Overlord (Indonesia):Volume 6 Chapter 10

From Baka-Tsuki
Revision as of 12:59, 11 May 2016 by Silverhunter (talk | contribs) (Kartu As yang Terkuat!)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Part 1[edit]

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 4, 22:31

Tinggi di atas ibukota kerajaan, sekelompok orang terbang seperti bintang jatuh menyusuri langit malam. Dua orang dari mereka adalah magic caster yang sedang menopang sebuah mantra terbang, dan dua orang lainnya adalah penumpang mereka.

Satu dari dua orang kelompok terakhir adalah seorang pria dengan armor full plate berwarna hitam legam, membawa dua pedang raksasa di punggungnya, sedang yang lain adalah wanita cantik dengan rambut kuncir kuda. Tak usah dikatakan lagi jika mereka adalah Ainz dan Narberal.

Pagi itu, keduanya sedang menerima sebuah quest dari guild petualang di E-Rantel untuk uang dalam jumlah yang belum pernah ada sebelumnya. Client mereka adalah Marquis Raeven. Di permukaan, kelihatannya Marquis ingin mempekerjakan para petualang untuk meningkatkan keamanan rumahnya karena kejadian belakangan ini, yang penyebabnya tidak diketahui.

Ainz tahu jika itu bukan seluruh masalahnya, lalu dia akan mencari tahu lebih jauh lagi selama berjalannya quest.

Alasannya adalah karena mereka ingin menekan kelompok yang dikenal dengan Eight Finger, dan mereka berharap Momon akan bertarung bersama mereka, melawan anggota terkuat dari lawan, Six Arm.

Ainz tidak menemukan alasan apapun untuk menolak permintaan ini.

Biasanya, para petualang memiliki peraturan yang tak tertulis untuk menjauhi masalah negara. Agar tidak mengusir Ainz - atau lebih tepatnya, Momon sang hitam - mereka telah bersusah payah mempersiapkan quest yang benar untuk berperan sebagai samaran, dan bertujuan untuk menariknya dengan hadiah yang sangat mewah.

Setelah beberapa saat berpikir, Ainz menerima quest dengan berpura-pura enggan, agar tidak membuat dirinya terlihat seperti pedagang kasar. Yang terlihat adalah dia harus buru-buru pergi ke ibukota.

Di dalam YGGDRASIL, ada titik-titik tertentu yang bisa digunakan untuk berteleportasi dari kota ke kota, tapi di dunia baru ini, tidak ada hal semacam itu. Magic Teleportasi adalah mantra tingkat 5, yang seharusnya tidak bisa dilakukan oleh Momon atau Nabe, dan bepergian antar daerah dengan menunggang kuda akan memakan waktu seharian.

Apa yang harus dilakukan kalau begitu? Jawabannya mudah, disediakan oleh para magic caster dari Marquis Raeven.

Mereka menggunakan mantra flight yang dipercepat dengan kombinasi mantra 'Floating Board', dan bersama-sama mereka membawa Ainz dan Nabe ke ibukota dengan kecepatan yang besar. Bagaimana mereka melakukan ini? Jawabannya sangat sederhana. Ainz dan Nabe duduk di atas cakram yang mengambang, yang mengurangi beban berat mereka dengan efektif, jadi membawa dua orang itu lumayan tidak akan memperlambat mereka. Dengan cara ini, mereka bisa segera lurus menuju ibukota seharian hingga sekarang. Namun, bahkan dengan trik seperti ini, waktunya masih sangat mepet, dan mereka sudah jauh terlambat dari jadwal. Karena itu, Ainz sedikit khawatir. Jika dia tiba dan dibilang tidak diperlukan lagi, hadiah apa, jika ada, yang bisa dia terima?

Meskipun Ainz ditaril oleh hadiah yang belum pernah ada sebelumnya, masih diragukan jika yang meminta akan mau membayar seseorang yang tidak melakukan apapun.

Ainz menghela nafas lirih. Dia terdengar seperti sedang berdoa, seperti seorang pekerja dengan ulasan prestasi yang parah berharap semacam bonus.

Tak perduli bagaimana, dia harus memiliki hadiah ini. Dia sudah memutuskan bagaimana dia akan menghabiskannya.

Saat pemikiran ini mengalir di kepalanya, Ainz melihat ibukota untuk pertama kalinya dari langit malam. Dia menyesal tidak bisa menikmati pemandangan itu dengan santai. Ibukota sedang gelap, dan kelihatannya bukan kota yang sibuk sama sekali. Meskipun begitu, masih merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk Ainz, yang matanya bisa melihat dengan jelas di dalam kegelapan.

Melihat dari atas tanpa berkata apapun, mata Ainz melihat pemandangan yang menarik; sebuah cahaya di kejauhan.

Meskipun tak ada yang terjadi pertama kali, ketika dia melihat api hitam yang membumbung tinggi, dia menyadari bahwa ini adalah situasi darurat.

"Tunggu! Lihat! Ada kilauan mantra yang diaktifkan, di sebelah sana!"

"Memang benar... itu memang terlihat seperti... semacam magic...."

Magic caster itu mengikuti arah yang ditunjuk jari Ainz kelihatannya tidak berpikir banyak. Seorang manusia biasa akan sulit membuat kilauan menembus langit malam dan dari kejauhan, apalagi menganalisanya.

"Ada apa? Apakah hal semacam ini sering terjadi di dalam ibukota? Atau apakah ada kembang api untuk menyambutku?"

Magic caster itu tidak tertawa dengan guyonannya. Malahan, ekspresi di wajah mereka sangat serius.

"Itu adalah salah satu dari delapan lokasi yang seharusnya diserang-"

"Ternyatab begitu. Aku kira kita sudah terlambat, tapi kelihatannya kita masih akan melakukan beberapa pekerjaan Sepertinya."

"Mengerti, kami akan menuju lokasi itu."

"Hentikan. Kelihatannya ada magic caster dengan level tinggi yang hadir. Jika kalian ditarik ke dalam hal ini, bukankah nyawa kalian bisa melayang?"

Lalu apa yang seharusnya kami lakukan? Ainz melihat ke arah ekspresi bingung magic caster tersebut dan menoleh ke arah Narberal.

"Nabe, gunakan 'Fly' dan bawa aku mendekat kesana. Dengan isyaratku, jatuhkan aku ke atas mereka."

"Tentu saja"


Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 4, 22:23

Bagi Evileye, yang sedang berada di tepi jurang hidup dan mati, pertanyaan dari warrior hitam itu kelihatannya sangat menggelikan. Namun dia langsung merubah pemikirannya. Ketika dia memikirkannya, dua orang itu memang terlihat mencurigakan. Lagipula, itu adalah  konfrontasi antara dua figur bertopeng dan tidak jauh jika dipikir mereka mungkin terlihat sebagai konspirator yang sedang bertarung di antara mereka sendiri.

Lalu, berharap dia benar membuka identitas dari warrior hitam itu, Evileye berteriak.

"Dark Hero! Aku adalah Evileye dari Blue Rose, dan aku memintamu sebagai sesama petualang dengan peringkat adamantite! Tolong, bantu aku!"

Saat dia membuat permohonan, Evileye menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan.

Itu adalah perbedaan antara dirinya dengan musuh dalam hal kekuatan tempur. Meskipun dengan bantuan dari Momon si hitam, sesama petualang dengan peringkat adamantite, apa yang bisa mereka lakukan? Iblis yang menghadap Evileye itu adalah iblis yang meskipun berharap, dia tidak akan bisa mengalahkannya, meskipun dengan bantuannya. Itu seperti secarik kertas lalu menjadi dua - bagaimanapun juga, mereka berdua akan dihamburkan oleh badai yang mengamuk di depan mereka.

Jika dia menerima permintaan Evileye, dia pasti akan bertanggung jawab terhadap kematiannya. Apa yang seharusnya dia lakukan adalah bilang kepadanya untuk kabur, dan jika mungkin, mengambil dan membawa mayat rekan-rekannya.

Tapi-

"-Aku mengerti"

Pria yang berdiri di depan iblis itu, menyembunyikan Evileye di belakang punggungnya.

Evileye menahan nafas.

Saat dia berdiri di depannya, dia salah mengira sebagai dinding yang besar dan kokoh, yang akan melindungi kota. Sebuah perasaan aman dan lega menyelimutinya hingga jauh di dalam hatinya.

Dan iblis yang menghadapi mereka malahan membungkukkan kepalanya, seakan dia adalah orang biasa yang sedang menunjukkan perbedaannya kepada seorang bangsawan. Itu tidaklah mungkin rasa hormat, dia pasti sedang menghinanya. Apakah iblis itu hanya sedang bermain-main?

"Wah, wah, betapa terhormatnya anda sudah mengunjungi kami malam ini. Bolehkah saya tahu nama anda yang hebat? Yang ini dikenal sebagai jaldabaoth."

Jaldabaoth? Dia mendengar suara terkejut dari pria yang ada dibalik penutup kepala hitam legam, diikuti dengan gumaman "nama yang aneh".

Dia tidak berpikir itu aneh. Kenyataannya, Evileye tidak tahu apa yang harus dipikirkan. Dia tahu banyak cerita tentang para iblis dan makhluk-makhluk neraka lainnya, tapi tidak tahu sama sekali nama ini.

"Jaldabaoth, ya? Aku mengerti. Namaku adalah Momon, dan seperti yang dia bilang, aku adalah petualang dengan peringkat adamantite."

Meskipun bermandikan wujud yang membuat moral menurun dari Jaldabaoth, warrior kegelapan Momon tetap terus seakan dia tidak menyadarinya sama sekali.

Jadi itu yang dia lakukan, Evileye berpikir setuju. Untuk menarik musuhnya dan mempelajarinya, Momon melatih disiplin ketat dan terus mempertahankan emosinya agar tidak keluar. Jelas sekali mengapa pria yang disebut Momon dikenal sebagai petualang kelas satu.

Evileye, yang merasa malu dengan begitu mudahnya emosi dirinya telah mengambil alih, bergerak ke dalam bayangan jubah merah hati dari Momon agar tidak membuat perhatian keduanya teralihkan dari adu kata.

Meskipun Momon kelihatannya sangat mau untuk meladeninya, dia punya perasaan bahwa dia akan menghalangi jalannya.

Momon dan Jaldabaoth tidak repot-repot menyadari kehadiran Evileye. Saat dia bergerak mereka mulai adu kecerdasan, masing-masing mencari rahasia dari yang lainnya.

"Ah, begitu. Bolehkah saya tahu mengapa anda memberikan kehormatan kepada kami dengan kehadiran anda sore ini?"

"Itu adalah sebuah quest. Seorang bangsawan tertentu mempekerjakan kami untuk mempertahankan rumahnya... namun ketika aku sedang lewat dan melihat pertarungan ini, aku kira ada hal darurat, dan langsung saja aku melompat ke dalamnya."

Bangsawan yang dimaksud adalah Marquis Raeven, yang telah meminta kehadirannya sebagai petualang dengan peringkat adamantite di ibukota, tidak perduli dengan resiko berbenturan dengan kebijakan para petualang yang tak tertulis untuk tidak ikut campur dalam hal politik. Tiap orang juga tahu dia sedang mati-matian membutuhkan tenaga untuk menghadapi Eight Finger.

"Dan apa tujuanmu?"

"Sebuah item yang sangat kuat mampu memanggil kami ke tempat ini sampai di kota ini. Kami disini untuk mengambilnya, tentu saja."

"Dan bagaimana jika kami berikan kepadamu? Apakah itu bisa menyelesaikan masalah?"

"Sayangnya, itu tidak mungkin. Hanya ada permusuhan diantara kita."

"Kesimpulan macam apa itu? De- Jaldabaoth, haruskah kita menjadi musuh?"

"Memang benar seperti itu."

Evileye memiringkan kepalanya dengan pemandangan yang tak lazim di depannya. Daripada adu kecerdasan, mereka hanya berbagi informasi. Bagaimana itu bisa wajar?

"Yah, aku mengerti, untuk bagian yang paling banyak. Kalau begitu... kamu harus dikalahkan disini, ada masalah dengan hal itu?"

Momon meregangkan kedua tangannya, dan pedang besar yang seperti kepanjangan dari tangannya terlihat bersinar.

"Itu.... hanya akan menyusahkan. Izinkan saya untuk memberikan sedikit perlawanan."

"Kalau begitu- kemarilah."

Dia melangkah- tidak, itu tidak benar. Momon yang sedang berdiri di depan Evileye telah hilang. Dia sedang melakukan pertarungan jarak dekat yang sengit dengan Jaldabaoth.

Pertarungan itu berkembang menjadi sebuah usaha keras yang tidak bisa dijelaskan oleh Evileye dengan kata-kata.

Bayangan-bayangan dari pedang-pedang tersebut, saling beradu dan diserang balik oleh cakar Jaldabaoth yang memanjang.

"Menakjubkan..."

Ada banyak cara untuk membuat pujian, tapi saat ini, Evileye, yang terpana akan permainan pedang yang berkilauan di depannya, hanya bisa memberikan satu kata saja. Permainan pedang itu telah lebih hebat dari seluruh ahli-ahli pedang yang pernah ada di dalam ingatannya. Kelihatannya dia seperti akan membelah malam dan kejahatan dalam satu sabetan.

Evileye merasa seperti sang putri yang ada di dalam nyanyian para bard jalanan. Dan dark warrior di depannya terlihat seperti seorang knight yang datang menyelamatkannya.

Sebuah aliran listrik mengalir di tulang belakangnya yang berasal dari di antara kaki-kakinya, dan postur mungil Evileye seperti menggigil.

Jantung Evileye yang tetap terdiam selama lebih dari 150 tahun kelihatannya berdebar dengan cepat sekali lagi.

Dengan meletakkan tangannya di dada, dia tentu tahu jika tak ada gerakan disana. Meskipun begitu, rasanya sudah cukup nyata baginya.

"...Tolong menangkanlah, Momon-sama."

Evileye menutup kedua tangannya seperti berdoa dengan sungguh-sungguh, berharap knight itu akan mengalahkan iblis yang menakutkan di depannya.

Whoosh! Jaldabaoth terdorong mundur dalam jarak tertentu, dengan suara yang kelihatannya datang dari tubuh darah dan daging. Meskipun dia tetap berdiri, dia masih terdorong di atas lantai yang terbuat dari batu besar. Setelah beberapa puluh meter, Jaldabaoth akhirnya berhenti, lalu membersihkan debu dari tubuhnya.

"Benar-benar menakjubkan. Adu pukul dengan warrior jenius seperti anda mungkin adalah kesalahan dari diriku."

Dengan tumbukan yang keras, Momon menancapkan pedangnya jauh di dalam batu di bawah dirinya, dan menggunakan tangannya yang kosong untuk mengambil gumpalan batu di kepalanya, sebelum menjawab datar.

"Cukup dengan sikap ramahmu. Kamu juga sedang menyembunyikan kekuatanmu, ya kan?"

Kelihatannya hampir tidak bisa dipercaya jika tak ada satupun yang sudah mati-matian meskipun jangkauan pertarungan sudah sampai disini.

"Jangan-jangan dia seorang God-kin (lit. Keturunan Dewa)"

(TL Note : Secara Literal God-kin diartikan keturunan dewa namun yang dimaksud oleh evileye disini adalah God-kin dari enam dewa yang dipuja oleh rakyat Slane Theocracy. Dijelaskan dalam paragraf berikutnya.)

Keturunan dari makhluk yang bernama "Player" atau "pemain" adalah orang-orang yang mungkin bisa membangkitkan kekuatan yang menakjubkan dari dalam dirinya. Slane Theocracy menyebut orang-orang ini "demigod". Atau, lebih tepatnya, mereka adalah orang-orang yang memiliki garis darah dari enam dewa di dalam nadinya. Jika mereka memiliki darah yang lainnya, mereka akan diartikan lainnya.

Kelihatannya Momon ini dianggap memiliki garis darah dari "Player". Atau lebih tepat dikatakan jika tak ada manusia yang bisa memiliki kekuatan seperti itu.

"Wah wah, kelihatannya aku tidak bisa menyembunyikannya dari anda sama sekali. Anda bilang (jika nama anda adalah) Momon sa----n, ya kan"

"Memang benar, Jaldabaoth, namaku memang Momon."

"Baiklah, kalau begitu. Aku datang. [Aspect of the Devil : Tentacle Wings]"

Sayap keluar dari punggung Jaldabaoth, tapi bulu-bulu yang menutupinya memiliki panjang yang tidak biasa, mengingatkan akan penampilan dari tentakel-tentakel. Dia berbicara dengan datar kepada Momon, yang tetap waspada.

"Kamu memang kuat. Tidak diragukan lagi jika kamu mungkin memiliki kekuatan yang melebihi diriku. Meskipun bukan seleraku, izinkan aku menggunakan metode ini. Karena pertahananmu sendiri sangat hebat, bisakah hal yang sama berlaku pada makhluk rendahan di belakangmu? Bagaimana kamu akan menangani itu, kalau begitu? Mungkin kamu seharusnya fokus mempertahankannya, ya kan?"

Dengan kalimat tersebut, dia mengaktifkan hujan bulu-bulu. Ujung dari bulu-bulu tersebut setajam silet, mampu memotong urat dan tulang dengan potongan yang bersih.

Evileye tidak berdaya di hadapan serangan gencar ini. Dia tidak memiliki mana lebih untuk mengaktifkan 'Crystal Wall'. Yang bisa dia lakukan adalah menunggu dan berharap akan keajaiban.

Tapi akhirnya, Evileye meremehkan dark warrior tersebut.

Saat suara logam terdengar, Evileye melihat ke atas, dan melihat perisai kokoh berdiri di depannya.

Sisa-sisa bulu-bulu yang pecah bertebaran di mana-mana. Meskipun kepingan-kepingan itu mampu mencincang manusia hingga berkeping-keping, itu masih merupakan pemandangan yang inda.

"Bagus sekali kamu tidak apa-apa."

Pria itu yang dengan suara tenangnya. Lengannya mengayunkan pedang dengan kecepatan yang menakjubkan. Nafasnya terukur dan nada suaranya lembut, bahkan saat dia mementalkan bulu-bulu yang datang kepada mereka dengan marah.

"Ah...ah...ah! Bahu anda! Apakah anda tidak apa-apa?"

Pada Pauldron (Bagian armor yang menutupi bahu) Momon ada bulu yang tertancap di sana. Karena sudah terbelah saat tengah meluncur kesana, bulu itu sudah kehilangan kekuatan penusuknya. Malahan lebih terlihat seperti hiasan pada armor Momon.

"Bukan apa-apa. Serangan dengan level segini bahkan tidak layak dipertimbangkan. Namun terlebih penting lagi, Aku lega kamu tidak apa-apa."

Momon tertawa kecil.

Evileye merasakan jantungnya tiba-tiba bergerak dengan suara badump. Wajahnya sudah kepanasan dibalik topeng itu, rasanya seperti akan membuatnya terkena luka bakar.

"Bagus sekali! Bertahan tanpa membiarkannya terkena sedikitpun goresan, Aku, Jaldabaoth, memberikan ucapan selamat yang tulus. Benar-benar, sebuah pertunjukan yang bagus sekali."

"Seperti yang kubilang, cukup dengan ucapan manismu. Katakan padaku, Jaldabaoth, mengapa kamu menarik diri?"

Dengan itu, Momon mengangkat Evileye dengan satu tangan dan memeluknya hingga dekat sekali.

"!"

Jantung Evileye yang tidak bergerak rasanya seperti akan meledak dari mulutnya. Di dalam pikiran Evileye, cerita bodoh dari bard jalanan yang juga bodoh terus mengalir di dalam pikirannya, lagi dan lagi. Terutama dimana seorang knight yang membawa sang putri sambil melakukan pertarungan. Orang-orang yang waras akan menyadari bahwa membawa beban sambil bertarung melawan musuh yang kuat tidak lain adalah hal yang sangat bodoh.

Namun-

Para Bard di seluruh dunia, Maafkan aku! Seorang Knight sejati memang membawa gadis yang tak berdaya ini di lengannya, bertarung sambil melindunginya. Uwah, apa yang sedang kupikirkan! Malunya!

"Ini adalah..."

dia sedang dibawa seperti sebuah sekarung kentang di bawah lengan Momon. Meskipun itu adalah cara terbaik untuk melakukannya. Dibandingkan dengan wanita dewasa, Evileye memang kecil dan ringan. Untuk mempertahankan pusat gravitasi Momon, memang masuk akal bagi Momon untuk membawanya seperti ini.

Dia sangat tahu dia tidak bisa protes, dan jantungnya sudah terbakar oleh kemarahan karena melihat rekan-rekannya terbunuh. Dia sangat tahu betul ini bukanlah waktunya untuk kebodohan semacam itu. Meskipun begitu, tidak mungkin bisa menahan lagi sebuah kegembiraan penuh di dalam hatinya.

Mungkin jika dia memeluknya sendiri, keadaan ini akan lebih muda bagi Momon. Tapi Evileye tidak percaya diri dia bisa bergantung kepadanya sendiri jika dia memilih bertarung dengan kecepatan yang bisa membuat leher putus itu sekali lagi, jadi akhirnya dia diam saja.

Evileye sekali lagi menyaksikan pertarungan yang sedang berlangsung antara Momon dan Jaldabaoth. Jarak di antara keduanya telah melebar lebih jauh lagi dari sebelumnya, namun bagi warrior kelas atas dan iblis kelas super, kelihatannya sedikit lebih dari satu langkah tambahan bagi keduanya.

"Kalau begitu, mari kita lanjutkan?"

"Tidak, aku yakin jika sudah sampai disini saja sekarang. Seperti yang kubilang sebelumnya, tujuanku bukanlah mengalahkanmu. Sekarang, kami akan merubah sebagian dari ibukota menjadi sebuah purgatory (tempat penyucian dari dosa). Ketika kami sudah membuat penebusan, tenang saja karena aku pasti akan mengirim kalian ke dunia bawah di atas tumpukan kayu api neraka."

Dengan itu, Jaldabaoth berputar dan menghilang. Gerakannya terlihat buru-buru, tapi dalam sekejap jarak di antara mereka semakin lebar, dan dia hilang ke dalam malam.

"Tidak, tidak, ini tidak baik, Momon-sama, jika kita tidak mengejarnya-"

Saat Jaldabaoth menghilang dari pandangan, Evileye mulai panik, tapi Momon menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak bisa melakukan itu. Dia sedang mundur untuk bisa melakukan rencananya. Jika aku mengejarnya, dia akan bertarung dengan kekuatan penuh. Dan jika dia melakukan itu..."

Momon tidak menyelesaikan kalimatnya agar Evileye mengerti.

Jika dia serius, kamu akan terjebak dalam serangan dan mati. Hal semacam itu. Meskipun jika mereka tetap diam, malahan setan hina itu pasti akan menggunakan serangan yang akan mengenai Evileye.

Fakta bahwa Momon sedang melindungi Evileye adalah bukti bahwa Evileye memiliki nilai sebagai sandera.

Evileye membenci dirinya, yang tidak bisa membantu Momon, yang sedang melindunginya, dan kenyataan bahwa dia bukanlah apa-apa melainkan hanya beban baginya. Lalu bagaimana dengan kalimat muluk-muluk yang dia ucapkan kepada Climb.

"Kalau begitu, Nabe. Apa pendapatmu tentang yang harus kita lakukan selanjutnya?"

Untuk merespon, seorang wanita turun perlahan dari langit. Tim Dark Hero Momon termasuk seorang magic caster yang dikenal sebagai Putri yang cantik. Di waktu yang sama, Evileye tertawa dengan kesia-siaan dari julukan itu, tapi sekarang, setelah orang aslinya berada di depannya, dia sendiri sampai menahan nafas.

Dia terlalu cantik. Orang asing... dengan muka seperti itu, dia pasti datang dari selatan. Evileye terus menatapnya, tak mampu berpaling.

"Momon sa---san. Mengapa kita tidak menuju ke kediaman bangsawan yang mempekerjakan kita, seperti rencana semula?"

"Apakah kita harus mengabaikan Jaldabaoth? Bukankah menghentikan rencana orang itu adalah seluruh alasan mengapa aku disini?"

"Mungkin, tapi kita seharusnya masih harus mendapatkan izin dari client. Kelihatannya itu adalah yang lebih penting."

"-Memang benar."

"Untuk itu, saya sarankan untuk melemparkan nyamuk yang terlalu besar itu ke samping."

"Hm? Ah, maafkan aku, aku khawatir kamu mungkin terkena serangan tadi."

Momon perlahan menurunkan Evileye ke tanah.

"Tidak-tolong, jangan khawatirkan saya. Saya mengerti niat anda."

Evileye membungkuk dalam-dalam kepada Momon.

"Terima kasih banyak atas seluruh bantuan anda. Perkenankan saya untuk memperkenalkan diri. Saya adalah Evileye, kelompok petualang peringkat adamantite Blue Rose."

"Tidak perlu se formal itu, aku adalah Momon, petualang dengan peringkat adamantite yang sama sepertimu. Magic Caster disini adalah rekanku, Nabel. jadi apa yang akan kau lakukan setelah ini? Apakah mereka berdua adalah rekan-rekanmu? Jika kamu membutuhkan seseorang untuk membawa mereka, seharusnya tidak ada masalah."

Momon menunjuk ke arah Gagaran dan Tia.

"Saya sangat berterima kasih sekali atas tawaran anda, tapi itu tidak perlu. Rekan-rekan kami seharusnya akan segera tiba. Mungkin mereka bisa merapalkan mantra kebangkitan ketika disini."

"Mantra kebangkitan... kamu bisa menggunakannya?"

"Ah... ah, ya. Pimpinan tim kami Lakyus bisa membawa yang mati kembali hidup."

"Begitukah? Kalau begitu... boleh saya tanya, dari sejauh mana seseorang bisa merapal mantra kebangkitan?"

"Apa maksud anda?"

"Seandainya saja kamu ingin membangkitkan mereka berdua. Diasumsikan anda merapalkannya di dalam Empire, dimana mereka akan bangkit lagi? Di dalam Empire, ataukah di tempat tubuh itu terbaring?"

Mengapa? Mengapa dia sangat tertarik dengan magic kebangkitan? Penasaran, mungkin. Orang yang bisa menggunakan magic divine tingkat 5 memang sangat langka, jadi tidak aneh jika tertarik dengan topik ini. Atau mungkin ada seseorang yang penting baginya yang telah mati. Kalau begitu, balasan Evileye akan kejam baginya. Dia hanya berdoa jika itu bukan masalahnya.

"Saya tidak terlalu jelas dengan detilnya, tapi saya dengar Lakyus harus sangat dekat agar bisa merapalkan mantra kebangkitan. Jadi, atas pertanyaan Momon-sama, akan tidak mungkin merapalkan mantra dari Empire."

"Mmm. Kalau begitu, pertanyaan lain; setelah dibangkitkan, apakah mereka berdua bisa langsung bertarung?"

"Itu tidak mungkin", Evileye membalas.

Mantra yang dirapalkan oleh Lakyus adalah magic tingkat 5 'Raise Dead'. Membangkitkan akan menguras life force dalam jumlah yang luar biasa. Tanpa terkecuali, para petualang dengan peringkat besi dan di bawahnya akan menjadi debu jika mantra itu digunakan kepada mereka. Para petualang dengan peringkat adamantite bisa dibangkitkan tanpa masalah, tapi proses membangkitkan akan mengurasi energi kehidupan dalam jumlah yang sangat banyak dari mereka sehingga mereka tidak akan bisa bergerak, dan mengembalikan energi kehidupan ini akan membutuhkan waktu yang lama.

Jika Jaldabaoth benar, bukan hanya mereka akan dalam bahaya, tapi kekuatan tempur mereka juga akan dicabut dalam jumlah yang besar.

...tidak, dalam kondisi seperti ini, tak ada yang bisa melawan Jaldabaoth selain pria hebat di depanku ini. Membangkitkan mereka berdua tidak akan banyak merubah keadaan. Akan lebih bijaksana bagi mereka untuk fokus pada pemulihan setelah mereka dibangkitkan.

"Ternyata begitu... aku rasa aku sudah punya gambaran umumnya sekarang. Jika mungkin, aku ingin bertemu dengan Lady Lakyus. Apakah bisa aku menunggu disini dengamu?"

"Apa! Me-me-me-mengapa anda ingin bertemu dengan Lakyus!?"

Sebelum dia bisa memulihkan ketenangan dirinya, kalimat Evileye sudah keluar dari mulutnya. Dia tidak mengerti alasannya sendiri. Dalam sekejap dia mendengar Momon yang berkata bahwa dia ingin bertemu Lakyus, hatinya sudah dipenuhi dengan kebencian. Bahkan hingga membuatnya terkejut, dan hal itu mengagetkan Momon juga.

Dibalik topengnya, wajah Evileye sudah mulai memerah karena malu, dan dia lega bahwa jubah juga telah menutupi ujung telinganya yang juga mulai merah.

"Aku... Aku berharap bisa bertanya tentang magic kebangkitan, dan juga ingin bertemu dengan pemimpin dari Blue Rose, yang merupakan sesama petualang dengan peringkat yang sama dengan diriku, dan yang merupakan senior bagiku. Selain itu, Jaldabaoth mungkin saja pergi, tapi tidak ada jaminan jika dia tidak akan kembali. Bukankah itu tidak menyenangkan?"

"Ti-Tidak, bukan seperti itu... ah, maaf sudah berteriak kepada anda."

Kebencian di hatinya menghilang saat dia mendengar nama Jaldabaoth; dia tahu mereka harus waspada dengannya.

Berpikir dengan hati-hati terhadap apa yang sudah dikatakan... Aku seharusnya sudah bisa meliat hal itu. Sedangkan untuk berhati-hati jika Jaldabaoth kembali... Itu artinya dia ingin melindungiku? Fufu...

"Kalau begitu, sambil menunggu, apakah keberatan jika saya tanya tentang apa yang terjadi sebelumnya?"

"Sebelum itu, saya harus merawat tubuh rekan-rekan saya. Saya tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja disini. Tidak ada masalah memindahkan mereka, ya kan?"

Tentu saja tidak ada masalah. Dengan begitu, Evileye pergi ke jasad tersebut.

Evileye mengira mereka akan terbakar hingga tidak bisa dikenali lagi, tapi kelihatannya api iblis itu hanya membakar jiwa daripada badan. Mayat-mayat itu bersih. Setelah menutup mata mereka dan melipatkan lengan-lengan mereka ke atas dada, Evileye mengambil sebuah 'Shroud of Sleep' dari bawaannya, dan mulai membungkuks Tia dengan itu.

"Apa ini?"

"Ini adalah item magic yang bisa menghentikan pembusukan dan kekakuan dari tubuh ketika sudah dibungkus olehnya. Sangat berguna bagi mereka yang menggunakan mantra pembangkit."

Sambil berkata seperti ini, Momon menyadari saat Evileye membalasnya dia sedang berusaha untuk membungkus tubuh besar Gagaran, jadi Momon memutuskan untuk membantunya dengan mengangkat tubuh Gagaran dengan tenaga lengannya yang luar biasa. Ketika mayat-mayat itu sudah dibungkus, Evileye menutup telapak tangannya dan memasang wajah serius, berdoa untuk jiwa-jiwa dari yang telah tiada dan agar Lakyus bisa membangkitkan mereka.

"Terima kasih atas bantuanmu."

"Tidak usah dipikirkan. Seperti yang kuminta sebelumnya, bisakah kamu mengatakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi disini?"

Evileye mengangguk dan mulai mengingat peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Apa yang dia ketahui dan pertempuran dimana Jaldabaoth membuat kemunculannya.

Saat dia berbicara tentang bagaimana dia hampir menghabisi maid serangga, sebuah perubahan muncul pada Momon dan Nabe, yang sedang mendengarkan ceritanya dengan diam hingga sekarang.

"Lalu, apakah kamu membunuhnya?"

Kalimatnya memang netral, tapi kemarahan dibalik kalimat itu tidak salah lagi.

Evileye merasa waspada. Mengapa Momon marah jika maid dari Jaldabaoth terbunuh? Tapi dia memutuskan untuk menyelesaikan ceritanya.

"Tidak, kami tidak membunuhnya. Jaldabaoth muntul sebelum kami bisa melakukannya."

"...Begitukah? ya, ya."

Kemarahan itu hilang, dan Evileye penasaran apakah Momon marah sejak awal. Tapi, Mata keras Nabe yang sedang terdiam masih dipenuhi dengan kemarahan yang mendidih. Sulit dibedakan jika dia memang membenci semua orang dengan cara itu.

Momon terbatuk, dan bertanya, "Kalau begitu.... Jika kalian tidak mencoba membunuh maid serangga, apakah Jaldabaoth akan menyerang kalian?"

Evileye dalam sekejap menyadari mengapa Momon marah. Maid serangga memang netral, dan yang dia tahu, dua orang yang menyerang mereka mungkin sudah memicu peristiwa ini.

Adalah hal yang biasa bagi para petualang untuk menghindari pertarungan yang tidak perlu. Jika sebuah kelompok petualang dengan level tinggi tidak tahu hal ini, akan membuat malu nama dari petualang dengan peringtkat adamantite, dan bahkan Momon sendiri. Itu seharusnya alasan mengapa dia marah. Meskipun begitu, Evileye tidak sepenuhnya setuju dengan alasan itu.

"Jaldabaoth bilang bahwa dia akan membuat ibukota menjadi neraka. Seorang maid yang mengikuti orang seperti itu tidak mungkin adalah orang biasa. Aku yakin keputusan rekan-rekanku untuk melawannya adalah tindakan yang benar."

Itu adalah satu hal yang tidak bisa dia kompromikan. Maid itu lebih kuat daripada Gagaran dan Tia. Mengetahui hal ini, mereka masih melawan - pasti ada alasan tentang hal itu. Dia percaya jika rekan-rekannya memiliki alasan yang bagus atas apa yang mereka lakukan.

Evileye yang bertahan dan Momon yang terdiam saling menatap, seakan menembus melewati topeng Evileye dan penutup kepala Momon. Meskipun tak ada yang bisa melihat wajah satu sama lain, Evileye yakin bahwa dia sedang menatap mata Momon.

Pada akhirnya, Momonlah yang menyerah dahulu.

"Mmm. Ah, ternyata begitu. Kamu memang benar. Aku minta maaf."

Momon merendahkan kepala kepada Evileye. Itu membuat Evileye terkejut. Meskipun keyakinan dirinya kepada rekan-rekannya sangat kokoh, dia masih tidak bisa membuat sang penyelamat dirinya bersikap merendah seperti itu.

"Ah! Tolong, angkat kepala anda! Orang yang mengagumkan seperti anda seharusnya.. Ueeeeee?"

Saat Evileye baru menyadari apa yang telah dia ucapkan, Evileye mengeluarkan ucapan kaget yang menyedihkan.

Memang benar Momon adalah individu yang mengagumkan, jika dipikir-pikir, menggunakan kalimat "mengagumkan" untuk menggambarkannya itu ....

Evileye memekik di dalam hati.

Aaaaa! Mau bagaimana lagi, dia terlalu keren! Apakah salah bagiku untuk merasa seperti seorang gadis lagi, hanya sekali dalam ratusan tahun? Lagipula, dia adalah warrior hebat yang lebih kuat dariku...

Cara Evileye yang sedang memandang Momon seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, jika Momon merasa malu dan berkata demikian, itu artinya dia masih punya peluang. Jika tidak, peluangnya kecil sekali.

Tubuh Evileye sudah berhenti berkembang di usia dua belas tahun. Oleh karena itu, dia tidak memiliki bagian-bagian yang ingin dilihat oleh para pria. Apakah itu untuk menarik api hasrat dari orang lain, atau memuaskan hasrat itu, akan sulit baginya. Tentu saja, sebagian pria tertentu memang akan sangat tertarik kepadanya, tapi mereka adalah minoritas. Dengan wanita cantik seperti Nabe yang ada di dekatnya, peluang Evileye kelihatannya bahkan lebih kecil.

Saat Evileye mengumpulkan keberanian untuk melihat Momon, Malahan dia melihat Momon dan Nabe sedang melihat ke langit malam.

Dia tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan pertama kalinya, tapi ketika dia teringat bagaimana dia berteriak baru saja, akhirnya dia memahami. Dua orang itu telah mengambil teriakannya sebagai peringatan.

Tidak, bukan itu-

Tidak bisa berkata apapun, perasaan itu membuatnya hampir menangis.

"...mungkin anda salah sangka? Tidak ada apapun disana," Momon berkata demikian saat dia memeriksa langit sekitar.

"S-Salah, itu adalah kesalahan. Saya benar-benar minta maaf."

"Ah, tidak usah dipikirkan. Memang lebih baik salah daripada disergap."

nabe mengambalikan pedangnya ke punggung, saat Momon membalas Evileye dengan satu pedang di tangan.

Sikap lemah lembutnya membuat Evileye tidak bisa berkata apapun. Saat itu, ujung matanya menyala. Warnanya bukanlah putih murni dari magic, tapi sebuah warna merah jahat, warna dari api yang bergemuruh.

"Momon-san, lihat di sebelah sana."

Saat Nabe berkata ini, dua orang itu berputar untuk melihat ke arah sinar merah yang memancar. Mata Evileye terbuka lebar, karena dia tahu apa yang menyebabkan api itu.

"Apa? Itu..."

Api Merah itu memuntahkan lidah api ke langit, seakan bertujuan untuk membakar langit. Dengan tinggi sekitar tiga puluh meter, dan dia sulit membayangkan seberapa besar lebarnya - mungkin ratusan meter, mungkin lebih.

Dinding api itu bergoyan seperti sebuah tudung, dan mengitari kota seperti ikat pinggang.

Evileye, yang terkejut tak bisa berkata apapun karena pemandangan itu, mendengar suara pria yang lembut di telinganya.

"Api Gehenna?"

Seakan lehernya terbuat dari pegas, dia melompatkan kepalanya ke samping wajah Momon.

"Itu, itu, itu, apa itu? Momon, apakah anda tahu apakah dinding api yang besar itu?"

Bahu Momon sedikit gemetar saat dia membalas, dengan kurangnya kepercaya diri yang seperti biasanya.

"Eh? Ah.. tidak, bukan, aku masih belum terlalu yakin akan hal itu. Bisakah aku memberitahumu nanti setelah aku memastikan secara rinci?"

"Itu... Tidak apa..."

"Aku harus mendiskusikan sesuatu dengan Nabe, permisi."

"Eh, tidak bisakah aku ikut juga?"

"Ah, tidak, ini adalah hal yang pribadi. Maaf, permisi."

Itu adalah hal yang sangat dasar, jelas sekali sehingga Evileye merasa malu karena sudah meminta dari awalnya. Matanya yang berputar-putar terpaku pada wanita yang dikenal sebagai Putri Cantik.

Di wajahnya terdapat senyum kemenangan.

Evileye mungkin salah, tapi sekali lagi, mungkin saja tidak, Adalah hal yang alami bagi seorang wanita untuk merasa unggul dari seluruh wanita lain ketika seorang pria hebat memberikan perhatian khusus padanya.

Evileye tidak mampu menahan perasaan aneh yang mendidih di dalam dirinya. Itu adalah sebuah kemarahan yang membuat dirinya jijik; api cemburu.

Dia bukan hanya kuat, dia juga tahu hal-hal yang bahkan tidak kuketahui..... Aku takkan pernah bisa bertemu seorang pria seperti dia lagi.

Manusia dengan jenis kelamin wanita memang sewajarnya tertarik dengan yang kuat. Ketika terancam oleh kekuatan luar, akan memicu naluri alaminya untuk bergabung dengan pria yang kuat dan melahirkan anaknya, menerima perlindungan untuk dirinya sendiri dan keturunannya. Tentu saja, tidak semua wanita akan memilih dengan cara seperti ini. Secara pribadi, banyak faktor yang bisa menuju cinta. Meskipun begitu, ada kecenderungan yang sangat kuat untuk mencari kekuatan pada partnernya.

Evileye memandang rendah wanita seperti itu.

Bodoh sekali ingin dilindungi karena kamu lemah. Malahan, yang perlu kamu lakukan adalah menjadi kuat, dan kamu takkan pernah memerlukan siapapun untuk melindungimu. Begitulah cara yang seharusnya.

Tapi jika dia membiarkan seorang pria seperti ini pergi, akankah dia bertemu orang lain yang bisa benar-benar memuaskannya seperti yang bisa dia lakukan?

Evileye tidak akan bertambah tua, tapi Momon pasti akan bertambah tua dan mati sebelum dia. Dan tak perduli sekeras apapun dia mencoba, Evileye takkan penah bisa memberikan anak untuk Momon. Beberapa dekade kemudian, dia pasti akan sendirian lagi. Tetap saja, Evileye berpikir adalah hal yang bagus untuk hidup sebagai seorang wanita sekali dalam seumur hidupnya.

Wanita lain bisa memiliki anak. Yang paling penting adalah cinta. Aku tidak membencinya jika dia memiliki simpanan satu atau dua.

"Kalau begitu, tolong tunggu disini sebentar. Aku minta maaf karena... Evileye?"

"Hm? Ahh, aku minta maaf. Aku sedang berpikir sendiri, hal-hal yang harus didiskusikan dengan rekanku. Aku akan menunggu disini kalau begitu."

Sebenarnya, Evileye tidak ingin berpisah dari Momon. Tapi dia juga tidak ingin berdekatan terus dengan wanita yang dia akui bahwa dirinya sudah sepenuhnya kalah dari wanita itu.

Tentu saja, dia tidak bisa mengatakan hal semacam itu.

Tak ada yang menginginkan wanita yang terlalu nempel. Para pria adalah makhluk yang semakin ingin kabur jika dia semakin diikat.

Dia teringat dengan percakapan ringan dari kedai minuman. Saat itu, dia menertawakannya, karena dia pikir itu tidak ada hubungannya dengan dirinya.

Saya sekali. Bahkan hal-hal remeh seperti itu ada gunanya. Seharusnya aku lebih mendengarkan dengan detil... Tapi apakah sudah terlambat jika mulai dari sekarang? Apakah aku memiliki waktu untuk belajar bagaimana caranya menjadi seorang wanita?

Saat Evileye melihat bentuk tubuh dua orang petualang itu yang mulai menghilang, Kepala Evileye mulai dipenuhi dengan pemikiran liar.

Dia tahu sekarang bukan waktunya berfantasi seperti itu, tapi hanya tahu sangat sedikit sekali apa yang sedang terjadi, jangankan maju, akhirnya dia tidak melakukan apapun. Meskipun begitu, Evileye akan pergi ke dalam pertarungan yang mungkin akan membuatnya binasa. Di dalam peristiwa seperti itu, dia lebih baik menghela nafas dan mempertimbangkan hal lain dengan sungguh-sungguh agar bisa mencegahnya terus memikirkan dia.

... Itu adalah kenyataan.

Dia tidak tahu guna dari tubuhnya, jika dia tidak bisa memiliki anak, tapi itu adalah sebuah jalan besar yang masih layak untuk dipikirkan.

....haaa. Mengalahkan Jaldabaoth dan membuat masa depan...

Api di hati Evileye kembali terbakar, seakan sedang menantang Jaldabaoth di dalam dinding api.

Satu-satunya orang yang bisa mengalahkanmu adalah Momon-sama. Kalau begitu, aku akan menyingkirkan sampah-sampah di sekelilingmu. Kali ini, jika maid itu sendiri yang muncul, aku akan membunuhnya. Aku adalah orang yang pernah dikutuk menjadi makhluk yang dikenal sebagai Landfall!! Jangan menganggapku remeh, Jaldabaoth!


"Kurasa dia tidak akan bisa mendengar kita disini."

"Akan sulit mendengarkan kita dari jarak yang sangat jauh."

"Meskipun begitu, kita seharusnya masih bisa bersiap."

Ainz mengaktifkan sebuah item cash yang memiliki kekuatan mencegah orang menguping pembicaraan, tapi rasanya sia-sia karena itu hanyalah item sekali pakai. Namun, dia tidak ada pilihan lain.

"Kalau begitu, Nabe, kurasa aku sudah bisa melihat rencana Demiurge untuk sebagian besarnya. Namun, semakin rumit sebuah mesin, semakin mudah rusak. Hal yang sama berlaku dengan perencanaan. Kita harus menghindari bersikap seperti sudah menang dan tidak memastikan kenyataan hanya karena kita sudah unggul. Apakah kamu mengerti?"

"Ternyata begitu....Seperti yang saya duga dari Tuan dan Pemimpin kami, wujud yang tak ada bandingannya."

Pujian Narberal datang dari lubuk hatinya, dan Ainz mengakuinya dengan anggukan kepala bak raja. Seakan dia sudah berkata bahwa semunya sudah menurut rencana.

Bukan itu masalahnya.

Dia merasa seperti sedang tenggelam dalam danau yang tidak ada, keringat dingin terbentuk.

Dia bahkan tidak bisa menggenggam makna dibalik rencana Demiurge. Ainz hanya pergi ke medan tempur dengan gagasan bodoh untuk memamerkan skill tempurnya dalam gaya yang paling mencolok di ibukota.

Rasa terkejut setelah mengetahui jika lawannya adalah Demiurge telah memecah ketenangannya sama sekali. Hanya pengendali emosi yang dimiliki oleh seluruh undead yang membuatnya tetap tenang.

Setelah itu dia berpikir dia hanya akan melawan Eight Finger menurut yang diperintahkannya, namun dia lalu tahu jika dia akan melakukan pertempuran dengan para petualang dengan peringkat adamantite. Karena dia tidak tahu apa yang sedang terjadi sama sekali. Ainz hampir menyerah dengan pemikiran ini.

Berbicara tanpa memikirkan kondisi sekarang ini akan terdengar aneh. Ainz tahu jika sangat berbahaya untuk berpura-pura mengerti ketika sebenarnya dia tidak tahu apapun. Mungkin akan lebih bijak untuk mengeluarkan ketidaktahuannya, tapi dalam kondisi seperti sekarang, itu adalah nasehat yang buruk. Seorang Supreme Being yang layak memiliki loyalitas harus menunjukkan jumlah prediksi yang tepat.

Jika seorang atasan - terutama salah satu dari seorang dengan level CEO - terbukti dirinya tidak kompeten, bawahannya akan kehilangan kepercayaan pada dirinya.

Oleh karena itu, dia harus mati-matian memeras sel otaknya yang sebenarnya tidak ada untuk mengeluarkan peribahasa yang baru saja dia katakan.

Mungkin Narberal terlalu jujur, atau kalimat yang Ainz ucapkan memang tidak sengaja memiliki arti. Mata Narberal dipenuhi dengan rasa hormat. Dengan begitu, Ainz membuat sebuah permintaan dengan dalih memerintahkan Narberal.

"Mmm. Kalau begitu, agar bisa memastikan kesuksesan dari operasi Demiurge, buatlah kontak dengannya. Aku tidak akan melakukannya sendiri karena wanita itu mungkin masih sedang mengamati. Dan sekarang ini, aku tidak bisa menggunakan magic. Hu... Evileye itu tak pernah menurunkan kewaspadaannya sedetikpun. Aku tidak punya bukti, tapi aku yakin dia sudah mencurigaiku."

"Bagaimana mungkin? Tidak ada hal semacam itu. Mungkin ada alasan lain dia melihat anda sedekat itu."

Ainz melihat kepada Narberal sambil menoba untuk membuatnya jelas bahwa dia sedang mengamatinya.

"Pasti ada alasannya. Aku bisa mengerti bagaimana wanita itu berpikir secara kasarnya. Aku yakin mengeluarkan kemarahanku karena kita sedang mendiskusikan Entoma adalah kesalahan yang fatal. Mungkin aku seharusnya membunuh dia sejak tadi?"

Tidak ada jawaban yang diberikan.

Ketika Ainz mendengar Entoma yang hampir terbunuh, kemarahan Ainz membara. Meskipun sudah ditekan dalam sekejap seperti semua emosi yang kuat, dalam sekejap saat dia dipenuhi dengan kemarahan yang mematikan. Adalah sebuah keajaiban dia tidak langsung memenggal kepala Evileye dengan pedangnya.

Ainz telah menekan nafsu membunuhnya dan tidak bertindak dalam kemarahan karena sebelumnya, dia memutuskan jika membunuh Evileye adalah hal yang tidak ada untungnya. Akhirnya dia telah menemukan sebuah perkenalan dengan seseorang yang bisa menggunakan magic resurrection - dan mereka berada di dalam posisi yang menguntungkan dari hal itu. Merusak hal ini adalah hal yang sangat disayangkan.

Mungkin aku sudah dewasa, dan telah belajar untuk mengendalikan diriku sendiri.

Jika bukan karena cuci otak yang dialami oleh Shalltear, mungkin saja dia akan mengabaikan keuntungan potensial yang bisa diperoleh Nazarick dan membunuh Evileye. Great Tomb of Nazarick dan para NPC yang dibuat oleh mantan rekan-rekannya adalah hal yang sangat berharga yang sangat ingin dilindungi oleh Ainz. Dia tidak akan memaafkan segala percobaan yang bisa melukai mereka, tapi dia juga harus mempertimbangkan apa yang paling penting dan pilihan yang mana yang harus dibuat untuk mendapatkannya. Itu adalah kedewasaan.

Ainz bercermin jika kapasitasnya telah tumbuh sesuai dengan pengalamannya, dan ilusi wajah dibalik penutup kepala itu tersenyum sendiri.

Jika begini, tidak diragukan lagi dia akan mampu menjadi penguasa senjati dari Great Tomb of Nazarick. Atau lebih tepatnya, dia berharap untuk bisa meraih tingkat itu.

Sebelum itu, aku harus menghindari kekecewaan dari orang-orang atau mengalami kemunduran besar... akan sangat sulit bagiku....

"Begitukah? Seperti yang diduga dari Ainz-sama, anda benar-benar telah melihat jauh di wanita itu. Pandangan semacam itu hanya milik yang ditakdirkan untuk menduduki takhta."

"Cukup dengan pujiannya, Narberal. Lebih tepatnya, itu adalah kesalahanku sehingga membuat dia curiga."

Ainz memberi isyarat melambaikan tangan kepada Narberal yang juga untuk menyembunyikan rasa malunya. Lalu, dalam suara yang kaku, dia mengeluarkan perintah.

"Ayo Narberal. Pergi dan temukan semua detil dari rencana ini, lalu katakan padaku semuanya. Dan juga, bilang kepada Albedo jika ini terus memanjang, kita akan bergabung untuk membersihkan kekacauan Jaldabaoth."

Narberal membungkuk dan mengucapkan mantranya.

Di dalam hatinya, Ainz gembira. Dia tidak perlu berbohong kepada Narberal. Keadaan Ainz saat ini sebagai Warrior sempurna adalah bahwa dia tidak bisa menggunakan magic. Oleh karena itu, menggunakan Narberal untuk menyalurkan pesan dari Demiurge adalah hal yang logis. Tapi ada alasan lain, satu alasan yang tidak bisa dia katakan dengan keras-keras.

Agar lebih baik lagi dalam hal pura-pura jika dia sudah mengetahui seluruh rencana Demiurge, dan tidak membiarkan Albedo atau Demiurge mencurigai apapun, dia harus meminimalkan kontak dengan mereka.

Jika dia mengutus Narberal untuk melakukannya, itu akan seperti sedang bermain permainan telefon, dan beberapa informasi mungkin saja akan melenceng. Namun, dia lebih memilih resiko itu daripada memilih resiko merusak imejnya sebagai Supreme Ruler dari Great Underground Tomb of Nazarick.

Ainz perlahan mendekat kepada Evileye.

Sementara Narberal sedang berkomunikasi dengan Demiurge, sedangkan bagi Ainz adalah menarik perhatian Evileye.

"Yang benar saja, masa sekarang... bagus juga jika kita bisa entah bagaimana melewati ini. Ngomong-ngomong, aku penasaran dengan wajah anak dari orang yang memiliki kekuatan seperti itu di balik topeng tersebut..."

Part 2[edit]

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 00:47

Meskipun ini adalah tengah malam, sebuah sudut di ibukota kerajaan terlihat terang karena banyaknya obor seakan-akan saat ini adalah tengah hari. Sebuah ruangan yang terlihat penuh sesak terdapat banyak pria dan wanita. Mereka semua berpakaian siap tempur, tapi tak ada tema yang sama dari mereka.

Mereka semua adalah para petualang di dalam ibukota yang merespon panggilan darurat dari istana. Meskipun ada para petualang Orichalcum dan mythrill, bahkan para petualang dengan peringkat rendah seperti besi dan tembaga juga hadir untuk ini.

Semakin banyak para petualang senior yang sudah menyadari jika alasan orang luar seperti mereka telah diberi izin ke dalam istana adalah untuk menangani masalah yang sedang melanda ibukota. Beberapa petualang ini sudah mulai menebak siapa yang mempekerjakan mereka ketika melihat pemuda di dalam balutan armor putih yang menarik perhatian di sudut ruangan. Bahkan sedikit dari para petualang itu yang sudah tahu identitas sebenarnya dari pria yang memakai katana dan berdiri di samping pemuda tersebut.

Pintu besar ke ruangan ini tiba-tiba terbuka, dan yang muncul adalah sekelompok wanita, yang membuat kegaduhan.

Setiap wanita itu dikenal oleh para petualang di dalam Kingdom.

Di pucuk pimpinan mereka adalah kelompok petualang dengan peringkat adamantite "Blue Rose", Lakyus Alvein dale Aindra.

Berada dekat dengannya adalah Putri Emas Renner, bersama dengan pimpinan dari guild petualang di ibukota. Lalu ada juga Evileye dari Blue Rose dan salah satu dari si kembar. Dan di belakang mereka adalah Warrior terkuat di Kingdom, Gazef Stronoff.

Saat kelompok di depan para petualang yang sedang berkumpul itu berdiri, pemuda dengan balutan armor putih membuka gulungan yang ada di tangannya, dan menempelkan gulungan itu ke dinding di belakangnya.

Itu adalah peta detil dari ibukota kerajaan.

Yang pertama berbicara adalah seorang wanita yang berusia sekitar empat puluh tahunan, seorang mantan anggota kelompok petualang dengan peringkat mythrill yang matanya masih dipenuhi semangat.

"Para hadirin, sebagai permulaan, saya ingin berterima kasih kepada kalian karena bisa hadir di dalam pertemuan darurat ini."

Setelah ruangan itu agak hening, dia melanjutkan menyapa para petualang dengan ekspresi sungguh-sungguh di wajahnya.

"Biasanya, Guild Petualang tidak akan mencampuri urusan negara."

Setiap mata terarah ke anggota Blue Rose, tapi mereka tetap terdiam. Lagipula, mata-mata itu tidak bisa berbicara layaknya mulut.

"Namun, ini adalah kasus pengecualian. Guild Petualang memutuskan untuk bekerja sama dengan penuh bersama kerajaan, untuk cepat-cepat menyelesaikan masalah yang kami hadapi. Sang putri akan memberikan rinciannya kepada kita, jadi aku harap kalian semua bisa diam dan mendengarkan."

Sang putri perlahan maju, dikelilingi oleh anggota dari Blue Rose dan Gazef Stronoff.

"Saya adalah Renner Theiere Chardelon ryle Vaiself, dan saya sangat bersyukur karena semua yang ada disini bisa merespon pengumuman panggilan luar biasa malam ini."

Renner membungkuk dengan malu-malu kepada mereka, dan beberapa helaan nafas kagum muncul dari para petualang itu saat mereka melihat pemandangan halus di depan mereka.

"Biasanya, saya akan membuat pujian yang layak pada kalian semua, namun saat ini waktu adalah hal yang terpenting, mari kita langsung menuju titik masalahnya. Malam ini, sebagian dari ibukota-"

Disini sang putri mengangkat jarinya ke sebuah bagian dari peta - sudut timur laut - dan menggambar sebuah lingkaran di sekitarnya.

"-sebagian ibukota dikelilingi oleh sebuah dinding api. Api-api tersebut memiliki tinggi lebih dari tiga puluh meter, dan aku yakin kalian semua sudah melihatnya."

Sebagian besar para petualang mengangguk setuju, sementara lainnya pergi ke jendela istana untuk melihat ke luar. Adanya dinding-dinding yang mengelilingi istana membuat mereka tidak bisa melihat dinding api secara langsung, tapi cahaya yang memancar dari api tersebut menodai langit dengan warna merah, sehingga mereka bisa melihatnya.

"Api ini semacam sebuah ilusi, karena menyentuhnya tidak membuat luka. Menurut mereka yang sudah melakukan kontak dengan api itu, api tersebut tidak memiliki panas, atau menghalangi gerakan. Bergerak menembus dinding api tersebut seharusnya bukan masalah pula."

Saat ini, para petualang dengan peringkat yang lebih rendah bernafas lega.

"Pelaku kejahatan dari insiden ini dikenal sebagai Jaldabaoth, seorang demon yang kuat. Blue Rose sudah memastikan jika ada banyak demon dengan peringkat rendah di sisi lain dari dinding api tersebut. Mereka kelihatannya bergerak seluruh atas perintah dari atasan mereka."

Lakyus mengangguk kepada Renner saat dia berkata demikian.

"...Serang kepalanya maka tubuhnya akan mati... bukankah itu artinya yang harus kita lakukan hanyalah mengalahkan Jaldabaoth?"

Renner berputar untuk menyetujui yang berbicara, seorang petualang dengan plat mythrill di lehernya.

"Itu mungkin adalah kesimpulan yang paling sederhana, tapi pada dasarnya, itu memang benar. Namun, apa yang ingin aku minta kepada kalian semua adalah mengalahkan tujuan dari iblis ini. Kita memiliki informasi yang memberitahukan bahwa dia disini untuk mengambil item magic tertentu yang sampai di ibukota ini."

Berita itu memicu keributan di antara para petualang. Mereka akhirnya menyadari jika daerah yang dilingkari oleh dinding api itu termasuk dalam pergudangan dan rumah-rumah toko yang merupakan jantung perekonomian ibukota.

"...Bagaimana anda bisa mendapatkan informasi ini?"

"Itu diberitahukan oleh Jaldabaoth sendiri."

"Kalau begitu bukankah ada kemungkinan besar jika informasi ini bisa saja salah?"

"Pastinya, itu adalah kemungkinan yang tidak bisa disangkal. Namun, aku yakin itu benar. Musuh tidak membuat gerakan apapun sejak mereka memasang dinding api itu. Yang lebih penting lagi, jika apa yang dikatakan oleh Jaldabaoth adalah benar, maka tidak melakukan apapun akan berarti bahwa yang hanya bisa kita lakukan adalah melihat skenario terburuk yang terjadi di depan mata kita. Oleh karena itu, kita harus membuat inisiatif."

"Seberapa kuat Jaldabaoth yang kalian sebutkan? Aku tidak pernah ingat atau membaca tentangnya. Akan sangat berguna bagi kita jika kalian bisa memberitahu level kesulitannya."

Lakyus maju ke depan dengan ekspresi kaku di wajahnya.

"Rekanku Evileye adalah salah satu yang sangat familiar dengan kekuatan Jaldabaoth, tapi kami masih belum menerima secara detilnya. Kami akan mengupdate informasi ini pada kalian nanti."

Peringkat kesulitan adalah bagaimana para petualang mengukur monster-monster yang mereka temui. Semakin tinggi angkanya, semakin kuat lawannya. Namun, ada peraturan yang tak tertulis jika seseorang seharusnya tidak terlalu mengandalkan peringkat kesulitan, karena itu hanya akan membuat sebuah kejutan yang tidak menyenangkan. Kekuatan dari monster-monster bervariasi bahkan dalam spesies mereka sendiri dan yang terbaik, sebuah peringkat kesulitan adalah sebuah tebakan. Oleh karena itu, itu bukanlah sebuah nilai yang sering digunakan. Namun, itu adalah cara sederhananya untuk menjelaskan hal tersebut kepada kelompok seperti ini.

"Aku akan bericara tentang apa yang aku ketahui sebagai perwakilan kelompokku. Rekan-rekanku menghadapi maid serangga - dipercaya sebagai salah satu pengikut Jaldabaoth - dan mengalahkannya, hanya saja Jaldabaoth muncul dan masuk ke dalam pertarungan kami..."

Ketiadaan dari Gagara sang warrior dan Tia sang rogue sudah diketahui oleh para petualang yang hadir. Lakyus melihat ke sekeliling kepada para petualang di ruangan itu.

"Mereka dibunuh oleh Jaldabaoth."

"Dengan hanya satu serangan."

Keributan pecah dengan statemen Evileye. Para petualang peringkat Adamantite, puncak dari manusia, legenda hidup. Tidak terpikirkan jika mereka bisa dibunuh, lebih-lebih dengan sekali serangan.

"Jangan takut!"

Evileye berteriak seakan dia memecah ketakutan di udara dengan suaranya.

"Memang benar, Jaldabaoth sangat kuat. Aku bisa meyakinkan hal ini, menghadapinya sendiri tanpa adanya hasil apapun kecuali hanya kekalahan. Itu adalah monster yang tidak bisa dikalahkan oleh manusia biasa. Bahkan jika setiap orang disini berkumpul melawannya, kita hanya akan dikalahkan sebagai satu kelompok. Tapi tidak usah khawatir. Ada seorang pria yang bisa bertarung dengan setara melawan Jaldabaoth!"

Ditengah-tengah keributan, beberapa petualang yang berwajah cerah melihat ke arah tempat tertentu - kepada petualang tertentu.

"Para hadirin, aku yakin kalian tahu pria ini. Dari tim petualang dengan peringkat adamantite yang baru saja dibentuk di kota E-Rantel di dalam kerajaan- memang benar, itulah dia-"

Evileye menunjukkan jarinya kepada sepasang petualang, dan mata dari seluruh ruangan mengikutinya.

"Pemimpin kegelapan, Dark Hero Momon-dono!"

Seseorang yang diselimuti oleh armor full plate berwarna hitam sekelam malam dan menggunakan penutup kepala yang dia tolak lepaskan meskipun berada di dalam ruangan, sedangkan yang lainnya adalah wanita cantik dengan kelas dunia. Dua orang itu langsung menjadi pusat perhatian semuanya. Seruan takjub dan penasaran memenuhi ruangan itu saat mereka menyadari selebriti yang ada di tengah-tengah mereka.

Momon memindahkan plat adamantite dari dalam gulungan jubah merah gelapnya agar bisa terlihat oleh setiap orang.

"Cepatlah, Momon-san, silahkan kemari ke depan ruangan."

Berkebalikan dengan kegembiraan Evileye, Momon hanya mengangkat tangan membalasnya, dan berbisik beberapa kalimat di telinga Narberal.

"Momon-san bilang tidak perlu perkenalan panjang-panjang. Kita seharusnya memulai pengarahan secepatnya."

"Yah, sayang sekali. Kalau begitu, kita segera saja, sesuai saran dari Momon-sama. Evileye, bolehkan aku melanjutkan pengarahannya?"

"Batuk, uh, maaf, Putri Renner, silahkan lanjutkan."

Meskipun topeng Evileye menyembunyikan wajahnya, seseorang bisa merasakan bagaimana kecewanya Evileye dari nada suaranya.

"Seperti yang Evileye katakan, kita memiliki seorang warrior yang bisa melawan Jaldabaoth. Semuanya, tengahlah karena kita tidak akan mengambil pertarungan yang tidak bisa kita menangkan. Kalau begitu, saya akan menjelaskan detil operasi ini."

Renner membuat garis sketsa di peta.

"Sebagai awal, aku ingin kalian bertindak sebagai busur kami."

"Sebuah busur? datang suara keraguan, "Bukan perisai?"

"Sebuah perisai tidak akan bisa membantu kita menang. Pada awalnya, aku berharap untuk membentuk para petualang menjadi garis pertempuran, diikuti dari dekat oleh sebuah garis para penjaga. Di belakang mereka adalah garis pendukung dari priest dan magic caster. Dengan cara seperti ini, kita akan maju ke dalam benteng musuh. Pada titik ini, jika musuh tidak menghadapi kita, maka kita akan membuat para petualang untuk maju ke markas musuh dan menekan area tersebut. Jika kita diserang, pertama kita akan memutuskan jika kita bisa mementalkan serangan. Jika mungkin, kita akan maju. Jika tidak, maka saya akan meminta para penjaga untuk menahan musuh selama mungkin. Jika para petualang harus mundur, maka mereka harus menuju kemari."

Renner menunju ke garis pendukung dari para magic caster.

"Kalian akan disembuhkan disini, dan dari sini kita akan melihat serangan lain yang akan dilancarkan."

"Tunggu dulu! Apakah ini artinya... para penjaga yang akan bertarung menggantiakn kami?"

Para penjaga memiliki kekuatan tempur yang rendah. Kelihatannya tidak mungkin sebanyak apapun mereka untuk menggantikan para petualang dalam bertarung.

Saat Renner akan membalas, petualang lain berbicara.

"Satu hal lagi, ada celah fatal di dalam rencana ini. Ketika mundur, formasi kami akan melebar, dan kekuatan bertahan kami akan melemah sebagai hasilnya. Bagaimana jika para demon itu menyerang ibukota saat ini? Bahkan seorang demon dengan peringkat rendah jauh lebih kuat dari manusia rata-rata. Bukankah akan banyak pengorbanan yang tidak perlu? Malahan, mengapa kita tidak menggunakan 'Fly' untuk menusuk formasi musuh dalam satu gerakan?"

"Saya sudah mempertimbangkan metode ini juga, tapi bukankah tidak salah jika kita menganggap banyak demon yang bisa terbang diantara mereka?"

Para petualang mengingat cerita akan demon-demon yang bisa terbang lalu mengangguk kepada Renner. Bahkan demon dengan level rendahan memiliki sayap, dan banyak yang bisa terbang.

"Pengaplikasian 'fly' biasanya hanya untuk menarik mata musuh kepada diri. Saya telah mempertimbangkan untuk mulai dari titik yang tinggi, lalu tiba-tiba terjun ke tanah dan menggunakan bangunan-bangunan di kota untuk menahan pandangan musuh sambil menyerang mereka dengan kecepatan tinggi dari tempat berlindung...tapi ada masalah lain untuk didiskusikan sebelum ini. Kalian menyebutkan bahwa ketika kita mundur, garis pertempuran akan melebar, dan pertahanan akan melemah. Hal yang sama juga berlaku pada musuh kita. Jadi untuk pertempuran ini, kita bukanlah sebuah perisai, namun sebuah busur."

Sahutan setuju datang dari para petualang.

"Para hadirin, kalian akan menjadi busur dari kerajaan kita, ditarik lalu dilepaskan, untuk menusuk musuh kita jauh ke jantungnya. Saat para petualang akan menyebar, begitu juga dengan musuh yang mengikuti kita. Ini juga berarti pertahanan musuh akan melemah. Diantara formasi tertutup atau longgar, aku yakin akan lebih mudah untuk menembus formasi yang longgar. Tujung membentuk kalian menjadi sebuah baris seperti ini adalah untuk memancing musuh melemah sendiri. Dan akhirnya bertindak sebagai anak panah adalah Momon-sama disini. Ketika dia melihat garis musuh membuka, dia akan membuat serangan dengan ketinggian rendah untuk menembus mereka."

"...Bagaimana dengan Red Drop? Meskipun mereka adalah para petualang dengan peringkat adamantite, aku tidak melihat bagaimana dua orang bisa menembus mereka sendiri. Untuk amannya, bukankah kita memerlukan seseorang untuk menyaring mereka sebelum sampai kepada Jaldabaoth?"

"Saat ini, mereka sedang melakuakn sebuah tugas di dalam Republic. Kita sudah menggunakan 'Message' untuk memberitahukan situasinya kepada mereka, tapi kembali akan memakan waktu setidaknya setengah hari. Saat itu, akan terlambat. Jadi kali ini, kita tidak akan menghitung kekuatan mereka ke dalam rencana kita."

"Lalu bagaimana dengan Blue Rose? Apakah mereka akan pergi dengan Momon-san?"

"...Kekuatan tempur kami sudah berkurang sangat besar dengan kurangnya dua anggota kami. Tina dan aku akan ikut dalam garis tempur dan bertarung. Evileye akan melakukan hal lain."

"...Aku akan menemani Momon-sama... Momon-san saat dia mulai masuk, jadi aku harus terfokus untuk mengembalikan mana milikku hingga sekarang."

"Kalau begitu aku bertanya lagi. Aku ingin bertanya kepada Kapten Prajurit sesuatu. Bagaimana dengan pasukan rumahan dari para bangsawan dan para prajurit? Blue Rose sudah kehilangan dua anggota? Anda seharusnya masuk menggantikan mereka. Tidak bisakah anda memimpin pasukan itu ke medan tempur, dan membiarkan Blue Rose menangani tugas membersihkan jalan untuk Momon-san?"

"Beri kami jawaban!"

"Pasukan rumahan bertanggung jawab melindungi perumahan tuan-tuan mereka, dan para prajurit menjaga pertahanan ibukota. Dan para warrior yang aku pimpin ditugaskan untuk melindungi keluarga kerajaan."

"Jadi anda bilang jika Gazef Stronoff yang hebat tidak berani menginjakkan kakinya di medan pertempuran?"

"Memang benar, memang demikian. Tugasku untuk tetap di dalam ibukota. Dan para warrior yang aku pimpin bertugas untuk melindungi anggota keluarga kerajaan."

Suasana berubah. Dipenuhi dengan rasa permusuhan dan frustasi. Ucapan Gazef memang benar, tapi meskipun mereka mengerti akan hal itu dalam tingkat logis, itu masih tidak bisa diterima di tingkat emosi. Yang menerima koin bersimbah darah mereka adalah para petualang, dan mereka sudah bersiap untuk kehilangan nyawa mereka yang paling berharga pada pertarungan nantinya. Para bangsawan dan keluarga kerajaan seharusnya juga demikian. Menerima uang dari masa, mereka seharusnya bergegas menyelamatkan mereka daripada sembunyi agar selamat di istana-istana mereka. Terutama saat mereka sudah mengambil pria terkuat di Kingdom itu sebagai bodyguard mereka. Lalu apa?

Oleh karena itu yang berbicara untuk Gazef adalah Lakyus.

"Semuanya, aku mengerti kalian tidak senang dengan pengaturan ini. Tapi sebelum itu, Aku ingin memberikan satu nasehat. Yang membayar kalian untuk bisa berkumpul di sini bukanlah keluarga kerajaan, tapi putri Renner sendiri, dari keuangannya sendiri. Yang membawa Momon-san kemari adalah Marquis Raeven. Dia tidak disini malam ini karena dia sedang berjaga terhadap demon apapun yang mungkin saja tersebar dari ibukota. Memang benar, aku juga tidak senang dengan para bangsawan  dan keluarga kerajaan seperti kalian, tapi aku ingin kalian mempertimbangkan jika tidak semuanya memiliki potongan baju yang sama."

Ruangan itu menjadi tenang saat Lakyus menyelesaikan kalimatnya. Semuanya mencoba untuk mengendalikan kemarahan yang tidak ingin mereka tunjukkan kepada Renner.

"...dan satu hal lagi. Sebelum kita meluncurkan anak panah, kita harus melakukan satu tugas lagi. Climb!"

"Ya, Putri!"

Suara Climb yang enerjik menark perhatian semuanya kepada bocah yang terbalut armor putih.

"Meskipun ini adalah tugas yang berbahaya, aku masih harus menugaskannya kepadamu. Ketika kita masuk ke pertahanan musuh, mungkin saja ada yang selamat. Tolong selamatkan mereka."

Bisikan lirih terdengar dari arah para petualang. "Tidak mungkin", "Itu terlalu berlebihan", semacam itu. Masuk ke dalam jantung formasi musuh dan mencari yang selamat tidak jauh berbeda dengan bunuh diri secara tidak langsung. Dan mengantarkan penduduk yang tak berdaya kembali melewati zona perang sejatinya tidak mungkin.

Tetap saja, Climb langsung menjawab.

"Baik, yang mulia! Saya akan mempertaruhkan nyawa saya untuk menyelesaikan tugas apapun yang anda berikan kepada saya!

Semuanya melihat ke arah Climb seakan dia sudah gila.

"..Putri, Climb hanya satu orang, dan mungkin saja ada resikonya. Maukah anda memperbolehkan saya menemani dia?"

"Apakah itu tidak apa, Brain Unglaus-sama?"

Nama itu mengangkat keributan lagi dari para petualang. Nama dari Brain Unglaus adalah nama yang takkan pernah dilupakan oleh mereka yang menghargai kekuatan.

"Ah, itu tidak masalah bagi saya."

"Kalau begitu saya mengandalkan anda. Bolehkan sekarang aku minta semua pemimpin kelompok untuk maju ke depan?"

Saat dia melihat para petualang yang memimpin di dalam ruangan, Ainz sedang melakukan sebuah pekerjaan sendiri.

Dengan kata lainnya, dia sedang membuat perkenalan.

Orang-orang yang terlihat sebagai wakil dari pimpinan kelompok petualang itu datang kepada Ainz terdiri dari dua atau tiga orang untuk bicara dengannya.

Barisan mereka mengikuti corak yang mirip saat mereka mengumumkan nama kelompok mereka, mengagumi equipment Ainz, berharap bertemu dengannya lagi dan berbagi cerita tentang petualangan mereka. Mirip dengan seseorang yang mungkin sedang bertukar kartu nama saat bekerja, jika kartu nama memiliki bentuk fisik, perkenalan secara verbal akan lebih menggantung pada ingatan.

Ingatan yang bagus adalah sebuah skill yang penting bagi seorang pemimpin. Ainz membiarkan pikirannya berkelana saat dia menyambut setiap orang yang dia temui di dalam ingatannya.

Hal yang terpenting adalah untuk mengingat nama kelompok dan apa peringkat mereka. Dan tentu saja, dia hanya akan memperhatikan para petualang yang memiliki peringkat yang lebih tinggi. Para petualang dengan peringkat besi dan tembaga juga datang menyapanya, tapi mereka hidup di dunia yang berbeda, dan melupakan mereka bukanlah sebuah masalah. Itu adalah bagaimana seorang pimpinan departemen tidak akan repot-repot mengingat pegawai biasa dari perusahaan kecil yang dia kunjungi.

Meskipun begitu, Momon tidak membuatnya jelas sekali jika dia menganggap remeh mereka. Dia menyambut jabatan tangan seluruh orang yang datang, memberikan mereka tepukan menenangkan di bahu, tertawa dengan candaan mereka yang bodoh, dan membalas pujian yang dia terima.

Seseorang bahkan rela melepaskan sarung tangannya agar bisa berjabatan tangan dengan Ainz, meskipun dia masih memakai sarung tangannya. Itu adalah urusan dari kelas, Momon berpikir seperti itu saat dia menatap punggung dari orang-orang yang baru saja mengucapkan halo.

Warna yang gila...

Rambutnya memiliki warna pink yang mengejutkan.

Tidak aneh bagi para petualang untuk mewarnai perlengkapan mereka dengan warna yang mencolok, tapi ini adalah pertama kalinya Ainz melihat seseorang mewarnai rambutnya dengan corak yang seram.

Para petualang di ibukota benar-benar adalah sekumpulan orang yang sama sekali berbeda. Hanya karena ada banyak orang di ibukota, tidak berarti harus sejauh itu agar bisa mencolok.

Yah, kelihatannya memang tidak ada larangan atau stigma apapun yang berhubungan dengan mewarnai rambutmu...

Ketika Ainz hidup sebagai seorang pegawai biasa, rambut pink akan dianggap aneh, tapi di dunia ini, bahkan anak-anak bisa mewarnai rambut mereka.

Dia memaksa dirinya untuk meninggalkan topik tentang rambut, dan malahan melihat ke arah barisan para petualang di depannya. Itu mengingatkannya dengan insting antri dari orang Jepang. Lalu, dia memindahkan fokus dirinya kepada Narberal yang sedang berdiri di depannya.

Ainz tak pernah sekalipun mendaftarkan nama kelompoknya, tapi kelompok yang disebut Darkness atau Kegelepan memiliki satu orang anggota lagi, wanita cantik dan langsing yang berdiri di belakang Ainz.

Kebanyakan para petualang tidak berani berbicara dengannya karena rasa permusuhan yang jelas terlihat dari dirinya menusuk kulit mereka. Karena itu, lalu mereka hanya datang bertemu Ainz dan memperkenalkan diri, yang tentunya lebih menguntungkan bagi mereka.

Pada akhirnya, masyarakat petualang memang seperti kehidupan pekerjaan...

Lagipula, mereka semua adalah susunan sosial dari manusia. Memang wajar jika ada kemiripan diantaranya.

Saat tangan Ainz mulai nyeri karena berjabat tangan jika dia masih menjadi manusia, aliran para petualang yang mendekat mulai menurun. Melihat ada kesempatan, Evileye mendekat, memotong di depan orang yang akan menjabat tangan Ainz. Mereka tidak bisa protes. Para petualagn telah membuat perkenalan mereka dengan urutan peringkatnya, dari yang paling tinggi hingga yang terendah. Menjadi yang terakhir dari barisan, yang tersisa adalah para pemula, dan mereka pasti tidak bisa berkata apapun melawan Evileye yang memiliki peringkat adamantite.

"Perkenalannya seharusnya sudah habis, bisakah anda kemari sebentar?"

Ainz menatapnya melewati celah dari penutup kepalanya yang tertutup, dan lalu dia melihat Gazef dari sudut pandangannya. Jika dia masih ada disana, hanya ada satu hal.

"Nabe, gantikan aku dan temui mereka. Aku akan segera kembali setelah aku selesai disini."

Mata para pendengar yang ada di dekat situ menjadi terbelalak.

"Maafkan aku, tapi yang antri duluan harus didahulukan."

Ainz berpaling dari Evileye lalu melanjutkan berbicara dengan para petualang yang datang melihatnya.

Jika Ainz sedang berbicara kepada pimpinan perusahaan kecil lalu dipanggil oleh pimpinan dari perusahaan internasional, dia sewajarnya akan pergi ke bos perusahaan internasional itu. Itu bukan memfavoritkan atau diskriminasi, namun lebih kepada, hal yang wajar. Jika dia tetap pada pendiriannya dan mengabaikan panggilan, dia pasti akan terlihat sebagai pimpinan yang egois yang tidak bisa melihat gambaran besar. Sebagai seorang pegawai biasa, suatu ketika kamu harus meminggirkan pemikiranmu sendiri dan bertindak untuk keuntungan yang lebih besar dari perusahaan.

Itulah artinya menjadi sebuah gerigi pada suatu mesin.

Namun, kali ini berbeda.

Aku tidak boleh bicara dengan Gazef. Meskipun hanya sesaat, dan meskipun sudah dua bulan jadi seharusnya dia tidak ingat.. jika dia ingat, aku akan terperangkap. Tapi tak ada jalan keluarnya. Meskipun aku merasa tidak enak, seharusnya mungkin aku biarkan Nabe saja melakukannya, lalu merendahkan suaraku sedikit sebelum bicara dengannya.

...Aku sudah berbicara agak lama, jadi jika dia tidak mendengarnya sekarang mungkin saja dia tidak akan pernah. Tapi tetap saja, aku sebaiknya berhati-hati.

"Cepatlah, Nabe. Pergilah kepada mereka."

"Mengerti."

Memalingkan matanya dari Nabe, yang sedang berjalan menuju sang putri, Ainz melepaskan penutup kepalanya pula. Dia merasa mata di seluruh ruangan itu terpaku padanya. Dia memutarkan lehernya seperti orang capek, lalu kembali meletakkan penutup kepalanya lagi. Pada awalnya dia berencana untuk menambahinya dengan berpura-pura mengusap keringat juga, namun "wajah" Ainz adalah sebuah ilusi, dan jika dia tidak melakukannya dengan benar, tangannya akan menjadi tembus. Jadi, dia memutuskan untuk mengakhirinya dengan menggeretakkan lehernya saja.

Itu adalah rencananya, untuk memuaskan rasa penasaran gazef dengan membiarkannya melihat wajah Momon.

Berharap setelah Narberal pergi kesana, mereka akan lupa untuk mendekat dan berbicara kepadaku...

Ainz berdoa dalam hatinya sambil kembali kepada para petualang yang sudah menantinya.

"Mengejutkan sekali, apakah kamu sudah terbiasa dengan hal ini?"

Itu adalah suara dari Evileye. Dia masih ada disini. Mengapa dia tidak menjadi gadis yang baik dan pergi bersama dengan Narberal? Tentu saja, Ainz tidak mengeluarkan rasa jengkelnya. Pada kenyataannya, untuk menghindari kecurigaan, dia membalas Evileye dengan suara lirih.

"Oh, itu bukan hal yang spesial."

Itu bukan apa-apa bagi orang-orang yang bekerja di sebuah perusahaan sebelumnya.

"Tidak. Kurasa itu adalah sikap terbaik untuk memimpin kelompok."

Menjengkelkan sekali. Berhentilah menyela ketika aku sedang membuat perkenalan.

Kalimat itu terbakar di dalam hati Ainz, tapi dia harus menelannya. Jika dia mengeluarkannya sekarang, usahanya untuk tidak membunuh Evileye akan jadi percuma. Dia membagi perhatiannya seakan sedang melakukan tugas yang sederhana, dan membuat suara yang tepat kepada orang yang sudah datang untuk menemuinya. Pihak lain juga tahu jika Momon sedang dipanggil, jadi mereka menuntaskannya dalam dua atau tiga kalimat.

Setelah barisan petualang itu telah tersebar, setelah sedikit mengintip terlihat Gazef sudah tidak ada. Dia menekan hasrat untuk berdansa, namun berbicara dengan kalem kepada Evileye.

"Kapten prajurit yang legendaris kelihatannya sudah pergi... ya ampun. kurasa aku sudah menghabiskan terlalu banyak waktu dengan yang lainnya. Maafkan aku."

"Mmm? Mau bagaimana lagi, dia sudah pergi. Dia orang yang sibuk, memang wajar jika tidak bisa tetap ada disini. Meskipun, memang sedikit kurang ajar jika dia tidak mengucapkan sepatah katapun rasa terima kasih kepada kartu as kita, Momon-sama, yang akan melindungi ibukota. Tidak sopan sekali. Biar kupanggil dia untuk anda."

"Tunggu. Tunggu!"

Dia tidak sengaja menaikkan suaranya. Ainz berlanjut dengan nada yang semakin tinggi.

"Tidak, itu bukan masalah. Benar kok, jangan khawatir tentang itu. Lagipula, aku hanya kemari karena Marquis Raeven mempekerjakanku. Melindungi ibukota adalah urusan sederhana. Bukan hal yang layak dipuji oleh Kapten Prajurit."

"Begitukah... Aku sudah merasa jika Momon-sama adalah orang yang baik."

Ainz berpikir dia sedang diejek dan dia melihat dengan dekat kepada Evileye. Tapi dia tidak bisa membaca wajahnya, yang tertutup oleh topeng itu.

Ternyata aku tidak bisa mempercayai siapapun yang memakai topeng... Menyusahkan sekali. Tapi tetap saja, mengapa dia harus memakai topeng? pasti itu semacam item magic....

Saat itulah Ainz menyadari kesalahannya, lalu dia segera memeriksa keadaan sekelilingnya. Suasana di ruangan itu tidak berubah. Dan tak ada yang bereaksi ketakutan atau memusuhi terhadap petualang adamantite Momon.

Ilusi di dalam YGGDRASIL hanyalah cara yang remeh untuk merubah penampilan sebuah item, namun di dunia ini, magic ilusi adalah nyata. Kalau begitu, tidak aneh jika item-item yang bisa digunakan untuk menembus ilusi memang ada... Di dalam E-Rantel, tak ada yang mengetahui dirinya, dan setelah aku dengar dari pimpinan Guild Magician jika seseorang memerlukan pengalaman untuk bisa melihat tembus hal itu, aku ceroboh... ada banyak petualang dengan peringkat orichalcum disini, benar-benar sebuah kesalahan...

Tak ada yang bersikap waspada, kurasa rahasiaku masih aman... mulai sekarang, aku tidak akan melepas penutup kepalaku di dalam ibukota jika memang tidak harus. Seseorang mungkin memiliki bakat untuk bisa melihat menembus ilusi.

"...Evileye-san,"

"Tolong, panggil saja aku Evileye, Momon-sama adalah penyelamatku, anda tak perlu seformal itu denganku."

Ainz hanya bersikap sopan. Tapi jika itu maunya, dia tidak memiliki alasan untuk menolak.

"Kalau begitu, Evileye, mari kita pergi kesana..."

"Tentu saja!"

Itu adalah balasan yang penuh dengan kegembiraan. Tidak tahu apa yang membuatnya begitu senang, Ainz membiarkan dirinya ditarik oleh Evileye kepada sang putri.

Para petualang mulai berbicara lagi saat mereka melihat kelompok tersebut yang menuju ke ruangan lain - Renner dan bawahannya, bersama dengan dua petualang dengan peringkat adamantite.

Tentu saja, topek utama adalah Momon, petualang dengan peringkat top.

"Aku dengar rumor dari E-Rantel, tapi yang asli memang jauh melebihi harapanku."

"Bukan hanya dia ya kan? Aku juga pernah melihat Red Drop juga, dan aku merasakan perasaan yang sama dari mereka. Dia kelihatannya sangat sempurna dalam segala hal. Kurasa menjadi petualang dengan peringkat adamantite bukan hanya tentang kekuatan."

Yang membalas dua petualang dengan peringkat mythrill adalah salah seseorang dengan pelat platinum pada rantainya.

"Begitukah? Tetap saja, dia dipanggil oleh sang putri dan masih sempatnya untuk menguapkan halo kepada para petualang pemula. Orang seperti itu tidak mungkin ada, ya kan?"

"Memang mengejutkan diriku."

Gumaman setuju datang dari petualang lain di dekat mereka.

Ketika misi seperti ini dimana kelompok-kelompok harus saling bekerja sama, adalah hal yang masuk akal untuk saling berkenalan, untuk mengamankan bantuan dan saling mendukung satu sama lain. Seseorang pasti akan lebih memilih membantu seseorang yang mereka tahu daripada orang asing. Namun, yang hanya bisa membantu petualang adamantite adalah semua orang yang memiliki peringkat mythrill dan di atasnya. Oleh karena itu, menyapa petualang yang baru bisa dikatakan adalah membuang-buang waktu. Itu artinya Momon tidak berpikir untuk keuntungan sendiri, tapi hanya ingin memperdalam pertemanan dengan yang lainnya.

"Biasanya, kalian akan menduga dia akan pergi ke sang putri sementara rekannya menemui para pemula, ya kan?"

"Ah, ya, itu adalah yang dilakukan oleh kebanyakan orang biasa. Itu adalah yang aku lakukan. Kalian juga, ya kan?"

"Aku juga sama... ini mungkin terdengar buruk, namun mungkin saja dia tidak mengerti hal semacam ini. Apakah dia memiliki prioritas sudah lurus?"

Kalimat itu pastinya bisa dilihat sebagai hinaan, tapi orang yang mengucapkannya tidak memiliki satupun niat jahat di wajahnya.

"Mungkin saja dia betul. Mungkin prioritasnya memang berbeda."

Seakan menunggu hal ini, orang yang berbicara sebelumnya menjawab dengan cepat.

"Kalau begitu tak ada yang lebih baik darinya. Maksudku, lihat dirinya, dia adalah petualang dengan peringkat adamantite namun dia menganggap plat-plat tembaga yang terbaru seperti sahabat dalam bertempur. Lihat wajah mereka."

"Mereka benar-benar memujanya sekarang."

Memang benar, para petualang pemula terlihat berbeda wajahnya seperti seorang bocah yang baru saja bertemu dengan idola mereka.

"Heh, yeah, jika dia menyikapi diriku seperti itu, aku pasti akan menjadi miliknya. Aku bahkan akan memberinya pantatku ini."

"Pergi sana, siapa juga yang ingin pantat jorokmu itu? Dia sudah memiliki wanita cantik di dalam timnya."

"Yeah, memang benar. Kira-kira apakah mereka sudah melakukannya?"

"Tentu saja sudah, jika tidak mengapa mereka membentuk sebuah tim sendiri?"

"Aku dengar tidak seperti itu..."

Orang keempat yang menyela memiliki plat orichalcum di lehernya.

"Kelihatannya kamu sangat memiliki banyak informasi, dengan rumor-rumor yang beredar dari E-Rantel. Kekuatan mereka berdua memang tidak nyata. Mungkin karena tak ada orang lain yang sanggup setara dengan mereka?"

"...Apakah kamu sedang mengamati kami selama ini?"

"Hahahaha! Jangan berkata begitu, kamu tidak perduli siapapun yang sedang mendengarkan, ya kan?"

"Heh, yah, kurasa begitu" petualang pertama berkata.

Guild Master Petualang menepukkan tangannya untuk meminta perhatian mereka.

Operasi akan dimulai dalam satu jam, jadi kita akan segera bergerak. Karena kita tidak punya banyak waktu, tolong sampaikan ini kepada siapapun anggota kelompok kalian yang tidak ada disini. Dalam peristiwa apapun, ketika kita meninggalkan istana, tetaplah dekat denganku.

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 1:12

Mereka berkumpul di ruangan lain untuk membuat persiapan akhir untuk operasi itu. Mereka mempertimbangkan kapan maju, apa yang harus dilakukan ketika musuh muncul dalam sebuah pasukan, dan bagaimana mengatasi kerumitan yang mungkin saja muncul. Namun pada akhirnya, mereka hanya sangat kekurangan informasi untuk membuat rencana yang baku dan keputusan akhir adalah mereka harus mengalir mengikuti arus.

Pemuda dalam balutan armor putih yang sedang mendengar tanpa bicara sejauh ini tiba-tiba memecah kesunyiannya.

"Maafkan saya, Putri."

"Ada apa?"

"Saya tahu orang lain yang bisa menjadi sebuah anak panah untuk formasi ini. Dia adalah seorang pria dengan kekuatan tempur yang luar biasa. Apakah boleh meminta bantuannya? Satu anak panah memang bagus, namun dua anak panah akan lebih baik, dan jika mereka saling membantu, aku yakin mereka bisa mengalahkan demon manapun yang muncul sendiri, tak perduli seberapa kuatnya."

"Apa ini, Climb? Apakah kamu bilang Momon-sama yang aku rekomendasikan tidak cukup?"

Kalimat Evileye memiliki pinggiran yang tajam. Mata Climb gemetar ketakutan.

"Tidak, bukan, tentu saja bukan. Itu bukan niat saya-"

"Momon-sama adalah warrior terkuat yang ada. Aku berani bilang begitu daripada membantunya, pria yang kamu rekomendasikan tak lebih hanya halangan."

Warrior pengguna Katana, Brain, melangkah masuk untuk mendukung Climb.

"Mungkin saja tidak. Aku juga pernah melihat orang yang dimaksud oleh Climb. Kekuatannya luar biasa. Dia mengalahkan Zero, yang terkuat dari Six Arm, hanya dengan satu serangan."

"Kamu adalah Brain Unglaus? Yang melayani yang mulia karena rekomendasi Gazef Stronoff dan Climb?"

"Aku membantu Gazef, namun sebelum aku bersumpah setia, Aku tetap di sisi sang putri."

"Memang kamu lebih kuat dari Climb aku sudah tahu, namun meskipun itu bukanlah jaminan dari kekuatan seorang pria. Dan disamping itu, bukankah kamu kalah dari si nenek itu?"

"...Ara, bukankah kamu juga kalah darinya? Maaf. Tn. Unglaus."

"Uuuu..." Evileye berbisik saat Lakyus menasehatinya.

"Bu, bukan hanya dia, kalian semua juga ada disana."

"Setelah kamu kalah, kamu bilang kamu kalah dari Rigrit, bukan kami semua."

"Kamu masih ingat itu, Tina?"

Antara Tina yang tertawa dan Evileye yang menangis, suasana di ruangan itu berubah cerah dengan drastis.

Saat ini, Ainz bertanya sesuatu.

"Dia kedengarannya menarik. Orang seperti apa dia?"

Climb dengan bangga menyebut nama pria itu.

"Namanya adalah Sebas."

"...hm? Seibath?" Namanya terdengar akrab bagi Ainz. Apakah itu hanya kebetulan?

"...Bagaimana kepribadiannya?"

Setelah Climb menjelaskan, Ainz mengangguk.

Bukankah itu adalah Sebas sendiri?!

Bagaimana dia bisa melakukan kontak dengan Climb? Hubungan macam apa yang mereka miliki? Apakah Climb adalah salah satu kontak Sebas? Ainz hanya menyaring laporan dari yang dikirimkan Sebas, dan dia tidak repot-repot mengingat nama dari orang-orang yang dia sebutkan.

Mau bagaimana lagi, aku terlalu sibuk...

Kegelisahan Ainz hanya semakin muncul saat dia membuat alasan sendiri.

Kalau begitu, bocah ini adalah kontak yang berharga yang dibuat oleh Sebas. Jika dia dihabisi terlalu dini, akan membuat sia-sia pekerjaan Sebas. Dan membuang hasil kerja bawahan dengan ceroboh adalah sesuatu yang harus dihindari oleh atasan bagaimanapun caranya.

Akan lebih baik untuk membantu bocah ini, dan secara tidak langsung memuji Sebas.

"Aku tak pernah melakukan pertempuran dengan Sebas ini sebelumnya, jadi aku tidak bisa bilang yang mana dari kami yang lebih kuat."

"Tentu saja Momon-san lebih kuat darinya!" Narberal mengucapkannya dalam sebuah suara yang dipenuhi dengan rasa percaya diri. Evileye mengangguk setuju tanpa suara.

Ainz tidak bisa mencegah dirinya selain hanya menepuk kepala Narberal.

"Yah, jika rekanku berkata demikian, pasti ada sedikit kebenaran dari pengamatan kedua pihak. Aku yakin dia seharusnya berdiri dengan tingkat yang sama denganku."

"Ternyata itu adalah respon yang dewasa. Tidak seperti rekanku... bukan saja dia kurang tinggi tapi juga kurang bisa beradaptasi pula."

"Baiklah, baiklah, mari kita tidak usah membuat malu di tempat umum. Itu adalah sebuah perintah dari pimpinan kelompok. Jika tak ada apapun lagi yang didiskusikan, mengapa kita tidak mengunjungi Tia dan Gagaran?"

"Kedengarannya bagus juga."

Dua orang itu telah mati dan sudah dihidupkan kembali. Meskipun Ainz tidak melihatnya sendiri membangkitkannya, dia sudah mendengar semuanya dari orang lain.

"Ngomong-ngomong, apakah menggunakan energi kegelapan bisa menyerang para demon dan sejenisnya?"

"..Energi kegelapan?"

Pertanyaan tidak yakin dari Evileye membuat sebuah respon terkejut dari Lakyus. Dia kelihatannya mendapatkan konsep tersebut tidak terpikirka.

"Ah, aku dengar dari Gagaran, jika kamu melepaskan kekuatan penuh dari Pedang Demonic Kilineyram, akan cukup kuat untuk menghancurkan seluruh negara."

Mata Lakyus melebar.

"I-Itu bisa menunggu nantinya! Ada hal lain yang harus didiskusikan, ya kan?"

Sebuah pedang demonic? Tunggu dulu, Kurasa aku pernah mendengar senjata ini sebelumnya... bukan di YGGDRASIL, tapi di dunia ini... aku tahu! Demonic Sword Kilineyram, dikatakan mampu memancarkan kekuatan kegelapan. Meskipun... menghancurkan seluruh negara? kedengarannya terlalu berlebihan, tapi mungkin saja memiliki kekuatan yang hampir sama.

Ainz menyimpulkan bahwa wajahnya yang memerah disebabkan oleh kemarahan dan kepanikan jika kartu as miliknya tiba-tiba dikeluarkan.

"Kakak, dan Marquis Raeven,"

Pada ucapan Renner, semuanya membungkukkan kepala untuk memberi hormat.

Ini adalah kedua kalinya Ainz bertemu dua orang ini. Pertama tidak lama tadi, ketika mereka masuk ke ibukota. Mereka harus merubah isi permintaan yang telah diberikan. Daripada Eight Finger, Ainz harus melawan Jaldabaoth, dan dia akan bekerja sama dengan para petualang yang berkumpul di ibukota.

Setelah perkenalan sederhana, Ainz dan yang lainnya akan melangkah keluar karena sang putri ingin menyambut dua orang itu. Detil yang lebih besar dari rencana pertempuran sudah diputuskan. Mencari Sebas sudah tidak dilakukan karena kurangnya waktu dan tenaga. Semua yang tersisa adalah untuk menunggu perintah di tempat.

"Kalau begitu, semuanya, aku harap semua dewa membuat semua yang ada disini kembali hidup-hidup dan memperoleh kemenangan... harapan kita berada pada kalian semua, atau lebih tepatnya, pada Momon-san. Semoga keberuntungan pada diri anda."

Setelah mendengar Renner berdoa dengan kepala merendah, Ainz dan yang lainnya keluar dari ruangan. Yang tertinggal adalah Raeven dan Pangeran kedua - Zanack Valurean Igana ryle Vaiself - dan Renner.

Saat Climb meninggalkan ruangan, ekspresi Renner berubah, matanya yang hijau membeku seperti sebuah danau di musim dingin. Zanack bergidik saat dia melihat perubahan pada dirinya.

"Kami tidak sengaja mendengar detil di ruangan rahasia..."

Ruangan itu dibuat untuk menguping, dan dua orang itu sudah mendengar dari sana.

"Ada satu pertanyaan yang tidak kamu jawab. Mengapa kamu harus membentuk para penjaga menjadi garis tempur. Apakah mereka untuk dikorbankan?"

Para penjaga memang lemah. Bahkan para petualang yang paling rendah sudah lebih dari cukup untuk menyamai mereka. Jika mereka diserang, respon yang paling wajar bagi mereka adalah pembantaian.

"Umpan."

Kalimat itu memang yang sudah mereka duga.

"Para petualang juga berkata; pasukan Jaldabaoth yang terdiri dari demon kelas rendah tidak boleh dibiarkan bebas berkeliaran di ibukota. Kalau begitu, jika mereka sedang mengisi perut sendiri dengan para penjaga yang dianggap sebagai umpan, pastinya mereka akan membunuh untuk memuaskan diri dengan pembantaian, ya kan?" Renner tersenyum.

Hapir tidak mungkin bisa selesai dengan hal-hal seperti kalimat indah dan terdengar ideal di dunia ini. Semuanya memiliki harga. Tak ada yang mengerti dengan jelas daripada yang memiliki kekuatan, yang bertanggung untuk membatasi pengorbanan yang diperlukan sebanyak mungkin.

Dari sudut pandang itu, Renner adalah birokrat yang ideal.

Namun, manusia adalah makhluk yang memiliki emosi, dan emosi yang mereka rasakan ketika mendengar rencana ini adalah rasa jijik.

"Pastinya kamu memiliki cara yang lebih baik? Cara lain yang tidak mengorbankan seluruh penjaga?"

"Jika memang ada, tentunya pangeran Zanack sudah menyebutkannya sekarang, ya kan?"

Zanack terdiam.

Memang benar, dia tidak memiliki rencana yang lebih baik dari Renner. Dia memiliki ide-ide. Saat ini, semua yang bisa dia lakukan adalah mengakui jika rencana Renner adalah yang terbaik dari rencana-rencana buruk yang banyak.

"Kalau begitu, izinkan saya untuk mencari klarifikasi. Mengapa memberikan tugas yang seberbahaya itu kepada Climb?"

"Untuk alasan yang sama mengapa orang-orang Kakak dan Marquis Raeven sedang berpatroli di kota."

Zanack berkeliling di ibukota, memasang sikap sebagai seorang pangeran yang perduli dengan rakyatnya. Setelah itu, dia juga mulai menyebar rumor bahwa pangeran mahkota sedang bersembunyi di tempat aman di istana kerajaan. Ini akan membuat dirinya terlihat bagus dan mengurangi ketenaran kakaknya - yang merupakan rivalnya.

Apakah itu artinya Renner melakukan hal yang sama - mengirimkan bawahannya ke misi yang berbahaya agar dia terlihat bagus?

Namun begitu, ketika seseorang berpikir tentang bagaimana Renner telah mengeluarkan obsesinya kepada Climb kemarin, pasti ada yang salah disini.

Melihat keraguan, Renner meneruskan.

"Tentu saja, Climb memiliki peluang mati. Jika itu terjadi, Lakyus akan menggunakan sebuah mantra untuk membangkitkannya. Memang tidak murah, tentu saja, tapi sebuah pengeluaran seperti ini bukanlah masalah. Dan setelah dia dihidupkan, Climb akan lemah karena kehilangan tenaga. Selama itu, aku akan merawatnya. Aku yakin tidak ada yang akan protes denganku yang perduli dengan orang yang baru saja mati dan dibangkitkan karena mengikuti perintahku."

"Ternyata begitu. Itu memang alasan yang masuk akal. Kamu berencana untuk memperdalam kasih sayangmu."

"-Apakah ada peluang Lakyus bisa mati juga?"

"Itu adalah kekhawatiran yang valid" Renner berkata kepada Raeven, yang kepalanya direndahkan. "Tapi sudah direncanakan. Ketika ada keadaan darurat, akan ada orang tambahan di situ yang melindunginya, jadi dia setuju tanpa ragu-ragu."

"Kelihatannya semuanya sudah dalam perhitunganmu, adik."

Ya, adiknya yang tertawa memancar. Zanack gemetar di sepatunya.

Di sampingnya, Raeven juga berusaha menekan hawa dingin yang mengalir di tulang belakangnya.