Konjiki no Wordmaster (Indonesia):WN Chapter 91

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:17, 11 January 2017 by Srow (talk | contribs) (Created page with "Chapter 91: Keputusan Kamui “Yah...” Jin-u, sebagai pengamat, terbelalak dengan mata terbuka lebar karena terkejut. Dia menoleh perlahan ke Hiiro. “Oi, sudah berakhi...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 91: Keputusan Kamui

“Yah...”

Jin-u, sebagai pengamat, terbelalak dengan mata terbuka lebar karena terkejut. Dia menoleh perlahan ke Hiiro.

“Oi, sudah berakhir.” (Hiiro)

“T-tidak mungkin...kepala suku...” (Jin-u)

“Apa kau dengar?” (Hiiro)

“Kepala suku...” (Jin-u)

Dia tampaknya tidak mendengarkan sama sekali.

"... Huh, tidak ada pilihan lain." (Hiiro)

Hiiro mengangkat bahu sambil menyarungkan pedangnya. Dia kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah Kamui. Jarum pasir yang mengelilingi Kamui memudar kembali ke tanah. Kamui, yang tampaknya didukung oleh jarum pasir, jatuh berlutut.

“Oi.” (Hiiro)

“......” (Kamui)

Kamui mengangkat wajahnya dan membuat kontak mata dengan Hiiro. Wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa, namun, matanya berlinang air mata. Aku yakin bahwa dia masih malu oleh kekalahannya.

"Kecewa?" (Hiiro)

"... Memalukan." (Kamui)

"Yah, itu karena aku kuat" (Hiiro)

"Aku ... juga kuat" (Kamui)

"Meski begitu, kau kalah olehku." (Hiiro)

"Aku ... aku belum serius." (Kamui)

"Meski begitu. Orang yang kalah pada pertarungan ini kau. " (Hiiro)

"......" (Kamui)

Hiiro mengambil sepasang pedang di dekatnya dan melemparkannya kembali ke Kamui.

"Kau mengatakannya sebelumnya, kan? Kau akan melindungi sukumu. "(Hiiro)

"...... Un ..." (kamui)

"Itu termasuk semua anak-anak yang mengagumimu juga, kan?" (Hiiro)

"Tentu saja." (Kamui)

"Tapi jika kau terus seperti ini, mereka akan mati dalam waktu dekat." (Hiiro)

"T-tidak akan! Aku akan melindungi mereka! " (Kamui)

"Meskipun kau kalah denganku?" (Hiiro)

"Itu ... itu karena ... itu ..." (Kamui)

Tidak dapat menjawab dengan alasan yang masuk akal, Kamui menundukkan kepalanya.

“kau tidak melindungi mereka. " (Hiiro)

"... Eh?" (Kamui)

"Walaupun kau mengatakan kau akan melindungi mereka, semua yang kau lakukan hanyalah menempatkan mereka dalam bahaya." (Hiiro)

"... Lalu apa yang harus ... kulakukan?" (Kamui)

"Jangan naif. Pikirkanlah sendiri. " (Hiiro)

"..." (Kamui)

Kamui menjawab sambil mengenakan ekspresi tertekan, Hiiro tidak tahan melihatnya dalam keadaan seperti itu. Dia mulai dengan sengaja berbicara apa yang ada dalam pikirannya.

"Kalau itu aku ... aku akan melenyapkan setiap dan semua rintangan yang ada di jalanku." (Hiiro)

"Melenyapkan ... rintangan? Semuanya? "(Kamui)

Kamui menatap Hiiro dengan ekspresi kaget.

"Aa, semuanya. Aku ini serakah. Aku akan mengambil apapun yang kuinginkan dan aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun. Oleh karena itu, aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil apa pun dariku. Dengan ini, aku akan melindungi semuanya." (Hiiro) Hiiro dan Kamui saling memandang. Keheningan di antara mereka berlangsung sesaat. Kemudian, tidak seperti sebelumnya, mata Kamui membara.

"... ..Namamu, Bisa kau beritahukan kepadaku?" (Kamui)

"...... Hiiro. Hiiro Okamura " (Hiiro)

"Hiiro ... Hiiro ... Hiiro ya. Un ... Aku akan mengingatnya. " (Kamui)

Kamui menatap Hiiro dengan ekspresi yang tulus.

"Aku ... Kamui" (Kamui)

"Aku tahu. Tapi akan kupanggil twin-blade. "(Hiiro)

"Muh ... Panggil aku Kamui" (Kamui)

"Aku menolak. Jika kau ingin dipanggil itu, maka buatlah aku mengenalmu." (Hiiro)

"Mengenal ...?" (Kamui)

Pada saat itu, dua anak dari kerumunan berlari menuju mereka.

"Kamui Kamui ~!" (Anak A)

"Apa kau baik-baik saja?" (Anak B)

"Kora ~. Lawanmu berikutnya adalah aku! " (Anak C)

Anak-anak, yang mana ingin melindungi Kamui, berdiri di antara mereka sambil memelototi Hiiro dengan kebencian.

"Kepala suku, kau baik-baik saja?" (Anak C)

"Un. Kalian ... berhentilah." (Kamui)

Kamui memarahi anak-anak

"Eh, tapi, tapi-!" (Anak A)

"Itu benar. Dia mengganggu Kamui kamui!" (Anak B)

"Uun. Tidak apa-apa ... Hiiro itu ... tamu." (kamui)

Anak-anak memandang Kamui dengan ekspresi kosong.

"Nh? Begitukah? " (Anak A)

"Jika kamui Kamui berkata seperti itu, maka ..." (Anak B)

"Aku-aku rasa begitu ..." (Anak C)

Anak-anak tampaknya enggan menerima jawaban Kamui. Namun, salah satu anak masih memelototi Hiiro saat mereka berbicara.

"M-mengerti!? kamui kamui mengatakan tidak apa-apa, jangan sombong. "(Anak B)

"Diamlah, anak nakal!" (Hiiro)

Ketika Hiiro memandangnya, anak-anak menangis “Hyi!” sebelum bersembunyi di belakang Kamui.

"Sepertinya kita akhirnya tiba pada suatu kesimpulan." (Sivan)

Saat Sivan berbicara, Liliyn juga merespon.

"Tapi, seperti yang diharapkan dari [Red Rose] . Untuk menemukan seseorang seperti itu. Aku tidak mengharapkan Kamui kalah. " (Sivan)

"Hmph. Sudah kukatakan sebelumnya, kan? Bahwa kau akan melihat sesuatu yang menarik. " (Liliyn)

"Hoh Hoh Hoh, yang tampaknya terjadi, huh." (Sivan)

Sivan berbalik menghadap Hiiro saat ia berbicara.

"Selain itu, sejak aku bertemu dengannya, aku merasa ada sesuatu yang aneh berasal darinya. Siapa sebenarnya dia? " (Sivan)

"Aku tidak memiliki kewajiban untuk memberitahumu." (Liliyn)

"Aku juga ... ingin tahu." (Kamui)

Kamui, yang matanya berbinar dengan rasa ingin tahu, tanpa disadari muncul di sampingnya, mengejutkan mereka.

"Tentang Hiiro ... bisakah ... kau ceritakan?" (Kamui)

"…Aku menolak. Akan kupikirkan ketika kau juga diakui olehku." (Liliyn)

Kamui menurunkan alisnya. Namun, ia membuat pernyataan.

"Nn ... Akan kupastikan untuk mendengarnya suatu hari nanti." (KamuI)

Tampaknya Kamui telah memutuskan sesuatu. Namun, Hiiro hanya memandang Camus dengan ekspresi kagum sambil mendesah. Liliyn kemudian menyelinap lebih dekat ke Hiiro dan berbicara dengan suara kecil, hampir seperti bisikan.

"Seperti yang diharapkan, kau benar-benar menarik." (Liliyn)

"... Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan." (Hiiro)

Kali ini, meskipun Hiiro merasa terganggu oleh fakta bahwa ia harus berimprovisasi sepanjang pertarungan, ia sengaja membiarkan Liliyn untuk melihatnya menggunakan sihir beberapa kali sebagai hasilnya. dia kemungkinan besar mampu memahami karakteristik dari { Word Magic } Hiiro.

(Yah, dia tidak tampak seperti seseorang yang akan mengungkapkan rahasia orang lain. Meskipun itu menjengkelkan melihat dia menontonku sepanjang waktu, aku kira aku bisa membiarkannya pergi) (Hiiro)

Dengan keputusan tersebut, semua orang kembali ke Oasis.

"Hi, H-H-H-Hiiro-sama! Aku sangat senang kau baik-baik saja!" (Shamoe)

"Nofofofofo! Seperti yang diharapkan dari Hiiro-sama! Aku percaya padamu, Nofofofofo!" (Silva)

Saat ia pikir mereka terlalu berisik, Hiiro memandang Shamoe dan Silva yang sedang membuat keributan. Hiiro ingin bersantai dan beristirahat di dekat tepi danau ketika ia kembali ke Oasis, namun, kesan pertempuran terakhir itu sangat jelas dalam pikiran mereka yang mulai mengoceh tentang hal itu.

"Shamoe ... Shamoe ... ketika kau sedang terbang, jantung Shamoe hampir berhenti!" (Shamoe)

"Nofofofofo! Ketika itu terjadi, aku juga hampir lupa bernapas!" (Silva)

"Akan hebat jika kau mati seperti itu, toh." (Liliyn)

“Kasar sekali! Kata-kata yang kejamm, Nyonya! Nofofofofo!" (Silva)

Hiiro pikir bahwa mereka terlalu berisik hingga ia menutupi telinganya. Berpikir bahwa ia harus berurusan dengan mereka bertiga sepanjang perjalanannya, Hiiro mulai merasakan sensasi mual di perutnya saat ia bernapas.

"Hiiro ... sebentar saja ... bisakah aku berbicara denganmu?" (Kamui)

Kamui mendekati Hiiro sendirian.

"Ada apa?" (Hiiro)

"Aku sudah ... memutuskan" (Kamui)

"... Memutuskan apa?" (Hiiro)

"Aku juga ... akan melindungi" (Kamui)

"Melindungi apa?" (Hiiro)

"Semuanya. Aku juga ... serakah." (Kamui)

Mendengarkan jawabannya, Hiiro tanpa sadar tersenyum.

"Apakah kau sudah memberitahu hal ini kepada yang lainnya?" (Hiiro)

"Aku sudah memberitahu Jii-chan. Jii-chan mengatakan ... pertanggung jawabkanlah nanti ... apa yang ingin kau lakukan." (Kamui)

"Begitu." (Hiiro)

Hiiro menatap wajah Kamui. Dia jelas lebih tua dari Hiiro, namun, di mata Hiiro ini, ia masih belum matang. Tidak ada yang akan percaya bahwa remaja seperti Kamui akan menjadi kepala suku.

Namun, dalam kenyataannya, Kamui saat ini memegang nasib sukunya di tangannya. Sepertinya Kamui sekarang telah membuat keputusan. Selain itu, penyebab keputusan itu tidak diragukan lagi karena dirinya. Ini adalah sesuatu baik Hiiro dan Kamui pahami dengan jelas. "... Lalu, apa kau akan melakukannya?" (Hiiro)

"Un ... .Aku ... kita akan ... mengalahkan monster gurun" (Kamui)

Memang, itu adalah sesuatu yang telah mereka setujui. Melindungi semua orang. Monster gurun yang dapat menyerang kapan saja. Ketika dia menyerang, mereka akan berjuang untuk melarikan diri dan kemudian menemukan tempat yang aman untuk tinggal sementara. Ini adalah salah satu cara untuk melindungi sukunya. Namun selalu ada kemungkinan bahwa seseorang mungkin terluka atau tewas dalam serangan monster itu. Itu jelas bahwa bersembunyi dalam bayang-bayang monster tidak akan terjadi apa-apa tapi melukai harga diri mereka dan membatasi kemungkinan mereka.

Dalam rangka untuk melindungi mereka, tidak ada pilihan selain untuk menghilangkan ancaman tersebut. Jika mereka tidak bisa meninggalkan gurun ini namun masih ingin hidup damai, maka mereka harus menyingkirkan kemungkinan bencana tersebut.

Itu adalah keputusan yang Kamui buat untuk melindungi masa depan anak-anak. Namun, jelas ada beberapa bahaya. Lawan mereka adalah moster yang menyerap kekuatan kepala suku sebelumnya. Semua orang mewaspadai kekuatan yang dimiliki kepala suku sebelumnya. Jika kelompok Ashura telah ikut dalam pertempuran, bahkan dengan beberapa risiko, mereka mungkin mampu mengalahkannya.

Namun, Kamui, sebelum hari ini, tidak mau mengambil risiko itu karena ia harus menghadapi monster yang menyerupai ayahnya. Tapi hari ini, ia telah memutuskan. Dalam rangka untuk melindungi masa depan suku, ia harus mengalahkan monster itu. Meskipun, monster tersebut tampak menyukainya, tetap saja dia bukan ayahnya. Kamui menyadari bahwa monster tetaplah monster. Dia sadar karena Hiiro. Dalam rangka melindungi suku, ia harus bergerak maju. Seperti yang iaa katakan, ia membuat keputusan ini.

Disamping itu, jelas ada risiko yang sangat besar. Kamui tahu jika semua orang bertarung melawan monster itu, mereka akan mampu mengalahkannya entah bagaimana. Namun, kemungkinan besar akan ada seseorang yang terluka atau tewas dalam pertempuran. Karena itu, ia menghadap Hiiro dan berkata.

"Hiiro ... pinjamkan aku kekuatanmu." (Kamui)