Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume7 Bab9

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab Delapan: Raja Gallia

Kerajaan Gallia merupakan negara besar dengan penduduk terbanyak di Halkeginia. Jumlahnya sekitar 15 juta. Gallia adalah negara maju dalam hal sihir...juga ada banyak bangsawan. Lutèce, sang ibukota, merupakan Kota terbesar dibandingkan dengan yang lain di seluruh Halkeginia

Kota ini berada di tepi Sungai Shire yang mengalir hingga samudra. Si "Kota Tua" ini telah berkembang luar biasa. Namun pusat kekuasaan Lutèce kini tak ada di sana.

Ia kini berada di tepi kiri sungai, agak jauh dari kota, dalam istana Versailles yang raksasa. Tak hanya Istananya yang elegan nan rumit, Taman Versailles pun begitu, menciptakan berbagai garis yang saling membentuk di depan gedung tersebut.

Taman dan gedung ini diperluas oleh tangan arsitek-arsitek dan para tukang kebun yang diundang dari seluruh dunia. Seluruh budaya yang berkembang telah digunakan untuk mengubah pemandangan Versailles.

Ada gedung dengan dimensi yang cukup menarik di dalam Istana Versailles. Keluarga kerajaan Gallia berambut biru yang cukup asing. Maka untuk meniru warna rambut ini, dibuatlah gedung bernama Troyes Agung dari bata-bata biru.

Di dalam Troyes Agung inilah hidup seorang lelaki yang memegang penuh kekuasaan 15 juta nyawa dalam kerajaan Gallia.

Dialah Joseph - Sang Raja Gallia

Rambut dan Jenggot biru membentuk mukanya, membuatmu menghela napas saking indahnya. Dengan tubuh tinggi dan penuh otot, dia terlihat seperti patung hidup. Meski berumur 45 tahun, dia terlihat muda dalam segala sesuatunya, seakan-akan dia baru saja menginjak 30.

Ada yang aneh di wajah indah dari lelaki tampan ini.

Dikelilingi dua orang, dia terlihat agak tak biasa.

Sebuah suara wanita terdengar dari sisi lain damsk.

" Yang Mulia..Yang Mulia! Yang engkau cari-cari telah ditemukan dan datang!"

Joseph tergopoh-gopoh menuju jalan masuk ruangan tersebut. Seorang wanita cantik tengah berdiri di sana dnegan dikelilingi mawar-mawar yang mekar. Wajah Joseph mulai bersinar.

"Ny. Molliere!Ny. Molliere! Engkaulah yang terbaik!"

Wanita yang disebut Ny. Molliere itu mempersembahkan sebuah kotak kepada Joseph.

"Disamping Tentara Yang Mulia"

Dengan mata yang berbinar-binar seperti anak kecil, Joseph membuka kotak tersebut. Setelah melihat isinya, wajahnya bersinar lebih terang.

"Ini...! Ini adalah Ksatria Sihir Berat Zaman Kaap! Pusaka yang luar biasa! Ny. Molliere, kau orang yang luar biasa!"

Sambil mengeluarkan boneka ksatria seukuran kira-kira 20 cm dari kotak itu, Joseph bersuara dengan sangat gembira.

Setelah itu, dia memegang tangan Ny. Molliere's dan membawanya ke tengah-tengah ruangan.

“Saahsaah, Aku ingin kau melihat ini! Inilah 'Duniaku'!"

Seisi ruangan telah berubah menjadi satu miniatur taman raksasa. Mata Ny. Molliere terbelabak.

Ia terlihat seperti sebuah peta yang meniru Halkeginia. Sebuah tiruan besar.

"Oh! Betapa Indhanya Taman miniatur ini! Sangat luar biasa!"

"Para ahli taman dari seluruh negara telah dipanggil untuk membuatnya! Butuh sebulan penuh untuk selesai!"

"Apakah ini model mainan terbaru? Apa kau sudah bosan dengan catur?"

"tititidadadak. Aku tak bosan!"

"Oh! Bolehkah ku bertanya apa ini? Aku selalu berfikir adalah aneh bahwa ini menyenangkan."

"Mengapa?"

"Karena, tiada lawan disini. Kuda musuh dan kudamu bergerak menuruti kemauanmu, di mana letak kesenangannya?"

"Memang menyedihkan, seperti yang kau lihat, tiada lawan disini."

Ny. Molliere tertawa pahit. Meski sang raja kaya raya dan memiliki wajah indah, dia biasa dipandang sebelah mata karena tidak ahli dalam sihir. Dia dihina sebagai seorang yang tolol bin dungu. Karenanya...sang raja yang memiliki masa kecil nan kelam menjadi gila dalam kesendirian. Dia mencurahkan jiwanya pada catur.

"Catur tak berubah dari asalnya, ia mengikuti pola tertentu yang harus diperhatikan. Tapi permainan ini berbeda!"

ucap Joseph, sambil menunjuk taman miniatur.

"ciri khas geografis dibuat mengikuti kenyataan - kuda-kuda, penombak, pemanah, musketeer, ksatria, ksatria naga, artileri, kapal perang... semua dibuat meniru tentara yang asli, begitu pula dnegan perangnya! Untuk menentukan menang dan kalahnya suatu kavaleri, sebuah dadu digunakan! Hasilnya...keluarannya selalu berbeda dan memberikanmu rasa perang sesungguhnya!"

Ny. Molliere tertarik untuk bermain bersama dalam perang yang raja selalu bicarakan dengan terhanyut, meski dia tak dapat benar-benar mengerti tentang itu. Dia senang melihat wajah gembiranya.

"Kalau begitu, bolehkah saya juga menjadi tentara garda Yang Mulia?"

"Dengan senang hati. Ksatria Parterre. Kau akan menjadi Ksatria yang hebat."

Joseph menempatkan boneka ksatria yang dibawa Ny. Molliere pada Taman miniatur. Ny. Molliere membungkuk dengan bercanda.

"Oh! Ksatria Parterre Gallian terhormat? Semua akan dengki padaku!"

"Satu tos untuk pemimpin ksatria tercantik sedunia!"

Joseph mengangkat cangkir di sisinya. Seorang pelayan berlari dan mengisinya dengan anggur. Si pelayan juga mengisi cangkir Ny. Molliere dan menyerahkannya.

"Dan dalam permainan ini, Yang Mulia akan menjadi keduanya - baik Teman maupun Lawan?"

Tanya wanita tersebut sambil meminum dari cangkir dengan anggunnya.

"Tentu. Bukankah aku sudah bilang padamu? Dalam permainan Halkeginia ini aku bukan sebuah bidak. Aku yang mengatur strategi...Stragei cerdas nan tepat! Begitulah. Seorang yang jaya dihancurkan oleh dirinya sendiri...Seperti yang kubilang, aku mengatur sebuah permainan untuk panggung istana pasir ini, seperti Shakespeare(terjemahan bebas dari dramawan, lebih pas menurutku)."

"Oh, Taman miniatur ini benar-benar sama persis dengan aslinya."

Ny Molliere yang tengah mengamatinya merasa kagum. Perbukitan, gunung, sungai-sungai..Naikan dan turunan dipahatkan untuk menyamai ciri-ciri geografi sebenarnya, bahkan bangunan-bangunan kecil di kota dan desa dibuat rinci. Di sebuah jalan kecil ada sebuah boneka tentara.

"Drama apa yang akan terurai disni? Mohon jelaskan lebih rinci."

"Sekarang, ada suatu tentara biru yang menduduki kota ini."

Joseph menunjuk sebuah kota yang dikelilingi benteng.

"Itu dan Tentara merah, yang mengurung diri di kota ini, saling mengamati gerakan masing-masing."

Ucapnya sambil menunjuk kota yang berdiri di sebalag kiri. Kota ini tediri dari bangunan-bangunan dnegan model dan bentuk yang hebat. Banyak boneka tentara ditaruh disana. Ada juga beberapa boneka monster dan naga, juga model kapal.

"Inilah dimana ia menjadi menarik. Si tentara biru tengah menuju kemenangan! Tapi tentara merak menggunakan 'kartu As' yang tak terduga dan membalikkan keadaan!"

Kekanak-kanakan sekali, gumam Ny. Molliere dalam hati. Urusan dalam dan luar negeri terabaikan karena gilanya sang raja. begitulah isu-isu yang berhembus. Dan mereka tak salah.

Joseph tersenyum dan mengambil boneka dari taman miniatur.

Ia sebuah model wanita semampai nan langsing berambut hitam.

Joseph menempatkannya dekat telinga.

Lalu, seakan boneka itu berbicara padanya, Joseph mengangguk-angguk.

Setelahnya. Joseph berbicara pada boneka itu.

"Itu benar! Pasti! Rencana tengah berjalan! Ini memang rencana yang penuh warna dan menyenangkan! Oh Muse! Muse melebihi lucu! Ambillah imbalanmu! Namun, karena kini ia penuh! Aku ingin mencengkram seluruh mainan, boneka, lebih dari yang sudah kumiliki! Kupikir kini saatnya menjalankan rencana!"

Tatapan Ny.Molliere pada Joseph yang tengah berbicara kepada boneka adalah pandangan penuh iba. Dia bukanlah seorang raja, dia nukanlah pemilik wajah tampan yang memukau, itu adalah kelakuan aneh seseorang yang hatinya tak pernah dicintai.

Dibandingkan adiknya yang bisa semuanya...Tahtanya terancam...oleh badai gonjang-ganjing politik...yang pada akhirnya mengganggu pikiran Joseph.

" Yang Mulia, Yang Mulia...Ah, Yang Mulia...kasihan"

Ny. Mollere dengan sikap teatrikal menepuk mandible Joseph. Joseph dengan lembut memeluk Ny. Mollere.

"Aah, Yang mulia...hentikanlah candaanmu..."

"Ya...kau menonton sebuah pemutarbalikan dramatis untuk mengakhiri permainan ini. Ia harus diputukan - menang atau kalah."

gumam Joseph sambil mengamati kedua kota...dan memanggil pelayan

"Lemparkan."

Si pelayan mengangguk dan melemparkan dua dadu. Joseph menonton mata dadu yang jatuh lalu mengangguk.

"Oooh, Tujuh! Nomor yang rawan! Hmm...untuk ini..."

After meditating for a while, Joseph called the minister.

“Minister. The imperial rescript.”

From the shadows a small man showed up and bowed.

Joseph lightheartedly informed the minister who moved the horse in the miniature garden.

“Summon the fleet. Blow off Albion’s enemies. You have three days to prepare.”

“As you wish.” Not showing any emotions, the minister bowed and left.

Mrs. Molliere started trembling while watching the display in utter shock.

It wasn’t a miniature garden play anymore.

Just now, the instruction to a real war was given.

“What’s wrong, Mrs. Molliere? Are you cold? Page, put more wood in the fireplace. The madam shivers.” Joseph ordered page in a steady voice.

“Your Majesty… Ooh, Your Majesty…”

“What is wrong madam? The leader of the Gallia's Parterre knight corps cannot embarrass herself with such cowardice."



On the day when the Advent Festival started… thirty leagues away from the snowy city of Saxe-Gotha, figures, wrapped up in dark clothes, walked.

“I’m getting used to… mountain walks.”

Muttered a tall man. A dauntless face peeped from the opening of a deep hood.

It was Wardes. Fouquet's face popped up next to him.

They were sent here as Sheffield’s guards.

However, Fouquet had another reason to be here.

“Mathilda of Saxe-Gotha - I think I heard this place’s name from somewhere before.”

Wardes said to Fouquet, who answered back while stepping briskly.

“So nostalgic. I never thought I would be walking through this mountain path again.” She gave out a white exhalation.

“Is it still a territory of Saxe-Gotha?”

“The ‘City’ also includes this mountain range.”

“This land belonged to you as your home?”

“The city's council has been in charge. Sort of like viceregal.“

“Still, it’s considerable.”

“I am guiding another to the land from where I was driven out long ago. How ironic.”

“Your father, I know that he somehow shunned Albion’s royal family… But why was this land and the tittle taken from you and your father?"

“That’s royal family lies.”

“Lies?"

“Indeed. My father dutifully served Albion’s royal family… But once the royal family told ‘Give it’ and he didn’t."

“Haah, and what was that?”

Fouquet laughed teasingly and looked into the man's face.

“I’ll tell you only when you’ll tell me your mother’s story.”

Then Wardes turned his face away. Fouquet snuffled in dissatisfaction.

“Hey, Jean-Jacques Wardes, whom do you love more – me or your mother?”

But then Sheffield, who was walking behind, called them.

“How close is the nearest river?”

Fouquet stopped, squat down, elbowing away the snow… and touched the soil. Fouquet, who was a triangular Earth element mage, understood the soil well. Besides, because she grew up in here, she understood the earth here even better.

“Far. But it is not the only water source… one third of the city wells take the water from the mountains.”

“That should be enough.”

Fouquet elbowed her way through bush… and reached a cracked rock. Though the snow covered it, the water was visible from the crack. Luckily the center was not frozen.

Sheffield took out a ring from her pocket. Wardes and Fouquet recognized the ring at first sight.

“That… isn’t it Cromwell’s ring?"

Fouquet muttered. Sheffield shook her head.

“No, it is different from Cromwell’s ring.”

A secretary calling the emperor by name? Wardes and Fouquet exchanged the looks.

“What are you going to do with the ring?”

Sheffield smiled. Because it was the first time they saw her smile, Wardes and Fouquet were perplexed.

“Water is considered a living thing and the Ring of Andvari has the power to control it… as it’s an element that looks like the water spirit. Or should I say it’s almost identical.”

“Hmm.”

“The water spirit’s tears are expensive material used in making various potions. The power of water rules the composition of the body… with a potion, one can manipulate both – body and mind.”

“That’s a nice lecture. Now then, tell what on earth you are going to do with it?”

“The power of water to condensate… In other words, I can manipulate the town with this…”

Sheffield’s body began to glow.

Wardes remembered this light. The left hand of Louise's boy-familiar glowed in such light as well. Immediately after that… his left arm was chopped off.

On Sheffield’s forehead, half covered with hair, an ancient rune glowed.

Wardes screwed up his eyes.

“What are you doing?”

Sheffield did not answer anymore. She seemed to have been concentrating. She thrust out the hand with the ring towards the water. Gradually, the ring began to shine… and melt.

It looked as if… it was melted by the heat of Sheffield’s body.

Melted drops of the Ring of Andvari began to trickle down… and then a strong stream of water broke through the crack and flowed towards the city of Saxe-Gotha.


Back to Chapter 7 - MTL Return to Main Page Forward to Chapter 9 - MTL