Overlord (Indonesia):Volume 5 Chapter 3
Part 1[edit]
Bulan Api Pertengahan (Bulan ke 8), Hari ke 26, 15:27
Setelah mengantarkan wanita tua itu ke rumahnya, Sebas menuju ke tujuan asalnya.
Tempat yang dia tuju dikelilingi oleh dinding-dinding yang lebar.
Dibaliknya, dia bisa melihat tiga menara, masing-masing tingginya sekitar lima lantai, Tak satu pun dari bangunan di daerah itu yang mencapai setinggi menara, membuat seolah-olah bangunan menara itu tampak yang paling tinggi.
Menara itu dikelilingi oleh bangunan-bangunan sempit setinggi dua lantai.
Ini adalah markas dari Guild Magician Kingdom. Mereka membutuhkan tanah tempat berlabuh seluas itu menciptakan magic baru dan mendidik para magic caster. Alasan mereka mendapatkan begitu banyak tanah meskipun menerima hampir tidak ada pendanaan dari Kingdom adalah karena mereka adalah yang bertanggung jawab dalam menciptakan item-item magic.
Pada akhirnya, dia melihat pintu yang terlihat kokoh. Pintu kayu yang dihias dan mengarah ke gedung dua lantai itu terbuka lebar, dengan masing-masing sisi diisi oleh penjaga bersenjata yang sedang berdiri berjaga.
Tanpa dihentikan oleh para penjaga - hanya menerima pandangan sekilas - Sebas melangkahkan kaki melewati pintu itu.
Di balik pintu itu ada satu set tangga-tangga yang lebar menuju tingkat ke pintu lain menyambungkannya dengan indah, gedung yang sudah tua terbuat dari marmer putih. Pintu itu juga dibiarkan terbuka seakan untuk menyambut seluruh tamu.
Melewati pintu itu ada aula untuk menerima tamu yang kecil, dan di baliknya ada lobi. Atap yang tinggi dari aula tersebut dihiasi dengan banyak tempat lilin yang dinyalakan dengan magic.
Di bagian kanan ada lobi ruang tunggu, dilengkapi dengan banyak sofa dimana beberapa magic caster terlihat sedang berada di tengah diskusi. Di bagian kiri berdiri sebuah papan pengumuman, banyak petualang dan orang-orang yang mengenakan juba magic caster bisa dilihat sedang menatap sungguh-sungguh ke arah perkamen yang ada di papan.
Lebih jauh lagi, beberapa pria muda dan wanita duduk di balik counter. Seluruhnya memiliki emblem yang sama dengan yang menggantung di depan gedung tersulam ke jubah mereka.
Di masing-masing sisi dari counter berdiri boneka seukuran makhluk hidup yang kurus tanpa mata atau hidung - sebuah golem kayu, mengingatkan kepada sketsa. Kelihatannya digunakan untuk keamanan. Selain dari penjaga di luar, alasan mengapa penjaga di dalam gedung bukan manusia adalah mungkin agar Guild Magic bisa tampil unik.
Tanpa melewatkan langkah, Sebas dengan langkah yang tegap mendekati counter.
Pria muda yang ada di counter mengenali Sebas dan menyapa Sebas dengan matanya. Sebas sedikit mengangguk meresponnya. Keduanya sudah cukup akrab satu sama lain karena kunjungannya yang berkali-kali.
Pria muda itu tersenyum dan memberikan sapaan yang biasanya kepada pria di depannya.
"Terima kasih sudah mengunjungi Guild Magician kami, Sebas-sama. Bolehkah saya bertanya tujuan kunjungan anda?"
"Aku ingin membeli sebuah gulungan magic. Boleh aku lihat daftarnya, seperti biasanya?"
"Ya, tentu saja."
Pria muda itu cepat-cepat meletakkan buku besar di counter. Dia kelihatannya sudah mempersiapkannya ketika dia melihat Sebas berjalan masuk.
Dibuat dari kertas putih yang tipis dan mewah dan juga cover dari kulit, itu adalah buku yang bagus sekali. Mempertimbangkan kalimat-kalimatnya disulam dengan benang emas, itu sendiri membuatnya sangat mahal.
Sebas menarik buku itu ke arahnya dan membukanya.
Sayangnya, dia tidak bisa membaca isi buku ini. Tidak, akan lebih akurat jika dikatakan bawah mereka yang berasal dari YGGDRASIL tidak bisa membca tulisan itu. Meskipun dia bisa mengerti ucapan mereka karena peraturan aneh di dunia ini, tulisan kalimat itu lain ceritanya.
Namun, tuannya telah memberikan item magic untuk masalah yang seperti ini.
Sebas menarik bungkus yang mengalangi dan membukanya.
Di dalamnya ada sepasang kacamata dengan frame yang tipis seperti perak. Melihat lebih dekat, mereka dihiasi dengan tulisan yang sempit - sebuah corak. Lensanya dibuat dari kristal es biru.
Saat dia memakai kacamata itu, magic di dalamnya membuat dia bisa membaca tulisan di buku tersebut.
Dia cepat-cepat membuka halaman tersebut dengan sangat teliti dan tiba-tiba menghentikan tangannya. Matanya bergerak dari buku itu dan berhenti ke wanita muda yang sedang duduk di balik counter, di samping pria muda tersebut. Dia bicara kepadanya dengan suara lembut.
"Apakah ada masalah?"
"Ti..tidak sama sekali."
Gadis itu tersipu dan merendahkan wajahnya.
"Saya hanya berpikir... bahwa postur anda sangat gagah."
"Terima kasih banyak."
Sebas menunjukkan senyum yang lembut, menyebabkan gadis itu semakin tersipu.
Pria lembut dengan rambut abu-abu seperti Sebas adalah seseorang yang bisa membuatmu tertarik hanya dengan melihatnya saja. Di atas air mukanya anggun, dia memancarkan sebuah keeleganan yang bisa menarik sembilan dari sepuluh kepala wanita, tak perduli berapapun usianya. Wanita muda di counter itu tidak bisa menahan diri untuk tidak keberatan menatap Sebas; lagipula itu sangat sering terjadi.
Sebas mengangguk dan mengembalikan tatapannya ke buku, tangannya berhenti pada halaman tertentu saat dia bertanya kepada pria muda itu.
"Magic ini - 'Floating Board', bisakah kamu bercerita kepadaku datilnya?"
"Tentu saja."
Pria muda itu mulai menjelaskannya tanpa ragu.
"'Floating Board' adalah magic tingkat 1 yang membuat papan transparan yang melayang. Batas ukuran dan berat dari papan itu bervariasi tergantung dari penggunanya, tapi ketika diaktifkan dari gulungan, ukurannya satu meter pada seluruh sisinya dan bisa menahan sekitar 50 kg. Penggunannya bisa berada sekitar lima meter dari papan tersebut. Tolong dicatat bahwa papan itu hanya bisa mengikuti, papan itu tidak akan bisa mengenali perintah gerakan lain apapun seperti berada di depan dan lain sebagainya. Jika penggunanya berputar 180 derajat dengan cepat di tempat, papan itu akan pelan-pelan membetulkan posisinya sendiri di belakang si pengguna. Mantra ini biasanya digunakan untuk mengangkut barang-barang dan di dalam tempat pembangunan."
Sebas menganggukkan kepalanya.
"Ternyata begitu. Kalau begitu aku ingin satu gulungan dengan magic ini."
"Mengerti."
Pria itu tidak terkejut dengan kenyataan bahwa dia memilih magic yang lebih tidak terkenal. Kebanyakan dari gulungan-gulungan yang akan Sebas beli adalah semacam yang tidak terkenal, seperti yang satu ini. Guild Magician hanya bisa berterima kasih kepadanya karena membantu menyingkirkan persediaan mereka yang berlebihan.
"Apakah hanya satu gulungan saja?"
"Ya, tolong jika bisa."
Pria muda itu memberi isyarat kepada pria yang duduk di belakangnya.
Setelah mendengarkan seluruh percakapan, pria itu langsung berdiri dan memasuki pintu di belakang counter. Scroll (gulungan) adalah komoditas yang mahal. Meskipun ada penjaga, gulungan tidak seharusnya ditempat di counter.
Sekitar lima menit kemudian, pria itu kembali. Di tangannya ada sebuah perkamen yang tergulung.
"Ini dia."
Sebas memandang perkamen yang diletakkan di counter. Pekerjaan keterampilan pada perkamen itu sangat mengesankan, meskipun dengan sekali tatapan, gulungan itu sangat berbeda dari yang bisa ditemukan di pasar. Dia memeriksa untuk memastikan bahwa nama dari magic yang tertulis di tinta hitam sama dengan magic yang dia inginkan lalu melepas kacamatanya.
"Saya telah memastikannya. Saya akan mengambil ini."
"Terima kasih banyak."
Pria muda itu dengan sopan membungkukkan kepalanya.
"Ini adalah gulungan mantra tingkat 1 dan harganya adalah satu koin emas dan sepuluh koin perak."
Sebuah potion yang dibuat dari mantra dengan tingkat yang sama berharga dua koin emas. Dibandingkan dengan itu, gulungan ini relatif murah. Sebuah gulungan biasanya sangat spesial, mereka hanya bisa digunakan oleh mereka yang benar-benar mengetahui cabang magic yang sama. Pada dasarnya berarti bahwa sebuah potion yang bisa digunakan oleh siapapun jelas berharga lebih tinggi.
Tentu saja, meskipun menyebutnya murah, koin satu emas dan sepuluh perak masih disebut jumlah yang besar untuk orang biasa. Itu sekitar sebulan setengah nilai dari gaji. Namun, bagi Sebas- tidak, bagi yang dia layani, jumlah itu sangat remeh.
Sebas mengeluarkan sebuah kantung kulit, melonggarkan bagian atasnya, dan menghitung sebelas koin. Dia lalu menyerahkan jumlah itu ke pria muda tersebut.
"Pembayarannya telah diterima."
Pria muda itu tidak melakukan sesuatu seperti memeriksa koin atas keasliannya di depan Sebas. Dia telah berdagang dengan mereka cukup sering sehingga memperoleh kepercayaan mereka.
"Orang tua itu keren!"
"Yeah!"
Setelah Sebas keluar dari Guild Magician, resepsionis tersebut, terutama yang wanita, berkumpul bersama dan mulai membuat keributan.
Daripada disebut wajah-wajah wanita yang bijaksana, mereka mengeluarkan wajah-wajah dari gadis yang baru saja bertemu dengan pangeran yang mereka kagumi. Salah satu pria yang duduk di counter mengerutkan dahi karena iri, tapi karena dia telah merasakan keeleganan dari Sebas pertama kali, dia tetap diam.
"Dia pasti telah melayani bangsawan dengan peringkat yang luar biasa tinggi sebelumnya. Tidak heran jika dia adalah anak ketiga dari rumah bangsawan kaya."
Bahkan bagi seorang bangsawan, sangat umum bagi mereka yang tidak bisa mewarisi rumah tangga menjadi kepala pelayan atau para pelayan. Semakin tinggi gelar bangsawannya, semakin tinggi keinginan mereka untuk mempekerjakan palayan seperti itu. Suasana elegan yang mengelilingi Sebas membuat orang lain percaya bahwa dia adalah bangsawan sendiri.
"Dia bersikap luar biasa bagus."
Kelompok di belakang counter semuanya menganggukkan kepala mereka setuju.
"Kurasa aku pasti akan mengatakan ya jika dia memintaku untuk minum teh."
"yeah, aku akan pergi! aku akan pergi! Pasti!"
Gadis-gadis itu geger sendiri dengan suara bernada tinggi. Seperti bagaimana dia mungkin adalah tipe yang akrab dengan toko-toko yang luar biasa elegan. Bagaimana dia menjadi pengawal yang sempurna dan semacam itu. Pria-pria yang menatap mereka dari samping dan membuka diskusi mereka sendiri.
"Dia kelihatannya sangat berpendidikan. Jangan-jangan dia sendiri adalah seorang magic caster?"
"Mungkin saja, itu mungkin saja."
Mantra-mantra yang diambil Sebas selalu yang baru saja ditemukan. Itulah kenapa mereka bisa menebak dia memiliki pengetahuan tentang magic. Jika dia disini karena perintah untuk membeli sebuah mantra, maka dia bisa cukup mengatakan nama mantranya langsung ke counter tanpa melalui buku. Fakta bahwa dia membuat pilihan setelah melihat seluruh daftar artinya bahwa dia sendiri membuat keputusan terhadap mantra apa yang harus dibeli.
Dia pasti bukan orang tua biasa. Dengan kata lain, tidak aneh jika berpikir dia adalah seorang guru dalam magic - seorang magic caster.
"Dan kacamata itu... bukan itu kelihatannya luar biasa mahal?"
"Jangan-jangan itu adalah item magic?"
"Tidak, bukannya itu hanya item mewah? Mungin dwarf yang membuatnya."
"Benar, dia sangat luar biasa bisa memiliki sepasang kacamata yang indah itu."
"Aku ingin melihat gadis cantik yang dia bawa dengannya sekali waktu dulu."
Kalimat dari yang digumamkan oleh pria itu hampir seperti renungan yang bertemu dengan suara penolakan dari sampingnya.
"Apa~? Yang dimiliki oleh wanita itu hanya tampangnya saja."
"yeah, aku kasihan pada Sebas-san. Dia pasti terlalu banyak bekerja karenanya."
"Meskipun dia cantik, dia pasti memiliki kepribadian yang buruk. Aku tidak suka dengan caranya yang melihat kita. Aku kasihan pada Sebas-san yang harus melayani orang seperti itu."
Kritik yang keras pada jenis kelamin yang sama dari seorang wanita membuat pria-pria tersebut menutup mulut mereka.
Tuan dari Sebas memiliki gadis cantik yang bisa membuat orang lain jatuh cinta dengannya hanya dalam sekejap. Meskipun wanita di samping mereka cukup cantik untuk dipilih sebagai wajah dari Guild Magician, perbedaannya seperti malam dan siang. Meskipun pekerja pria ingin mengatakan kepada mereka untuk tidak iri, jelas sekali apa yang akan terjadi jika mereka melakukan itu. Tak ada atupun diantara mereka yang akan sebodoh itu. Itulah mengapa-
"Hey, cukup sudah ngobrolnya."
Pria muda itu melihat seorang petualang yang menuju counter dan mengarahkan suaranya kepada kelompok tersebut, mendesak mereka untuk mengeluarkan ekspresi serius dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Setelah meninggalkan Guild Magician, Sebas menatap ke arah langit.
Karena mengantarkan wanita tua pulang ke rumah memerlukan waktu yang lebih lama dari yang diduga, langit mulai menjadi merah. Meskipun jamnya menunjukkan bahwa itu adalah waktu jam malam, dia masih belum selesai dengan tugas harian. Karena itu bukan masalah, apakah dia harus mendorongnya untuk besok? Atau mungkin dia harus menyelesaikan sisa pekerjaannya, meskipun jika itu artinya melewati waktu yang diperbolehkan.
Keraguannya hanya bertahan sejenak.
Menolong wanita tua adalah keputusannya yang sepihak, dia harus bertanggung jawab.
"-Shadow Demon."
Twitch. Sebas merasa bayangannya bergerak.
"Tolong kirim ucapan ke Solution. Bilang padanya aku akan sedikit telat. Itu saja."
Meskipun tidak ada jawaban, wujud itu bergerak dan menjadi jauh, seakan bergerak di antara bayangan-bayangan.
"Kalau begitu sekarang..."
Dia tidak memiliki. Sasarannya adalah memetakan keseluruhan geografi dari ibukota. Dia tidak diperintahkan untuk melakukan itu; namun, itu karena keinginannya saja sebagai bagian dari pengumpulan informasi.
"Mari kita menuju kesana hari ini."
Setelah bergumam demikian, Sebas mengusap rambutnya ke belakang dan memutar gulungan di salah satu tangannya. Dia seperti anak kecil yang menikmati diri sendiri.
Dia berjalan jauh dan semakin jauh, dari pusat ibukota, dari tempat dimana ketertiban publik yang terbaik.
Setelah melalui jalanan yang berkelok-kelok, jalanan mulai menjadi kotor dan sedikit bau tak sedap mulai merembes di udara. Itu adalah bau dari makanan busuk dan selokan. Sebas berjalan tanpa bicara menembus bau yang terancam menempel di bajunya.
Sebas tiba-tiba menghentikan langkahnya dan melihat ke sekeliling. Dia kelihatannya sudah berjalan ke lorong belakang. jalan itu lebarnya hampir tidak cukup bisa digunakan untuk dua orang yang saling bertatapan.
Lorong yang sempit dan matahari yang tenggelam, tak ada tanda-tanda orang-orang dimanapun, mereka membuatnya sulit bagi orang-orang untuk mengambil jalan ini. Tapi tak ada yang menimbulkan masalah bagi Sebas. Dia berjalan tanpa bicara, berbaur dalam kegelapan.
Sebas memutar di beberapa sudut di dalam arah yang lebih terpencil daripada yang terakhir dan tiba-tiba, langkahnya yang tegap harus terhenti.
Tanpa tujuan yang khusus di pikiran, dia telah berjalan kemanapun kaki dan insting membawanya. Namun, dia sadar dia telah berjalan sangat jauh dari pemukiman yang dia jadikan sebagai markas mereka. Dengan menggunakan intuisinya, Sebas mengira-ngira secara kasar lokasinya saat ini dan menarik sebuah garis di kepalanya dari sini ke markas.
Meskipun itu adalah jarak yang remeh dalam pertimbangan kemampuan fisik Sebas, itu hanya bisa diaplikasikan ketika bergerak di dalam garis yang lurus. Berjalan secara normal biasanya akan menghabiskan sedikit waktu. Karena ini sudah hampir waktu bagi kelambu malam turun, akan lebih bijaksana baginya untuk mulai berjalan kembali. Dia tidak ingin membuat Solution yang tinggal bersamanya menjadi khawatir. Jika ada musuh yang kuat muncul, baik Solution dan Sebas memiliki Shadow Demon yang bersembunyi di dalam bayangan mereka. Dengan menggunakan mereka sebagai tameng akan memberikan mereka banyak waktu untuk mundur. Namun --
"...Aku seharusnya kembali."
Meskipun sejujurnya, dia ingin melanjutkan perjalanannya sedikit lagi. Ini hampir seperti hobi miliknya; dia akan sering lupa waktu ketika itu ada hubungannya dengan jalan-jalan di luar. Namun, meskipun dia harus mundur, Sebas merasa bahwa dia perlu setidaknya melihat apa yang ada di ujung jalan ini dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuruni lorong yang sempit.
Saat dia berjalan tanpa suara menembus kegelapan, sebuah suara berderit yang tiba-tiba muncul terdengar 15 meter di depannya. Sebuah pintu besi yang berat perlahan-lahan terbuka di sana, memuntahkan cahaya interiornya ke luar. Sebas berhenti dan mengamati diam-diam pemandangan di depannya.
Ketika pintu itu dibuka lebar, sebuah wajah seseorang mulai muncul. Meskipun dia hanya bisa membedakan siluetnya karena cahaya dari belakang, mungkin itu adalah seorang pria. Dia muncul untuk memeriksa sekitarnya dan, gagal mengetahui Sebas, lalu kembali ke dalam.
Thud. Tiba-tiba, sebuah karung yang berat terbang dari pintu itu dan menabrak tanah. Cahaya yang merembes dari pintu terjatuh ke karung tersebut, dan dilihat dari bentuknya, kelihatanya itu adalah sesuatu yang lembut di dalamnya.
Meskipun pintu itu terbuka, pria yang melempar karung itu seakan melemparkan sampah tidak muncul kembali.
Untuk sesaat, Sebas mengerutkan dahi lalu bertanya-tanya apakah dia harus melewatinya atau kembali ke arah dia datang. Dia harus menemui insiden yang sangat menyusahkan.
Setelah ragu sesaat, dia melanjutkan menelusuri jalanan yang sempit dan sunyi dari gelapnya lorong.
Mulut dari karung lebar itu terbuka.
Suara dari langkah kaki Sebas bergema ke seluruh lorong dan pada akhirnya, jarak antara dia dan karung itu menjadi pendek.
Saat dia akan berjalan melewati karung itu, kakinya berhenti.
Sebas merasakan sesuatu menyentuh celananya. Dia menurunkan tatapannya dan disana, menemukan apa yang tidak dia duga.
Terjulur dari karung itu, sebuah lengan kurus yang mirip dengan ranting sedang memegang ujung celananya dan tubuh tanpa busana atas dari seorang gadis.
Karung itu sekarang terbuka lebar, menampakkan penuh tubuh seorang gadis dari pinggang ke atas.
Pupilnya yang biru tidak memiliki kekuatan, menutupi kilatan yang keruh. Rambut yang turun ke bahu menjadi layu karena kekurangan nutrisi. Wajahnya babak belur, lebam-lebam seperti balon. Kulitnya yang kering dan pecah-pecah dikotori oleh titik-titik pink yang tak terhitung julahnya dengan ukuran jari kuku.
Tubuh yang kurus kering itu hampir tidak menyisakan kehidupan sama sekali.
Sudah tidak ada bedanya lagi dengan mayat. Tidak, jelas sekali dia masih hidup. Tangan yang menggenggam ujung celana Sebas membuktikannya. Tapi apakah kamu bisa menyebut seseorang yang hampir tidak bernafas itu dengan hidup?
"...Tolong maukah kamu melepaskan tanganmu?"
Tidak ada respon dari kata-katanya. Jelas sekali bahwa gadis itu tidak mengabaikan Sebas meskipun mendengar apa yang Sebas katakan. Selain dari lebam-lebam dan retakan di kelopak matanya, tak ada lagi yang terpantul di matanya yang buram saat memandang ke ruang kosong.
Jika Sebas menggerakkan kakinya, dia bisa dengan mudah menyingkirkan jari-jari yang lebih kurus dari ranting pohon itu. Namun, dia tidak melakukannya dan malahan, bertanya sekali lagi.
"...Apakah kamu sedang dalam masalah? Jika iya--"
"-Hey, pak tua, darimana kamu datang."
Sebuah suara yang rendah dan mengancam menyela Sebas.
Seorang pria muncul dari pintu. Dada dan lengan yang tebal dengan sebuah luka di wajahnya, pria itu menatap dengan tajam ke arah Sebas dengan rasa permusuhan yang jelas bisa dilihat oleh siapapun. Lentera di tangannya mengeluarkan sinar merah.
"Oi, oi, oi. Kamu lihat apa, pak tua?"
Pria itu membuat suara klik dengan lidahnya dan mengisyaratkan dengan dagunya.
"Menyingkirlah. Jika kamu pergi sekarang maka aku akan membiarkanmu pergi dengan utuh."
Melihat Sebas yang tidak bergerak meskipun sudah diperingatkan, pria itu mengambil langkah maju. Pintu di belakangnya dibanting dengan suara bantingan yang keras. Dengan sangat pelan, pria yang mengancam itu menurunkan lenteranya ke kaki.
"Hey kakek, kamu tuli ya?"
Pria itu memutar bahunya, menggeretakkan lehernya, dan pelan-pelan mengangkat tinju kanannya. Dia jelas sekali bukan seseorang yang akan ragu untuk melakukan kekerasan.
"Hmm..."
Sebas tersenyum, satu senyum yang sangat cocok untuk ekspresi seorang bapak tua yang lembut. Senyumnya membuat orang lain merasakan kebaikannya dan mengalami perasaan lega. Tapi untuk alasan tertentu, pria itu mengambil langkah mundur, seakan binatang karnivora yang kuat telah muncul di depannya tanpa peringatan.
"Uhh, uh, uh, ap--"
Tertekan oleh senyum Sebas, pria itu berujar tidak karuan. Bahkan tanpa menyadari nafasnya yang semakin tidak karuan, pria itu mencoba untuk mundur lebih jauh.
Sebas mengencangkan gulungan yang sedang dia pegang dengan tangannya dari tadi ke ikat pinggangnya, gulungan yang dia beli dari guild magician. Dia mengambil satu langkah ke depan untuk mengurangi jarak antara dia dan pria yang mengulurkan tangannya. Pria itu bahkan tidak bisa bereaksi terhadap gerakan tersebut. Tangan yang sedang menggenggam ujung celana Sebas terjatuh ke tanah tanpa suara.
Seakan itu adalah sebuah sinyal, tangan sebas langsung terulur menggenggam tenggorokan pria itu dan - dengan mudahnya, tubuh itu diangkat ke udara.
Ketika membandingkan Sebas dengan pria yang hanya berdasarkan penampilan luar, Sebas tidak ada peluang menang. Usia, ketebalan dada, lengan, tinggi, berat dan bau kekerasan yang merebak dari tubuh mereka, Sebas tidak bisa mengalahkannya dalam hal apapun.
Pria tua itu mengangkat pria yang sangat berat itu ke udara hanya dengan satu tangan -
-Tidak, bukan itu masalahnya. Jika ada pihak ketiga yang hadir, orang itu mungkin akan bisa merasakan dengan tajam 'perbedaan' diantara keduanya. Manusia yang memiliki indera makhluk hidup - meskipun sudah tumpul daripada binatang liar, apakah mereka tidak akan menyadarinya jika perbedaan yang sangat jelas itu tergeletak di depan mereka?
'Perbedaan' antara Sebas dan pria itu adalah -
- perbedaan antara yang terkuat dan yang terlemah.
Setelah benar-benar tidak menginjakkan kakinya di tanah, pria itu menerjangkan kakinya kesana kemari dan memutar tubuhnya. Saat dia mencoba untuk menggenggam lengan Sebas dengan tangannya, matanya dipenuhi dengan terror, seakan jika dia telah menyadari.
Pria tersebut baru menyadari bahwa pak tua di depannya itu adalah sebuah wujud yang sama sekali berbeda dari penampilan luarnya. Pembalasan yang tak berguna hanya akan membuat marah monster di depannya.
"Gadis itu, 'apa' dia?"
Sebuah suara yang lirih mengalir ke arah pria yang sudah kaku karena ketakutan.
Suara itu mengalir dengan lirih, seperti air yang jernih. Sama sekali berlawanan dengan bagaimana dia dengan mudahnya menggenggam pria itu ke udara dengan satu tangan hanya membuat pria tersebut semakin ketakutan.
"Di..Dia adalah pekerja kami."
Pria tersebut merespon dengan mati-matian, suaranya mengandung ketakutan.
"Aku tanya 'apa' dia. Apakah kamu membalas pertanyaanku dengan berkata bahwa dia adalah seorang 'pegawai'?"
Pria itu bertanya-tanya apakah dia memberikan jawaban yang salah. Namun bukankah itu adalah balasan yang paling benar di dalam situasi ini? Matanya yang melebar terlihat penuh ketakutan, bergerak kesana kemari seperti mata dari binatang yang ketakutan.
"Ah, ada beberapa diantara rekan-rekanku yang juga memperlakukan manusia seperti obyek. Aku berusaha menebak apakah kamu termasuk ke dalam kategori mereka atau tidak. Jika kamu melihat manusia sebagai obyek, maka kamu tidak akan merasakan penyesalan apapun. Tapi jika kamu membalas dengan menganggap dia sebagai pegawai. Maka kamu telah melakukan apa yang sudah kamu lakukan ketika menyadari dia sebagai seorang manusia, benarkah? Aku akan tanya sekali lagi. Apa yang ingin kamu lakukan kepadanya?"
Pria itu berpikir sejenak. Namun-
Sebuah suara seperti diremukkan terdengar.
Kekuatan mengalir ke lengan Sebas, dengan sekejap membuatnya sangat menyakitkan bagi pria itu untuk bernafas.
"-Urrkgahhh!"
Pria itu berteriak dengan suara ganjil saat Sebas mengalirkan kekuatan ke tangannya, membuatnya semakin susah bagi pria tersebut untuk bernafas. 'Aku tidak akan memberimu waktu untuk berpikir', jawab langsung'. Pesan Sebas sangat jelas.
"Di-Dia sedang sakit. Aku sedang membawanya ke kui-"
"-Aku tidak suka kebohongan."
"Gaaghhah!"
Kekuatan dari lengan Sebas semakin kuat dan wajah pria itu menjadi sangat merah saat dia berteriak sekali lagi. Meskipun dia bisa menangguhkan seluruh rasa tidak percaya dan mengakui bahwa meletakkannya ke dalam karung untuk membawanya ke kuil adalah sebuah kemungkinan, Sebas tidak bisa merasakan sedikitpun kekhawatiran dari pria tersebut kepada gadis itu ketika karung yang sama dilempar ke tanah, seperti dia sedang membuang sampah.
"Hentikan... Gaah."
Dengan udara yang keluar dari tubuhnya, hidup pria itu dalam bahaya. Dia mulai memukul-mukulkan kakinya, tak mampu lagi berpikir yang lain.
Sebas dengan mudah menahan tinju yang mengarah ke wajahnya dengan satu tangan. Meskipun ayunan kaki pria tersebut mendarat di tubuh Sebas dan mengotori pakaiannya, Sebas tidak bergeming.
-Itu jelas sekali. Seorang manusia biasa tidak bisa menggerakkan sebuah gumpalan baja raksasa dengan kaki mereka.
Meskipun Sebas ditendang oleh sepasang kaki yang tebal, Sebas dengan tenang melanjutkan bicaranya, seakaan dia sendiri tidak merasakan luka.
"Aku menyarankanmu untuk bicara yang sebenarnya."
"Urk--"
Dengan pria yang tak lagi bisa bernafas itu, Sebas memicingkan matanya saat dia melihat ke arah wajah pria itu yang memerah. Dia menyasar saat sebelum dia kehilangan kesadaran dan melepaskannya.
Pria itu bergulung di tanah dengan suara yang keras.
"Uugh, haa, haa, haa."
Dia mengeluarkan udara terakhir yang tersisa di paru-parunya dengan sebuah teriakan dan dengan rakus menghirup udara untuk bernafas. Sebas melihat ke bawah dengan diam. Dia lalu meraih tenggorokan pria itu sekali lagi.
"Tu-Tunggu, Tunggu sebentar!"
Dengan ketakutan yang menusuk tubuhnya, dia dengan kesakitan bicara tergagap-gagap di lantai, jauh dari tangan Sebas.
"Ku-Ku-Kuil! Aku akan membawanya ke kuil!"
Masih berbohong, semangatnya ternyata tak diduga kuat juga...
Sebas mengira pria tersebut akan berubah karena luka dan takut mati. Namun, meskipun ketakutan, dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan menumpahkan kebenaran. Bahaya dari membocorkan informasi sama bahayanya terhadap yang ditunjukkan Sebas.
Sebas mempertimbangkan untuk merubah pendekatannya. Setelah dipikir-pikir, tempat ini adalah teritori musuh. Alasan pria itu tidak meminta bantuan dari balik pintu adalah karena dia tidak mengira siapapun sekutunya akan langsung merespon. Bagaimanapun juga, tetap disini lebih lama lagi akan menyebabkan situasi semakin menyusahkan.
Dia tidak menerima perintah apapun untuk menyebabkan masalah bagi tuannya, hanya tetap bersembunyi dan dengan diam-diam mengumpulkan informasi.
"Jika memang itu rencanamu maka tidak ada masalah meskipun jika aku yang membawanya kesana. Aku akan memastikan dia sembuh."
Mata terkejut pria itu bergerak dari samping ke samping. Dia lalu mati-matian menekan kalimat berikutnya.
"...Tidak ada jaminan bahwa kamu akan membawanya kesana."
"Kalau begitu bagaimana jika kamu menemaniku?"
"Aku sibuk sekarang jadi aku tidak bisa. Aku akan membawanya nanti."
Merasakan sesuatu pada ekspresi Sebas, pria itu lalu cepat-cepat melanjutkan.
"Itu resminya adalah milik kami. Jika kamu menyentuh properti orang lain maka kamu telah melawan hukum! Jika kamu membawanya denganmu maka itu adalah penculikan!"
Sebas tiba-tiba terdiam dan mengerutkan dahinya untuk pertama kali.
Pria itu menyerang di tempat yang paling sakit.
Meskipun tuannya telah berkata bahwa tidak apa untuk menonjol dalam jarak tertentu, itu hanya boleh ketika diperlukan saja untuk penyamaran mereka sebagai putri keluarga kaya dan kepala pelayannya.
Jika dia melawan hukum dan mengundang tangan-tangan orang-orang hukum, ada kemungkinan samaran mereka akan terbongkar. Dengan kata lain, itu akan menjadi keributan besar dan menjadi tipe insiden mencolok yang tepat seperti yang tuannya tidak inginkan.
Meskipun sulit untuk membayangkan bahwa pria yang terlihat kasar dan keras ini berpendidikan, nadanya masih tetap percaya diri. Dia pasti telah mendengarnya dari orang lain yang berpengetahuan tentang hukum. Maka ada kemungkinan besar bahwa klaimnya memang benar.
Tanpa saksi yang terlihat, jawabannya mudah. Dia bisa saja menyelesaikannya melalui kekuatan. Yang tertinggal hanyalah mayat dengan leher yang patah.
Tapi itu hanya ketika benar-benar diperlukan. Itu adalah metode terakhir dan buntu yang digunakan ketika berbenturan dengan tujuan tuannya. Itu tidak bisa digunakan demi gadis yang tidak diketahui yang baru saja dia temui ini.
Lalu apakah membiarkan gadis itu adalah pilihan yang benar?
Sebas merasa rasa jengkelnya meningkat karena senyum kasar pria itu.
"Bisakah seorang kepala pelayan yang hebat dan sopan sepertimu membuat masalah untuk tuanmu di belakang mereka?"
Pria itu sekarang menyeringai, melihat bagaimana Sebas yang mengerutkan dahi menjadi sangat jelas, dia pasti menyadari bahwa dia telah memegang kelemahan kepala pelayan itu.
"Aku tidak tahu bangsawan mana yang kamu layani, tapi bukankah kamu akan melukai tuanmu jika kamu menyebabkan masalah? Ahn? Dan siapa tahu, bangsawan itu mungkin memiliki hubungan yang bagus dengan kami. Bukankah kamu akan dimarahi?"
"...Apa kamu kira tuanku adalah seseorang yang tidak bisa mengurusi hukum? Peraturan dibuat untuk dihancurkan oleh yang kuat."
Seakan jika dia mengenainya, pria itu terlihat sesaat ketakutan tapi langsung memperoleh rasa percaya dirinya.
"...Jadi bagaimana kalau kamu mencobanya?"
"...Hmm."
Pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda jatuh ke dalam sesumbar Sebas. Yang mendukungnya pasti adalah figur yang sangat berpengaruh. Memutuskan bahwa menyerang dari arah ini tidak efektif, Sebas memutuskan untuk mendekati dari sudut pandang yang lain.
"...Kamu mungkin benar. Berbenturan dengan hukum mungkin memang sangat menyusahkan. Namun, ada hukum juga yang menyatakan bawah seseorang boleh menyelamatkan orang lain dengan paksaan jika memang membutuhkan. Aku hanya mengikuti hukum dan memberinya bantuan. Pertama dan yang terakhir, karena dia kelihatannya tidak sadar, Aku yakin dia harus dibawa ke kuil untuk dirawat. Apakah kamu setuju?"
"Uh... tidak.. itu.."
Pria itu kelihatannya kehilangan kata-kata.
Topengnya sudah terbongkar.
Sebas merasa lega bahwa pria itu adalah aktor yang payah dan si bodoh yang berotak lemah. Dia telah berbohong. Karena pihak lain menyebutkan hukum, Sebas hanya memilih melakukan hal yang sama.
Sebas, yang tidak akrab dengan hukum negara ini, tidak akan mungkin bisa merespon jika pria itu menegurnya dengan hukum lain; meskipun pria itu berbohong. Pria itu akhirnya berada di posisi ini karena dia hanya tahu hukum dari yang dia dengar dan tidak repot-repot mempelajarinya.
Karena pengetahuannya terhadap hukum adalah apa yang dia dengar, itu akan kembali menggigitnya jika musuhnya memiliki untuk berdebat secara legalitas. Dan pria itu kelihatannya adalah anggota peringkat rendah dari organisasinya. Dia tidak terbiasa berada di posisi dimana dia membuat keputusan sendiri.
Sebas membuang matanya dari pria tersebut dan membawa mendekati kepala gadis itu.
"Apakah kamu ingin aku menolongmu?"
Sebas bertanya kepadanya. Dia mencondongkan tubuhnya ke arah bibir gadis yang retak dan mendesau itu.
Suara samar-samar dari nafasnya mengalir ke telinga Sebas. Tidak, apakah itu bisa disebut seperti itu? Itu adalah suara dari udara tersisa yang terakhir keluar dari balon.
Tidak ada respon. Sebas sedikit memutar kepalanya dan bertanya sekali lagi.
"Apakah kamu ingin aku menolongmu?"
Keadaan yang berputar di sekeliling dari membantu gadis itu dan wanita tua sebelumnya sangat berbeda. Meskipun Sebas memang ingin membantu orang lain yang membutuhkan, ada kemungkinan yang besar bahwa menolong gadis ini akan membawanya ke dalam masalah yang tidak kecil. Sebas merasa seakan angin yang dingin melewati hatinya. Dia khawatir apakah Supreme Being akan mengizinkan atau tidak tindakan semacam itu, tentang bagaimana ini mungkin akan mengkhianati tujuan yang lebih tinggi.
Seperti yang diduga, tidak ada balasan.
Wajah pria itu pelan-pelan menjadi senyuman kasar.
Bagi seseorang yang sangat familiar dengan keadaannya yang seperti neraka, jelas sekali bahwa dia bahkan tidak akan memiliki energi untuk bicara. Jika tidak, pria itu pasti tidak akan menariknya keluar untuk membuangnya dari awal.
Sebuah keberuntungan tidak muncul pada akhirnya. Jika memang sering terjadi, maka itu bukan disebut keberuntungan dari awalnya.
Benar sekali. Jika tangan yang menggenggam ujung celana Sebas adalah sebuah keberuntungan, maka tidak akan ada yang kedua kalinya.
-Keberuntungan gadis itu sudah habis saat Sebas melangkahkan kaki ke tempat ini. Semua yang mengikuti setelahnya adalah hasil dari keinginannya untuk hidup.
Itu - takkan pernah terjadi karena keberuntungan.
-Sedikit.
-Meskipun sangat sedikit, mulutnya bergerak. Suaranya tidak mengalir secara alami seperti bagaimana dia bernafas. Mereka mengandung keinginan yang jelas dan berbeda.
"--"
Mendengar kalimat itu, Sebas memberikan sebuah anggukan.
"...Aku tidak berniat menyelamatkan mereka yang hanya berdoa agar yang lainnya mengulurkan tangan mereka, seperti tanaman yang menunggu hujan. Namun... jika mereka sendiri bertarung untuk selamat...."
Sebas menutupi mata gadis itu dengan tangannya.
"Jangan takut, istirahatlah sekarang. Aku akan menempatkanmu di bawah perlindunganku."
Bergantung kepada sensasi hangat dan lembut, gadis itu menutup matanya yang buram.
Pria itu tidak percaya dan mencoba untuk mengeluarkan respon suara yang jelas.
"Kamu boho.."
Sisanya tidak bisa terdengar. Tubuh pria itu membeku, suaranya tersendat di tenggorokan.
"Apakah kamu berkata bahwa aku bohong?"
Sebelum siapapun bisa melihat, Sebas berdiri, menusuk pria itu dengan tatapannya.
Matanya sangat menakutkan.
Nafas pria tersebut menjadi pendek-pendek karena sensasi di hatinya yang hampir meledak.
"Apakah kamu mengklaim bahwa aku akan berbohong kepadamu?"
"Uh, ti.. tidak."
Gulp, Tenggorokan pria tersebut bergerak saat dia menelan air liur dalam jumlah besar yang dikumpulkan di mulutnya. Matanya menjadi terpaku ke lengan Sebas. Ketakutan yang dia dengan bodohnya lupakan karena tidak tahu tempatnya telah kembali.
"Kalau begitu aku akan membawanya bersamaku."
"A- Anda tidak boleh! Tidak, jangan, tuan, anda tidak boleh!"
Sebas menatap pria yang meninggikan suaranya lagi.
"Apakah kamu masih memiliki sesuatu untuk dikatakan? Apakah kamu mencoba untuk mengulur waktu?"
"Ti..Tidak tuan, bukan begitu. Aku bilang kepada anda bahwa akan menjadi masalah yang sangat besar jika anda membawa gadis itu, bagi anda dan juga bagi tuan anda. Eight Finger, apakah kamu tidak tahu mereka?"
Sebas telah mendengar mereka dari informasi yang dikumpulkan. Mereka adalah sebuah organisasi kriminal yang bergerak dari bayang-bayang Kingdom.
"Anda mengerti, ya kan? Tolong tuan, pura-pura saja anda tidak melihat apapun. Jika anda membawanya maka mereka akan menghukum saya karena sudah mengacaukannya."
Pria itu menyadari bahwa dia tidak bisa menang dengan kekuatan dan mengambil sikap memuji. Sebas melihatnya dengan tatapan dingin dan berbicara dengan suara yang dingin pula.
"Aku akan membawanya denganku."
"Ampuni aku, Aku mohon pada anda! Aku bisa tewas!"
Mungkin seharusnya aku membunuhnya disini.
Sebas terjatuh ke dalam pemikiran. Dia bisa mendengar pria yang menangis itu sambil menimbang konsekuensi positif atau negatif dari membunuhnya.
Meskipun dia mengira bahwa pria itu mencoba untuk mengulur waktu agar sekutunya tiba, dia menyingkirkan kemungkinan itu saat melihat sikapnya.
"Mengapa kamu tidak memanggil bantuan?"
Pria itu berkedip dan langsung membalas.
Menurutnya, jika dia kehilangan mereka ketika dia meminta bantuan, kenyataan bahwa dia membuat kesalahan fatal akan diketahui oleh kawan-kawannya. Dia juga tidak berpikir bahwa mereka akan menang sepertinya, meskipun dengan lebih banyak orang. Itulah kenapa dia mencoba untuk meyakinkan Sebas untuk berubah pikiran.
Melihat sikap menyedihkan itu, Sebas merasa tekanan telah lepas dari tubuhnya. Nafsu membunuhnya telah hilang. Meskipun, dengan berkata demikian, dia tidak berniat untuk menyerahkan gadis itu kepadanya. Jika begitu-
"....Bagaimana kalau kamu lari?"
"Itu tidak mungkin tuan. Aku tidak punya uang untuk itu."
"Meskipun aku tidak mengira itu akan lebih mahal dari nyawamu...Aku akan memberimu uang."
Cahaya kembali ke wajah pria itu dari perkatan Sebas.
Meskipun lebih aman baginya untuk membununya, jika dia mati-matian kabur maka setidaknya akan mengulur waktu. Sementara itu, dia bisa merawat luka gadis tersebut dan memindahkannya ke tempat yang aman.
Dan jika dia harus membunuh pria itu disini, ada kemungkinan besar mereka akan mencari gadis yang langsung hilang.
Mirip dengan bagaimana keadaan akan berakhir seperti keadaan gadis ini yang nantinya tidak diketahui, dia tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa ini akan melukai rekan dan keluarganya.
Sebas bingung. Mengapa dia harus sejauh itu untuk menerima seluruh resiko?
Dia tidak mengerti dimana tempat yang memicu hatinya untuk menyelamatkan gadis ini dari tempat asalnya. Penghuni Nazarick yang lain pasti akan mengabaikannya, berkata bahwa mereka tidak bisa diganggu. Mereka akan mencoba melepaskan tangan gadis itu dan pergi.
-Seseorang harus menolong orang lain yang sedang membutuhkan.
Sebas merespon pria itu, menyingkirkan riak di hatinya yang bahkan dirinya sendiri tak bisa menjelaskan. Sekarang bukan waktunya berpikir demikian.
"Gunakan uang itu untuk mempekerjakan seorang petualang dan lakukan apapun sebisamu untuk kabur."
Saat Sebas mengeluarkan kantung kulit, mata pria itu dipenuhi dengan keraguan. Jumlah uang yang bisa mencukupi kantung kecil itu tidak cukup.
Namun, beberapa saat kemudian, mata pria tersebut menjadi terpaku pada koin-koin yang dilemparkan ke tanah. Kilauan yang seperti perak itu adalah platinum yang digunakan ketika melakukan perdagangan antar negara. Bernilai sepuluh kali lebih besar dari emas, sepuluh koin itu berserakan.
"Semuanya, apakah kamu mengerti? Aku juga punya beberapa pertanyaan. Berapa lama kamu harus menjawab mereka?"
"Uh, untuk sementara tidak apa. Menyingkirkan.. um, tidak, aku bilang pada mereka aku akan pergi untuk membawa mereka ke kuil jadi aku agak telat."
"Ternyata begitu. Kalau begitu ayo pergilah."
Membuat perkataannya seringkas mungkin, Sebas memberi isyarat kepada pria tersebut dengan dagunya dan berjalan dengan gadis itu di tangannya.
Part 2[edit]
Bulan Api Pertengahan (Bulan ke 8), Hari ke 26, 18:58
Rumah yang ditempati oleh Sebas saat ini berada pada lingkungan rumah kaya dengan ketertiban umum yang tinggi, meskipun dengan standar ibukota.
Meskipun ukurannya tidak seberapa bila dibandingkan dengan rumah-rumah sekitarnya, rumah terlihat dibangun oleh dua generasi keluar dan pelayan yang hidup bersama. Jika hanya untuk Sebas dan Solution, ruang disana sudah terlalu luas.
Tak usah dikatakan lagi, mereka memiliki alasan untuk menyewa mansion yang besar seperti itu. Selama mereka menyamar sebagai keluarga pedagang yang kaya raya dari tanah yang jauh, mereka tidak bisa hidup di perumahan yang buruk. Itulah kenapa, dengan koneksi dan kredibilitas nol, mereka harus memenuhinya dengan membayar seluruh biaya sewa beberapa kali lebih besar dari harga pasar.
Setelah tiba di kediaman seperti itu dan masuk melalui pintu depan, ada seseorang disana yang mempersilahkan Sebas. Memakai gaun putih, itu adalah battle maid Solution Epsilon yang berada di bawah komando langsung dari Sebas. Meskipun ada penghuni lain di sana seperti Shadow Demon dan Gargoyle, mereka tidak datang menyambutnya karena mereka ditempatkan sebagai penjaga.
"Selamat da.."
Ucapan Solution berhenti bersama dengan kepalanya yang setengah membungkuk. Matanya lebih dingin dari biasanya saat dia memandang apa yang ada di lengan Sebas.
"...Sebas-sama. Apa itu?"
"Aku mengambilnya."
Solution tidak berkata apapun atas balasan Sebas yang pendek, suasananya semakin berat.
"...Begitukah. Meskipun itu tidak terlihat sebagai hadiah untuk saya, apa rencana anda padanya?"
"Aku tidak yakin. Bisakah kamu merawat luka-lukanya dahulu?"
"Luka-luka..."
Setelah melihat kondisi gadis tersebut, Solution menganggukkan kepalanya seakan yakin dan menatap Sebas.
"Tidak bisakah anda menurunkannya di kuil?"
"..Tentu saja. Sebenarnya, pemikiran itu lepas dari otakku."
Solution memicingkan matanya dan menatap dingin kepada Sebas yang bahkan tidak bergeming sedikitpun. Dalam beberapa saat, mata mereka terkunci, dan yang memalingkan muka dahulu adalah Solution.
"Apakah saya harus melemparnya keluar?"
"Tidak, Karena aku sudah bersusah payah membawanya kemari, kita mungkin sebaiknya memikirkan cara untuk memanfaatkan dia."
"...Mengerti."
Solution tak pernah memiliki banyak ekspresi, tapi wajahnya saat ini benar-benar seperti topeng.
Bahkan Sebas tidak bisa mengenali emosi yang memenuhi matanya. Hanya saja dia tidak seberapa senang dengan situasi saat ini. Jelas sekali bahwa sehingga kamu bisa menyentuhnya dengan tanganmu.
"Pertama, bisakah kamu melakukan diagnosa kondisi fisiknya?"
"Mengerti, saya akan segera melakukannya."
"Jangan, disini agak..."
Meskipun Solution mungkin menganggapnya remeh, seharusnya memang tidak dilakukan di dekat pintu masuk.
"Kita punya kamar yang kosong jadi bolehkan aku minta padamu untuk melakukannya disana?"
Solution mengangguk tanpa berucap.
Tidak ada ucapan yang keluar diantara mereka saat gadis itu bergerak dari pintu masuk ke kamar tamu. Meskipun baik Solution ataupun Sebas adalah bukanlah tipe yang senang ambil bagian pada percakapan yang tidak perlu, meskipun begitu, sebuah suasana ambigu mengalir diantara mereka.
Solution membuka pintu kamar tamu karena Sebas menggunakan kedua tangannya untuk membawa sang gadis.
Meskipun kelambu tebal membuat ruangan itu gelap, udaranya tidak terlalu pengap setidaknya. Udaranya segar karena pintu telah dibuka beberapa kali dan interiornya rapih sekali.
Sebas melangkah masuk, sinar kecil dari cahaya bulan bersinar menembus celah-celah di dalam kelambu. Dia merebahkan sang gadis ke atas sprei tempat tidur yang bersih.
Meskipun dia sudah berusaha menyembuhkan gadis itu dengan menyiramkan Ki miliknya, tubuh yang tak bergerak itu terlihat seperti mayat.
"Kalau begitu."
Solution dengan santainya merobek pakaian yang menutupi si gadis, menunjukkan badan yang tidak karuan.
Meskipun itu adalah penampilan keji yang seharusnya mengundang rasa kasihan, tak ada perubahan pada ekspresi Solution. Matanya tidak memantulkan apapun selain sikap acuh dan masa bodoh.
"...Solution, aku serahkan sisanya padamu."
Sebas meninggalkan gadis itu dengan hanya kalimat tersebut dan keluar dari kamar. Solution tidak repot-repot menghentikannya karena dia sudah mulai memeriksa kondisi gadis tersebut.
Setelah melangkahkan kaki keluar ke arah lorong, Sebas bergumam lirih agar tidak sampai ke telinga Solution.
"Sebuah usaha yang bodoh."
Sebas secara tak sadar mengusap jengggotnya. Mengapa dia menyelamat gadis itu? Dia sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan jelas.
Mungkin ini adalah arti dari seorang pemburu yang tidak membantai seekor burung yang datang kepadanya dengan keinginan sendiri.
Tidak, bukan itu. Mengapa Sebas menyelamatkannya?
Sebagai seorang kepala pelayan yang juga bertugas dengan peran sebagai pelayan rumah, kesetiaannya adalah kepada 41 Supreme Being. Saat ini, pemimpin guildnya, yang mengambil nama Ainz Ooal Gown adalah yang menjadi tumpuan seluruh kesetiaannya.
Bahkan tidak ada sedikitpun bayangan dusta terhadap kesetiaannya. Dia percaya bahwa dia selalu melayani dengan rajin dan tidak ragu untuk memberikan nyawanya sebagai persembahan.
Namun - jika dia harus memilih kesetiaannya kepada salah satu dari 41 Supreme Being, Sebas akan memilih tanpa ragu. Touch Me.
Dia adalah kreator dari Sebas dan wujud terkuat dari 'Ainz Ooal Gown', pemegang kelas World Champion dan berada di level kelas yang berbeda dari yang lainnya.
Sebagai bagian dari Sembilan anggota Pertama, dia mengumpulkan anggota asli dari Ainz Ooal Gown sebelum kekuatannya tumbuh melalui berbagai cara, termasuk PK.
Tak ada yang percaya itu jika mereka diberitahu bahwa alasannya adalah untuk menolong yang lemah. Namun, itulah yang sebenarnya.
Dia membantu Momonga ketika dia akan keluar dari game karena frustasi di PK terus-terusan. Ketika Bukubukuchagama tidak menemukan sebuah party atau kelompok untuk bertualang karena penampilannya, dia adalah salah seorang yang mendekatinya dahulu.
Pemikiran bahwa orang itu pergi menjadi rantai tak terlihat yang menyelimuti di sekelilingnya.
"Jangan-jangan ini adalah kutukan..?"
Ucapan yang keji. Jika orang lain dari Ainz Ooal Gown - seorang anggota Nazarick yang diciptakan oleh 41 Supreme Being - mendengarnya, mereka pasti akan menyebutnya penghujat dan menyerangnya.
[Merasa kasihan kepada makhluk yang bukan dari Nazarick adalah hal yang tak bisa diterima.]
Kalimat itu sangat jelas.
Dengan beberapa perkecualian - mereka yang pengaturannya dibuat oleh 41 Supreme Being menjadi seperti itu, kepala pelayan S. Wanko contohnya - kecuali orang-orang sepertinya, seluruh anggota Nazarick percaya bahwa mereka yang tidak termasuk dari Ainz Ooal Gown seharusnya langsung diusir.
Contohnya, dia telah mendengar dari salah satu laporan Solution bahwa seorang anggota Battle Maid Pleiades, Lupusregina, memiliki hubungan pertemanan dengan seorang gadis dari desa Carne. Tapi Sebas sangat tahu betul tergantung dari situasinya, Lupusregina akan membuang gadis itu tanpa berpikir dua kali.
Itu bukan karena dia tidak punya hati.
Sebuah perintah dari Supreme Being untuk mati artinya kamu harus mati. Begitu juga, meskipun jika dia adalah seorang teman, sebuah perintah untuk membunuhnya akan dilakukan dengan cepat. Itu adalah loyalitas sejati. Seorang penghuni yang sama yang tidak mengerti ini akan dipandang kasihan.
Menilai manusia dengan sentimen yang tidak berguna, itu sendiri sudah tidak bisa diterima.
Lalu bagaimana dengan dia? Apakah tindakan Sebas saat ini bisa diterima?
Saat Sebas menggigit bibirnya, Solution berjalan keluar dari pintu. Wajahnya tanpa emosi seperti biasa.
"Bagaimana dengannya?"
"...Selain dari sipilis, dia memiliki dua penyakit kelamin yang lain. Beberapa tulang rusuknya retak, begitu juga dengan jari-jarinya. Otot-otot di lengan kanannya dan kaki kirinya telah diputus dan dia kehilangan gigi atas dan bawah bagian depan. Kelihatannya organ internal miliknya juga rontok. Ada beberapa luka goresan di dalam anusnya dan sangat mungkin dia sedang kecanduan terhadap semacam obat-obatan. Dia memiliki luka memar dan sayatan yang banyak jumlahnya di tubuh. Mempertimbangkan keadaannya saat ini, aku yakin bisa membuang yang lainnya... Apakah anda ingin aku menjelaskan lebih jauh lagi?"
"Tidak, itu tidak perlu. Hanya ada satu hal yang penting - Apakah dia bisa disembuhkan?"
"Tentu saja."
Sebas telah memperkirakan jawabannya yang cepat.
Dengan menggunakan kemampuan healing (penyembuhan) bisa memperbaiki bahkan hingga amputasi. Jika Sebas menggunakan qigong miliknya, akan lebih mudah menyembuhkan luka-luka tubuhnya secara sempurna. Kenyataannya, jika dia memang menginginkan, dia bisa dengan mudah menyembuhkan luka terkilir dari wanita tua itu di tempat. Dia tidak melakukannya untuk disimpan sebagai keadaan darurat dan untuk menghindari informasi yang bocor.
Namun, meski qigong membantu mengembalikan kekuatan seseorang, itu tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan racun atau penyakit. Sebas tak perna mempelajari skill semacam itu. Itulah kenapa dia memerlukan bantuan Solution untuk menyembuhkan.
"Kalau begitu aku serahkan padamu."
"Bukankah lebih baik memanggil Pestonya-sama untuk magic healing?"
"Itu tidak perlu. Solution, aku yakin kamu memiliki gulungan healing?"
Memastikan Solution menganggukkan kepalanya, Sebas melanjutkan.
"Kalau begitu gunakan itu."
"..Sebas sama. gulungan ini diberikan kepada kita oleh Supreme Being. Aku yakin itu tidak seharusnya digunakan untuk makhluk semacam manusia."
Itu adalah argumen yang beralasan. Dia harus mempertimbangkan metode yang berbeda. Pertama, sembuhkan lukanya dan selamatkan dia dari kematian. Mereka lalu bisa menyembuhkan racun dan penyakit di lain waktu. Namun, Sebas tidak yakin bahwa mereka bisa memberikan penundaan. Jika itu adalah racun dan penyakit yang bisa membunuhnya, mengembalikan kesehatannya tanpa henti akan terbukti tidak berguna.
Setelah beberapa kali ragu-ragu, pada akhirnya, Sebas bicara kepada Solution dengan suara yang dikuatkan sehingga tidak mengkhianati pemikiran dalam otaknya.
"Sembuhkan dia."
Mata Solution terpicingkan dan di waktu yang sama, sesuatu yang berwarna merah gelap berputar di pupil Solution. Tapi perubahan itu tidak bisa dipastikan lebih dalam karena Solution membungkukkan kepalanya.
"...Saya akan melakukan perintah anda. Mengembalikannya ke kondisi normal - dengan kata lain, apakah tubuhnya dikembalikan kepada keadaan sebelum terluka?"
Melihat Sebas yang memberikan persetujuan, Solution dengan sopan membungkukkan kepalanya.
"Saya akan langsung memulai."
"Dan ketika perawatannya selesai, bisakah kamu memenuhi bak mandi dengan air dan memandikannya? Aku akan pergi untuk membeli makanan."
Tidak ada seorangpun di rumah ini yang memerlukan makanan atau bisa masak. Dan selama mereka tidak memiliki item magic ekstra yang bisa membuat makanan tidak diperlukan, makanan gadis itu harus disiapkan.
"...Sebas-sama, meskipun mudah menyembuhkan luka tubuhnya... Saya tidak bisa menyembuhkan pikirannya."
Ucapan Solution berhenti, dan setelah berhenti sejenak, dia menatap dengan seksama ke arah Sebas dan bertanya.
"Saya rasa memanggil Ainz-sama akan menjadi cara terbaik untuk menyembuhkan luka otaknya. Apakah anda tidak mau melakukannya?"
"...Ini bukan masalah yang cukup penting sehingga harus menghubungi Ainz-sama. Seharusnya tidak ada masalah jika kita tetap membiarkannya seperti itu."
Solution membungkuk dalam-dalam. Dia membuka pintu kamar tanpa bicara dan melangkah masuk. Sebas mengawasinya pergi lalu pelan-pelan menyandarkan punggungnya ke dinding.
Apa yang harus kulakukan dengan gadis itu--.
Ketika dia sembuh - ketika pria itu sudah kabur, melepaskannya di tempat yang dia pilih. Itu adalah cara yang terbaik. Setidaknya, tempat itu jauh dari ibukota. Melepaskannya adalah hal yang berbahaya dan kejam. Itu tidak ada bedanya dengan tidak menolongnya dari awal.
Tapi bagi Sebastian, kepala pelayan dari Great Tomb of Nazarick, apakah itu benar-benar arah tindakan yang benar?
Sebas menghembuskan nafas yang berat.
Betapa enaknya jika dia bisa membuang semua yang menggantung di otaknya, sepergi helaan nafas ini? Tapi tak ada yang berubah. Otaknya jatuh ke dalam kebingungan dan pikirannya dipenuhi dengan kebisingan.
"Dasar bodoh, semuanya karena seorang manusia."
Daripada menanyakan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab, dia harus mulai berpikir sederhana. Meskipun hanya untuk mengulur waktu, dari sudut pandangnya, ini adalah tindakan yang terbaik dalam situasi saat ini.
Solution merubah bentuk jari-jarinya yang kurus. Jari-jari itu semakin panjang dan berubah menjadi sulur-sulur yang memiliki ketebalan beberapa milimeter. Pada dasarnya, Solution adalah slime yang tak memiliki bentuk dan bisa merubah secara drastik penampilan luarnya. Suatu hal seperti merubah ujung tangannya adalah hal yang sederhana.
Dia menatap ke arah pintu dan merasakan kehadiran Sebas yang sudah hilang di luar, diam-diam berjalan ke arah gadis yang sedang terbaring di tempat tidur.
"Karena Sebas-sama telah memberikan izin, aku akan menyelesaikan tugas menyusahkan ini secepat mungkin. Itu akan menjadi kepentinganmu juga. Kamu mungkin tidak akan bangun ketika itu."
Solution melebarkan telapak tangannya dan menarik gulungan yang dia simpan di tubuhnya.
Gulungan ini bukan satu-satunya benda yang Solution simpan di tubuhnya. Di atas item magic yang bisa habis seperti gulungan, dia juga memiliki bermacam-macam senjata dan armor. Mempertimbangkan bahwa dia bisa dengan mudah menelan manusia dengan utuh, suatu hal seperti itu bukanlah hal yang luar biasa.
Solution menatap gadis yang tak sadarkan diri tersebut.
Dia tidak tertarik dengan penampilan luar gadis itu. Sebaliknya, hanya satu pikiran yang terbesit di otaknya.
Manusia ini tidak terlihat enak.
Kulit tubuh yang kosong kelihatannya tidak akan berontak kesana kemari meskipun dia dilelehkan oleh asam.
"Aku bisa mengerti tindakannya jika dia ingin memberikan ini kepadaku sebagai mainan setelah sembuh.."
Mengetahui kepribadian Sebas, Solution tahu dia tidak akan diperbolehkan. Selain dari saat mereka diserang ketika bepergian, Sebas, bos dari Battle Maid Pleiades tidak akan pernah mengizinkan memakan manusia.
"Jika Supreme Being memerintahkan gadis itu diselamatkan, aku tidak ada pilihan selain menerimanya... Tapi apakah makhluk seperti manusia layak untuk diselamatkan meskipun dengan biaya harta berharga yang diberikan oleh Supreme Being?"
Solution menggelengkan kepalanya dan memikirkannya keras-keras.
"...Aku mungkin akan memakanmu saja sebelum Sebas-sama kembali."
Dia melepaskan segel dan membuka gulungan. Magic yang terkandung di dalamnya adalah 'Heal', sebuah mantra penyembuhan tingkat 6 yang mengembalikan kesehatan yang besar dan membuang efek status buruk seperti penyakit.
Gulungan biasa hanya bisa digunakan jika seseorang memiliki sebuah kelas yang bisa menggunakan cabang magic yang sama seperti gulungan. Dengan kata lain, untuk menggunakan sebuah gulungan dari magic caster berbasis faith seperti seorang priest, seseorang harus mendapatkan kelas berbasis faith. Untuk menjelaskan lebih detil, mantra itu harus ada pada daftar magic yang telah dipelajari dari kelas tersebut. Namun, beberapa kelas berbasis thief memilki sebuah skill yang bisa menyamarkan daftar ini dan menipu gulungannya.
Sebagai seorang assassin, Solution memiliki beberapa kelas yang berdasarkan thief. Itulah kenapa dia mampu menggunakan gulungan 'heal' yang biasanya dilarang.
"Pertama, buat dia menjadi koma untuk jaga-jaga, lalu..."
Solution menggunakan sebuah skill yang menggabungkan racun yang kuat yang membuat tidur dan racun yang mengendurkan otot. Dia lalu bergerak untuk menutupi tubuh gadis tersebut.
Bulan Api Pertengahan (Bulan ke 8), Hari ke 26, 19:37
Sebas kembali dengan makanan saat Solution melangkah keluar dari kamar. Dia memegang ember berisi air panas di kedua tangan, dengan beberapa handuk pada masing-masing ember.
Air di dalam kedua ember itu gelap dan handuk itu juga kotor, menunjukkan kondisi kurang sehat macam apa yang dialami oleh gadis itu.
"Kamu sudah bekerja keras. Kesembuhannya... kelihatannya sudah selesai tanpa halangan."
"Ya, tidak ada masalah, hanya saja tidak ada pakaian yang cocok baginya jadi aku memakaikan apapun yang kita punya. Apakah itu tidak apa?"
"Tentu saja, tidak masalah."
"Begitukah... Efek dari racun tidur seharusnya akan habis sebentar lagi... Jika tidak ada hal lain saya akan segera pergi."
"Kerja yang bagus, Solution."
Solution membungkuk dan berjalan melewati Sebas.
Sebas melihatnya pergi, lalu mengetuk pintu. Meskipun tidak ada jawaban, dia merasakan gerakan dari dalam dan pelan-pelan membuka pintunya.
Di dalamnya, ada seorang gadis yang sedang duduk di tempat tidur. Dia menunjukkan ekspresi yang kosong, seakan dia baru saja bangun.
Dia benar-benar tidak bisa dikenali.
Rambut pirang yang kotor dan kusut sekarang bersinar dengan kilauan yang indah. Dalam sekejap, wajahnya yang tenggelam dan kurus kering kembali bertenaga dan mendapatkan penampilannya semula. Bibirnya yang dulu patah-patah dan layu sekarang bersinar dengan pink mengkilap.
Untuk mendeskripsikan seluruh penampilannya, daripada disebut cantik, lebih tepat menyebutnya gadis yang memiliki daya tarik yang manis.
Dan juga mudah menebak perkiraan umum usianya. Meskipun dia terlihat seperti di akhir belasan, kehidupan sehari-harinya yang seperti neraka membuat wajahnya mulia yang diperpanjang hingga melewati masanya.
Solution memberinya pakaian wanita untuk rumahan yang berwarna putih. Namun, pakaian itu memiliki desain yang sederhana, tak ada tali dan renda seperti biasanya.
"Kamu seharusnya sudah sembuh sama sekali, tapi bagaimana keadaanmu?"
Tidak ada jawaban, matanya yang hampa tidak menunjukkan tanda-tanda apapun yang melihat ke arah Sebas.
Namun, seakan tidak mengambil itu ke dalam hatinya, Sebas menunggu dia bicara. Tidak, dia tidak menduga banyak untuk awalnya. Dia telah menyadari bahwa ekspresinya yang hampa adalah orang yang hatinya sudah tidak ada disana.
"Apakah kamu lapar? Aku membawakanmu makanan."
Dia telah membelinya dari restoran, mangkuk dan lainnya.
Mangkuk kayu berisi stew yang menonjolkan aromanya yang membuat nafsu makan bertambah.
Wajah gadis itu sedikit bergerak, menjawab aroma itu.
"Silahkan makan sepuasnya."
Sebas mengira bahwa dia belum menutup diri sama sekali di dunianya. Sebas memegang mangkuk bersama dengan sendok kayu di depannya.
Meskipun ketika gadis itu tidak bergerak, Sebas tidak mencoba untuk memaksanya.
Setelah beberapa waktu berlalu, cukup membuat orang lain merasa cemas, gadis itu pelan-pelan menggerakkan lengannya. Gerakannya sangat gugup, seseorang yang ketakutan dengan luka. Meskipun lukanya telah sembuh sama sekali, ingatan akan luka tersebut masih tersisa tak tersentuh.
Dia memegang sendok kayu itu dan mengangkat sedikit stew itu. Dia lalu membawanya ke mulut dan menelannya.
Stew itu sangat banyak airnya dan tipis. Sebas sengaja memesannya untuk dipersiapkan seperti itu, bahan-bahan dengan empat belas tipe potongan tipis-tipis dan memasaknya untuk waktu yang lama agar tidak perlu dikunyah lagi.
Tenggorokannya bergerak dan stew itu mengalir ke perutnya.
Mata gadis itu bergerak sangat sedikit. Gerakan yang sangat kecil itu adalah perubahan dari boneka yang rumit menjadi manusia. Tangan lainnya bergerak. Gemetar saat menerima mangkuk dari Sebas.
Sambil membawa mangkuk, Sebas memindahkannya ke tempat dimana dia kelihatannya ingin ditempatkan.
Gadis itu menancapkan sendok kayu tersebut ke dalam stew, memeluk mangkuknya menjadi lebih dekat kepadanya dengan lengan yang lain, dan memakannya dengan semangat yang meluap.
Dia memakannya cepat-cepat seakan stew itu tidak didinginkan seperti seharusnya, dia pasti akan berteriak kesakitan karena panasnya. gadis itu bahkan tidak keberatan bahwa area dada dari pakaiannya dikotori oleh stew yang merembes dari mulutnya. Akan lebih tepat menyebutnya bahwa dia sedang meminumnya, daripada sedang memakannya.
Setelah menyelesaikan stew itu dengan cepat-cepat, gadis itu menarik mangkuk yang kosong mendekat dan menghembuskan nafas.
Setelah kembali menjadi manusia, matanya tertutup rapat.
Perasaan kenyang, bersih dan pakaian yang lembut, kelembutan yang telah kembali ke tubuhnya, semuanya disinergikan bersama-sama untuk menenangkan pikirannya dan mulai membuat tubuhnya menerima perasaan kantuk.
Tapi saat kelopak matanya mulai membentuk garis, berikutnya, gadis itu membuka matanya lebar-lebar dan gemetar ketakutan.
Mungkin dia takut untuk menutup matanya, atau mungkin dia ketakutan bahwa situasinya saat ini akan hilang seperti sebuah ilusi. Atau mungkin dia memiliki alasan lain, Sebas, yang sedang mengamatinya dari samping, tidak tahu. Mungkin saja dia sendiri tidak tahu alasannya.
Itulah kenapa Sebas bicara kepadanya dengan suara yang lembut untuk mencoba menenangkannya.
"Tubuhmu ingin beristirahat. Jangan memaksakan diri dan tidurlah. Aku jamin bahwa kamu tidak berada dalam bahaya disini. Kamu masih akan ada di tempat tidur ini ketika kamu membuka matamu nanti."
Untuk pertama kalinya mata gadis itu bergerak dan menatap langsung ke arah Sebas.
Hampir tak ada cahaya di matanya yang biru; tak ada kekuatan yang terasa dariya. Hanya saja mereka bukan lagi mata dari orang mati, tapi orang yang hidup.
Mulutnya sedikit terpisah dan - menutup. Dia membuka mulutnya sekali lagi dan - lagi, tertutup.
Itu berulang beberapa kali. Sebas menatapnya dengan lembut dan tidak mencoba untuk menakannya. Dia hanya menatap tanpa bicara.
"Te.."
Akhirnya, bibirnya terpisah dan sebuah suara kecil menerobos keluar. Kalimat yang mengikuti datang dengan cepat.
"Te...Teri...ma...kasih.."
Kalimat pertamanya adalah terima kasih daripada pertanyaan tentang situasinya saat ini. Setelah menangkap sedikit kepribadiannya, Sebas tersenyum, bukan yang palsu yang sering dia tunjukkan, tapi senyum yang asli.
"Tolong jangan khawatir tentang itu. Sekarang aku sudah membawamu dalam perlindunganku, aku akan menjamin keamananmu dengan kemampuan terbaikku."
mata gadis itu sedikit melebar, bibirnya gemetar.
Matanya yang biru semakin basah dan mengeluarkan satu tetes air mata. Dia lalu membuka mulutnya lebar-lebar dan menangis seperti ada yang dilepaskan dari dalam tubuhnya.
Akhirnya, kutukannya telah keluar, bercampur dengan suara sesenggukan.
Dia mengutuk nasibnya sendiri; dia benci yang diatas karena sudah memberinya nasib seperti itu. Dia membenci kenyataan bahwa sampai sekarang, tak ada yang perduli dan menolongnya. Perasaan benci seperti itu lalu berubah ke Sebas.
Mengapa dia tidak datang lebih cepat?
Kebaikan Sebas - karena dia telah diperlakukan seperti manusia, semua yang telah dia tahan selama ini akhirnya rontok. Tidak, akan lebih baik dikatakan bahwa karena dia telah mendapatkan hati manusianya, dia tidak lagi menahan semua ingatan itu.
Gadis itu menarik kepalanya. Dengan suara tarikan, lembara-lembaran rambutnya rontok. Benang-benang emas yang tak terhitung jumlahnya terjerat di sekitar jari-jarinya yang kurus. Mangkuk yang berisi stew terjauh dari tempat tidur bersama dengan sendoknya.
Sebas menatap kegilaannya tanpa berkata apapun.
Kebenciannay sangat tiba-tiba dan janggal, dia memaksa diri. Tergantung dari masing-masing orang, mereka mungkin akan melihat kebenciannya menyakitkan hati dan akan marah kepadanya. Namun, tak ada kemarahan di dalam ekspresi Sebas. Malahan, wajahnya yang sudah keriput menunjukkan sesuatu yang mirip dengan kebaikan hati.
Sebas mengulurkan tangan dan menarik gadis itu ke dalam lengannya. Seperti seorang ayah yang sedang memeluk anaknya, pelukan sayang tanpa ada niat jahat.
Meskipun tubuhnya sesaat kaku, pelukan yang berbeda dari pria-pria yang penuh nafsu yang mengejarnya sedikit membuat tubuhnya yang kaku menjadi tenang.
"Sekarang sudah tidak apa."
Dia pelan-pelan menepuk punggungnya saat dia mengulangi kalimat itu seperti sebuah mantra, seperti menenangkan seorang anak kecil yang sedang menangis.
Sesenggukan - dan seakan dia ingin mencoba bergantung kepada ucapan Sebas, gadis tersebut menanamkan wajahnya ke dada Sebas dan menangis semakin kuat. Namun, tangisan itu berbeda dari yang sebelumnya.
Saat waktu berlalu dan dada Sebas menjadi sangat lembap karena air mata si gadis, suara dari tangisannya akhirnya reda. Gadis itu perlahan-lahan memisahkan diri dari Sebas dan merendahkan kepalanya dalam mencoba untuk menyembunyikan wajahnya yang merah cerah.
"Maafkan...saya..."
"Tidak usah dikhawatirkan. Suatu kehormatan yang besar bagi seorang pria untuk meminjamkan dadanya kepada wanita yang sedang menangis."
Sebas menarik sapu tangan yang baru saja dicuci dan menyerahkannya ke gadis itu.
"Silahkan gunakan ini."
"Tapi... ini sangat bersih... jika.. saya..."
Sebas memegang dagu gadis itu yang tergagap dan mengangkat wajahnya. Sementara gadis itu semakin kaku saat dia bertanya-tanya apa yang akan terjadi, Sebas pelan-pelan mengusapkan sapu tangannya ke bekas sisa tangisannya.
Ini mengingatkanku; Solution baru saja menggunakan 'Message' dan melakukan percayakapan yang sangat lama dengan Shalltear... Kelihatannya dia sedang membual tentang bagaimana Ainz-sama mengusap air matanya.
Dia penasaran situasi macam apa yang membuat Ainz-sama melakukan hal semacam itu. Dia tidak mampu membayangkan gambaran dari Shalltear yang sedang menangis. Meskipun kebingungan, Sebas tidak menghentikan tangannya dan menyelesaikan mengusap air mata dari wajah gadis itu.
"Ah..."
"Ini, silahkan gunakan."
Sebas menutup tangan gadis itu dengan sapu tangan yang sekarang basah.
"Sebuah sapu tangan yang tidak bisa digunakan adalah hal yang memang menyedihkan, terutama yang bahkan tidak bisa digunakan untuk mengusap air mata seseorang."
Sebas tersenyum dan menjauh dari gadis itu.
"Sekarang, banyak beristirahatlah. Mari kita diskusikan apa yang akan dilakukan mulai sekarang ketika kamu sudah bangun."
Karena semuanya mungkin dengan magic, lukanya sudah sembuh melalui perawatan Solution dan seluruh kelelahan mentalnya sudah hilang. Itulah kenapa dia sekarang seharusnya bisa bergerak dengan biasa. Namun, hanya beberapa jam yang lalu dia berada di neraka. Ada hal yang dikhawatirkan jika berbicara dengannya terlalu lama mungkin akan membuat luka mentalnya kembali terbuka.
Dalam kenyataannya, seperti bagaimana dia menangis baru saja, pikiran gadis itu masih tidak stabil. Meskipun magic bisa menyembuhkan pikirannya sementara, tapi tidak bisa menyembukan akar dari masalahnya. Tidak seperti luka tubuhnya, tidak mungkin menyembuhkan luka yang tidak bisa dilihat dengan mata.
Diantara orang-orang yang Sebas ketahui, satu-satunya orang yang bisa benar-benar menyembuhkan luka dari pikiran adalah tuannya dan mungkin saja Pestonya.
Meskipun Sebas mencoba untuk membuat gadis itu istirahat, dia cepat-cepat membuka mulutnya.
"Mulai...sekarang?"
Sebas sejenak ragu-ragu tentang apakah boleh bercakap-cakap seperti ini. Tapi karena orang yang dimaksud ingin bicara, dia memutuskan untuk melanjutkan percakapan sambil mengamati dengan detil kondisinya.
"Tidak diragukan lagi kamu akan terlalu gugup untuk tetap di ibukota. Apakah kamu punya tempat yang bisa kamu percayai?"
Gadis itu menurunkan wajahnya.
"Ternyata begitu..."
Dia tidak perlu repot-repot mengutarakan hal yang sudah jelas. Dia tidak punya.
- ini akan menjadi sangat merepotkan.
Namun, bukannya mereka harus bertindak langsung. Pria dari sebelumnya juga seharusnya belum tertangkap dalam waktu dekat, dan seharusnya akan butuh sedikit waktu untuk tim pencari tiba pada Sebas.
Meskipun ini hanya harapan saja, dia ingin mempercayai bahwa tidak ada alasan untuk panik. Setidaknya, tidak sampai gadis itu mendapatkan kesehatannya.
"Kalau begitu, mari kita lihat. Pertama, bisakah kamu beritahu namamu?"
"Ah...Saya...Ts..Tsuare."
"Tsuare, kalau begitu. Ah, aku masih tidak memberikan namaku. Namaku adalah Sebastian, silahkan panggil aku Sebas. Aku melayani tuan dari rumah besar ini, Lady Solution."
Itu adalah samaran mereka.
Meskipun Solution memakai gaun putih daripada seragam maid yang biasanya jika saja ada tamu yang tiba-tiba, sementara gadis itu disini, akan sangat diperlukan bagi Solution untuk mempertahankan perannya sebagai tuan.
"So..lu..sama."
"Ya. Solution Epsilon-sama. Tapi aku kira kamu akan memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengannya."
"..?"
"Dia agak pemilih."
Seakan mengindikasikan dia tidak bisa berkata lebih banyak lagi, Sebas menutup mulutnya. Dan setelah sejenak terdiam, dia bicara.
"Sekarang, beristirahatlan untuk hari ini. Kita bisa menyimpan diskusi apa yang akan kamu lakukan untuk besok."
"Ya...."
Setelah mengkonfirmasi bahwa Tsuare harus berbaring di tempat tidur, Sebas mengambil mangkuk yang berisi stew tersebut dan meninggalkan kamar.
Ketika dia membuka kamar, seperti yang diduga, Solution berdiri di luar. Meskipun sangat mungkin sekali dia menguping, Sebas tidak sampai menegurnya. Solution juga, dia tidak menunjukkan tanda-tanda apapun yang mungkin bisa membuat dia dimarahi. Itulah kenapa dia hanya berdiri di luar tanpa menyembunyikan keberadaan tubuhnya. Jika dia benar-benar ingin sembunyi, sebagai seseorang dengan kelas assassin, dia bisa saja menyembunyikan dirinya dengan lebih ahli.
"Ada apa?"
"...Sebas-sama. Pada akhirnya, apa yang akan anda lakukan dengan itu?"
Sebas mengarahkan perasaannya ke pintu di belakangnya. Meskipun sudah tertutup rapat, pintu itu tidak menghalangi suara dengan rapat pula. Beberapa perkataannya pasti akan terdengar.
Sebas berjalan dengan Solution tanpa berkata apapun yang mengikuti di belakangnya.
Dia berhenti dimana Tsuare tidak bisa mendengar mereka.
"Kamu bicara tentang Tsuare ya. Untuk sekarang, aku berencana untuk membuat keputusan besok."
"Sebuah nama..."
Dia tidak melanjutkan, tapi seakan meneguhkan hati, Solution membuka mulutnya sekali lagi.
"Meskipun bukan tempat saya untuk berkata, ada kemungkinan yang sangat tinggi bahwa makhluk itu akan menjadi rintangan. Dia harus disingkirkan sesegera mungkin."
Apa yang dia maksud dengan disingkirkan?
Mendengar kalimat Solution yang keji, Sebas mengira memang akan begitu. Ini adalah Nazarick - bagi mereka yang melayani 41 Supreme Being, itu adalah cara berpikir yang paling umum jika berhubungan dengan mereka yang tidak termasuk di dalam Nazarick. Tindakan Sebas adalah yang aneh.
"Kamu benar. Jika dia menjadi rintangan terhadap perintah Ainz-sama, maka dia harus ditangani dengan cepat."
Solution melihatnya dengan aneh. Itu adalah wajah yang bertanya mengapa dia membawanya jika dia sudah tahu.
"Dia mungkin berguna untuk kita. Karena aku sudah memungutnya, aku harus memikirkan cara untuk memanfaatkannya daripada hanya membuangnya."
"..Sebas-sama, saya tidak tahu alasan anda membawanya. Namun, luka-lukan itu berarti ada keadaan yang mengikutinya. Dan saya ragu bahwa yang memberikan luka-luka itu akan membiarkan kenyataan bahwa makhluk itu masih hidup."
"Tidak ada masalah dengan itu awalnya."
"...Maksud anda anda sudah menangani mereka?"
"Tidak, bukan itu. Hanya saja jika mereka muncul maka akan ada masalah, aku akan menggunakan metode tertentu. Itulah kenapa aku ingin kita mempertahankan penampilan sampai nanti. Apakah kamu mengerti, Solution."
"...Aku akan melakukan perintah anda."
Saat Solution melihat Sebas yang berjalan menjauh, dia menekan sedikit kemarahan yang meningkat di dalam dirinya.
Setelah diberitahu seperti itu oleh Sebas, Atasannya langsung, dia tidak bisa bicara melawannya meskipun dia memiliki banyak komplain. Dan jika tidak ada masalah yang muncul, maka tidak ada konsekuensi jika masalah itu diabaikan.
Namun meskipun begitu-
"Bagaimana bisa dia menggunakan properti dari Nazarick untuk makhluk seperti manusia..."
Semua yang ada di dalam Great Tomb of Nazarick milik Ainz Ooal Gown dan secara luas, kepada Supreme Being. Bolehkan menggunakannya tanpa permisi ditoleransi?
Tak perduli seberapa banyak dia memikirkannya, jawabannya tidak muncul.
Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 3, 9:48
Sebas membuka pintu kediaman. Dia sedang kembali ke tugas biasanya untuk mengunjungi guild petualang di pagi hari untuk membuat catatan dari permintaan-permintaan yang dipasang sebelum para petualang menerimanya.
Dia merekam seluruh informasi dalam kertas, bahkan rumor yang beredar di sekitar kota, dan mengantarkan semuanya ke Nazarick. Menganalisa isi ternyata sangat sulit dan diserahkan ke para sage di Nazarick.
Dia melewati pintu dan melangkah ke dalam kediaman. Jika ini adalah beberapa hari yang lalu, Solution akan ada di sana menyapanya. Namun-
"Se..lamat... datang...Seba...-sama."
Saat ini, tugas itu diberikan kepada gadis yang bergumam dengan mengenakan seragam maid yang memanjang hingga ke bawah kakinya.
Hari setelah membawa Tsuare masuk, mereka melakukan diskusi dan memutuskan untuk membuat gadis itu bekerja disana.
Meskipun mereka bisa membuatnya tetap tinggal sebagai tamu, Tsuare menolaknya. Dia tidak ingin diperlakukan sebagai tamu setelah ditolong. Meskipun itu tidak cukup untuk membalasnya, setidaknya, dia ingin bekerja.
Sebas melihat bahwa motif dari pihak lagi berada pada kegelisahannya.
Dengan kata lain, dia sangat tahu betul bahwa keadaannya yang berbahaya akan segera membawa insiden merepotkan ke rumah ini. Dia mencoba sebaik mungkin untuk berkontribusi agar dia tidak dilempar.
Tak usah dikatakan, Sebas memastikan Tsuare bahwa dia tidak akan pernah membuangnya. Jika dia akan melempar seseorang yang tak punya lagi tempat lain, dia takkan pernah membawanya dari awal. Namun, memang benar juga bahwa dia tidak cukup meyakinkan untuk menyembuhkan luka di hatinya.
"Aku kembali, Tsuare. Apakah ada masalah?"
Tsuare menggelengkan kepalanya.
Berbeda dari saat mereka pertama kali bertemu, pinggiran topi berwarna putih yang ada di atas kepalanya membelah rambutnya yang terhuyung-huyung dengan rapi.
"Tidak... ada... masalah."
"Ternyata begitu, bagus sekali."
Suasana di sekelilingnya masih gelap dan ekspresinya yang rumit tetap tidak berubah.
Namun, suaranya terdengar seakan semakin keras, seakan sesuatu yang sedang memakan tubuhnya semakin terlepas, sedikit demi sedikit.
Lalu satu-satunya masalah yang tersisa...
Saat Sebas berjalan maju, Tsuare mengikuti di sampingnya.
Untuk berjalan di samping kepala pelayan, Sebas -atasan langsung, itu adalah sikap maid yang tidak bisa diterima. Tapi Tsuare adalah orang yang tidak mengerti etiket seorang maid, karena tak pernah dididik menjadi sebagai maid. Sebas juga, tidak ada niat untuk mengajarinya gaya hidup seperti itu.
"Apa menu hari ini?"
"ya. Itu adalah... stew...kentang."
"Ternyata begitu. Aku sangat menantikannya. Lagipula, Masakan Tsuare sangat enak."
Pada ucapan yang dikeluarkan oleh Sebas dengan senyuman, Tsuare semakin merah dan menundukkan wajahnya sambil menggenggam celemek maidnya dengan kedua tangan.
"I..Itu..tidak...benar."
"Tidak, tidak, tentu saja itu benar. Itu sangat menguntungkan karena aku tidak bisa memasak. Tapi apakah kamu baik-baik saja dengan bahan-bahannya? Silahkan meminta kepadaku jika kamu kekurangan sesuatu atau ada sesuatu yang ingin kamu beli."
"Ya. Saya akan... memeriksanya... nanti... dan bilang... kepada anda."
Meskipun Tsuare bisa bersikap normal di dalam ruman dan dengan Sebas, dia masih menunjukkan reaksi yang berlawanan di dunia luar. Dia tidak bisa menangani tugas apapun yang membutuhkannya untuk meninggalkan kediaman itu atau semacamnya, pekerjaan seperti menyediakan bahan-bahan jatuh kepada Sebas.
Tidak ada yang mewah dengan masakan Tsuare. Mereka hanyalah masakah rumahan yang sederhana.
Untuk alasan ini, mereka tidak membutuhkan bahan masakan yang mahal dan berbelanja bisa ditangani dengan cepat. Begitu juga dengan Sebas, dia bisa mempelajari banyak bahan-bahan berbeda dan berhasil memperoleh informasi tentang makanan di dunia ini. Dia menganggapnya membunuh dua burung dengan satu batu.
Tiba-tiba, Sebas menawarkan sebuah ide.
"...Apakah kita pergi membelinya sama-sama?"
Wajah Tsuare tiba-tiba terkejut. Lalu, menjadi ketakutan, dia menggelengkan kepalanya ekspresi mukanya menjadi sangat buruk dan dia mulai berkeringat deras.
"Tidak, saya.. baik-baik saja."
Sebas mengira itu adalah hal yang bisa diduga dan tidak membiarkannya terlihat di wajahnya.
Sejak pertama kali dia bekerja, Tsuare tak pernah mencoba melakukan tugas yang membutuhkan dia untuk pergi ke luar. Dia mengunci terrornya dengan menganggap kediaman ini sebagai dinding kastil yang absolut yang melindunginya. Dengan kata lain, dia hanya mampu bergerak setelah membuat sebuah garis yang memisahkannya dan dunia luar - dunia yang menyakitinya.
Namun, jika begini Tsuare takkan pernah berani melangkahkan kakinya ke luar. Dan mereka tidak bisa menyembunyikannya selamanya.
Mempertimbangkan kondisi mental Tsuare, Sebas tahu bahwa sangat kejam untuk mengatakan kepadanya pergi keluar hanya setelah beberapa hari. Pilihan yang lebih aman adalah memberinya lebih banyak waktu agar dia bisa perlahan-lahan beradaptasi.
Namun, itu adalah karena ketika mereka mempunyai waktu yang longgar.
Sebas tidak berniat untuk menetap dan menghabiskan sisa hidupnya di ibukota. Dia akan selalu menjadi orang asing di tanah ini, yang hanya disini untuk mengumpulkan informasi. Jika tuannya memerintahkan untuk mundur...
Untuk mempersiapkan hari itu, dia harus berpisah dengannya dengan berbagai macam kemungkinan saat dia masih bisa.
Sebas berhenti dan menatap langsung ke arah Tsuare. Dia tersipu dan mencoba untuk menurunkan tatapannya tapi dia menutup pipinya dengan tangan dan mengangkat wajahnya.
"Tsuare, aku tahu betul bahwa kamu memang ketakutan. Tapi tenanglah karena aku, Sebas, akan melindungimu. Aku akan menghancurkan bahaya apapun yang mungkin datang kepadamu."
"...."
"Tsuare, gerakkan kakimu ke depan, jika kamu ketakutan maka aku tidak keberatan meskipun kamu harus menutup mata."
"...."
Dia menggenggam tangan Tsuare sementara dia masih ragu-ragu dan mengucapkan kalimat yang dia tahu jahat bagi Tsuare.
"Apakah kamu tidak mempercayaiku, Tsuare?"
Saat waktu semakin terseret, sebuah kelambu keheningan menggantung dengan berat di lorong. Mata Tsuare menjadi sedikit basah saat dia bibirnya terpisah, mengeluarkan gigi depannya yang seperti mutiara.
"...Sebas-sama tidak a..dil. Saya tidak bisa menolak jika anda berkata... seperti itu."
"Tolong tenanglah. Meskipun aku tidak kelihatan seperti itu, aku sangat kuat. Hanya ada sedikit dari 41 yang lebih kuat dariku."
"Bukankah... itu...sangat banyak?"
Tsuare tertawa kecil dengan angka yang ambigu tersebut, percaya bahwa itu adalah gurauan untuk menenangkannya. Sebas hanya tertawa kecil dan tidak menjawab.
Sebas melanjutkan langkahnya. Meskipun dia tahu bahwa Tsuare mencuri pandang ke arahnya, dia tidak mengatakannya.
Dia tahu bahwa Tsuare memiliki perasaan lembut kepadanya, sesuatu yang tidak bisa disebut cinta.
Namun, Sebas merasa bahwa perasaan itu adalah sesuatu yang menancap ke dalam pikirannya, seperti sebuah perasaan percaya kepada penyelamatnya yang telah menyelamatkan dari neraka.
Sebas juga adalah orang tua dan sangat mungkin jika Tsuare salah sangka dengan cinta keluarga dengan cinta antara pria dan wanita.
Dan meskipun jika Tsuare benar-benar mencintai Sebas, dia tidak memiliki niat untuk menerima perasaannya. Tidak ketika dia sedang bersembunyi, tidak ketika keadaan mereka sangat berbeda.
"Kalau begitu aku akan menemuimu setelah mengatakan sesuatu kepada nona."
"Nona..Solu..."
Ekspresi Tsuare sedikit menjadi gelap. Meskipun Sebas tahu kenapa, dia tidak mengatakannya.
Solution tidak mencoba untuk melakukan kontak dengan Tsuare dan ketika dia melakukannya, hanya memberinya pandangan sekilas sebelum pergi tanpa berkata apapun. Memang bisa dikira jika diabaikan hingga seperti itu akan membuat sebuah perasaan cemas dan dalam kasus Tsuare, ketakutan yang besar.
"Tidak apa. Nona memang selalu seperti itu kepada setiap orang. Dia tidak secara khusus melakukannya hanya kepadamu...Dan aku akan mengatakannya disini, lagipula nona memang memiliki kepribadian yang sangat sulit"
Saat Sebas menjadi lebih suka bicara, ekspresi di wajah Tsuare menjadi sedikit melunak.
"Dia menjadi murung jika dia melihat anak-anak yang manis."
"...saya...tidak...bisa dibandingkan dengan... beliau."
Tsuare cepat-cepat mengibas-ngibaskan dua tangannya.
Meskipun memang benar bahwa Tsuare memang cantik, dia masih tidak sebanding dengan Solution. Namun, apa yang cantik dan apa yang tidak adalah berbeda bagi setiap orang.
"Jika aku menilai dari penampilan, maka Tsuare lebih merupakan tipeku daripada nona."
"I-Itu...!"
Saat dia dengan lembut melihat ke arah wajah Tsuare yang semakin cerah yang mengarah ke kakinya, alisnya mengerut dengan perubahan ekspresinya yang tiba-tiba.
"Dan...tubuh saya... kotor..."
Sebas menghirup nafas melihat wajah Tsuare yang benar-benar berubah dari sebelumnya. Dia lalu bicara sambil menatapnya.
"Permata memang seperti itu. Mereka yang tidak memiliki cacat memang dianggap indah dan bernilai."
Mendengar ucapannya, ekspresi Tsuare semakin gelap dalam sekejap.
"Namun - manusia bukanlah permata."
Kelihatannya Tsuare seakan sedikit mengangkat wajahnya.
"Rasanya tsuare ingin sekali terus-terusan mengatakan dirinya kotor. Tapi dimana sebenarnya kecantikan manusia? bagi sebuah permata, memang bisa diamati dengan tertentu. Tapi keindahan seorang manusia - apa standarnya? Apakah rata-rata? atau kesepakatan umum? Jika begitu, bukankah opini yang minoritas akan dianggap tidak berguna?"
Setelah berhenti sejenak, Sebas melanjutkan.
"Seperti bagaimana orang-orang memiliki definisi tersendiri atas apa yang mereka anggap indah, Aku yakin bahwa jika keindahan seseorang terpisah dari penampilan mereka, bukan dari masa lalu mereka, tapi hati mereka. Meskipun aku tidak tahu seluruh masa lalumu, dari yang aku rasakan dari batinmu selama beberapa hari ini, aku tidak menganggapmu kotor sedikitpun."
Sebas menutup mulutnya dan dunia berubah dimana hanya ada suara langkah kaki mereka. Di tengah itu, Tsuare berkata dengan sebuah keteguhan.
"..Jika anda bilang saya... indah... tolong peluk.."
Sebas tidak membiarkannya menyelesaikan kalimatnya dan memeluknya.
"kamu memang indah."
Saat dia berkata dengan lembut, air mata yang lirih mengalir keluar dari mata Tsuare. Sebas dengan lembut menepuk punggungnya seakan menenangkannya dan pelan-pelan terpisah.
"Tsuare, maafkan aku. Nona sudah memanggil."
"O..Okay..."
Dengan perpisahan yang sedih dari Tsuare dan mata merahnya, Sebas mengetuk pintu dan membukanya bahkan tanpa menunggu respon. Saat dia menutup pintu di belakangnya, dia memberikan senyum kepada Tsuare yang masih menatapnya.
Karena rumah ini disewa, meskipun memiliki banyak kamar, hanya ada beberapa perabotan.
Namun, kamar ini cukup didekorasi untuk tidak membuat malu ketika menerima tamu. Tapi orang dengan mata yang tajam akan bisa mengetahui kurangnya sejarah dan kedangkalan dari ruangan ini.
"Milady, Saya telah kembali."
"...Kerja yang bagus, Sebas."
Tuan palsu dari kediaman ini berdiri di sofa yang panjang dengan mengeluarkan ekspresi bosan. Pada kenyataannya itu adalah suatu akting. Karena kehadiran dari orang luar yang bernama Tsuare, dia memasang topeng bodoh sebagai nona yang memiliki harga diri.
Solution menggerakkan tatapannya dari Sebas ke pintu.
"...Dia pergi."
"keilhatannya begitu."
Sambil memeriksa wajah masing-masing, seperti biasa, Solution adalah yang pertama membuka mulutnya.
"Kapan anda akan mengusirnya?"
Ini adalah apa yang Solution tanya setiap hari mereka bertemu. Dan seperti setiap kalinya, Sebas memberikan jawaban yang sama.
"Ketika waktunya sudah tiba."
Jika memang seperti biasa, percakapannya akan selesai. Solution akan menghela nafas dan begitu saja. Namun, hari ini, Solution kelihatannya tidak ingin pergi dan melanjutkan.
"...Bisakah anda menjelaskan dengan rinci kapan waktu yang anda maksudkan? Tidak ada jaminan jika menyembunyikan manusia itu tidak akan membuat insiden yang merepotkan. Apakah itu tidak akan menghalangi keinginan Ainz-sama?"
"Masih tidak ada insiden sejauh ini... Tidak kukira kamu akan panik karena ketakutan dengan apa yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang manusia, itu bukan sikap yang tepat untuk orang yang melayani Ainz-sama."
Sebuah keheningan meresap di antara mereka dan Sebas menghirup sedikit nafas.
Ini adalah situasi yang berbahaya.
Meskipun tidak ada emosi di wajah Solution, Sebas bisa merasakan bahwa dia marah kepadanya. Meskipun jika kediaman ini hanyalah markas operasi, Solution masih menganggapnya sebagai cabang dari Great Tomb of Nazarick. Dia tidak bisa membiarkan kehadiran seorang manusia yang tidak memiliki izin dari tuannya.
Solution tidak mencoba untuk menyerang Tsuare sejauh ini karena Sebas dengan tegas menjaganya. Namun, jika ini berlanjut, itu akan menjadi tidak mungkin baginya untuk mengendalikan Solution di kemudian hari.
Sebas merenungkan kenyataan bahwa dia sudah kehabisan waktu.
"..Sebas-sama. Jika manusia itu menjadi rintangan bagi perintah Ainz-sama maka-"
"Dia akan disingkirkan."
Sebas memastikan kepadanya seakan tidak membiarkannya menyelesaikan sisa kalimatnya. Solution menutup mulutnya dan menatap Sebas dengan mata yang tak bisa dibaca, lalu membungkukkan kepala.
"Kalau begitu aku tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Sebas-sama, tolong jangan lupakan perkataan anda tadi."
"Tentu saja, Solution."
"...Namun."
Emosi dalam gumaman Solution cukup kuat sehingga menghentikan langkah Sebas.
"...Namun, Sebas-sama. Apakah tidak apa tidak melaporkannya kepada Ainz-sama? Tentang makhluk itu."
Sebas terdiam untuk beberapa saat, lalu menjawab.
"Tidak akan ada masalah. Akan sangat tidak sopan merampas waktu Ainz-sama hanya untuk satu orang manusia."
"...Entoma dan yang lainnya seharusnya berkomunikasi dengan anda melalui [Message] setiap hari di waktu tertentu. Tidak bisakah anda mengatakan sesuatu untuk masalah itu?... Aakah anda memang berniat untuk menyembunyikannya?"
"Tentu saja tidak. Aku tidak akan melakukan hal semacam itu kepada Ainz-sa-"
"Kalau begit... anda bertindak berdasarkan kepentingan sendiri?"
Suasana menjadi tegang.
Sebas menyadari bahwa Solution sedikit mempersiapkan diri dengan sebuah sikap. Dia mengerti seberapa bahayanya posisi dia berada.
Setiap anggota Nazarick bersumpah setia kepada 'Ainz Ooal Gown' - dan secara umum, Supreme Being. Dengan Guardian sebagai kemudinya, tidak berlebihan berkata bahwa setiap anggota setuju dengan sumpah itu. Meskipun asisten kepala pelayan, Eclair, yang ingin menguasai Nazarick sendiri, setia kepada 41 Supreme Being dan menganggap mereka dengan hormat.
Tak usah dikatakan, Sebas memang salah satu dari mereka.
Namun, dia masih percaya bahwa salah menyingkirkan kehadiran yang perlu dikasihani hanya karena kemungkinan belaka. Meskipun berkata demikian, dia juga sangat tahu betul bahwa mayoritas dari Nazarick tidak setuju dengannya.
Tidak, dia mengira dia tau. Reaksi Solution tadi menunjukkan seberapa dangkalnya pengertiannya terhadap mereka.
Solution serius. Dia siap bertemu dengan Sebas si kepala pelayan - dengan kata lain, atasannya dalam hal pekerjaan sehari-hari di Nazarick dan salah satu dari yang terkuat dalam pertempuran jarak dekat, dengan kekuatan yang tergantung jawabannya. Dia tidak tahu bahwa Solution sudah mempersiapkan sejauh itu untuk menghapus masalahnya.
-Sebas menunjukkan sebuah senyuman.
Dari senyumannya, mata Solution melihatnya dengan aneh.
"..Tentu saja tidak. Alasan aku tidak melaporkan ini kepada Ainz-sama adalah bukan karena itu adalah keegoisanku."
"Lalu bisakah anda tunjukkan dasar tindakan anda?"
"Aku mempertimbangkan kemampuan memasaknya nilai yang tinggi."
"Memasak.. kata anda?"
Kelihatannya seperti ada tanda tanya yang muncul di atas kepala Solution.
"Memang benar. Dan bukankah akan terlihat aneh kepada orang lain jika hanya ada dua orang yang hidup di rumah sebesar ini?"
"...Itu memang memungkinkan."
Solution tidak ada pilihan selain mengakui hal itu. Tidak memiliki pelayan sementara hidup di dalam kemewahan di rumah yang besar pasti akan terlihat sangat aneh.
"Aku merasa setidaknya, kita harus memiliki satu setidaknya satu pelayan dengan kita. Jika kita mengundang tamu ke rumah ini, bukankah akan mencurigakan jika kita bahkan tidak bisa menghidangkan makanan kepada mereka?"
"...Dengan kata lain, anda menggunakan manusia itu sebagai bagian dari samaran kita?"
"Benar sekali."
"Tapi tidak perlu secara khusus manusia."
"Tsuare merasa berhutang kepadaku. Itu artinya dia tidak akan pernah membocorkan informasi meskipun dia berada dalam bahaya. Apakah aku salah?"
Sangat singkat, Solution memikirkannya lagi, lalu mengangguk sesudahnya.
"Anda benar."
"Begitulah. Seharusnya tidak perlu meminta izin dari Ainz-sama jika masalah ini hanya mengenai samaran kita. Bukan hanya itu, dia mungkin akan marah dan bilang kepada kita untuk mengurusi masalah itu sendiri."
Sebas bertanya kepada Solution dengan lirih, yang tetap diam.
"Apakah kamu mengerti sekarang?"
"...Ya."
"Maka ini seharusnya cukup untuk -"
Sebas memotong ucapannya. Dia telah mendengar sebuah suara, seperti dua obyek keras yang berbenturan satu sama lain.
Itu sangat halus sehingga siapapun selain Sebas mungkin akan terlewatkan.
Suara bising yang berulang kali berubah-ubah memastikan bahwa seseorang melakukannya dengan sengaja.
Sebas membuka pintu kamar dan memfokuskan inderanya kepada arah lorong.
Mereka berdua membeku, menyadari bawah suara itu datangnya dari orang yang mengetuk pintu depan. Karena sejak mereka tiba di Kingdom, tak ada satupun yang pernah mengetuk pintu itu. Setiap transaksi yang mereka lakukan selalu diselesaikan di luar dan tak pernah mengundang siapapun ke rumah mereka. Itu adalah tindakan pencegahan yang nekat untuk mencegah orang lain mengetahui bahwa hanya ada dua orang yang tinggal di rumah ini.
Tapi hari ini, mereka memiliki tamu. Itu sudah lebih dari cukup untuk menyebabkan insiden yang merepotkan.
Sebas meninggalkan Solution di dalam ruangan dan berjalan ke depan. Dia membuka penopang jendela yang menempel di pintu depan.
Apa yang dia lihat melalui lubang adalah seorang pria dengan bahu yang lebar dikelilingi di kedua sisi oleh prajurit Kingdom.
Pria dengan bahu yang lebar itu berpakaian sangat baik. Di dadanya, dia memakai lambang berat yang bersinar dengan kemilau dari logam tembaga. Kulit wajahnya yang sehat dan padat dengan lemak dan dia sangat gemuk, mungkin karena kebiasaan makanannya.
Dan terakhir - ada seorang pria yang kelihatannya berbeda dari yang lainnya.
Kulitnya pucat, seperti tak pernah terkena paparan sinar matahari langsung. Dengan mata yang tajam dan pipi yang kurus, dia terlihat seperti burung pemangsa - seperti burung pemakan bangkai yang mencari bangkai yang sudah busuk. Pakaian hitamnya menggantung longgar di tubuhnya, membuatnya terlihat jelas bahwa dia sedang menyembunyikan senjata.
Apa yang membuat jengkel indera keenam Sebas adalah aura darah dan dendam yang menggantung di sekitarnya.
Mereka benar-benar kelompok yang kurang terpadu dan tidak cocok. Sebas tidak bisa menentukan identitas dan tujuan mereka.
"..Siapa itu?"
"Saya adalah petugas patroli Stafan Hevish."
Pria gemuk yang ada di depan berbicara dengan suara bernada tinggi dan menunjukkan namanya.
Dia adalah petugas patroli, pelayan publik yang ditugaskan untuk menjaga ketertiban umum. Sebuah posisi yang mirip dengan bos dari patroli biasa yang sering berkeliling di kota, tugas mereka termasuk cakupan kategori yang luas. Karena ini, Sebas tidak bisa memprediksi mengapa orang yang bernama Stafan ini memutuskan untuk mengunjungi dia dan menjadi bingung.
Mengabaikan Sebas, Stafan melanjutkan bicaranya.
"Kingdom memiliki hukum yang melarang membeli dan menjual budak. Hal itu dipelopori oleh Putri Renner yang menyusun rencana yang memungkinkan untuk lulus. Kami menerima laporan bahwa orang-orang di kediaman ini mungkin saja sedang melanggar hukum ini dan kemari untuk menyelidiki."
Dia lalu menyelesaikan dengan meminta apakah dia bisa masuk ke dalam.
Meskipun Sebas telah memikirkan berbagai macam penolakan, menolak mereka masuk bisa meningkat menjadi masalah yang lebih besar. Juga tidak ada jaminan bahwa Stafan adalah petugas publik. meskipun kenyataannya bahwa petugas publik Kingdom memang memakai lambang yang sama dengan yang ada di dada Stafan. Namun, itu masih bukan jaminan yang absolut. Masih ada sebuah peluang - meskipun itu adalah kriminalitas besar - kejahatan memalsukan.
Dengan berkata seperti itu, memperbolehkan beberapa manusia masuk ke dalam kediaman tidak akan membuat masalah yang terlalu besar. Jika nantinya Sebas bisa dengan mudah menangani mereka. Kenyataannya, akan lebih baik jika mereka memang palsu.
Mengumpulkan sedikit demi sedikit data dari keheningan yang terbentuk ketika Sebas berpikir, Stafan membuka mulutnya untuk yang kedua kali.
"Bolehkan saya berbicara dengan tuan dari kediaman ini? Tentu saja, jika tuannya tidak hadir mau bagaimana lagi. Tapi aku tidak mengira petugas penyidik yang kembali dengan tangan kosong adalah hasil yang baik."
Stafan tersenyum dengan wajah yang bahkan tidak membawa sedikitpun permintaan maaf. Dibalik ekspresi itu ada sebuah ancaman yang didukung oleh kekuatan hukum.
"Sebelum itu, aku punya pertanyaan untukmu. Siapa orang yang berdiri di belakangmu?"
"Hmm? Namanya adalah Succulent. Dia adalah wakil dari toko yang sedang melaporkan."
"Namaku adalah Succulent. Senang bertemu denganmu."
Melihat senyum samar di wajah Succulent, Sebas mengerti bahwa dia sudah kalah.
Senyumnya adalah pemburu keji yang mengejek mangsanya karena sudah terjatuh ke dalam perangkap. Bisa diasumsikan dengan aman bahwa dia kemari setelah melakukan persiapan yang sempurna. Dengan seperti itu, ada peluang yang bagus bahwa Stafan memang benar petugas publik. Dia kelihatannya juga sudah mempersiapkan sebuah rencana jika Sebas menolak mereka. Maka setidaknya, Sebas harus mencoba dan mengetahui niat dari lawan.
"Saya mengerti, saya akan mengirimkan berita ini untuk nona. Tolong tunggu sebentar."
"Tentu saja, kami akan menunggu."
"Tapi tolong dipercepat. Kami tidak punya waktu yang luang."
Succulent tersenyum dan Stafan mengangkat bahunya.
"Mengerti. Maaf permisi."
Sebas menutup pelindungnya dan berputar ke arah ruangan Solution. Tapi sebelum itu, dia harus bilang kepada Tsuare untuk pergi jauh lebih dalam-.
Dengan pasukan yang tertinggal di pintu, dua orang itu dipersilahkan masuk - Stafan dan Succulent masing-masing melihat dengan wajah takjub setelah melihat Solution.
Mereka tidak menduga bertemu dengan wanita yang cantik. Ekspresi Stafan pelan-pelan melonggar dan matanya maju mundur antara wajah dan dada Solution. Dia menelan ludahnya, matanya dipenuhi dengan nafsu. Di lain pihak, wajah Succulent pelan-pelan semakin keras.
Bagi Sebas, sangat jelas siapa yang harus mejadi waspada. Dia menawarkan kedua orang itu sofat di depan Solution.
Solution yang sudah duduk dan Stafan, yang baru saja duduk, Succulent memperkenalkan mereka.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?"
Pada pertanyaan Solution, Stafan memalsukan batuk-batuk saat dia berbicara.
"Menurut laporan dari toko tertentu, kelihatannya, seorang individu tertentu menyeret pegawai mereka. Saat dia melakukannya, individu itu secara mengejutkan menyerahkan uang ke pegawai yang berbeda. Membeli budak adalah melanggar hukum di negara kami... bukankah apa yang dilakukan orang ini adalah ilegal?"
Bahu Stafan mejadi semakin tertekan, saat dia pelan-pelan menjadi marah. Solution menjawab dengan suara bosan.
"Begitukah?"
Sikap dibalik balasan Solution membuat dua orang itu berkedip. Meskipun mereka menambahkan tekanan, sikap Solution sama sekali tidak diduga.
"Aku menyerahkan semua hal yang rumit kepada Sebas. Sebas, urusi sisanya."
"A..Apakah anda tidak apa dengan itu? Tergantung situasinya nanti aku bisa saja akan dicap sebagai kriminal."
"Wah, menakutkan sekali. Sebas, jika kelihatannya aku akan menjadi seorang kriminal maka bilang padaku. Kalau begitu semuanya, selamat tinggal."
Solution mengucapkan perpisahannya dan meninggalkan mereka dengan senyum yang cerah. Tak ada yang bisa berkata apapun kepadanya saat dia meninggalkan ruangan itu. Kekuatan dari senyum wanita cantik terbukti saat itu.
Sebelum suara pintu yang sedang ditutup terdengar, mereka mendengar suara keheranan dari para prajurit setelah melihat Solution.
"-kalau begitu aku akan mendengarkan apa yang akan kamu katakan sebagai wakilnya."
Sebas tersenyum dan mengambil tempat duduk di depan dua orang itu. Sikap Stafan sangat canggung, masih terpesona oleh senyum Solution. Namun, seakan melindunginya, Succulent memecah suasana.
"Baiklah, kalau begitu biarkan saya bertanya kepada anda beberapa pertanyaan? Seperti yang tadi anda dengar dari Hevish-sama di pintu masuk, kami..., pegawai kami telah hilang, anda tahu. Saya telah menginterogasi orang tertentu dan dia bilang dia menyerahkannya setelah menerima uang. Meskipun saya tidak ingin membayangkan bahwa salah satu pegawai kami melakukan hal semacam itu, saya tidak punya pilihan selain memanggil pihak berwajib."
"Benar sekali. kejahatan kotor seperti perdagangan budak tidak akan ditoleransi!"
Dia memukul meja itu dengan keras.
"Itulah kenapa Succulent-kun disini melaporkannya tanpa takut reputasi buruk tokonya tersebut adalah penduduk yang patut di contoh!"
"Terima kasih, Hevsih-sama."
Succulent merendahkan kepalanya kepada Stafan, yang sedang berbicara dengan entusias seperti itu hingga muncrat dari mulutnya.
Drama macam apa ini?
Berpikir seperti itu di kepalanya, Sebas mulai bertanya-tanya. Dua orang di depannya pasti telah bekerja sama. Kalau begitu tidak diragukan lagi, mereka telah membuat persiapan sebelum melakukan serangan. Dengan begitu, kekalahan Sebas sudah dipastikan. Bagaimana caranya meminimalisir kerugian dirinya.
Dan di sisi sebeliknya, apa kondisi Sebas agar bisa muncul sebagai pemenang dalam situasi ini?
Kondisi kemenangan bagi kepala pelayan Nazarick, Sebas, adalah untuk menyelesaikan masalah ini tanpa harus menarik perhatian yang lebih jauh. Itu bukan untuk melindungi Tsuare.
Namun- "Saya curiga bahwa pria yang mengklaim menerima uang bisa saja berbohong. Dimana dia sekarang?"
"Dia telah ditahan karena telah melakukan jual beli budak dan saat ini sedang dikunci di dalam sel. Dan hasil dari testimoni miliknya dan penyelidikan kami yang sangat hati-hati adalah-"
"-yang membeli dari kami adalah anda, Sebas-san."
Itu artinya pria tersebut sudah tertangkap dan mengaku atas segalanya. Ada peluang bagus bahwa dia sudah ditekan dan merubah testimoninya sehingga membuat mereka untung.
Sebas dikoyak antara apakah dia harus pura-pura, berbohong, atau menolaknya seketika.
Bagaimana jika dia bilang saja dia sedang tidak berada di kediaman? Bagaimana jika dia telah berkata bahwa dia telah membunuhnya?
Berbagai macam ide yang mengalir di otaknya tapi kemungkinan dari semuanya yang berhasil sangat rendah. Mereka tidak akan mundur dengan mudah. Meskipun sebelum itu, dia harus mengetahui satu hal.
"Tapi bagaimana anda bisa memiliki kesimpulan bahwa itu adalah aku? Dimana bukti anda?"
Itu adalah bagian dari yang tidak diketahui oleh Sebas. Selama dia tidak meninggalkan apapun yang menunjukkan nama atau identitasnya, seharusnya tidak ada bukti apapun. Lalu bagaimana mereka mengetahui lokasi ini? Dia selalu berhati-hati jika memang diikuti ketika sedang ada di luar. Dia selalu khawatir bahwa ada seseorang yang bisa mengikutinya kemari tanpa diketahui ada di kota ini.
"Gulungan."
Sebuah kilatan mengalir di otak Sebas.
-Gulunga yang dia beli dari guild Magician.
Gulungan itu memang berbeda dari yang lainnya dengan hasil kerajinan yang menakjubkan. Seseorang yang tahu bagaimana bentuknya akan mengenali bahwa gulungan itu dibeli dari guild Magician. Lalu mereka bisa melacak jejaknya dan mendapatkan sesuatu dari itu. Seseorang yang berpakaian seperti kepala pelayan sambil membawa gulungan akan sangat mencolok.
Tapi meskipun begitu, itu masih belum merupakan bukti yang cukup untuk meletakkan Tsuare di kediamannya. Dia bisa memperdebatkan bahwa itu adalah orang yang mirip. Masalahnya adalah keadaan akan semakin rumit jika mereka memeriksa rumah ini. Benar sekali. Mereka akan dipaksa mengakui bahwa termasuk Tsuare, hanya tiga orang yang tinggal di rumah besar ini.
Sebas memundurkan badannya.
"..Memang benar aku membawa gadis kemari denganku. Namun, waktu itu gadis itu terluka berat dan hampir berada di jurang kematian. Aku tidak ada pilihan selain membawanya."
"Dengan kata lain kamu mengakui bahwa kamu menggunakan uang untuk menukarnya dengan si gadis?"
"Sebelum itu, bolehkan saya bicara dengan orang yang anda tahan?"
"Sayang sekali itu tidak mungkin. Kami tidak bisa membiarkan kalian berdua mencocokkan cerita kalian."
"Kalau begitu-"
-Aku tidak keberatan jika anda mendengarkan percakapan kami.
Saat dia akan berkata demikian, Sebas menutup mulutnya.
Pada akhirnya, ini adalah balapan yang telah direncanakan sebelumnya. Ada kemungkinan kecil bahwa situasi ini akan meningkat meskipun jika dia harus pergi ke tempat dimana pria itu berada. Melakukan penyerangan di dalam sudut pandang ini hanya akan menghabiskan waktu.
"...Kalau begitu anda mengakui kenyataan bahwa gadis itu memang korban dari luka-luka mengerikan itu? Dari sudut pandang pemerintah, aku rasa ini akan dinilai lebih buruk-"
"Pekerjaan di toko kami sangat sulit. Mau bagaimana lagi jika dia mendapatkan luka-luka. Anda sering melihatnya di pertambangan dan semacamnya, sayang sekali."
"...Aku kira itu luka yang anda bicarakan dan luka pada dirinya adalah sama."
"Hahaha, itu adalah usaha hiburan dan kami mendapatkan banyak pelanggan berbeda. Kami mencoba untuk sangat hati-hati. Yah. aku mengerti poin dari Sebas-san. Kami akan sedikit - ya, sedikit lebih hati-hati."
"..sedikit?"
"ya, Lagi dan itu membutuhkan uang lebih banyak, untuk disini dan disana."
Terhadap pertanyaan Sebas, Succulent memasang senyum mengejek, semacam senyum dimana sudut bibirnya melengkung ke atas.
Sebas juga, merespon dengan senyuman.
"-Cukup."
Stafan menghela nafas dalam-dalam, seperti orang yang menghadapi seorang idiot.
"Tugasku untuk memeriksa apa memang ada atau tidak transaksi yang melibatkan budak. Memeriksa bagaimana pekerja diperlakukan adalah orang lain. Kelihatannya insiden ini tersambung dengan perbudakan."
"..Kalau begitu bisakah anda mengatakan kepadaku nama dari petugas publik yang bertanggung jawab terhadap kondisi pekerja?"
"...Hmm, aku ingin memberitahumu tapi itu rumit. Sayangnya, seseorang yang menghalangi pekerjaan orang lain sangat tidak populer."
"...Kalau begitu silahkan tunggu hingga saat itu."
Stafan menyeringai, seakan dia sedang menunggu kalimat itu.
"...Aku berharap aku bisa melakukan itu, aku benar-benar mengharapkannya. Tapi karena laporan sudah dibuat, Aku harus menangkap kalian dan menyelidikinya sesegera mungkin, jika perlu dengan paksaan."
Dengan kata lain, dia tidak punya waktu.
"Bahkan sekarang, melihat dari bukti tidak langsung, sudah jelas sekali anda bersalah. Tapi toko ingin menyelesaikan masalah ini dengan bersih. Tentu saja, ada kompensasi tergantung persetujuan. Dan juga akan agak mahal untuk menghancurkan laporan palsu yang sudah tertulis tentang perdagangan budak."
"bagaimana penyelesaian yang sebenarnya?"
"Begini, kami ingin anda mengembalikan pegawai kami bersama dengan kompensasi terhadap kerugian saat dia tidak ada."
"Ternyata begitu, dan berapa banyak itu?"
"Dalam koin emas...mari kita lihat. Kami akan memberi diskon, 100 koin emas dan ditambah 300 kompensasi, membuat totalnya 400. Bagaimana?"
"...Banyak sekali, bagaimana bisa itu disebut penyelesaian? Tipe pekerjaan macam apa yang dia lakukan pada hari-hari biasanya? Berapa banyak?"
Saat itu, Stafan menyelanya.
"Ah, tunggu sebentar. Itu seharusnya bukan semuanya, Succulent-kun."
"Benar juga, saya hampir lupa. Anda sudah menyebutkannya karena laporan sudah dipenuhi, menghancurkan laporannya akan membutuhkan biaya meskipun kita mencapai persetujuan."
"tetu saja, Succulent-kun. Kamu tak boleh melupakan bagian itu."
Stafan menyeringai.
"...Tapi."
"Hmm?"
"Tidak, bukan apa-apa."
Sebas menelan ucapannya dan tersenyum.
Succulent membungkukkan kepalanya kepada Stafan dan melanjutkan ucapannya.
"Hmmm, maafkan saya untuk itu, Hevish-sama. Bagaimanapun juga, biayanya adalah sepertiga dari kompensasinya jadi 100 keping. Totalnya, adalah 500 keping."
"Kamu berkata apa? Dengarlah, dari saat kamu setuju, kamu tak pernah membeli seorang budak. Dengan kata lain, uang yang termasuk dalam transaksi itu tidak ada. Kamu mungkin sudah menjatuhkannya di suatu tempat."
Apakah dia mengira Sebas hanya akan pura-pura bahwa dia menjatuhkan ratusan keping emas? yah, mereka kelihatannya sudah mengambil separuhnya.
"...Namun, tubuh gadis itu masih belum sembuh sama sekali. Jika kalian mencoba membawanya sekarang, dia mungkin akan menderita sakit lagi. Ada juga peluang bahwa dia mungkin akan kehilangan nyawa dalam perawatan nantinya. Aku yakin bahwa akan lebih aman baginya untuk tetap dengan kami sementara."
Mata Succulent mengkilat aneh. Melihat perubahannya, Sebas tahu bahwa dia telah membuat kesalahan. Dia harus menunjukkan bahwa Tsuare penting baginya.
"Tentu saja, tentu saja, anda benar. Jika dia mati tentu saja anda jelas akan harus memberi kompensasi kembali, kalau begitu bagaimana kalau anda meminjamkan kepada kami gadis di rumah ini hingga perawatannya selesai?"
"Ohhh! Itu ide yang bagus. Tak usah dikatakan dia harus menambal lubang yang menjadi tanggung jawabnya."
Senyum yang menutupi wajah Stafan jelas sekali dipenuhi dengan nafsu. Dia mungkin sudah melucuti Solution dalam angan-angannya.
Senyum Sebas menghilang dan wajahnya menjadi tanpa ekspresi.
Meskipun Succulent mungkin hanya bercanda, tidak diragukan lagi dia mendorong ide itu jika Sebas menunjukkan titik lemah. Dari kenyataan saat Sebas menilai Tsuare tinggi-tinggi terbuka, kemungkinan bahwa insiden menjengkelkan ini akan semakin besar di masa depan tepat di depan matanya.
"...Bukankah kerakusan yang berlebihan hanya akan menjadi masalah?"
"Menggelikan!"
Wajah Stafan menjadi merah dan dia berteriak dengan keras.
Seperti seekor babi yang akan disembelih.
Berpikir demikian di kepalanya, Sebas melihat Stafan tanpa berucap.
"Apa maksudmu dengan rakus?! Ini lahir dari hatiku bahwa hanya berharap untuk melindungi hukum yang dikeluarkan oleh Putri Renner yang dijunjung tinggi! Beraninya kamu bersikap tidak sopan!"
"Wah, wah, wah, tenangla, Hevish-sama."
Saat Succulent menyela, Stafan yang berteriak langsung mengendalikan amarahnya. Perubahan tiba-tiba yang disarankan itu membuat kemarahannya yang lalu tidak asli, hanya sebuah cara untuk memberikan lebih banyak ancaman.
Meskipun kamu bersikap janggal.
Sebas memikirkannya di kepala.
"Tapi tetap saja, Succulent-kun.."
"Hevish-sama, karena kita sudah mengatakan semuanya yang perlu dikatakan, bagaimana kalau kita kembali dalam dua hari untuk mendengar jawabannya? Apakah itu tidak apa, Sebas-san?"
"Ya, saya mengerti."
Dengan begitu, diskusi sudah selesai. Sebas melihat mereka keluar pintu masuk.
Sebagai orang terakhir yang pergi, Succulent tersenyum dan mengatakan beberapa kalimat kepada Sebas.
"Tapi aku benar-benar harus berterima kasih kepada pelacur itu. Aku tak pernah menyangka barang dagangan yang akan dibuang bisa menelurkan telur emas sebesar ini... atau begitulah yang dikatakan orang tertentu."
Meninggalkan kalimat itu di belakang, pintu itu ditutup dengan suara yang keras.
Sebas terus menatap pintu tersebut, seakan itu tidak kelihatan. Wajahnya yang tenang, tidak menunjukkan emosi apapun secara khusus. Namun, ada sesuatu yang jelas-jelas terlihat jauh ada di dalam matanya.
Dia sangat marah.
-Tidak, kalimat samar seperti itu tidak bisa menjelaskan dengan akurat apa yang dia rasakan.
Mengamuk, murka, itulah yang lebih tepat.
Alasan Succulent menunjukkan maksud dia yang sebenarnya saat pergi adalah karena dia sudah membendung seluruh jalan keluar, karena Sebas tidak memiliki jalan untuk merespon - kemenangan Succulent sudah pasti.
"Solution, tunjukkan dirimu."
Membalas suaranya, Soluton muncul seperti air yang mengalir keluar dari bayangan. Dia telah menggunakan skill dari kelas assassinnya untuk melebur ke dalam bayangan.
"Aku asumsikan bahwa kamu telah mendengar diskusi kami."
Kalimat Sebas hanyalah sebuah konfirmasi. Solution menganggukkan kepalanya, seakan itu tidak perlu dikatakan lagi.
"Jadi apa rencana anda, Sebas-sama?"
Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Solution secara langsung. Kurangnya balasan menarik tatapan dingin yang jelas terlihat dari Solution.
"...Akankah dengan menyerahkan manusia itu akan menyelesaikan masalahnya?"
"Aku ragu masalah itu akan selesai dengan cara itu."
"......begitukah?"
"jika kita menunjukkan kekuatan maka mereka akan datang untuk menagih lebih banyak lagi. Mereka termasuk golongan seperti itu. Masalah tidak akan bisa diselesaikan meskipun jika kita harus menyerahkan Tsuare kepada mereka. Masalah yang lebih besar adalah seberapa banyak informasi yang mereka dapatkan dari hasil penyelidikan kepada kita. Meskipun kita datang ke ibukota menyamar sebagai pedagang, jika mereka menggali lebih dalam dan menemukan titik celah - mereka akan tahu bahwa identitas kita adalah palsu."
"Lalu apa yang anda rencanakan untuk dilakukan?"
"Entahlah. Aku akan pergi ke luar untuk berjalan dan memikirkannya lagi."
Sebas membuka pintu depan dan melangkah keluar.
Solution menatap Sebas tanpa bicara saat punggungnya semakin kecil di kejauhan.
- Tidak masuk akal.
Jika dia tidak membawa manusia itu dengannya, insiden berantai ini tidak akan pernah terjadi. Dengan berkata demikian, itu semua sudah masa lalu. Apa yang lebih penting adalah apa yang harus dilakukan dari sini.
Sebagai bawahan Sebas, Solution seharusnya tidak boleh bertindak sesuka hati mengabaikan kalimat dari atasannya. Namun, kelihatannya tidak melakukan apapun dan menyerahkan situasi seperti sekarang akan lebih berbahaya.
Jika yang termuda dari kami ada disini... jika kita bergerak sebagai Pleiades maka kita tidak akan ada masalah...
Dia ragu-ragu.
Dia ragu-ragu hingga titik dimana dia sendiri berpikir bahwa ini sudah keterlaluan.
Akhirnya, dia menemukan tekad dan membuka lengan kirinya.
Sebuah gulungan melompat keluar dari tangannya, seakan naik ke permukaan. Itu adalah sebuah gulungan yang dia simpan di dalam tubuhnya hingga sekarang. Saat ini, berkat usaha Demiurge, hari dimana produksi masal dari gulungan peringkat rendah akan memungkinkan semakin dekat. Namun, itu bukan masalah..., gulungan 'Message' ini diberikan kepadanya hanya untuk darurat. Solution telah memutuskan situasi sekarang membutuhkannya.
Dia membuka gulungan itu dan mengaktifkan magic yang terdapat di dalamnya. Setelah dipakai, gulungan itu rontok menjadi abu dan benar-benar hilang ketika menyentuh tanah.
Bersamaan dengan aktifkan magic, Solution merasakan sesuatu seperti benang yang menyambungkan dirinya dengan tujuannya dan mengeluarkan suaranya.
"Ainz-sama?"
[Apakah ini Solution? Ada apa? Melihat bagaimana kamu menghubungiku, apakah ada keadaan darurat?]
"Ya."
Dalam sekejap, Solution terdiam. Saat itu lahir dari ketika dia memikirkan loyalitasnya kepada Sebas, mempertimbangkan kemungkinan bahwa itu semua adalah kesalahpahaman. Namun, loyalitasnya kepada Ainz lebih kuat dari apapun.
Dan meskipun mereka selalu bertindak demi Nazarick, dari 41 Supreme Being, bisa dikatakan situasi Sebas saat ini mengabaikan sumpah ini.
Untuk alasan ini, dia membuka mulutnya untuk mendengar keputusan sang tuan.
"Ada kemungkinan bahwa Sebas-sama telah mengkhianati kita."
[Huh?...Ehhhh?!...Tunggu, tidak mungkin...Hrrmph...cukup dengan candaanmu, Solution. Berkata demikian tanpa bukti adalah hal yang tidak diperkenankan....Apakah kamu punya bukti?]
"Ya. Meskipun itu tidak cukup untuk disebut bukti-"