HEAVY OBJECT:Volume 2 Bagian 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:35, 29 August 2015 by ZakkariaChristo (talk | contribs) (Created page with "===Part 1=== ''Aku memiliki misi yang sangat penting bagi kalian berdua!!'' “...” Heivia, seorang anak laki-laki tubuh berotot dengan rambut kecoklatan, berpikir kembal...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Aku memiliki misi yang sangat penting bagi kalian berdua!!

“...”

Heivia, seorang anak laki-laki tubuh berotot dengan rambut kecoklatan, berpikir kembali tentang apa yang diperintahkan oleh atasannya saat dia dengan hati-hati menggerakkan jarinya dengan mata yang sama dimiliki oleh ikan mati.

Dia berada di sebuah ruangan sempit.

Di dalam ruangan itu terdapat sebuah perangkat logam yang diletakkan di atas sebuah menja. Quenser, seorang anak laki-laki dengan rambut pirang yang panjangnya tidak mencapai bahunya, duduk di seberang meja itu dan memiliki tugas yang sama dengan Heivia.

Jika dibilang sebuah kursi, mereka sebenarnya duduk di sebuah kotak penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan cadangan railgun yang lebih kecil yang digunakan oleh Object. Heivia tidak tahu berapa besar peluru yang digunakan oleh railgun itu, tapi ukuran dari tiap-tiap kotak ini sama dengan panjang sofa untuk tiga orang.

Mejanya juga bukan sebuah meja, itu adalah sebuah kotak kayu. Kotaknya sendiri kosong, tapi kotak itu diletakkan di antara peluru railgun untuk membuat ruangan ini layaknya ruangan kerja.

Mereka sedang memasukkan amunisi.

Beberapa senapan kosong harus mereka isi dengan magasin, dan mereka menggunakan jari mereka untuk memasukkan peluru itu satu persatu ke dalam magasinnya. Sementara sebuah suara yang terdengar aneh terdengar dari jari-jari Heivia yang sedang memasukkan peluru ke dalam magasin, tangan Quenser bekerja dengan jari-jarinya yang sangat lentik seperti seorang perempuan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Mereka sudah memulainya 15 menit yang lalu, tapi Heivia sudah tidak kuat dengan pekerjaan ini.

Dia menendang kotak railgun yang ia duduki dengan tumitnya dan berkata, “Hei, aku tidak bisa lanjut lagi. Ini bukan perang!! Dengan Object yang masih bisa bergerak setelah ledakan nuklir, memasukkan peluru kecil ini ke dalam senapan sama sekali tidak berarti jika kita gunakan untuk melawan Object!!”

“Heivia, ulangi lagi yang kau kerjakan itu. Kau terlalu banyak menggunakan dorongan dan membengkokkan pernya menjadi huruf S. Aku tahu dari suaranya.”

“Kenapa kau malah terlihat senang!? Pekerjaan membosankan ini sudah hampir membuatku jadi gila!!”

“Eh? Bukankah pekerjaan sederhana seperti ini yang memacu jantungmu? Aku rasa berlarian di wilayah rimba dengan membawa senapan yang berat jauh lebih merepotkan dari pada pekerjaan ini.”

“Oh, Aku tidak tahu kalau desainer Object sepertimu itu sudah gila. Dan memangnya apa tujuan kita melakukan ini? Memangnya tidak bisa perusahaan senjata yang melakukan tugas ini saat mereka mengirim senjata dan mengirimnya kemari?”

“Bukannya menyimpan pelurunya terlalu lama akan membengkokkan pernya dan menambah risiko malfungsi? Itulah kenapa kita hanya boleh memasukkan peluru saat kita membutuhkannya dan melepaskannya lagi saat kita tidak membutuhkannya.”

“Benarkah? Bukannya sama saja dengan tinta printer? Aku berani bertaruh kalau kau akan terus menyimpannya tanpa ada masalah, tapi mereka memberi tahu kita tentang malfungsi ini agar kita terus membeli dari mereka selamanya.

“Heivia, per magasinnya rusak. Kau harus mengeluarkannya dan melakukannya lagi.”

“Gaahhh!!” dia berteriak dengan rasa sangat terganggu, tapi Quenser menghiraukannya saja.

Heivia bukan tipe orang yang akan mundur saat dia tidak mendapakan reaksi, jadi dia menunjuk sebua papan kartu di sebelah kotak kayu yang mereka gunakan sebagai meja.

“Bagaimana kita bisa menyelesaikan semua ini sendirian!? Dan bukannya semua pekerjaan ini dikerjakan oleh sebuah mesin!? Kalau mereka memiliki mesin untuk mengerjakan ini, kita tinggal menyiapkan magasinnnya dan menekan tombolnya. Lalu mesinnya tinggal memasukkan peluru ke dalamnya seperti mesin es krim!”

“Bukannya mereka semua sedang menghemat pengeluaran mereka? Semua hal yang berhubungan dengan perang hanya dipusatkan pada Object. Pasukan seperti kita tidak terjun langsung di medan perang. Kapan kita menggunakan senapan berpeluru untuk berperang? Bagi mereka, lebih baik menggunakan tentara yang mengganggur yang mereka miliki untuk menyelesaikan tugas yang bisa dikerjakan oleh mesin mahal mereka.”

“Kau memang selalu memiliki cara untuk menghancurkan motivasi orang lain, kau tahu?”

Merasa lelah dengan semua ini, Heivia melempar magasin senapan di kotak kayu yang mereka gunakan sebagai meja. Dia meregangkan punggungnya dengan menariknya ke belakang agar ia bisa rileks.

Dia melihat sebuah lemari kecil.

Heivia meliriknya barang-barang yang ada di situ, lalu kemudian...

“Hei Quenser, lihat apa yang baru saja kutemukan.”

“?”

“Ada video porno yang terselip di video pelatihan di sini.”

Part 2

Setelah memberikan sebuah tugas yang sangat membosankan bagi dua orang tentara di bawah komandonya dengan senyuman, Froleytia berjalan kembali ke dalam ruangan khusus yang disiapkan bagi para pejabat militer di dalam markas.

Namun, markas ini diciptakan dari konvoi kendaraan raksasa yang terdiri dari 100 kendaraan besar, jadi bahkan ruangannya itu terlihat seperti blok kontainter.

Quenser dan Heivia sama-sama berusia 17 tahun dan Froleytia berumur 18 tahun. Perbedaan umur di dalam unit terus semakin berkurang, tapi masalah itu hanyalah masalah waktu. Gadis berambut pirang seperti dirinya memang jarang, tapi tidak ada yang merasa aneh ketika ia memimpin sebuah grup besar yang terdiri dari 800 orang. Itulah bagaimana masalah ini diselesaikan.

Saat ini, Froleytia menggunakan tablet yang terhubung dengan komputernya untuk mengecek rute serangan pasukannya berikutnya untuk misi selanjutnya.

Saat dia melakukan itu, dia melirik ke arah monitor lain.

Dengan sebuah mikrofon dan kamera video yang menempel di komputernya, ia terlihat seperti sedang menggunakan perangkat video chatting. Di salah satu sisinya adalah seseorang yang berasal sangat jauh di negeri aman yang sangat aman dari medan pertempuran.

Dia bisa saja membuka dua jendela di laptopnya dari pada harus menyiapkan dua komputer yang berbeda, tapi Froleytia memiliki alasan untuk tidak melakukan hal itu.

Tamu yang ia maksudkan adalah seseorang yang akan berkata tidak sopan jika wajahnya tertutupi oleh jendela status yang lain di depan mukanya. Dia hanya memiliki pangkat tiga bintang, tapi dia bertingkah layaknya jenderal bintang lima.

“Begitu ya, Jadi apa yang sedang dilakukan oleh Heivia?”

“Oh, baik-baik saja. Lagipula dia adalah satu-satunya di sini yang berasal dari keluarga Winchell. Dia tidak akan dikirim ke dalam lubang buaya di garis depan.”

Froleytia berusaha agar perbincangan ini terus berlanjut, tapi sebenarnya adalah Heivia ia suruh untuk mengisi peluru-peluru kecil ke dalam magasin kosong untuk menghancurkan Object setinggi 50 meter.

(Yah, aku rasa aku tidak cukup beruntung hari ini...)

Tamunya sendiri tidak sadar tentang hal itu. Dia adalah seorang gadis dengan rambut pirang yang berumur 15 tahun yang mengenakan sebuah gaun yang tidak cocok untuk zaman ini. Namun, korset yang ia kenakan adalah sebuah korset yang telah dimodifikasi sehingga ia bisa menggunakannya sendiri tanpa harus menggunakan bantuan orang lain. Walau dia seorang putri bangsawan, sepertinya dia tidak terlalu suka jika harus menggunakan para pelayannya untuk banyak hal.

Dia menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya dan berkata, “Tidak apa-apa. Untukku, dia tidak akan berguna jika dia mati sebelum acara akbarnya bisa digelar.”

“Permisi, tapi aku pikir pertunangan ini sangat ditentang oleh kedua keluarga Winchell dan Vanderbilt.”

“Semakin besar halangannya, semakin besar api yang terbakar di dalam hatiku. Seharusnya kau mencoba untuk jatuh cinta sekali-kali, nyonya tentara.”

Tanpa berpikir, Frolyetia merasa begitu kesal ketika putri bangsawan itu membahas hal itu. Dia menganggukkan rambut peraknya dan mencoba mengganti pembicaraan mereka.

“Tapi itu ide yang bagus kan?”

“Ide bagus apa?”

“Membuat Heivia diperlakukan sebagai prajurit satu. Sebagai seorang dari keluarga Winchell, bukankah paling tidak ia diberikan pangkat letnan dua? Mungkin terdengar kasa, tapi kalau Heivia sampai diberikan pangkat prajurit satu terdengar agak...”

“Yah, aku rasa ada beberapa alasan kenapa dia diberi pangkat prajurit satu. Aku juga tidak tahu. Aku juga tidak peduli dan tidak memiliki pengetahuan soal pangkat kemiliteran, jadi bukan tempatku untuk mengomentarinya. Dan kalau kau membahas hal itu, kamu adalah putri dari keluarga bangsawan tapi kau pergi ke medan perang dan angkat senjata.”

Frolyetia mengeringkan kerongkongannya.

Dia mencoba menghindari topik yang tidak dia inginkan, tapi malah terbawa ke dalam masalah lain yang tidak ingin dia bahas.

“Bisakah aku berbicara dengan Heivia?” tanya gadis itu.

“Sejujurnya. Aku akan menghubungkan kalian lewat video chat tapi buat ini rahasia. Prajurit lain hanya bisa memandangi orang yang mereka cintai lewat foto dan banyak yang bilang kalau mereka akan menikahi orang yang mereka cintai saat mereka pulang.”

“Oh, aku pikir itu hanya terjadi di film,” kata gadis berambut pirang itu saat dia membenahi poninya dan memeriksa beberapa bagian gaunnya. Sepertinya dia agak gugup kalau harus berbicara dengan Heivia.

(Aku pikir dia terlihat imut kali ini.)

Saat Froleytia berpikir sesuatu yang agak kasar, putri bangsawan itu meminta permintaan terakhirnya.

“Tolong hubungkan aku dengan Heivia.”

“Oke, oke. Dia berada di ruang kerja gudang amunisi. Aku akan menghubungkanmu dengannya di sana.”

Part 3

Queser dan Heivia saling berhadapan dengan komputer di pojok ruangan itu. Mereka memasukkan sebuah disk video porno itu dan duduk dengan tenang saat pemutar video itu berjalan.

Dan kemudian warna merah muda yang sangat seksi muncul di layar.

“Oke!! Aku, Jessica si prajurit wanita yang pintar, akan membuat kalian para rekrutan baru yang sangat takut untuk bergerak menjadi seorang pria sejati!! Ini adalah perintah! Semua orang yang tidak mau lagi menjadi dibilang anak kecil, lompat ke dadaaaaaaaaaku!!”

“Ko-komandan!!”

“Aku juga, komandan!!”

“Aku... aku... komandan... komandan!!”

“Wah ha ha ha! Oke, Aku, Jessica, akan mencoba melatih kalian, semuanya ke sini!!”

Sambil mendengarkan suara tawa, teriakan, dan gerutu karena kelelahan dan menonton daing dan daging dan keringat dan daging dan keringat dan keringat dan daging dan keringat tampil di depan layar mereka, Quenser hanya terpana. Dia meliaht paket itu lagi yang berjudul “Latihan Rahasia Seorang Prajurit Wanita tentang Kenikmatan dan Payudara”.

Dua berbalik dan melihat rekan satunya yang menemukan disk itu dan berkata, “Um, Heivia? Apa kau adalah tipe orang yang sangat menikmati saat dibosi oleh seorang komandan perempuan?”

“Tidak, bodoh!! Aku cuman bilang kalau kita seharusnya menikmati apa yang kita temukan ini. Bukan aku yang menyembunyikan disk ini di sini!!”

Quenser berbalik dari gambar itu yang menjadi sangat tidak senonoh dan erotis dan berbalik untuk mengerjakan magasin kosong itu. tapi...

“....Huh? Apa? Huh? Entah kenapa aku bisa bekerja lebih cepat. Kenapa?”

“Jangan berhenti, bocah!! Siapa yang bilang kau boleh berhenti!! Berapa kali aku bilang kalau kalian semua tidak boleh berhenti sampai aku, Jessica, meminta kalian untuk berhenti!?”

“Waahhh!! Aku merasa sangat terpacu sendiri. Kenapa aku merasa seperti bersalah kalau berhenti bekerja!? Apa mereka memiliki trik diet khusus dengan seorang komandan berteriak padaku!?”

“berhenti mengeluh dan gerakan jarimu lebih cepat!! Jangan biarkan aku, Jessica, dengan cepat merasa bosan!! Kalau kalian pria sejati, jangan hancurkan ekspetasiku tentang kalian!!”

“Baik, komandan Jessica!! Kami akan melakukan apa yang anda perintahkan!!”

“Komandan! Kami akan menunjukkan kalau kami adalah prajurit yang pantas!! Komandan!”

Tangan dua anak laki-laki itu bergerak semakin cepat dan cepat sampai-sampai peluru yang mereka padatkan di dalam magasin itu terlihat seperti seseorang yang sedang menjahit sebuah baju. Saat Quenser dan Heivia sudah mencapai batas diri sendiri, mereka melemparkan semua perasaan malas mereka dan menjadi mesin yang tidak lain dan tidak bukan melakukan pekerjaan ini dengan sangat akurat dan teliti dengan napas yang sangat berat.

“Fnhh!!”

“Yesss!!”

Tiba-tiba mereka mendengar sebuah suara elektronik kecil berbunyi dan menandakan ada sebuah panggilan video dan sebuah video muncul di jendela video porno itu.

Dan...

“Apa yang kalian lakukan?” kata perempuan muda dengan rambut pirang dengan suara dingin sambil menatap mereka.

“Waaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh!?”

“Waaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh!?”

Quenser dan Heivia berteriak bersamaan dan bergerak sangat cepat ke arah mouse untuk menutup jendela video porno yang mereka tonton.

Namun, gadis berambut pirang itu menunjuk hal itu dengan mata malas dan berkata, “Heivia, sepertinya aku melihat sebuah paket yang mencurigakan di atas meja kayu itu.”

“Kyaaahhh!!”

Laki-laki perkasa; tentara berpengalaman seperti dia berteriak seperti seorang perempuan dan melempar CD case video porno itu dari atas boks kayu yang beralih fungsi menjadi meja.

Quenser mendekati dan berbisik ke Heivia untuk mengumpulkan beberapa informasi intelijen.

“(Hei, Heivia. Siapa wanita ini? Dia sepertinya tahu namamu.)”

“(Aku akan menjelaskannya nanti, tapi dia adalah satu-satunya anak perempuan dari keluarga Vanderbilt. Keluarganya memiliki kekuasaan yang sama seperti keluargaku, tapi dia bisa menggunakan kekuasaan di tangannya itu sebagai seorang bangsawan sementara aku hanyalah seorang penyendiri dan tidak bisa ditolong. Aku tidak bisa membiarkan pengawasanku turun, jadi diamlah saat aku berbicara. Ini bukanlah tipikal orang sipil yang bisa memarahi kita!!)”

“Aku tidak tempramental,” kata perempuan itu.

“Aku tahu. Tapi jika apa yang dikatakan oleh tuan Putri itu benar, aku tidak akan memiliki banyak kesulitan di masa lalu.”

“Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Omong-omong, aku tidak memiliki alasan untuk ingin berbicara denganmu. Kau tahu kalau kita sudah bertunangan, dan rasanya aneh kalau kita tidak menghabiskan waktu seharian untuk berbicara. Sebenarnya, kalau kamu lebih sering menghubungiku, aku tidak perlu harus melakukan hal ini, Heivia. Tidak elok rasanya seorang putri bangsawan untuk tidak mendengar kabar tunangannya di medan perang semenjak kau pergi.”

“Tolong berikan aku waktu sebentar. Semua surel yang aku kirimkan selalu diawasi untuk mencegah kebocoran informasi. Mereka akan menyadari bahwa aku akan menggunakan emot lucu.”

Heivia berbicara seakan-akan penuh beban, tapi Quenser sadar bahwa suaranya berbeda dari biasanya. Itu tidak terdengar seperti Heivia yang biasa. Quenser sadar diri untuk tidak ikut mengobrol dan tetap diam, jadi dia mundur dan bekerja lagi. Dia bukan tipikal orang yang akan langsung tertarik di dalam pembicaraan sepasang kekasih.

“Tapi kamu ada di dalam ruangan apa? Aku pikir kau ada di sebuah garis depan medan pertempuran untuk mencoba mendapatkan sebanyak apapun pengalaman yang kamu butuhkan untuk menjadi kepala keluargamu. Apakah keluarga Winchell memiliki tradisi untuk memberikan pekerjaan sampingan kepada pewaris takhtanya?”

“Oh, masalah sangat kompleks tentang itu. Seorang wanita muda yang suka meminum teh di negara aman tidak akan bisa menyadari bagaimana sesuatu diselesaikan di medan perang.”

“Heh heh. Kau pikir seperti itu, bukan begitu?”

“Ahn? Apa? Kau tidak bersantai di Mansion Paris? ...Jangan katakan kalau kamu sedang berniat ke sini.”

“Tidak mungkin aku akan menerobos masuk ke dalam markas dengan tidak sopan sementara perang masih berlanjut. Malah sebaliknya. Aku sekarang sedang pergi sangat jauh dari planet yang penuh dengan peperangan ini. di tempat ini, warna bendera nasional tidaklah berarti.”

“?”

“Yah, kalau kamu bisa membuktikan diri di medan perang yang berlumpur itu dan bisa mebaktikan diri sebagai seorang kepala keluarga Winchell, kau harus ke sini juga. Tapi tempat ini agak tidak nyaman kalau dijadikan sebagai sebuah kediaman utama, tapi tempat yang sempurna untuk sebuah liburan yang tenang.”

Dan kemudian pintu itu terbuka tanpa ada bunyi ketokan.

Quenser dan Heivia langsung memutar kepala mereka ke arah suara besar itu.

Komandan dengan rambut perak itu berada di depannya, Froleytia.

“Quenser, Heivia, kita memiliki masalah serius. Kita harus segera masuk ke ruang pertemuan.”

“??? Kenapa seorang komandan sepertimu harus capek-capek masuk ke tempat ini sendirian? Tak bisakah kamu mengirimkan pesan?”

“Ruangan ini anehnya memang dibuat tak bisa dihubungi denganmudah, jadi sinyal radio tak bisa menerobosnya. Dan juga, panggilan video itu adalah prioritas, jadi akupun tidak bisa memotongnya seenaknya karena dia berasal dari keluarga Vanderbilt dan aku harus menunggunya sampai selesai. Aku baru sadar beberapa saat yang lalu. Itu kesalahanku, jadi aku harus menghampiri kalian.”

Froleytia kemudian melihat layar komputer itu.

Dia menarik kerah leher Heivia dan berkata, “Aku yakin kalau kamu juga mendengarnya, aku harus meminjam anak ini.”

“Baik,” kata gadis dengan rambut pirang itu dengan anggukan kecil. “Buatlah dia bekerja keras tanpa harus membunuhnya, jadi dia bisa menyelesaikan masa tugasnya di kemiliteran dengan cepat.”

Part 4

Froleytia melempar Quenser dan Heivia ke dalam ruang pertemuan dan memulai pertemuan ini dengan para prajurit yang telah berkumpul di sini.

“Panggung kita kali ini adalah Antartika,” Kata Froleytia saat dia menunjukkan peta besar itu di atas papan tulis putih. “Salah satu pesawat pengintai milik Kerajaan Legitimasi telah menjadi sasaran oleh sebuah rudal dari permukaan tanah saat terbang di daerah pesisir laut Ross. Ia dikunci oleh laser.”

“Apakah misi kita untuk menyelamatkan awak pesawat yang jatuh di Antartika?” tanya Quenser tapi Heivia menggelengkan kepalanya.”

“Untungnya, pesawat itu dilengkapi dengan suar darurat. Salah satu suar itu merusak laser pengunvinya dan mereka berhasil kabur dari jarak tembaknya. Masalahnya adalah ada orang bodoh yang mencoba menembak mereka dengan rudal,” Kata Froleytia, tersenyum kecut. “Kita sudah menghubungi Aliansi Informasi, Korporasi Kapitalis, Organisasi Keagamaan, dan semua kekuatan dunia lain untuk memeriksanya, tapi tidak ada yang tahu dari siapa serangan itu berasal. Terlepas dari apakah mereka memberikan informasi yang benar atau tidak, ini telah menjadi masalah internasional dan dimasukkan ke dalam kategori serangan teroris yang tidak dikaitkan dengan kekuatan internasioanal lain. Dengan kata lain, tidak akan ada orang yang komplain jika kita menghancurkannnya.”

Mendengar hal itu, Quenser dan Heivia kemudian saling berbisik.

“(Teroris? Aku dengar yang ada di wilayah Eropa barat jauh lebih mengerikan dari pada medan perang yang dikuasai oleh Object.)”

“(Yah, aku juga dengar kalau pasukan khusus kepolisian memiliki pelatihan khusus untuk perlawanan secara langsung. Dan aku rasa, melawan teroris bukanlah pekerjaan militer.)”

“(Polisi tidak bisa bergerak ke Antartika. Itulah kenapa kita yang dikirimkan ke sana.)”

Heivia mengangkat tangannya dan bertanya pada komandannya.

“Jadi kita akan menghabisi mereka?”

“Bisa dibilang aku tidak akan memerintahkan kalian melakukan hal tidak beradab seperti itu. Lokasi peluncuran rudal yang kita prediksi dari laser penarget berada di dekat sebuah observatorium milik Kerajaan Legitimasi. Kita harus memeriksa apakah tempat itu sudah dihancurkan, dan jika tidak, habisi semua ancaman yang ada di situ. ...Sederhana, kan?”

“(Ujung-ujungnya juga kita harus membunuh mereka,)” gumam Heivia ketika melihat senyum Froleytia.

Tanpa menghiraukannya, komandan Froleytia melanjutkannya kembali.

“Seperti yang aku katakan, arah dari laser penarget tersebut diprediksi dari arah di mana laser tersebut ditembakkan. Lokasinya berada di markas Gunung Erebus yang berada di pesisir laut Ross. Kita akan mengirimkan unit penyerang. Jika mungkin, tangkap mereka hidup-hidup untuk mengetahui tujuan merkea, tapi jika tidak bisa, jangan khawatir. Menghabisi mereka semua terdengar seperti rencana yang lebih baik.”

Perasaan berat mereka berangsur surut dan semua orang merasakan hal yang sama.

Monser raksasa setinggi 50 meter bernama Object bersinonim dengan perang.

Object memiliki karakteristik khusus. Mereka sudah memiliki 100 senjata, dan senjata itu ditenagai oleh sebuah reaktor bertekanan tinggi dan senjata-senjata tersebut adalah meriam laser, meriam plasma berkeseimbangan rendah, railgun, dan coilgun.

Tidak ada satupun rudal yang dipasang pada monster itu.

Dengan kata lain, kemungkinan bahwa para teroris itu memiliki Object cukup rendah. Dan militer Kerajaan Legitimasi bisa mengirimkan sebuah Object dengan teknologi termutakhir miliknya.

Kemenangan mereka sudah terasa sangat dekat.

Sebuah Object tidak akan bisa dihentikan bahkan dengan sebuah rudal nuklir sekalipun, jadi senjata berkekuatan ringain dan rudal tidak akan mempam terhadapnya. Itulah kenapa perasaan berat mereka berkurang dan bahu mereka terasa lebih ringan.

“Oh, iya. Aku memiliki satu hal lagi,” kata Froleytia. “Kita tidak bisa menggunakan Object milik putri dalam misi ini. Tanamkan itu dalam pikiran kalian semua.”

“Hah?” kata Quenser tanpa berpikir.

Dia pikir dia salah dengar, tapi Froleytia harus menjelaskannya lagi.

“Sekali lagi, kita tidak bisa menggunakan Baby Magnum milik sang putri. Object adalah sebuah senjata raksasa dengan berat lebih dari 200,000 ton. Menjalankan monster seperti itu di benua es seperti ini akan menghancurkan lapisan esnya dan membuat Object jatuh ke dalam air. Lalu bagaimana caranya kita mengeluarkannya? Jika ada crane yang cukup kuat untuk mengangkatnya, aku tidak apa-apa.”

“U-umm... aku pikir kita memiliki para teknisi perawatan yang sudah menjamin bahwa sebuah Object bisa diturunkan dengan cepat dan aman. Apa yang harus kita lakukan tanpa sebuah Object?” tanya Quenser.

“Yah,” kata Froleytia saat dia menekan peta itu dengan sebuah tongkat. “Aku rasa kalian bisa melawan teroris itu dengan senjata yang lebih kecil.”

Part 5

Dan kemudian mereka semua dikirim ke Antartika.

Para teroris itu diduga bersembunyi di Gunung Erebus yang dekat dengan laut, tapi Quenser dan yang lain menggunakan perahu untuk mendarat di pesisirnya dari pada harus terbang langsung ke sana. Dari situ, mereka dan sekitar 100-an prajurit lainnya secara perlahan harus secara hati-hati memutari tempat itu. Para prajurit yang biasa bertugas menjaga markas kali ini harus ikut serta dalam misi ini. Mereka menggunakan tank dan sebuah helikopter, dan mereka semua terlihat seperti sebuah pasukan yang berasal dari era yang telah hilang.

“Apa kau serius?” gumam Heivia saat dia berjalan berdampingan dengan Quenser. “Ini adalah Antartika. Biar aku katakan ini sekali lagi: Antartika. Apa yang aku lakukan di sini? Aku seharusnya berada di markas selama 3 tahun untuk bisa menjadi kepala keluarga di dalam keluarga beserku. Apa yang aku lakukan di sini? Apakah monster berdada raksasa itu telah lupa kalau aku ini adalah analis radar?”

“Coba pikir, aku datang ke sini sebagai tamtama untuk mempelajari Object, jadi kenapa juga aku ada di benua es ini tanpa ada sebuah Object-pun di sini?”

“Berengsek. Kita ini hanya antena manusia. Mereka seharusnya mengirim drone dari pada mengirim manusia.”

“Dengan angin yang sulit di sini, aku ragu kalau UAV bisa digunakan di tempat seperti ini. Juga, sinyal radio mudah untuk dilacak, jadi ide itu cukup buruk untuk kondisi seperti ini.”

“Bisakah kamu tidak usah terlalu serius? Apa kamu mengembangkan kemampuan masokismu itu di bawah kesewenang-wenangan komandan kita?”

“Aku hanya ingin menyelesaikan ini dengan cepat supaya kita bisa segera pergi dari sini. Aku tidak terlalu peduli dengan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan Object. Heivia, kau harus belajar bagaimana caranya orang dewasa menyelesaikan masalah.” Kata Quenser dengan nada bosan, tapi sepertinya Heivia tidak mendengarkan.

Heivia melihat ke langit yang sangat putih di atas dan berkata, “Ngomong-ngomong, ini Antartika, bukan? Selalu ada satu hal yang ingin aku tanyakan tentang tempat ini. Apa kau keberatan kalau aku bertanya?”

“Keagungan alam bukanlah hal yang aku kuasai. Kalau kau butuh penjelasan, tanyakan saja pada orang-orang dari Lembaga Swadaya Lingkungan.”

“Oh, ini bukan sesuatu yang aneh kok.”

Antartika adalah sebuah benua es. Di beberapa tempat, suhunya bisa mencapai 50 derajat celsius di bawah nol, membuatnya benar-benar menjadi sebuah area beku di bumi. Di tanah putih ini, air lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai zat padat dari pada zat cair. Hal yang sama terjadi pada manusia. Jika otot dan darah di dalam tubuh dilemparkan pada suhu yang sangat ekstrem seperti ini, ia akan berubah menjadi lebih padat dari pada sebelumnya.

“Kenapa di sini sangat dingin di Antartika?” gerutu Heivia saat dia melepaskan penutup kepala dari mantel musim dingin yang ia kenakan.

Rasanya agak aneh jika ia mengusap keringat di alisnya dan melihat ke sekelilingnya. Di dalam film dokumenter hewan yang ia tonton, wilayah ini benar-benar sangat putih, tapi mereka berdiri di sebuah wilayah yang berupa tanah seperti batu hitam. Juga, sebuah uap putih keluar dari dalam tanah di banyak tempat. Pertemuan dua jenis angin yang sangat kuat bertiup di segala arah dan salju putih terus turun dari awan putih di atasnya, tapi uap itu membuat mereka sama sekali tidak bisa merasakan dingin dan salju meleleh ketika menyentuh tanah, jadi itu tidak dihitung. Tidak ada satupun yang ia lihat sekarang ini persis dengan apa yang ia pikirkan selama ini di kepalanya.

Sementara itu, Quenser melihat ke bawah untuk membaca apa yang tertulis di termomter digitalnya.

“Musim di wilayah garis khatulistiwa itu terbalik, kan? Di sini hampir musim panas sekarang. Bahkan suhu udara di sini adalah -3.9 derajat celsius. Kau akan merasa sangat kedinginan jika melepaskan mantel musim dinginmu itu.”

“Tidak mungkin. Ini masih di bawah nol derajat? Aku merasa seperti berada di dalam sauna.”

“Ini adalah wilayah pegunungan berapi, jadi panas merambat secara teratur dari dalam tanah. Aku ingat bahwa di sini pernah terjadi letusan gunung berapi dua tahun yang lalu dan itu membuat pergerakan yang signifikan dari permukaan di sini. Kau merasa panah karena itu. Kalau kau mencoba tidak bergerak kau akan merasa kedinginan, jadi kau harus memasang mantelmu itu segera.”

“Ah ha ha ha ha ha ha!!” tawa Heivia tanpa peringatan.

Quenser melihat dengan wajah bingung dan Heivia menunjuk sebuah titik tertentu.

“Lihat Quenser!! Itu adalah kolam air panas. Kita ada di Antartika dan ada kolam air panas keluar dari dalam tanah!!”

“...Aku kan sudah bilang kalau kita ini sekarang ada di wilayah pegunungan berapi.”

“Tapi itu adalah kolam air panas!! Tempat ini menghancurkan semua yang aku ketahui soal Antartika!!”

Saat dia berbicara, Heivia melepaskan kacamata tebalnya. Dia merangkak di pinggir kolam itu itu yang mengeluarkan uap putih dan memasukkan tangannya di dalamnya.

“Oh... wow. Suhu 40 derajatnya sangat pas.”

“Hentikan Heivia. Kalau kita meluncur ke dalam kolam air panas ini, kita tidak akan mempedulikan soal perang ini lagi.”

Sebenarnya mereka tidak ingin pergi dari sini, tapi Froleytia pasti akan menyentak mereka jika mereka jatuh ke dalam jebakan kolam air panas ini. Jadi mereka berdua pergi begitu saja dari tempat itu.

Ada seratusan prajurit yang ikut di dalam misi ini, tapi karena lingkaran harus harus diputari sangat luas, Quenser dan Heivia pun tak bisa melihat mereka lagi.

Mereka berjalan melintasi wilayah bebatuan hitam yang keras yang tampil di dalam perangkat genggam mereka. Setelah berjalan cukup jauh, tanah hitam itu kemudian tertutup salju dan es. Tanahnya memang terlihat rata, tapi sebenarnya cukup miring untuk membuat orang yang jatuh menjadi sebuah bola salju raksasa. Suhu di sekitar mereka juga turun dengan drastis. Tanah putih itu hanyalah pemandangan yang bisa mereka lihat di setiap arah dan mereka tidak bisa melihat penunjuk wilayah yang jelas. Hanya bergantung pada peta membuat mereka merasa telah menghilang.

Quenser melihat ke kakinya yang menginjak es yang hancur di kakinya.

“Oh, sekarang rasanya aku benar-benar berada di Antartika.”

“Ow!? Tempat ini bukan hanya dingin, tapi menyakitkan! Hei, Quenser. Ada yang aneh di wajahku, apa kau melihat sesuatu yang aneh!?”

“Keringat di wajahmu membeku. Aku rasa itu yang membuatmu merasa sakit.”

“Sial, sial, sial, sial!!” teriak Heivia saat dia dengan panik membersihkan wajahnya yang sedikit demi sedikit membeku dan menarik tudung kepalanya. “Berengsek! Kalau kita benar-benar ada Antartika, apa kita tidak bisa melihat sesuatu yang imut seperti penguin!?”

“Es yang banyak ini juga pemandangan yang bagus. Kau mungkin akan jatuh sakit beberapa hari lagi, mungkin.”

“Kenapa kamu bisa sangat tenang di sini, Quenser? Apa kau berasal dari negara yang sangat dingin?”

“Tidak. Aku sudah sangat kenyang dengan es,” kata Quenser dengan menyerak. “Saat aku masih bersekolah di negara asalku, kami melakukan banyak percobaan dengan selembar persegi es kering untuk mengajarkan kita tentang dasar dari zirah Object. Kita belajar bagaimana retakan itu bergerak dengan menusuknya di tempat yang berbeda-beda.”

“Kenapa es? Zirah Object kan terbuat dari logam.”

“Dengan air, percobaannya menjadi lebih mudah dipakai ulang. Dengan pendingin, percobaannya bisa dilakukan berkali-kali sebanyak yang kita mau. Juga, kita hanya belajar dasar paling dasar dari bagaimana retakan itu bekerja, jadi tidak ada alasan yang cukup untuk menggunakan lempeng logam dengan titik lebur yang sangat tinggi yang memiliki bahan yang sangat reaktif yang khusus dibuat oleh para pengrajin dengan harga yang sangat mahal. Dengan mencampurkan bahan kimia di dalam air untuk menambah kepekatannya sebelum mendinginkannya, lapisan es itu bisa meretak dengan cara yang sama. Kami juga melakukan percobaan dengan meningkatkan efesiensi penyerapan tekanan dengan merusak kepekatannya,” kata Quenser dengan menghela napasnya.

Karena betapa bosannya pelajaran sekolah di tempat asalnya, Quenser memutuskan untuk pergi ke medan perang.

Quenser kemudian mengganti topik pembicaraannya.

“Coba pikir, apa yang para teroris itu coba lakukan di tempat antah berantah seperti ini? Apa mereka menggunakan rudal untuk serangan udara itu sebagai hiasan?”

“Kau tidak tahu apa-apa, Quenser,” jawab Froleytia di radionya. “Antartika sudah menjadi perlombaan di antara banyak negara untuk mendapatkan hak mengeksploitasinya sebelum PBB runtuh.”

“...? Aku pikir Antartika tidak memiliki batas negara?”

“Karena tidak memiliki batas negaralah yang membuat banyak negara berlomba-lomba merebut tempat ini dengan susah payah. Antartika memiliki pertambangan besi dan batu bara. Laut memiliki banyak persedian ikan. Tempat ini memiliki banyak hal untuk diperebutkan,” kata Froleytia berusaha menjelaskan. “Saat ini, faksi-faksi di dunia yang ingin merebut tempat ini adalah Negara Junta Militer yang kita kalahkan sebelumnya, Wilayah Lembah Amerika Barat bagian tengah milik Korporasi Kapitalis, Kepulauan Chono milik Aliansi Informasi, dan Wilayah Selatan Britania Raya milik Kerajaan Legitimasi.”

Quenser terkejut mendengarnya.

“Oseania dan Kepulauan Chono berada di selatan khatulistiwa, tapi Wilayah Lembah Amerika Selatan berada di sekitar Los Angeles, bukan? Dan Wilayah Selatan Britania Raya berada di London... Wilayah-wilayah itu sangat jauh dari Antartika.”

“Mereka menggunakan semangat penjelajahan mereka dan memaksakan pendapat bahwa orang pertama yang menemukan benua itulah yang berhak atasnya. Jika ekspedisi benar-benar dilakukan, siapa yang pertama duluan dialah yang menang, tapi paham seperti itu tidak melibatkan para pihak yang ikut terlibat tidak seperti Zaman Penjelajahan.”

Itu berarti teroris ini (atau nama apapun yang mereka gunakan karena nama mereka tidak diketahui) telah menarget pesawat pengintai Kerajaan Legitimasi dengan rudal serangan udara karena masalah perebutan wilayah Antartika atau sumber daya alamnya.

(Tapi itu bukan masalah utamanya. Di era Object seperti ini, para prajurit seperti kita diperintah untuk berlarian di tempat seperti ini sangat buruk didengar...)

“Apa kau memiliki hal lain untuk dikatakan Quenser?” tanya Froleytia.

“Enggak!! Enggak ada sama sekali!!”

“Aku memiliki berita bagus buat kalian. Jika kalian terjebak baku tembak dengan teroris, Object kita yang sangat indah telah bersiaga di Laut Ross, dan pelayan lucu kita akan menghancurkan mereka dengan tembakan meriam jarak jauh saat kalian menemukan lokasi mereka.”

“Lalu,” kata Heivia saat udara yang keluar dari napasnya mengeluakan uap putih. “Tidak bisakah kamu menggunakan satelit militer dari pada menyuruh kita berjalan di tempat ini? Di era saat ini, kau bisa membangun vila di bulan dan pesawat ulang alik bisa menggunakan laser space elevator atau mass driver. Satelit begitu banyak bertebaran di luar angkasa seperti botol kaleng di jalanan. Aku rasa seorang komandan yang sedang memerintahkan kita sambil ditemani coklat hangat di kapal pengangkut tidak mengerti perasaan kami di tempat sedingin ini.”

“Masalah agak merepotkan di wilayah Arktik atau Antartika,” jawab Froleytia dengan halus walau dia tidak menghiraukan argumen Heivia yang terakhir. “Satelit pencocokkan wilayah geografis menggunakan gaya sentrifugal bumi untuk bertahan di wilayah garis equator dan ia tidak akan bisa melacak sampai sejauh ini. Beberapa satelit mungkin memang bisa berada tidak di wilayah garis equator, tapi mereka hanya bisa memeriksa wilayah-wilayah tertentu hanya beberapa saat dalam sehari.”

“Bukannya mereka memiliki satelit yang mengorbit di dalam sumbu bumi di luar atmosfer sana?”

“Ya, dan itulah tempat yang memiliki banyak sekali konflik. ‘Berada tepat di sumbu bumi’ berarti memiliki tempat yang sangat strategis, jadi sangat banyak sekali satelit yang ada di sana. Kerajaan Legitimasi memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Utara, tapi itu berarti kita sama sekali tidak memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Selatan.”

“Dan kamu dengan sengaja menggunakan alasan kekurangan peralatan pendukung untuk menyuruh orang-orang seperti kami untuk menjadi radar manusia,” kata Heviai dengan kesal. “Ini bukan hal yang manusia beradab seperti kami lakukan.”

“Heivia, manusia beradab tahu sopan santun. Apa kau tahu maksudku?” jawab Froleytia.

Heivia baru mau menjawab singakat, tapi dia tidak bisa menjawabnya...

Sebuah peluru menerjang tanah di antara Quenser dan Heivia.

(Serangan musuh!?)

Mereka berdua segera merunduk, tapi mereka sadar bahwa pematang rata seperti ini tidak memberikan tempat sama sekali untuk sembunyi. Heivia meraih bahu Quenser dan memaksanya untuk mundur. Bahkan di dalam pematang yang terlihat rata ini, tanahnya seperti gundukan tak terlihat. Mereka menusukkan kaki mereka beberapa meter lebih sedikit ke dalam salju dan bersembunyi di balik tanah es ini.

“(Apa, apa, apa!? Apa ini serangan teroris!?)”

“(Siapa lagi kalau bukan!? Kita hampir mati di Antartika. Jika bukan karena angin ini, salah satu dari kita pasti mati dengan tembakan di titik vital!!)” “(Wilayah di sini sangat panas vulkanis dan dinginnya luar biasa, jadi pasti ada perbedaan suhu yang sangat drastis di sini. Mereka sudah ada di sini lebih lama dari kita, jadi pasti logam di laras dan pembidiknya sudah disesuaikan untuk kondisi ini.)”

Saat mereka berbicara di dalam suara yang serak, peluru itu menghantam salju itu lagi dan melemparkan kristal-kristal es itu ke udara. Titik hantamnya tersebar di beberapa titik. Mungkin itu karena tiupan angin yang sangat keras sehingga mereka tidak bisa mengenai target mereka seperti yang dikatakan Heivia, atau mungkin karena ada beberapa alasan kecil yang menumpuk di depan mereka.

Sambil masih berbaring di tanah, Heivia menahan senapannya dan dengan menggunakan pembidiknya, dia mencoba mengumpulkan data dari pemancar inframerah dan spektrum ultraviolet.

“(Jarak mereka 200 meter. Ada 7... mungkin 8 orang. Senapan mereka menggunakan penyangga kayu. Mereka memasang sebuah pelontar granat dengan menggunakan plester elektrik.)”

“(Apa kau bisa menghabisi mereka?) tanya Quenser.

“(Kenapa kau berbicara seperti seorang penonton biasa? Keluarkan pistolmu atau PDW-mu untuk membantuku!!)”

“(Maaf, tapi aku tidak punya pistol. Aku cuman punya peledak yang biasanya.)”

“(Terus kenapa kau ada di sini!?)”

Heivia sudah bersiap menyekik Quenser, tapi peluru itu kembali menghantam salju di dekat mereka. Dia dengan panik merunduk dan membalas tembakannya untuk menjaga musuh agar bersiaga.

“(Sial, sial, sial!! Aku akan menyekikmu nani, tapi ada banyak hal yang ingin aku tanyakan! Kenapa kau pergi untuk melawan teroris tanpa sebutir pelurupun di tanganmu!?)”

“(Kalau boleh jujur, aku juga ingin punya satu di tanganku sekarang!)”

“Kau tidak bisa, Quenser,” potong Froleytia. “Seorang tamtama yang belum menyelesaikan pelatihannya tidak diizinkan untuk membawa senjata api.”

“(Yah, tapi bukannya lebih parah kalau aku membawa peledak?)”

“Kau diizinkan menggunakan peledak untuk percobaan anti-syok pada Object di sekolah negara asalmu, kan? Itulah kenapa kau diizinkan untuk menggunakan peledak di sini. Juga, pikiranmu yang seperti itu menunjukkan kalau kau adalah seorang boca yang tidak tahu betapa menyakitkannya pemecatan tidak hormat.”

“(Oh begitu...)” jawab Quener saat peluru teroris itu menghantam salju tepat di sebelahnya.

Di saat itu, Heivia berteriak.

“Jangan duduk saja dan lakukan sesuaaaaaatttttuuuuuuuuu!! Kenapa hanya aku orang saja yang melawan balik!? Kita tahu di mana posisi masuh, jadi gunakan meriam Object putri untuk menghancurkan mereka semua!!”

“Oh, iya juga ya,” kata Quenser saat dia menyetel frekuensi radionya untuk menghubungi sang putri.

Jawabannnya sangat jelas dan bisa dimengerti.

“Di lokasi itu, gelombang ledakan dan panasnya bisa mengenai kalian juga. Apa kau yakin? Ganti.”

“Sial, sial, sial, sial, sial, sial, sial, FUCK!!” teriak Heivia saat dia membalas dua sampai tiga kali tembakan dengan senapannya. Sementara itu, Quenser mencoba menghubungi kawan-kawannya di wilayah ini, tapi tidak ada satupun kawannya yang bisa datang dengan cepat.

“Berengsek. Mereka meninggalkan kita pada posisi ini agar mereka bisa menghindar, iya kan?”

Dia ingin melemparkan senapannya dan pergi dari sini, tapi dengan peluru yang beterbangan udara, mengangkat kepalanya tanpa hati-hati akan membuatnya terbunuh. Dua ratus meter itu jarak yang terhitung jarak pendek untuk sebuah senapan, hanya saja karena angin yang sangat keras ini dan pematang putih membuat mereka kehilangan kontal visual yang jelas. Dan itu adalah alasan kenapa kedua belah pihak sama-sama tidak bisa mengenai lawannya.

Prajurit musuh mungkin sudah memahami tempat ini dan mereka menyebar. Hanya beberapa meter lagi jarak antara mereka berdua dengan prajurit musuh, tapi mereka sangat jelas berusaha memutari mereka.

Quenser hampir saja mau mengangkat kepalanya karena kaget, tapi Heivia menahannya di bawah. Lalu dengan segera peluru tadi menyasar posisi kepalanya yang akan naik.

Sambil tertutupi salju, Quenser berkata, “Ini buruk, Heivia!!”

“Maksudmu musuh yang mencoba mengepung kita begitu kan!? Aku sudah tahu itu! Masalahnya adalah tidak ada satu hal pun yang bisa kita lakukan saat ini!!

“Tidak, bukan itu!! Penguin!!”

“Hah!? Siapa yang peduli soal penguin seka—... Penguin!?”

“Itu bayi! Bayi pengin!!”

Dengan wajah terkejut, Heivia melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Quenser. Seekor bayi penguin berwarna abu-abu sedang menetas di tengah pertempuran dua faksi ini.

Jika terus begitu, bayi itu bisa terjebak di dalam baku tembak, tapi mereka tidak bisa berhenti begitu saja.

Persis saat itu, ketika darah tiba-tiba naik ke kepalanya, mukjizat pun terjadi.

Saat dia menarik jarinya dari pelatuknya, para teroris itu melakukan hal yang sama.

Yang tertinggal sekarang hanyalah bayi penguin yang berusaha menetas itu tanpa menghiraukan suasana pertempuran di tempat ini.

Dengan tangan berkeringat, Quenser dan Heivia menonton perkembangannya.

“(Ayo!! Kau bisa melakukannya, bayi penguin!!)”

“(Tunggu, kenapa cuman ada bayinya!? Di mana orang tuanya!?)”

Dan kemudian bayi penguin itu jatuh.

“Waahh!!”

“Jangan, Heivia!! Tidak boleh ada interaksi manusia di dalam proses alam!!”

Heivia hampir saja berlari ke tempat itu, tapi Quenser dengan cepat menghalangi niat baiknya. Sementara itu, bayi penguin itu menggunakan kakinya untuk kembali berdiri dengan kakinya.

“Gyah!” lalu terdengar ringkikan dari langit.

“Seekor Albatros!?”

“Hei, burung itu tidak mencoba memakan bayi penguin itu kan? Iya, kan!?”

Namun hukum alam kembali bermain di sini.

Sementara Heivia mencoba mengarahkan senapannya ke burung itu dan Quenser mencoba menghentikannya, Albatros itu melebarkan sayapnya dan bersiap untuk menerjang tanah dari surga. Siluet bayi penguin yang terlihat seperti bola berbulu itu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.

Dan albatros itu menyerangnya.

Musuh alami penguin itu menerjang tanah seperti sebuah tombak. Paruhnya yang mematikan dengan akurat menarget bayi penguin itu.

Semua orang melihat warna dan bau darah.

Quenser dan Heivia lupa bahwa mereka sedang bertempur dengan senapan mereka dan menutup mata mereka dengan tangan.

Tapi tragedi yang mereka pikirkan tidak terjadi.

“Kmyaaaaaaahhhhh!!” datang suara ringkikan dari arah lain.

“!? Apa— apa itu, Quenser!?”

“Aku pikir itu ibunya. Itu ibu penguin!!”

Ketakutan karena mendengar suara peringatan dari ibunya, albatros itu meleset dari target pertamanya. Paruhnya mengiris bayi penguin itu sedikit dan ibunya mengeluarkan suara teriakan yang lebih tinggi.

Albatros itu sepertinya tidak mau mengalah. Ia menyiapkan ancang-ancangnya lagi dari langit putih, terbang dengan jarak yang lebih lebar, dan kemudian mengarahkan dirinya ke bayi penguin itu lagi.

Namun, bayi itu tidak lagi sendiri.

Ibunya bertindak seperti pelindung bagi bayi penguin itu.

Tidak ada jaminan bahwa ibunya mampu melindungi bayinya.

Paruh tajam dan cakarnya sudah cukup untuk mengoyak seekor penguin raksasa.

Ia melebarkan sayapnya yang biasa ia gunakan untuk mendarat di air, membuka paruhnya selebar yang ia bisa, dan mengeluarkan suara ringkikan yang lebih kuat.

Quenser dan Heivia menahan napas mereka.

Para teroris itu juga terdiam ketika melihat hal itu.

Lalu...

Albatros itu terbang di atas kedua penguin itu beberapa kali sebelum akhirnya ia benar-benar menyerah. Ia meninggalkan trayektorinya, mengeluarkan tangisan penyesalan dan pergi ke langit putih.

Ibu penguin itu berhasil melindungi anaknya.

Dalam waktu singkat, sorakan terdengar di antartika seperti tempat itu berubah menjadi sebuah stadium. Suara terdengar seperti kerumunan manusia yang begitu takjub akan cinta kasih ibu penguin itu. Quenser dan Heivia saling berpelukan dan para prajurit musuh itu mengangkat senjata mereka ke atas seperti mengangkat barbel tanda mereka senang. Suara kegembiraan yang mengelilingi penguin itu sepertinya membuat mereka berdua merasa terkejut. Bayi penguin itu bersembunyi di antara kaki ibunya dan dua binatang itu segera pergi dari tempat itu. Biasanya sang ayahlah yang melakukan tugas itu, tapi kali ini entah kenapa sang ibu yang melakukannya.

Setelah 10 menit, penguin itu itu keluar dari wilayah pertempuran ini, berjalan turun ke sisi lereng, dan menghilang dari pandangan Quenser dan Heivia.

Tidak lama kemudian, demam penguin itu akhirnya berakhir.

Segera setelah itu, kedua belah pihak langsung bertempur habis-habisan tanpa ragu.

Quenser dan Heivia bersembunyi sebisa mungkin. Saat Heivia menarik pelatuknya, dia menangis darah.

“Ahhhhhh!!! Tembak tembak tembak tembak tembak!!”

“Dahh! Berengsek! Aku rasa kita tidak bisa saling mengerti satu sama lain!!” teriak Quenser saat dia mengoperasikan perangkat genggamnya.

Di Antartika, semuanya terlihat putih tidak peduli kemanapun kau melihat, jadi dia membesarkan dan mengecilkan petanya untuk mengeceknya dua kali semua yang ia lihat.

Melihat itu, Heivia merasa kesal dan berkata. “Memangnya memeriksa peta bisa membantu kita!? kita tidak bisa mendapatkan bantuan dari sang putri! Musuh bisa dengan cepat mengepung kita dan memecah pertahanan kita!!”

“Ayo kita selesaikan itu sebelum itu terjadi.” Quenser menarik peledak plastik Hand Axe-nya dari tasnya. Dia menancapkan pemicu elektrik- gelombang radio ke dalamnya. “Saat aku memberi tanda, tembak membabi buta sebanyak yang kau bisa. Aku akan melempar peledak ini saat itu.”

“Apa kau tidak tahu berapa jarak kita dengan mereka? 200 meter. Tidak peduli kau melempar sejauh apa, bahkan pemain baseball profesional tidak bisa melempar sejauh itu.”

“Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan! Lakukan sekarang!!”

“Sekarang! Sial!!”

Masih mengeluh, Heivia menggenggam senapannya. Dari pada membidik musuhnya, dia menembak semaunya dia ke segala arah dan membuat senapannya seperti mengipasi semua arah dengan peluru. Dan hasilnya adalah akurasi tembakannya menurun secara drastis, dan bahkan tidak ada satupun pelurunya yang mengenai mereka. Namun, cara ini menakuti para musuh dan cukup membuat mereka berlindung di balik sesuatu.

Quenser mengangkat tubuhnya dan melemparkan bom plastik itu dengan seluruh kekuatannya. Hand Axe berputar dengan garis lengkung yang jauh, tapi tidak cukup jauh untuk mengenai musuh seperti yang diperkirakan oleh Heivia. Juga, angin membuat bom itu tidak bisa terbang secara lurus. Melihat betapa keras angin bertiup, tenaga yang dikeluarkan Quenser untuk melempar benda sejauh 50 meter cukup banyak. Itu mendarat di sebuah kerak es tebal, jadi Hand Axe itu seperti meluncur menuruni batu miring. Sisi salju yang miring membantu Quenser untuk menambah jarak luncur bom itu semakin jauh.

Bahkan dengan semua faktor itu, 120 meter adalah batasnya. Bahkan tidak sampai jarak 200 meter musuh.

Heivia mendecakkan lidahnya dan berteriak, “Berengsek! Aku bilang juga apa!!”

“Tidak apa-apa! Ini memang yang aku inginkan!! Merunduk Heivia!!” teriak Quenser saat dia mengirim sinyal gelombang radio untuk meledakkannya.

Heivia merasa ragu, tapi hasilnya di luar perkiraannya sama sekali.

Dengan suara erangan yang luar biasa, jarak 200 meter itu membentuk sebuah celah seperti gua.

Bentuknya seperti sebuah jurang. Bumi berkerak dan jatuh ke ke bawah hingga beberapa ratus meter. Salju, es, dan para prajurit itu tertelan ke bawah.

Tidak ada yang bisa lakukan.

Para prajurit yang menembakkan peluru itu jatuh ke bawah dengan keterkejutan yang luar biasa.

“Bagus, sepertinya berhasil,” kata Quenser dengan helaan napas saat dia menarik jarinya dari pemicu yang ia gunakan sebagai peledak. “Yang aku inginkan hanyalah pengetahuan soal desain Object, jadi kenapa aku harus mencari tahu cara untuk membunuh orang?”

“...Um, apa yang terjadi?”

“Tempat mereka berpijak tadi sepertinya benar-benar dan sangat menyakinkan adalah ‘di atas es beku’. Lapisan es tebal yang menutupi jurang di bawahnya dan celahnya sangat lebar. Karena aktivitas vulkanis di tempat ini, wilayah di bawah lapisan es berubah menjadi sungai. Lapisannya cukup tebal sampai-sampai mobil salju bisa berjalan melintasinya tanpa perlu takut tenggelam, tapi tidak cukup kuat untuk menahan peledak dari militer.”

“Oh, jadi itu alasan kamu memeriksa peta.”

“Aku rasa aku tahu kenapa mereka tidak mengirim Object ke sini.”

Quenser melihat betapa dalam jurang yang mereka ciptakan. Tapi dia tidak bisa melihat betapa dalamnya jurang itu, sangat gelap dan dalam. Jika sebuah Object jatuh ke dalamnya, sebuah crane yang mampu mengangkat sebuah Object seberat 200.000 ton harus dibuat. Dan tentu saja, umat manusia tidak memiliki benda seperti itu.

“Coba pikir, kau pernah menyebutkan sebuah eksperimen menghancurkan lapisan es di tempat asalmu.”

“Bukan sesuatu yang kasar,” kata Quenser mencoba mengelak. “Apa kamu merasa beruntung karena aku membawa peledak?”

“Tentu saja, tapi aku masih merasa ingin mencekikmu.”

Part 6

Quenser dan Heivia berjalan dengan susah payah di atas pematang bersalju ini.

Setelah perjalan lama, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan mereka.

Pasukan yang membentuk formasi cincin mengepung seluruh area itu dari seluruh sisi sudah cukup dekat kalau-kalau mereka berhadap dengan musuh, rekan mereka dapat segera memberikan batuan dari rute lain. Saat salah seorang rekan mereka melambaikan tangan di seberang pematang putih itu, Quenser membalasnya dengan melambaikan tangannya.

“Kau tahu, rasanya sangat melegakan kalau bisa melihat salah satu dari kita di dekat kita.”

“Kau bodoh! Masih ada cara lain kalau kau ingin menyapa mereka!! Melambaikan tanganmu seperti itu sama saja memberikan tanda asap kalau kau ada di sini!! Kita baru saja membunuh beberapa dari mereka, jadi mereka semua pasti berjaga-jaga!!”

Pasukan yang diseberang itu juga sepertinya mendapatkan peringatan yang sama jadi mereka semua menundukkan kepala mereka dan menarik pandangan mereka ke tanah.

Heivia bergetar dan napasnya memutih di udara saat dia berkata, “Aku sudah merasa sangat cukup di Antartika. Di sini sangat dingin!! Aku kira selatan khatulistiwa seharusnya lebih hangat karena menjelang musim panas!! Aku seperti tidak bisa merasakan kalau pemanasan global sedang terjadi sekarang! Di sini sangat dingin!!”

“Itu karena kau tidak tahu berapa suhu rata-rata di sini. Paling tidak, aku tidak mau berjalan di malam hari di Antartika.”

Saat mereka saling bergumam, sebuah transmisi radio masuk ke dalam radio mereka. Yang berbicara itu adalah sang putri dan dia sedang menunggu di Laut Ross dengan Baby Magnum-nya.

“Dengan semua suhu panas yang berkumpul di sekelilingku, aku terbakar di sini. Aku ingin cepat selesai di sini sesegera mungkin. Quenser, apa kau bermain-main dengan pendingin udara di ruang perawatan?”

“Sial, suara putri terdengar sangat menikmati yang dia miliki.”

“Ahh, di sini panas sekali. Tidak ada yang bisa melihat, jadi aku rasa aku harus melepas pakaian ketatku ini. Aku ragu kalau sekarang akan ada pertarungan gerak cepat di tempat ini.”

“Apa kau mencoba menaikkan suhu tubuh kami dengan membuat kami berimajinasi?”

“?”

Saat Quenser terheran-heran, Heivia sepertinya kehilangan seluruh motivasinya.

“Aku ingin memperjelas posisi kita saat ini,” gertaknya. “Kita adalah tentara yang dilatih untuk melindungi wilayah di sekeliling markas. Kita tidak disiapkan untuk misi khusus di mana kita harus maju untuk menyerang garis pertahanan teroris.”

“Huh? Apa ada jenis-jenis lain dari pasukan infanteri?”

“Oh, ayolah. Ini bukan sesuatu yang ingin kudengar dari seseorang yang selalu berada di garis depan! Paling tidak, kau harus tahu bahwa pekerjaanmu sangat berbeda dengan pekerjaan yang kami kerjakan!!”

“Kau sepertinya sangat lelah, Heivia. Aku memang hanya seorang tamtama, tapi mereka yang ada di markas adalah tentara sama sepertimu.”

“Kita mungkin memanggil mereka dengan sebutan tentara, tapi kami tentara yang berlainan pekerjaan. Beberapa pergi ke akademi militer dan yang lain menjalani kursus kilat. Tergantung dari wilayah militer mana yang ingin kau tuju, rutenya juga tidak sama. Sebagian besar yang memilih belajar di akademi militer membutuhkan waktu lama untuk lulus. Tidak banyak yang menjalani kursus kilat selama 6 bulan seperti aku.”

“Bukannya mereka yang belajar dua kali lipat lebih lama darimu lebih kuat?”

“Quenser, apa kau pikir mereka yang hanya belajar di bangku kuliah selama setahun lebih kuat dari seseorang yang merangkak di rawa-rawa selama 6 bulan? Dan juga, kebanyakan orang harus mengulang dua kali masa kursus sebelum bisa lulus dari tempat itu. Yang bisa benar-benar lolos selama 6 bulan itu sangat jarang.”

“Dengan kata lain tempat itu seperti tempat bermain jika dibandingkan dengan masa-masa ketika kita harus berlarian dengan senjata di pundak kita,” potong Froleytia.

Dengan caranya ia menyusun apa yang ingin dia utarakan, Froleytia terdengar seperti wanita tua, tapi umurnya hanya 18 tahun. Quenser kemudian berpikir berapa kali dia pergi ke medan perang.

“Omong-omong, kenapa kau pergi ke tempat kursus yang berawa-rawa, Heivia?” tanya Quenser.

“Ahn?”

Mereka berdua begitu tenang namun bukan karena mereka baru saja memenangkan baku tembak yang baru saja terjadi dan memastikan bahwa tidak ada musuh lagi di dekat atau depan merekal; bukan juga menunda-nunda untuk pergi medan selanjutnya, tapi Quenser dan Heivia malah mengobrol.

“Well, kau bangsawan, kan? Kau pasti punya kursus spesial yang diterima khusus bagi kaum bangsawan dan membuatmu langsung menjadi Letnan Dua setelah kau lulus.”

“Oh, itu pasti akademi militer. Bahkan orang sipil biasa bisa mendapatkan pangkat setinggi itu setelah lulus. Kalau pangkatmu sudah setingkat Jendral, yang ada hanya bangsawan saja, tapi kalau warga sipil mau bekerja keras mereka bisa saja mendapatkan pangkat setinggi Brigadir Jendral.”

“Jadi kenapa kau memilih memulainya dari Perwira Satu?”

“Ada banyak alasan. Yang pertama untuk menaikkan status keluargaku, aku harus menunjukkan bahwa aku mampu melindungi markas dan mendukung bangsa dan negaraku di garis depan dari pada duduk di garis aman sambil membaca berita perang lewat koran.”

“Tapi sekarang kau hanya malas-malasan,” tambah Froleytia.

“Well, aku tidak akan memberitahu mereka kalau aku bermalasan di sini. Dan juga, ‘mendukung negara dan bangsaku di garis depan’ itu bukan berarti aku harus melawan Object satu lawan satu di mana medan perang dikuasai oleh Object. Aku tidak akan pernah mengira kalau akan dikirim di tengah-tengah benua Antartika.”

“Menjadi bangsawan itu ternyata merepotkan. Setiap kali aku mendengar hal yang merepotkan seperti itu, aku rasa aku lebih baik menjadi warga biasa,” kata Quenser.

“Aku akan lebih hati-hati kalau menjadi warga biasa. Bahkan ketika keanggotaan di Parlemen sudah cukup terbuka akhir-akhir ini, bangsawan tetap memiliki kontrol yang cukup kuat di pemerintahan. Kalau kamu enggak khawatir suaramu terdengar di dalam Parlemen, kesempatanmu untuk didengar oleh anggota Parlemen juga kecil kan?”

“Politik itu menyebalkan. Selama ada orang yang menjalankannya, aku tidak terlalu peduli.”

“Benarkah? Aku rasa itulah yang disebut Apatisme Kependudukan.”

Saat mereka saling berbicara dengan perlahan, tiba-tiba mereka berhenti berbicara.

Setelah bukit rendah itu adalah Gunung Erebus.

Quenser dan Heivia bersembunyi di salah satu tumpukan salju dan memeriksa wilayah itu dengan teropong dan sebuah pembidik senapan dengan hati-hati.

Namun, markas itu cukup besar. Salju yang tertiup oleh angin membuat wilayah ini tidak bisa dengan mudah terlihat. Dari sudut pandang lensa teropong mereka, yang terlihat di depan mereka hanyalah sebuah gundukan tipis yang terhampar di atas pematang salju yang sangat luas.

Hampir sama dengan gerbang yang membuka jalan menuju gunung, sebuah bangunan kotak dibangun di titik di mana hamparan dan gundukan salju. Kemungkinan itu adalah observatorium milik Kerajaan Legitimasi nirawak yang tak digunakan lagi. Di pematang salju dekat situ, ada sebuah tabung setebal 80 cm dan 9 meter panjangnya di tiap sisi. Tidak hanya dua atau tiga. Itu dipasang dengan interval tertentu dan ada 50 tabung seperti itu sepanjang beberapa kilometer ke belakang.

Quenser dan Heivia pun terlihat kebingungan.

“(Seharusnya, posisi laser penarget rudal udara yang menjatuhkan pesawat kita itu ada di dekat sini.)”

“(Ke mana teroris yang lain? jangan bilang kalau mereka kedinginan dan pergi dari tempat ini.)”

“Kalau mereka menghangatkan diri di dalam observatorium itu, kita bisa saja langsung menyerang mereka, tapi sepertinya apa yang kalian harapkan itu tidak akan terjadi. Malah sebaliknya,” kata komandan mereka, Froleytia.

“Kenapa?”

“Kita diperintahkan untuk mencari teroris itu bahkan jika merekat tidak ada lagi di sini. Kita harus terus mencari mereka di setiap sisi dan salju yang ada di benua ini. Bahkan jika teroris itu telah pergi dari Antartika, kita harus terus mencari sampai kita mendapatkan kepastian.”

“Serius nih? Hei, Quenser, ayo kita cek observatorium nirawak itu. Kalau kita membiarkan mereka pergi, kita bisa mati kedinginan di sini. Cepat, cepat, ayo kita selesaikan ini secepat mungkin agar kita bisa menikmati selimut dan penghangat di markas.”

“Tidak, Heivia. Kalau kau terlalu terburu-buru, kepalamu bisa ditembus oleh peluru musuh.”

Setelah mereka selesai beradu mulut dengan suara parau, Quenser dan Heivia merangkak perlahan di atas salju ini. Ia menangkap pergerakan prajurit lain yang bergerak ke arah yang sama dengan dirinya. Mereka adalah prajurit Kerajaan Legitimasi, sama seperti Quenser dan Heivia, dan mereka semua memiliki tujuan yang sama. Mereka ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini, namun mereka dipenuhi rasa penasaran tentang apa isi tabung besar itu.

Sambil berpikir apa yang mereka ingin utarakan, Heivia berkata, “Di era di mana pertarungan Object setinggi 50 meter, prajurit kerdil seperti kita ini akan terlihat sangat bodoh saat menembak satu sama lain. Tidak peduli strategi apa yang kita gunakan, mereka tidak akan bisa menang selama ada Object sang putri di sini menunggu di Laut Ross. Mereka semua itu seharusnya menyerah saja. Mati untuk hal konyol seperti ini terdengar bodoh.”

“Hei, Heivia. Aku selalu penasaran selama ini,” kata Quenser saat dia melihat sekitar dengan perut menempel di salju ini. Mereka sudah merangkak sekitar satu kilometer melewati salju ini. “Coba pikir, kau tahu tabung yang mengitari observatorium itu apa?”

“Ahn? Bukannya itu hanya antena yang digunakan oleh observatorium? Mereka mungkin menaruhnya seperti itu karena angin yang terlalu kuat,” kata Heivia dengan ringan, tapi dia sama tidak memiliki keyakinan saat mengatakannya.

Dan kemudian Quenser mendapatkan jawabannya lewat sumber lain.

Tabung setebal 80 cm, panjang 9 meter itu memiliki sebuah formasi; membentuk sebuah pola dengan menuju pada sebuah titik.

Sebuah baterei raksasa yang ditopang oleh plat dengan titik gravitasi yang rendah tiba-tiba saja berada di jalan Quenser dan Heivia.

“...Hah?”

Pada saat yang singkat, Quenser dan Heivia tidak bisa lagi bergerak seperti yang mereka inginkan. Bahkan saat mereka saling melihat satu sama lain, mereka tidak mampu menjelaskan apa yang mereka lihat di depan itu.

Mereka sudah pernah melihat apa itu sebelumnya.

Mereka tahu bahwa benda itu sedang menunjuk ke arah mereka.

Itu adalahh..

Suku cadang yang digunakan sebagai senjata sebuah Object.

Meriam sebanyak 50 buah itu membentuk sebuah garis sebaris yang cukup panjang dan semuanya mengarah kepada Quenser dan prajurit lainnnya.

“Oooouuuucccchhhhh!?”

Quenser dan Heivia sadar dengan apa yang ada di depan mereka, mereka berteriak, dan mereka dengan cepat berguling ke arah gundukan salju yang lebih tebal secepat dan sebisa mereka.

Segera setelah itu, meriam itu meraung.

Sepertinya yang dipasang di situ adalah sebuah railgun.

Gelombang ledakan yang diakibatkan oleh dentuman proyektil railgun meledak secara beruntun dan tubuh Quenser dibuatnya terbang ke udara. Beberapa detik kemudian, dia jatuh ke bawah dan menghantam salju yang cukup keras dan kemudian berguling tapi kali ini bukan karena dia ingin melakukan itu. Meriam itu tidak mengenai dirinya. Jika saja ia terkena serangan itu, tubuhnya mungkin sudah hancur berkeping- keping. Tubuh kecilnya seperti diremukkan oleh gelombang ledakan yang diciptakan oleh dentuman proyektila itu.

Namun, semua itu tidak membuatnya berhenti untuk bernapas.

“Gh..bh!?”

Dia mendorongnya perutnya ke belakang sehingga punggungnya membentuk huruf U dan ia kemudian berhasil menghirup udara. Sepertinya tembakan itu meleset karena suhu udara di tempat ini cukup dingin untuk membekukan kruk as meriam itu. Namun, panas yang dihasilkan oleh motornya akan dengan cepat melelahkannya. Keajaiban seperti ini tidak akan terjadi dua kali dalam sehari.

(Aku akan terbunuh!?)

Berdiri di situ juga akan membunuhnya, tapi pematang datar ini juga tidak memberikannya tempat untuk berlindung. Musuh sudah memancing mereka ke sini untuk sebuah alasan.

(Berengsek. Kenapa mereka memiliki railgun?! Padahal mereka menggunakan rudal udara untuk menjatuhkan pesawat Kerajaan Legitimasi!!)

Quenser tidak tahu harus berpikir apa.

Saat dia panik, dia mendengar suara Heivia memanggilnya.

“Quenser!! Cepat turun ke sini!!”

Dia tidak tahu apa yang dia maksudkan, tapi dia segera menyadarinya ketika dia melihat sebuah retakan besar mulai terbuka di bumi. Gelombang pertama serangan itu membuka sebuah retakan yang besar di atas tanah. Lebarnya sebesar 1 meter. Heivia sudah memanjat turun dan berlindung di balik parit darurat itu dan mengeluarkan kepalanya sedikit untuk memanggil Quenser.

Quenser segera berguling dan menjatuhkan dirinya ke situ.

Saat dia jatuh, railgun itu memulai serangan gelombang kedua.

After-effect setelah serangan itu membuat sebuah adegan layaknya sebuah serangan bom dari langit dan oksigen seperti ditarik keluar dari paru-paru Quenser bahkan ketika ia berada di dalam parit itu.

Heivia menyadarinya dan mendekatinya.

“Sial, ini bukan guyonan lagi. Teroris itu memiliki puluhan suku cadang senjata Object. Apakah mereka berniat menggunakan meriam itu untuk strategi anti-tank seperti perang zaman dahulu!?”

“Apa yang kau bilang tadi?”

“Waktu aku masih di akademi aku mendapat pelajaran sejarah tentang strategi perang klasik. Posisi saat bertempur ketika kau memancing musuh ke dalam posisi yang kau inginkan dan menyerang mereka dari semua sisi sering digunakan saat perang zaman dahulu. Saat itu, mereka menggunakan senapan anti-tank, tapi semua benda itu pasti sudah tidak ada. Sial!! Bukankah ini terlalu sulit bagi prajurit sekelas kita!?”

Quenser berpikir berapa banyak rekan mereka yang selamat dengan memasuki parit ini. Dia berharap mereka semua berhasil selamat dan tidak terbunuh di tempat ini.

Heivia bersandar di dinding pari ini dan bertanya, “Apa kau tahu hal terburuk saat ini, Quenser?”

“Um, karena meriam Object itu dapat menembak dari semua sisi walau hanya suku cadang?”

“Bukan,” kata Heivia dengan alisnya yang penuh dengan keringat. “Kalau mereka menggunakan meriam Object, berarti mereka juga memiliki reaktor yang bisa memberikan suplai tenaga yang cukup.”

“Tunggu, kau ingin bilang...”

“Aku tidak tahu apakah mereka benar teroris!! Mereka memiliki Object!! Mereka memiliki Object tersembunyi di sini dan dengan menggunakan kabel tenaga raksasa mereka bisa menembakkan railgun sesuka mereka. Bahkan kalau kita berhasil kabur dari sini, ada Object musuh yang menghalangi kita!!”

Mendengar hal itu dari orang lain membuat Quenser begitu gugup dan lemas.

Senjata raksasa yang dikenal dengan nama Object memiliki armor yang cukup tebal untuk menahan serangan nuklir sekalipun dan reaktornya memiliki tenaga yang jauh lebih banyak dari pada reaktor nuklir. Mereka menggunakan tenaga listrik sebesar itu untuk serangan laser beruntun atau bahkan meriam plasma berkeseimbangan rendah. Hanya Object lain yang dapat menahan serangan sebesaritu. Tidak peduli sekeras apa prajurit kerdil seperti mereka berusaha, hampir mustahil menahan serangan sebesar itu.

Namun...

“Heivia. Maaf, tapi kita tidak memiliki waktu untuk menjelaskan apa yang harus kita lakukan selanjutnya.

“Ahn?”

“Lihat ke bawah!! Gelombang serangan itu membuat retakannya membesar! Kalau begini terus kita bisa jatuh ke bawah dan tidak akan bisa naik ke atas lagi!!”

Heivia melihat ke arah sepatu bootnya dan kemudian ia merasa syok. Retakan itu membesar, dan semakin cepat setiap detiknya. Namun, merangkak ke luar di saat seperti ini akan membunuh mereka dengan singkat. Mereka akan mati jika tidak melakukan apapun dan juga akan mati jika mereka melakukan sesuatu. Jika mereka tidak memecahkan masalah ini, mereka akan terbunuh.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Quenser? Meriam itu seperti tumpukan logam yang mau menerkam kita. Senjataku tidak akan mampu menembus kulit luarnya!!”

“Yeah, dan aku tidak memiliki Hand Axe yang cukup untuk meledakkan tiap meriam itu. Bahkan aku tidak memiliki ide untuk mendekati meriam itu.”

“Apakah kita bisa memecahkan es di bawah teroris itu?”

“Sepertinya tidak, mereka berada di atas tanah solid. Dan bahkan jika kita bisa meledakkannya, kita akan terjebak di bawah es selamanya.”

Dengan penjelasan itu, Quenser mengganti frekuensi radionya.

Dia sedang menghubungi putri yang menunggu di atas Object yang mengapung di Laut Ross.

“Memanggil Baby Magnum. Apa kau tahu posisi kami? Apa kau bisa menghancurkan meriam Object ini dari istu?”

“Gunungnya menghalangi, jadi aku tidak bisa menembaknya. Aku bisa menembakkan coilgun dengan garis parabola kalau kau mau.”

“Berapa besar akurasinya?”

“Sekitar 50/50. Aku bisa meledakkan mereka dengan bom karpet, tapi kau juga akan terkena ledakannya.”

Meriam utama milik Baby Magnum didisain untuk serangan langsung ke titik lemah Object lawan dari pada serangan jarak jauh. Dengan angin yang cukup kuat saat ini, titik tembakannya akan berkurang karena akurasinya yang lemah.

Sementara itu, railgun musuh sudah menyerang sebanyak tiga hingga empat gelombang serangan dan menggetarkan tanah di kaki Quenser dan Heivia. Musuh sepertinya tahu kalau mereka bersembunyi di balik parit darurat ini dan mencoba menghancurkan parit ini juga.

Quenser mengernyit saat getaran itu sampai ke telinganya, tapi dia segera mengangkat kepalanya.

“Baby Magnum! Apakah seranganmu masih bisa mengenai tempat ini bahkan jika tidak akurat!?”

“I-iya. Aku bisa, tapi...”

“Aku akan berikan intruksinya kepadamu sekarang!! Gunakan koordinat 000212 sebagai basisnya, target adalah W-11, J-18, G-26, M-19, L-27, B-20, dan R-12!! Bahkan dengan angin yang kuat, kau harusnya bisa menghindari friendly fire dengan margin error plus atau minus 5! Kirim serangan bom karpet coilgun ke sini! Sekarang!!”

“Aku rasa serangan itu tidak akan melukai musuh.”

“Lakukan saja!! Seranganmu akan menyelesaikan semuanya!!”

“?”

Putri tidak tahu apa yang diinginkan oleh Quenser sebenarnya, tapi sepertinya putri pun tahu bahwa ini adalah situasi darurat dan setiap detiknya nyawa dipertaruhkan di sini. Bahkan tanpa penjelasan, dia mengikuti semua instruksi itu. Sebuah suara keras bergaung di seluruh wilayah. Karena mereka berada pada posisi di antara gunung, suara itu terdengar seperti suara dentuman keras di udara.

Coilgun milik Baby Magnum seharusnya menembak dengan kecepatan suara, tapi saat ini ia menembakkan peluru dengan kecepatan yang lebih rendah (Maka dari itu kekuatannya juga) supaya proyektil bisa jatuh tepat di arah yang diinginkan. Untuk sesaat, suara itu baru terdengar ketika proyektil itu menghantam tanah.

Namun, tidak ada waktu untuk terkagum atas hal ini.

Quenser meraih tepian retakan ini dengan kedua tangan dan berteriak kepada semua rekan-rekannya yang ada di situ lewat radio.

“Bertahan!! Retakannya mungkin akan melebar dan runtuh!!”

“Hei, apa yang kau inginkan sebenarnya!?”

Heivia melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dengan agak kesal, tapi tidak ada waktu untuk meminta penjelasan.

Coilgun itu menghujani semua yang ada di situ.

Massa logam itu tanpa ampun menusuk tanah solid yang ada di situ dan menimbulkan getaran seperti gempa bumi.

Proyektil itu memiliki berat 1 ton dan menancap ke dalam tanah sedalam 1 meter. Ia jatuh seperti hujan dari ketinggian 3800 meter, jadi tidak bisa dibayangkan seberapa besar energi kinetik yang ada di dalamnya.

Dengan suara ledakan , salju dan es beterbangan di udara dan jatuh kembali ke tanah seperti longsor. Quenser sudah berpegangan dengan cukup erat, tapi tangannya hampir terselip di ujung pegangannya. Namun, tidak bisa lagi merasakan kakinya. Gelombang ledakan membuat retakan itu lebar da tanah tempat dia berdiri pun ikut menghilang. Satu-satunya tanah solid yang ada di Antartika pun pecah seperti gelas yang retak.

“Sial!! Tidak peduli musuh atau sekutu, meriam Object benar-benar mengerikan!! Kau seharusnya melihat retakan ini dari satelit!” kata Heivia yang kesal saat dia berusaha keras untuk mengangkat kakinya di ujung retakan ini. “Hei, Quenser. Aku tidak suka permintaanmu yang tadi! Jujur saja, aku berharap kalau ledakan ini paling tidak bisa mengusir para teroris itu dari sini—“

Dia kemudian tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Dia sudah melihatnya.

Selongsong raksasa itu memiliki berat berton-ton dan menghujani tanah dari ketinggian yang cukup tinggi. Selongsong itu menghantam satu-satunya bagian di mana tanahnya solid di Antartika, gelombang ledakan menyebar ke seluruh arah, dan longsor pun terjadi di gunung salju terdekat dari sini.

Namun, ke-50 meriam itu sama sekali tidak terkena dampak dari serangan brutal ini.

Mereka tertutupi oleh salju dan es yang beterbangan akibat ledakan, tapi sepertinya tidak cukup kuat untuk membuat senjata itu tidak lagi berfungsi.

“Berengsek!!”

Tenggorokannya pun mengering. Ia merangkak di dalam retakan ini juga akan membuat mereka hancur berkeping-keping. Namun, mereka tidak bisa bersembunyi di kerak ini karena tembakan meriam Object tadi membuat kerakan ini membesar dan membuat tanah di sini menjadi seperti bukit.

Quenser kemudian memanjat keluar dari kerak itu dan berteriak, “Ayo panjat saja!!”

“Apa kau tahu apa yang baru saja kau katakan barusan!?”

“Kalau kau tidak melakukannya, kau akan mati!!”

Quenser sudah berada di atas retakan itu dan berteriak tanpa menjelaskan apa yang dia inginkan sebenarnya. Dia kemudian menggunakan radio untuk meminta semua orang melakukan hal yang sama. Heivia, tidak yakin apa yang harus ia lakukan sekarang, tapi dinding retakan ini telah menjadi seperti lereng bukit dan tidak ada pijakan untuk kakinya. Jika dia kehilangan kekuatan genggamannya dia pasti akan jatuh ke tanah dan mati. Dia akhirnya memutuskan untuk merangkak naik pada setengah perjalanan menuju ke atas dan memanjat pada jarak yang tersisa dengan sedikit putus asa.

Tentu saja tidak terhitung berapa banyak railgun dan coilgun yang mengarah pada mereka.

Mereka bukan makhluk dengan kekuatan luar biasa yang bisa menghindari serangan seperti itu.

“Sial!!”

Tahu bawa hal ini percuma, Heivia mengangkat senapannya.

Tapi Quenser berkata, “Tidak apa-apa.”

Heivia ingin menjawab, “Bagaimana mungkin ini baik-baik saja?”, tapi musuh sudah membuat gerakan pertama mereka.

Suara yang begitu menggelegar akibat tembakan railgun memerangkap di telinga Heivia dan membuat degupan jantungnya begitu kencang.

Satu tembakan saja dari senjata seperti itu cukup untuk menghancurkan kapal perusak menjadi dua.

Heivia hampir menutup matanya, tapi kemudian apa yang terjadi berikutnya di luar hasil perkiraannya sama sekali.

“....Hah?”

Heivia melihat dengan tatapan kosong dengan apa yang terjadi di depannya.

Dia memang merasakan sakit.

Namun, itu hanya karena serangan gelombang kejut yang dihasilkan oleh ledakannya. Jika proryektil itu mengenainya, dia pasti mati.

Tembakan railgun itu tidak mengenai merkea. Malahan meriam railgun itu terlempar pada arah yang berlawanan. Dan tidak hanya itu saja. Beberapa meriam kehilangan kekuatannya dan terdorong akibat tembakan yang terlampau kuat, yang lain pun runtuh ke samping, dan beberapa yang lain meluncur ke atas seperti roket. Puluhan railgun itu runtuh seperti layar domino yang belum selesai untuk runtuh.

Kepala Heivia penuh dengan pertanyaan.

“A-apa? Apa yang baru saja terjadi?”

“Aku yakin kalau jangkar yang ditanam di bawah tanah itu tidak lagi mampu menyokong railgun itu lagi.”

“?”

“Lebih jelasnya, retakan tanah inilah yang menghancurkan Object. Bukan meriam Baby Magnum.” Quenser berdiri dari posisi berbaringnya. “Railgun dan laser yang digunakan oleh Object didisain untuk bisa dipasang ke dalam tubuh seberat 200.000 tonnya. Saat ditembakkan, gelombang kejut dan gelombang panas tersebar ke seluruh arah. Meriam-meriam ini tidak digunakkan untuk melindungi markas karena friendly fire sama bahayanya dengan serangan musuh.”

“Lalu apa hubungannya dengan ini?”

“Saat diletakkan di tanah, kekuatan yang dihasilkan oleh meriam ini sangat besar dan gelombang kejut yang dihasilkan akan menghancurkan railgun itu sendiri. Mereka harus menanam jangkar sedalam 10 meter untuk menjaga keseimbangan dan supaya menahan gelombang kejut yang dihasilkan. Tapi..”

“Tembakan meriam putri menghancurkan tanah itu sendiri...”

“Jangkarnya tidak bisa lagi berfungsi. Tembakan pertama tadi juga tidak mengenai kita karena meriam itu miring dan bergetar. Setelah itu, kita tinggal melihat mereka seperti anak kecil yang menembak dengan magnum dengan satu tangan. Senjata itu akan melukai anak itu. Sementara menghindari area tembak railgun yang runtuh itu, kita harus menghancurkan kabel tenaganya. Beberapa dari mereka mungkin masih berfungsi.”

“Kalau begitu kita harus mencari siapa orang yang mengendalikan mereka.”

“Aku rasa aku punya ide.”

Quenser menggunkan dagunya untuk menunjuk observatorium nirawak milik Kerajaan Legitimasi yang terlihat begitu penuh dengan kehidupan. Sepertinya musuh yang mengendalikan meriam-meriam ini menggunakan penghangat yang ada di dalam observatorium. Satu-satunya tempat mereka bersantai sudah hancur, jadi mereka tentu saja panik.

“Ayo kita cari tempat yang lebih baik sebelum mereka menembak lagi,” kata Quenser saat dia menepuk pundak Heivia. “Saat pertempuran sesungguhnya terjadi, aku tidak akan berguna lagi, jadi kau yang akan memimpin kali ini Heivia.”