia disebut [Dragon] oleh dunia. Sebuah organisasi Internasional, Asgard, diperuntukkan untuk berurusan dengan [Dragons].

Asgard engorganisir pasukan United Nations menjadi NIFL, pasukan militer yang dapat beroperasi diluar hukum yang ada, mencoba untuk menggunakan campur tangan militer untuk membereskan segala masalah yang disebabkan oleh [Dragon].

Karena fakta bahwa [D] ditunjuk sebagai salah satu masalah yang disebabkan [Dragon], sebuah fasilitas isolasi sibangun di pulau tak berpenghuni dekat khatulistiwa, bernama, Midgard.

Ketika pertama kali didirikan, tujuan Midgard lebih dekat kepada penahanan, tetapi seiring dengan bertambah besar [D] dan bertambah jumlahnya, mereka tumbuh menjadi kuat dan akhirnya memenangkan hak manusia mereka.

Oleh karena itu, Midgard menjadi seperti saat ini... tetapi untuk alasan yang tidak diketahui, manusia yang lahir sebagai [D] semuanya adalah perempuan, oleh karena itu, Midgard menjadi sekolah khusus wanita.

Bagaimanapun, aku terdaftar di semacam kebun rahasia.

Itu karena aku juga mempunyai kekuatan untuk menciptakan [Dark Matter].

Menjadi satu-satunya [D] laki laki di dunia, itulah aku --- Mononobe Yuu.

Atau mungkin karena aku adalah pengecualian, kembali ketika aku di tangkap tiga tahun lalu, mereka tidak mengrimku ke Midgard. Sebagai gantinya, aku dilatih menjadi prajurit di NIFL.

Tapi satu bulan yang lalu, tiba tiba aku dipindahkan ke Midgard.

Itu dilakukan oleh adikku Mitsuki yang mempunyai kewenangan besar di Midgard.

Sejak saat itu, aku menjalani kehidupan sekolah dibawah pengawasan Mitsuki.

Karena aku satu satunya laki laki di sekolah, untuk mencegah masalah timbul karena aku, Mitsuki membuatku tinggal di asramanya, terpisah dari asrama biasa.

---Karenanya, berjalan ke sekolah bersama dengan mitsuki perlahan-lahan menjadi kebiasaanku setiap pagi.

“kamu telah bertingkah aneh akhir-akhir ini, Nii-san.”

Setelah sarapan, kami berdua meninggalkan asrama bersama. Di perjalanan menuju sekolah, Mitsuki mengatakan ketidaksenangan.

Karena terdapat jalan yang jauh sebelum jalan ini terhubung dengan asrama biasa, tidak ada murid lain yang dapat terlihat disekeliling.

Jalan ini mengikuti pemecah gelombang dipantai. Di sisi lain dari pemeceh gelombang ada bentangan luas dari laut yang biru dan pasir putih.

Seuara yang terdengar hanyalah ombak, pohon kelapa yang bergoyang terkena angin, dan langkah kaki dari Mitsuki dan aku.

“Apanya yang aneh ?”

Karena aku gak tau apa maksudnya, aku tanya dia langsung.

Mitsuki terus menerus memindahkan tas sekolahnya seperti dia tidak bisa tenang, kemudian dia menatapku.

“Bagaimana aku mengatakannya..? akhir akhir ini, Nii-san, kau telah bertindak tanpa berpikir, seperti masuk ke kamarku tanpa ketok ketok dulu, mendekatiku dengan santai ketika aku telanjang... aku percaya kamu bertingkah sedikit berlebihan.”

“...? Saudara tidak seharusnya bersikap pendiam antara lain kan? Apakah kamu memintaku untuk menjaga jarak padamu, Mitsuki?”

Tidak mengerti apa yang Mitsuki katakan, aku cemberut dan bertanya.

“Aku tidak bermaksud begitu...”

Mitsuki dengan penuh kekalutan merendahkan pandangannya. Ia terlihat tidak bisa menjelaskannya secara jelas.

---Apakah ada sesuatu yang aneh dengan kebiasaanku ?

Tetapi bahkan setelah berpikir kembali tentang kebiasaanku, aku masih tidak berpikir yang aku lakukan itu salah.

Tetapi... terdapat satu alasan yang dapat menjelaskan kenapa Mitsuki mempunyai perasaan ini.

Dua minggu yang lalu, selama pertarungan dengan [Dragon] putih --- [ White Leviathan] – yang menyerang Midgard, aku mengambil resiko kecil.

Untuk memecahkan krisis. Aku menerima pengetahuan kekuatan yang mengikis kepribadian dan ingatanku.

Tapi informasi yang paling penting untukku sekarang --- semuanya yang terjadi setelah aku tiba di Midgard--- aku tidak akan lupa tentang itu. Aku juga tahu persis tentang adikku Mitsuki. Memori di NIFL juga masih tersisa dengan jelas.

Bagaimanapun, mungkin saja aku tidak menyadari. Aku mungkin telah berubah secara alami dalam kehidupan nyata. Tiga tahun yang lalu, terpisah dari ingatan yang berhubungan dengan Mitsuki, semua ingatan lain sudah hilang. Emosi ketakutanku juga menjadi bertambah. Mungkin seperti waktu itu, kepribadian yang bernama Mononobe Yuu menjadi lebih jauh dariku.

“...Nii-san, ada apa denganmu?”

Melihatku diam, Mitsuki membuat ekspresi khawatir dan menatap wajahku dari bawah.

---Tidak bagus. Aku tidak boleh membiarkan Mitsuki khawatir. Mitsuki adalah salah satu orang yang harus tidak tahu masalah ini.

Karena jika dia tahu harga yang harus kubayar, Mitsuki pasti akan menyalahkan dirinya sendiri.

Oleh karena itu, aku merubah rasa khawatirku dan mengubah topik.

“Hmm? Oh, aku mengingat apa yang terjadi pagi ini. Aku ingin mengatakan bahwa kamu telah cukup tumbuh selama tiga tahun ini, Mitsuki.”

Dengan terkejut, wajah nya menjadi merah.

“To-tolong jangan membicarakan soal itu! Ji-jika kamu mengulangi kata yang sama di sekolah Nii-san, aku harus menghukummu untuk pelecehan seksual! Kamu akan di hukum menulis sepuluh essay tentang penyesalan!”

“Ughh... aku tidak ingin lagi menulis essay lain lagi. Beri aku istirahat.”

Karena melanggar perintah yang diberikan di pertarungan sebelumnya, aku dihukum menulis hampir menulis seratus essay. Sejujurnya, itu membuatku sengsara dari pada pelatihan NIFL.

“Kalau begitu pikir baik baik sebelum berbicara.”

“...Roger, [Student body president]. Tapi apa yang terjadi pagi ini tidak seperti kesalahan yang kamu buat, Mitsuki. Bukankah kebutuhan sehari-hari seperti celana dalam harusnya ditaruh ditempat yang mudah dijangkau?”

Laci yang dijatuhkan Mitsuki adalah yang teratas--- tingginya hampir sama seperti dia berjinjit. Oleh karena itu tidak kaget kalau laci itu jatuh.

“itu adalah... laci yang biasanya tidak aku gunakan. Itu digunakan untuk menyimpan celana dalam spesial.”

“Spesial ? jadi, apakah itu sama yang dikatakan orang orang celana dalam keberuntungan?”

Mendengar aku bertanya tentang itu, Mitsuki cemberut.

“pernyataan lain yang berisi pelecehan seksual.. Sigh, aku benci untuk mengakuinya, itu mungkin dekat dengan maksudnya. Karena ini dibuat untuk keadaan tertentu, celana dalam ini digunakan untuk pertempuran.”

“pertempuran, kau bilang? Melawan apa?”

Mendengar aku bertanya dengnan penuh keingintahuan, Mitsuki menjawab dengan ekspresi agak serius.

“Meskipun murid biasa belum diberitahu, pengecekan kesehatan akan diadakan hari ini. Untuk menjaga martabat dari ketua organisasi siswa setelah melepas pakaian, aku harus memperhatikan dengan hati hati apa yang aku pakai, terutama celana dalam.”

Menemukan sesuatu tentang upaya rahasia Mitsuki, aku mendesah.

“... pasti terasa berat menjadi [student body president]. Tapi pengecekan kesehatan secara acak begini... apa kah kejadian ini sering terjadi?”

Aku belum mengerti seluruhnya tentang aturan Misdgard, jadi aku bertanya Mitsuki hal itu.

“Tidak, ini yang pertama kali.”

“Apakah ada alasannya melakukan ini?”

Aku bertanya seketika, hanya untuk melihat ia mengangguk.

“---memang ada alasan tertentu, tapi aku belum dapat mengungkapkannya.”

Melihat dia membuat wajah seperti [student body president], menolak dengan tegas untuk mengungkapkan kebenarannya, itu sulit bagiku untuk menanyakannya lebih jauh.

Oleh karena itu, aku menyerah untuk mencari alasannya dan mengalihkan pandanganku kedepan.

Di sisi lain dari hutan yang rimbun, aku menangkap pandangan dari ujung menara jam, simbol dari sekolah.

Merasa sesuatu akan terjadi, berjalan berdampingan dengan Mitsuki, aku melangkah menuju kesekolah untuk para [D].---

Part 2

Sesegera saat kita sampai di kampus, Mitsuki memberitahu bahwa dia ada urusan di kantor fakultas dan pergi menuju arah menara jam sendirian. Menara jam merupakan pusat lokasi dari Midgar. Kantor fakultas, pusat komando dan fasilitas pentinglainnya juga berkonsentrasi disana.

Dia mungkin harus berdiskusi masalah dengan para guru mengenai pemeriksaan kesehatan secara mendadak.

Dari sini, aku berjalan keatas bangunan sekolah dimana ruang kelasku berada.

Seluruh [D] di Midgard terdaftar ke salah satu dari sembilan pengajar menurut umur dan tingkat pengetahuannya. Sejak aku terdaftar di kelas Brynhildr sama seperti Mitsuki, bahkan selama pelajaran, aku senantiasa dibawah pengawasan penuh Mitsuki.

Kelas Brynhildr berlokasi dilantai yang sama seperti ruang penyimpanan dan kelas yang tidak terpakai, jadi hanya ada sedikit orang siana. Walaupun begitu, sekolah ini mulanya memang sedikit muridnya, dibandingkan dengan besar sekolah itu sendiri. Meskipun mempunyai murid yang berjumlah tidak sampai tujuh puluh, sekolah mempunyai empat gedung kelas.

Mungkin ini adalah pilihan yang dibuat selama pembangunan untuk menampung jumlah peningkatan [D]... mengingat situasi saat ini, bahkan jika hanya satu ruangkelas yang dipakai perlantai, itu masih tersisa satu gedung yang tidak terpakai.

Oleh karena itu, meskipun terdapat banyak gadis yang berpapasan saat menuju sekolah, sesegera setelah mereka masuk ke gedung, sekeliling akan menjadi sangat sunyi.

Berjalan di situasi yang sepi hampir seperti di rumah sakit. Aku menyadari seorang gadis mondar-mandir di depan kelas brynhildr. Untuk suatu alasan, dia memegang tepian roknya dengan erat, dengan gelisah, ragu-ragu dan tidak berani masuk ke kelas.

Bermandikan cahaya fajar yang keluar melalui jendela, gadis itu mempunyai rambut perak yang menyilaukan, kulit sewarna putih salju yang sempurna. Ketika dia masih berdiri, dia sangat cantik seperti hasil dari seni. Dia adalah seorang yang saya kenal.

—Iris Freyja.

Dia adalah teman sekelas yang duduk disamping kiriku di kelas.

Dia biasanya diperlakukan sebagai murid yang performanya kurang karena dia tidak mampu menggunakan kekuatannya dengan baik. Aku, di lain pihak, seperti orang yang belum berpengalaman di Midgard . Sebelumnya, kita berlatih bersama untuk persiapan tes dan juga bergabung untuk melawan invasi [Leviathan].

Selain adikku Mitsuki, dia adalah orang terdekat bagiku di sekolah, tetapi ---

Aku dengan gugup menelan ludah.

---ini tidak baik, jangan gugup, aku harus tetap tenang.

Pertama tama aku menarik napas dalam dalam kemudian menyapa Iris yang terlihat belum melihatku.

"Selamat Pagi, Iris."

"Hawah!?"

"Woah!?"

Karena Iris melompat ketakutan, itu juga membuat aku melompat ketakutan.

Pahanya yang mempesona terlihat dibawah rok yang berkibar. Menyadari situasi ini, Iris segera menekan tepian roknya dengan muka yang memerah.

“M-Mononobe... apakah kamu melihatnya ?”

Iris bertanya dengan suara gemetar.

“A-aku tidak melihatnya, tidak, lebih tepatnya aku tidak melihat apapun ditempatnya.”

Dibawah tekanan dari pandangan Iris, aku menjawab dengan jujur.

“Benarkah ? apakah kau benar benar tidak lihat apapun ?”

Tetapi Iris bersikeras bertanya tanpa henti. Terdapat air mata di ujung matanya. Kulitnya yang seputih salju juga menjadi merah.

Urgh...

Iris, dengan dia menunjukkan emosi semacam itu, entah bagaimana ia sangat cantik. Itu membuatku tidak nyaman melihat kematanya langsung, jadi aku mengalihkan pandangan menjauh. Dengan begitu Iris bergerak lebih dekat kepadaku.

“Ah, reaksi seperti itu kamu terlihat seperti pembohong! Kamu melihatnya kan!”

“TI-tidak, aku tidak bermaksud begitu! Aku beneran tidak melihatnya!”

Aku menjelaskannya sambil melangkah mundur dan menabrak tembok lorong dibelakangku. Dengan linangan air mata, Iris menatapku dari jarak yang sangat dekat, menyudutkan aku seutuhnya.

Aku dapat merasakan napas Iris dan payudaranya yang lembut sedikit menyentuhku.

Dalam sekejap, sesuatu melintas melalui kepalaku.

--- Terima kasih , Mononobe.

Disertai oleh terima kasih, apa yang menyentuhku adalah bibir cherrynya.

Dibawah langit berbintang, ciuman pertama dipantai.

Mungkin secara harfiah itu yang dia maksud, Iris hanya bermaksud untuk berterima kasih. Karena sebelum kita berciuman, dia berkata ingin menjadi temanku, mungkin itu adalah salah satu bentuk kasih sayang. Itu mungkin saja dikarenakan dia tumbuh dalam budaya yang berbeda.

Bagaimanapun, seberapa banyak aku meyakinkan diriku bahwa itu hanya untuk berterimakasih, tapi aku masih saja tidak nyaman dibuatnya.

Karena Iris memperlakukan aku dengan cara yang sama seperti sebelumnya, aku mencoba tehnik mengontrol diri yang pernah diajari di NIFL, mencoba untuk bertingkah seperti biasa.

Tapi dengan dia yang berada sangat dekat, sangat sulit untuk tidak tergelincir.

“Mononobe, kau harus jujur padaku, kalu tidak aku akan merasa tidak nyaman...”

Karena dia berbisik dan hampir menempel kepadaku, wajahku serasa menjadi panas.

“Seperti yang aku katakan, aku tidak berbohong! Aku tidak melihat apapun! Aku tidak melihat celana dalam apapun!”

Aku menjawab dengan penuh ketakutan tetapi untuk alasan lain, iris bertambah panik.

“Apa... ternyata kamu telah melihatnya!!”

“Huh ? apa yang kau bicarakan ?”

Aku balik bertanya ke Iris karena aku tidak mengerti reaksinya, tepi dengan linangan air mata, dia mengguncangkan kepalanya.

“Boo-hoo... dari semua orang, aku tidak percaya Mononobe yang melihatnya.. A-aku tidak mesum, oke ? aku benar benar tidak mesum ? “

“Mesum ?”

Merasa keluar dari arah pembicaraan, aku merasa bingung.

Tapi setelah melihat dia memegang ujung roknya diantara pahanya, entah mengapa itu seperti mencegah roknya terangkat, sebuah kemungkinan yang mengejutkan terlintas dibenakku.

“---Iris, bolehkah aku menanyakan sesuatu, apakah kamu tidak memakai itu ?”

Pundak Iris bergetar.

“Eh, ah, t-tidak!! Biasanya tidak seperti ini, oke? Hanya saja hari ini aku lupa untuk memakainya.”

“.. jadi.. kamu beneran tidak memakai apapun? .”

Melihat dia yang masih saja ceroboh, aku hanya bisa mendesah.

“Eh...? Seperti yang kau katakan, kamu beneran tidak lihat apa apa kan? “

“Ya, seperti yang aku katakan berulang kali, aku tidak melihat apapun.”

Jika aku sudah melihatnya, mungkin aku tidak mungkin bisa bersikap tenang.

“Syukurlah.. tidak tunggu, ini masih tidak bagus! Sekarang kamu tahu aku tidak memakainya, Mononobe!?”

Menutup mukanya, Iris meringkuk kebawah. Menunjukkan muka yang senang dan depresi bergantian, dia kelihatannya sedang bingung.

“Tidak, umm, ini terjadi pada setiap orang setidaknya satu kali.”

Dalam keadaan memalukan inii, aku menghibur Iris.

“ini.. aku tidak tahu sudah yang keberapa kali...”

Jadi yang aku katakan itu percuma.

“.....Bagaimana kamu menghadapinya yang terakhir kali ?”

“aku dulu memakai baju olahraga... aku dapat melewati hariku dengan cara seperti itu. Tapi tidak ada pelajaran praktek kekuatan atau PE hari ini.. jadi aku tidak membawa bloomers.. itulah mengapa aku bingung harus kembali ke asrama atau tidak.”

Sekarang aku mengerti mengapa dia mondar-mandir di depan kelas.

Jika dia kembali sekarang, dia mungkin berakhir datang terlambat, itulah mengapa dia kelihatan ragu-ragu. Akankah dia mengambil resiko terlambat ? atau dia hanya harus menghabiskan hari itu tanpa memakai celana dalam, dan dalam kekhawatiran sepanjang waktu karena mungkin hal ini akan terungkap ?

Tapi aku ingat bahwa hari ini---

“Iris, bahkan jika kamu terlambat, aku pikir itu lebih baik jika kamu kembali keasrama dulu.”

Aku menaruh tanganku ke pundak iris dan berkata dengan sungguh sungguh

“ke- kenapa? “

“aku mendengar dari Mitsuki akan ada pemeriksaan kesehatan mendadak hari ini, mungkin.”

Wajah Iris berubah pucat.

“Mononobe! Aku akan kembali untuk mengambil celana dalamku!”

Iris berteriak dengan keras, sangat keras bahkan suaranya bergema di lorong. Dan kemudian dia tiba tiba berdiri.

Selanjutnya, memegang ujung roknya dengan tangan, dia lari si sepanjang lorong dan pergi.

"..."

Tanpa berkata apapun, aku melihatnya pergi.

Iris melupakan satu hal yang sangat penting. Tempat ini tepat didepan pintu ruang kelas.

Aku membuka pintu dan masuk, hanya untuk melihat gadis berambut pirang di baris terdepan menatapku dengan dingin.

Teman sekelasku, Lisa Highwalker.

Dia adalah gadis berkepribadian galak. Berselisih dengan ku berkali kali ketika aku pertama kali disini, ketika itu, dia menolak untuk menerimaku bahkan ketika aku menyapanya dia tidak merespon. Tapi sekarang, dia akhirnya memperlakukanku sebagai “ teman sekelas dalam masa percobaan.”

“Lisa, teriakan tadi.. apakah kamu mendengar segalanya?”

Aku bertanya padanya dengan senyum masam. Lisa menunjukku sambil menatapku dengan tajam.

“aku tidak percaya kau membuat Iris-san berteriak sesuatu yang memalukan... ini adalah kesalahan dalam pengawasan... Mononobe Yuu!!.”

“Eh ? itu adalah salahku ?”

Tidak mengira jari itu akan di tunjukkan kepadaku, aku bertambah gelisah.

“Biasanya, menjaga Iris yang kikuk adalah tanggung jawabmu. Untuk mencegah dia dari ejekan, kamu harus menjaga dia lebih baik!”

“...Sejak kapan aku menjadi pengasuh Iris?”

Aku mendesah dan protes dengan suara yang rendah, tapi dia mengabaikan keluhanku dan memanggil semua teman sekelas. Kecuali Mitsuki dan Iris semuanya sudah hadir.

“itulah kenapa, semuanya, tolong anggap saja kalian tidak pernah dengar kata yang memalukan tadi. Sebagai rasa terima kasih karena menjaga rahasia ini, dia akan mentraktir kita semua makan siang."

Mendengar perkataannya, teman sekelasnya bereaksi dengan cara masing-masing.

"...Tentu saja."

Seseorang menjawab dengan tenang. Dia adalah kutu buku yang menghabiskan hari harinya membaca buku. Firill Crest.

"Mm."

Hanya mengangguk dan menjawab dengan satu kata, tubuhnya yang kecil mungil dan rambutnya yang merah, Ren Miyazawa

“Traktiran dari Mononobe-kun ? aku tak sabar untuk itu.”

Dengan senyum yang polos, gadis tomboy ini bernama Ariella Lu.

“H-hey, kenapa kamu memutuskan seenaknya---“

Aku mencoba protes tapi tiba tiba Lisa memotong pembicaraan.

“Astaga.. Apakah ada masalah ?”

"Eh? Oh..."

Berpikir lebih jauh, itu sebenarnya bukan masalah, karena termasuk aku, semua [D] di Midgard menerima sejumlah uang yang cukup banyak setiap bulan, dikirim ke akun mereka untuk kebutuhan sehari hari. Mentraktir mereka sekali tidak akan membuat hidupku kesusahan.

Selama aku menerima kondisi ini, Iris tidak akan terkena malu dan aku juga dapat makan siang dengan semuanya. Untuk seseorang sepertiku yang belum pernah berbagi makanan dengan Lisa dan lainnya, ini adalah kesempatan emas untuk dapat mengenal lebih jauh dengan teman sekelasku.

---Jadi sebenarnya, dia membuatku berada dalam masalah ini adalah untuk mengajakku makan siang bersama mereka ?.

Dan juga, Lisa dan lainnya juga tidak kekurangan uang, jika mendapatkan traktiran dari murid lainnya bisa dikatakan hampir tidak ada keuntungan darinya.

“...Baiklah, makan siang hari ini aku yang traktir,. Jadi tolong jangan membicarakan teriakan tadi didepannya.”

Memutuskan untuk menerima niat baik Lisa, aku mengangguk dan setuju dengan kondisinya.

“Bagus. Kamu kalau kamu mengerti.”

Lisa tersenyum dengan puas. Aku mendekatkan wajahku ke telinganya dan berbisik.

"—Terima kasih, Lisa."

“A-Aku tidak tau apa yang kau maksudkan. Dan juga, wajahmu terlalu dekat!”

Merona, Lisa mendorongku menjauh.

Didalam kelas, yang paling aktif membantu sesama, menghargai teman sekelas seperti mereka adalah keluarga sendiri adalah gadis itu, Lisa Highwalker. Meskipun kepribadiannya yang galak, dia mungkin lebih baik hati daripasa siapapun. Diapun berbalik dengan wajah yang tidak senang.

Aku hanya dapat berjalan menuju tempat dudukku dengna senyuman masam.

---Aku tidak sabar menunggu istirahat makan siang. Aku bertanya-tanya apakah iris akan kembali sebelum kelas dimulai?

Jam yang dipasang diatas papantulis menunjukkan sebentar lagi bel. Mitsuki dan wali kelas Shinomiya-sensei, masuk ke ruang kelas tiga menit sebelum pelajaran berlangsung.

Kemudian bel berbunyi tanda kelas dimulai. Aku mendesah. Iris tidak kembali tepat waktu. Tapi sebelum bel itu berhenti berbunyi, pintu kelas dibuka secara kasar.

“A-Aku berhasil...”

Bernapas berat, Iris duduk dengan tidak nyama di sebelahku.

Segera saat dia menyadari pandanganku, iris mengangkat jempolnya dan berkata.

“Aku berhasil melakukannya! Mononobe!”

“...Ya, kerja bagus.”

Sengaja berpura pura tidak menyadari tatapan kasihan dari Lisa dan lainnya, aku memuji Iris atas kerja kerasnya.

Part 3

Part 4

Part 5

Catatan Penerjemah


Kembali ke Prolog Halaman Utama Menuju ke Bab 2