Mahouka Koukou no Rettousei (Indonesia):Volume 14 Chapter 3

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:32, 29 May 2016 by Mic0609 (talk | contribs) (Created page with "Pagi hari Tatsuya tidak berubah seperti biasa. Kemarin malam, Tatsuya sedang berdiskusi dengan Yakumo tapi, Miyuki dan Minami tidak bertanya tentang itu. Namun, dia tetap menj...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Pagi hari Tatsuya tidak berubah seperti biasa. Kemarin malam, Tatsuya sedang berdiskusi dengan Yakumo tapi, Miyuki dan Minami tidak bertanya tentang itu. Namun, dia tetap menjalani rutinitas nya yang entah bagaimana seperti keamanan teman-temannya telah terjamin.

Namun, Tatsuya sendiri tidak tenang dalam masalah ini. Atau lebih tepatnya, bukanlah kebiasaannya untuk tenang saat hanya memasang satu lapis keamanan.

Sepulang sekolah di ruang Dewan Siswa. Karena mereka akan pergi ke rumah Kudo di Ikoma jam 18:00 hari ini, Miyuki sudah mengabari Honoka dan Izumi jika dia memiliki urusan pribadi dan menyerahkan semuanya kepada mereka.

“Shizuku”

Tatsuya memanggil Shizuku yang datang untuk nongkrong.

“Apa?”

Jawabannya kasar tapi, Tatsuya tahu bahwa Shizuku sendiri tidak bermaksud untuk tidak sopan.

“Apa Honoka bisa tinggal sementara denganmu?”

“Haah!?” Honoka lah yang menaikkan suaranya, Shizuku hanya menaikkan alisnya sedikit. “Kenapa?” “Karena tidak aman untuk dirinya sendirian.” “…uh, kenapa begitu?” Honoka bertanya dengan wajah pucat penuh kegelisahan. Tentu saja, Tatsuya bermaksud untuk menjelaskan keadaan sebisanya. “Sebenarnya, kemarin setelah kami pergi dari stasiun kami diserang oleh seseorang.” “Astaga! Kau tidak terluka kan!?”

Yang pertama bertanya dan berbicara dengan suara yang keras adalah Izumi; yang bertanya kepada Miyuki.

“Aku tidak apa-apa. Onii-sam, aku, atau Minami tidak terluka sedikitpun.”

Sementara Izumi mengusap senyuman Miyuki ke dadanya – ini bukan perumpamaan, dia memang melakukannya, lalu Izumi kembali ke tempat duduknya.

“Seperti yang dikatakan Miyuki, kami tidak terluka sedikitpun, kami tidak tahu mengapa kami diserang.” Itu setengah bohong. Namun, setengah nya lagi merupakan kebenaran dan dalam kasus ini, inilah yang lebih penting daripada yang setengahnya lagi.

“Polisi?”

“Karena mereka belum mengabari kami, aku yakin mereka sedang dalam investigasi.”

“Lalu, apa kau tahu sesuatu?”

“Hanya yang digunakan itu merupakan sihir kuno.”

“Hanya itu? Ada petunjuk lain?”

“Itulah yang dikatakan Onii-sama, kami tidak tahu mengapa kami diserang.”

“Lalu, mungkin…”

Honoka yang mendengarkan Shizuku dan Miyuki bertukar pikiran tentang permintaan Tatsuya.

“Mungkin dia tidak hanya mentarget Tatsuya seorang; tapi ada kemungkinan kalau dia mentarget anggota Dewan Siswa SMA 1?”

Tatsuya sebenarnya tidak ingin menakut-nakuti Honoka, tapi dalam situasi ini, lebih baik membuatnya khawatir

“Aku tidak tahu. Namun, seperti yang kukatakan tadi, aku pikir lebih baik untuk tidak sendirian.”

“Baiklah aku mengerti.”

Shizuku menaruh tangannya di bahu Honoka yang sedang ketakutan.

“Honoka, mulai hari ini kau datang ke rumahku.”

“…ya, akan kulakukan. Aku akan menyiapkan barang-barangku, apa kau bisa menemaniku waktu pulang?”

“Baiklah.”

Mungkin pasti ada yang namanya ketidaksetujuan untuk tinggal di rumah orang lain meskipun orang lain itu merupakan teman kita, Honoka merasa ragu-ragu namun, pada akhirnya, ia menerima saran Tatsuya dan menerima tawaran baik Shizuku.

Peringatan Tatsuya tidak berakhir di situ.

“…karena itu, kita berada di situasi dimana kita tidak tahu siapa yang menjadi target selanjutnya.”

“Ini mungkin bisa berhubungan dengan Kompetisi Thesis atau mungkin tidak?”

Dia telah memberitahu Miyuki dan Minami untuk menunggu sebentar, Tatsuya memancarkan campuran kebenaran dan kebohongan kepada Mikihiko. Mikihiko, yang sedang memantau pekerjaan Isori di auditorium dengan alasan keamanan, menjawab dengan pertanyaan yang menunjukkan bahwa dia paham dengan cerita Tatsuya.

“Benar. Karena kita belum mengetahui alasannya, jumlah target tidak bisa diperkecil.”

Tidak ada tanda keraguan terhadap perkataan Tatsuya bagi Mikihiko. Jawaban Mikihiko menandakan bahwa Ia mengkhawatirkan keselamatan murid SMA 1 jika diserang.

“Jadi kita harus meningkatkan pengamanan kita terhadap perwakilan?”

“Tidak, Nakajou-senpai telah memiliki orang yang cukup ditambah dengan kombinasi dari Isori-senpai, Chiyoda-senpai, Minakami-senpai, dan Kirihara-senpai untuk menghadapi serangan musuh.”

Leo, yang sedang mendengarkan pembicaraan ini, menggangguk tanda setuju beberapa kali.

“Aku lebih khawatir terhadap kalian dan Mizuki daripada mereka. Karena kalian merupakan teman dekatku di SMA 1.”

Saat dia mengatakan yang paling dekat kepada dua lelaki, dia merasa sedikit malu.

Di sisi lain, Erika, satu-satunya wanita di kelompok itu, tidak menyeringai tetapi malah terlihat galak.

“Aku baik-baik saja, aku tidak perlu kau beritahu Miki… Leo mungkin juga tidak akan apa-apa.”

“Aku khawatir dengan kalian. Lagipula, kalian semua perempuan juga.”

Dalam pengertian tertentu, Ia memperlakukannya sebagai orang lemah; dan Leo merasa diejek.

Walau begitu, respon Erika berbeda dari biasanya.

“Itu benar. Seperti yang dikatakan orang bodoh itu, yang perlu dikhawatirkan itu Mizuki. Karena dalam kemampuan bertarung, perempuan itu tidak jauh berbedan dengan perempuan biasa.”

Dia mungkin juga memikirkan hal yang sama, Mikihiko setuju dengan perkataan Erika dengan tatapan gelisah.

“Benar…”

“…Tatsuya-kun, untuk sementara waktu aku akan menemani Mizuki. Hanya mengantarnya pergi dan pulang sekolah saja cukup kan?”

Rencsana Erika untuk mengantarkan Mizuki sendirian membuat tiga lelaki ini menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kau itu juga perempuan.”

“Tidak peduli, seberapa hebat kau Erika, ini terlalu berbahaya. Musuh kita merupakan penyihir kuno. Jika dia mendatangimu dari depan, aku tidak berpikir kau tidak dapat menghadapinya tapi, kita tidak tahu jenis sihir seperti apa yang digunakan mereka. Betul bukan Tatsuya?”

“Aku setuju dengan opini Mikihiko. Kau tidak akan bisa jika kau harus melindungi dirimu sendiri dan juga Mizuki bersamaan, Erika.”

Bagaimanapun, respon Leo yang negatif mungkin lah yang paling efektif dikombinasikan dengan respon Mikihiko dan Tatsuya untuk membuat agar Erika tidak keras kepala.

“…lalu Miki, kau yang menjaganya.”

“Eeh!”

Meskipun, dia tidak lupa untuk melakukan serangan balik.

“Betul sekali…Mikihiko, kita dapat mengandalkanmu bukan?”

“Eh, tidak, tapi”

“Jadi antarkan dia hingga sampai pintu dengan baik. Jangan lupa untuk memperkenalkan dirimu kepada orang tuanya. Kalau tidak kau akan dianggap sebagai penguntit.”

“Uuuu….”

Dia paham sepenuhnya. Namun, ada perasaan kuat yang menolak. Terutama tentang ‘memperkenalkan diri kepada orang tua Mizuki’.

“Aku akan berbicara dengan Mizuki.”

“Ah, kuserahkan padamu.”

Ini tidak semudah itu… Alasan dan emosinya berperang satu sama lain.

“…aku mengerti. Akan terlambat jika menunggu sampai sesuatu terjadi.”

Rasa canggungnya dan malunya dikesampingkan demi tujuan baik, integritas Mikihiko kukuh.