Konjiki no Wordmaster (Indonesia):WN Chapter 95

From Baka-Tsuki
Revision as of 15:02, 18 February 2017 by Srow (talk | contribs) (Created page with " Chapter 95: Keputusan Desert Monster, yang sudah sedikit mengetuk kembali, memandang marah Kamui. “Guraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!“ (Desert Monster) Banyak hal yang tidak...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 95: Keputusan


Desert Monster, yang sudah sedikit mengetuk kembali, memandang marah Kamui.

“Guraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!“ (Desert Monster)

Banyak hal yang tidak berjalan dengan lancar, arus kemarahan mengaliri Desert Monster hingga membuatnya menjadi murka. Seakan memperlihatkan kemarahan, dia menunjukkan sisa ekor yang berayun dari sisi ke sisi.

“Apa kau baik-baik saja?” (Kamui)

“Kepala Suku ... ... Maafkan aku” (Jin-u)

Wajah Jin-u ini dipenuhi oleh rasa sakit saat ia meminta maaf sambil berpikir ia yang telah menyebabkan seseorang kesulitan.

“Oi, apa itu?” (Hiiro)

Terkejut dengan kata-kata Hiiro, mereka melirik ke arah monster itu. Pemandangan yang mereka lihat mengejutkan mereka berdua.

“Gurururururu!” (Desert Monster)

Entah bagaimana, bagian ekor yang terpotong telah tumbuh kembali.

“Oi Oi, dia bahkan dapat beregenerasi? Kupikir metode biasa tidak akan bekerja, ya.“ (Hiiro)

“Bagaimana kita akan melanjutkannya, Hiiro-sama?” (Silva)

“Mari kita lihat, aku punya sesuatu dalam pikiranku , tapi ......” (Hiiro)

Sejujurnya, jika yang harus ia lakukan adalah membunuhnya, entah bagaimana, Hiiro bisa melakukannya sendirian. Namun, saat ini, dia telah menahan dirinya untuk menjadi penolong karena Kepala Suku Ashura, Kamui adalah orang yang diharapkan untuk mengalahkan monster tersebut.

“Seperti yang kupikir, kita hanya akan membantu Kamui sampai akhir?” (Silva)

“Hou, tampaknya kau paham, ya Jii-san.” (Hiiro)

“Nofofofofo! Baiklah, mari kita mencoba yang terbaik untuk melakukannya!” (Silva)

Pada saat itu, bayangan di kaki Silva memutar dan melingkari tangannya, berubah bentuk, yang tampaknya menjadi, sebuah pisau meja.

“Mari kita pergi! Lemparkan Chaotic Butler!” (Silva)

Silva terbang ke langit sambil melemparkan puluhan pisau yang menghujani Desert Monster. Namun, dinding pasir terwujud di sekitarnya lagi, menghalangi pisau-pisau itu.

Saat itu, Hiiro mendekati Kamui dan berbisik kepadanya.

“Dengar - seperti sebelumnya, aku akan membuat pasir disekitar tubuhnya menjadi lunak. Meskipun pasir yang menutupi ekornya tampaknya cukup kuat, kita masih bisa mengalahkannya. Jadi, seranganmu harus mengenainya. Fokuskan semua kekuatanmu untuk menusuk intinya.” (Hiiro)

“Aku mengerti.” (Kamui)

Setelah dia menjauh dari Jin-u, dia mengagetkan monster itu dengan tatapan yang tajam.

“Saat aku beri tanda, majulah.” (Hiiro)

“Ya.” (Kamui)

Silva masih menyerang, saat tembok pasir tiba-tiba hancur, monster itu tidak terlihat di manapun.

“Mu?” (Silva)

Setelah memperhatikan situasi, Silva mengerutkan alisnya.

  • Dobaa -! *

“Apa yang terjadi !?” (Silva)

Entah bagaimana monster itu melemparkan dirinya ke atas dari bawah Silva saat ia masih di udara. Tampaknya ia telah membenamkan dirinya ke bawah pasir. Penyengat di ekornya menusuk tubuh Silva.

“Muu!” (Silva)

Seperti yang diduga, Hiiro juga membuka mata lebar-lebar menyaksikan pemandangan itu. Yang pasti, ekor monster itu mirip dengan Mad Scorpion. Setelah memasukkan sengatnya ke dalam tubuh seseorang, ia akan melepaskan neurotoxin yang melumpuhkan gerakan korban. Lalu, sepertinya kalajengking itu akan memakan mangsanya, sedikit demi sedikit. Sebuah sengat yang mirip bersarang di tubuh Silva.

Tentu saja, Kamui mulai bergerak dalam upaya untuk mencoba dan menyelamatkan Silva. Namun, Hiiro menghentikannya dengan memegang lengannya di depan Kamui.

“Hiiro ......?” (Kamui)

“Diamlah.” (Hiiro)

“Tapi ... ... Jii-chan ......” (Kamui)

“Dengar ... ... diam dan lihatlah.” (Hiiro)

Kamui memiringkan kepalanya, memberitahu kalau dia tidak mengerti apa yang Hiiro bicarakan. Mengapa ia tidak mencoba untuk menyelematkan rekannya yang terluka? Meskipun ia meragukan tindakan Hiiro, Kamui mendongak dan melihat Silva serta monster tersebut.

“Gururururu!” (Desert Monster)

“Gufu ... .uh ... uu ...” (Silva)

Silva tampak seperti dia sangat kesakitan. Melihat hal itu, kau akan berpikir monster itu sudah mendapatkannya. Namun, entah bagaimana ia meraih ekornya.

“......?” (Desert Monster)

“Ku ...... ..Nofofo, kau mungkin berpikir bahwa aku kalah?” (Silva)

Silva, yang baru saja menderita bebrapa detik yang lalu, mulutnya mulai sombong.

“Haruskah saya yang menahan hal berbahaya ini?” (Silva)

Saat ia mengatakan itu, Silva mengangkat tangan kanannya, seolah-olah sedang mengangkat gelas anggur. Setelah itu, sebuah bola hitam muncul di telapak tangannya. Tampaknya berdiameter sekitar 20cm. Selanjutnya, ia mencengkeram ekor dengan tangan kiri. Akhirnya, bola menghilang menyerap ke ekornya.

“「Pool Ball」.” (Silva)

Saat itu juga, sebuah benda persegi panjang yang sangat tipis muncul dari tempat menyerapnya bola itu . Hal itu jelas disebabkan oleh bola hitam yang menyerap beberapa saat yang lalu.

Dengan cepat kotak hitam itu mengiris armor Desert Monster. Kejadian itu terlihat seperti kertas yang dipotong dengan pisau cukur. Sekali lagi, ekor monster itu putus dari tubuhnya.

“Gura- !?” (Desert Monster)

“Pada pelukan panas ini, mohon terpisah denganku.” (Silva)

  • Buuuun!*

Benda persegi panjang hitam itu berubah kembali menjadi bola dan menembak seperti peluru meriam.

  • Doga -!*

tubuh monster itu membungkuk ke depan sebagai akibat dari serangan yang luar biasa pada perutnya. Desert Monster tercengang, karena jatuh ke tanah tanpa alat pelindung.

Silva, yang ditikam oleh sengatan monster, acuh tak acuh meninggalkan lokasi.

“Oi, bukankah ada sesuatu di dalam perutmu?” (Hiiro)

“Oya? Betapa kurang perhatiannya aku ini.” (Silva)

Silva dengan lembut mencabut ekor dari tubuhnya dan melemparkannya ke tanah.

“Heh, pada akhirnya kau baik-baik saja, ya.” (Hiiro)

“Aku takut aku tidak baik-baik saja. Itu membuat lubang di salah satu pakaianku yang bagus ...” (Silva)

“....... Kau pada dasarnya terluka ... ... Serius tubuhmu itu terbuat dari apa sih?” (Hiiro)

“Nofofofofo! Itu karena aku adalah butler! Nofofofofo!” (Silva)

Setelah dia mengatakan itu, Silva terlihat ketakutan karena mungkin ia akan dimarahi oleh Ojou-sama tentang seragam compang-campingnya. Sementara itu, Kamui dan Jin-u berkedip terkejut saat mereka menyaksikan keanehan Silva.

“Etto ..... Apa kau ... ... baik-baik saja?” (Kamui)

Kamui tidak tahan berdiam dan dia bertanya demikian. Namun, Silva, yang tampaknya memiliki penampilan yang biasa saja, tersenyum.

“Nofofofofo! Maafkan saya karena telah membuat Anda khawatir. Seperti yang Anda lihat, saya baik-baik saja.” (Silva)

Ketika Hiiro melihat bagaimana ia membungkuk dengan sopan, ia tidak melihat sesuatu yang aneh dengan kondisi fisiknya. Meskipun ia tidak terkejut dengan situasi yang tak bisa dijelaskan ini karena ia sudah pernah melihat hal ini sebelumnya, itu dua hal yang berbeda. Namun, Kamui sekarang bisa memahami alasan Hiiro menghentikannya untuk membantu Silva.

(Dia dipercaya ... ..oleh Hiiro ...... .Hal itu ....... Entah bagaimana terlihat hebat) (Kamui)

Kamui pasti merasa kalau mereka saling percaya, ia sedikit iri dengan itu.

Hiiro mengabaikan tatapan pasangan yang tampaknya ingin penjelasan karena ia tidak punya waktu untuk menjelaskan secara rinci. prioritas utama mereka adalah untuk menghilangkan keberadaan makhluk yang ada di hadapan mereka.

“Jii-san, bisakah kau hancurkan dinding pasir monster itu lagi?” (Hiiro)

“Nofo? Tentu saja!” (Silva)

Silva menuju Desert Monster lagi setelah ia mengatakan itu.

“Dengar, aku akan mengatakannya lagi. Kita akan memiliki kesempatan setelah ini. Bunuhlah... dengan cepat.” (Hiiro)

“u ... .un” (Kamui)

Dia menelan ludah dengan keras sebelum mengangguk.

Setelah Hiiro mengonfirmasi tanggapannya, ia menyalurkan sihir ke ujung jarinya.

| Tracking | | 索 敵 |

(Dengan ini, aku dapat menemukannya di mana pun ia bersembunyi.) (Hiiro)

Menanggapi serangan pisau Silva, Desert Monster membuat dinding pasir lainnya, semua sesuai dengan rencana. Setelah ini, dia akan menghilang sekali lagi dengan menyelam ke dalam tanah. Namun, kali ini, indra Hiiro mampu mengetahui posisi monster itu. Seolah-olah matanya mampu menemukan posisi target nya melalui penggunaan termografi. Hiiro tahu bahwa dia bergerak melewati pasir dengan kecepatan yang luar biasa.

“Baiklah.” (Hiiro)

Hiiro dengan cepat menulis kata dan menunggu saat ketika Desert Monster mencoba keluar dari pasir. Bersamaan denga itu, Hiiro mengepalkan tinjunya untuk antisipasi. Dan,

zuba!

Pada saat yang sama Desert Monster keluar dari pasir, Hiiro menghilang. Dia kemudian muncul kembali di sebelah monster tersebut. Dia telah menggunakan kata | Transfer | | 転 移 |, sihir dua kata yang telah disiapkan sebelum pertarungan ini. Dia bersyukur sudah lvl 80 kemampuannya karena ia sekarang dapat langsung mengaktifkan mantra | Two-Word Chain |tanpa harus menulis langsung di target.

Mata monster itu melebar karena terkejut ketika Hiiro tiba-tiba muncul di depannya. Setelah itu, Hiiro menunjuk ujung jarinya ke monster tersebut. Hiiro melanjutkan menembak kata lain yang telah ia tulis. Biasanya, ia akan kesulitan untuk memukul musuh yang cepat, namun, ini saat yang tepat tanpa penjagaan. Situasi ini mirip dengan bagaimana mobil bergerak yang tidak dapat berhenti mendadak.

(Dengan kata lain, dia tidak dapat menghindari ini!) (Hiiro)

Hiiro mengaktifkan efek dari kata yang telah dia atur sebelum teleport ke dekat monster. Dia menggunakan | Soft || 柔 | - Sama dengan yang ia digunakan sebelumnya. Dengan ini, kekuatan pertahanan dari armor pasir itu hilang.

“Selanjutnya adalah ini!” (Hiiro)

Bagian belakang kepalan Hiiro bersinar saat ia mengaktifkan kata lain yang telah ia tulis menggunakan || Word Magic ||.

| Coossal Stenght | | 剛 力 |

Dia merasakan kekuatan berkumpul di tangan kanannya.

bakiii-!

tinju Hiiro menuju ke arah wajah monster, pukulan itu membuat suara yang tak menyenangkan, seperti daging dan tulang yang pecah. Darah keluar dari bagian belakang monster tersebut saat dia terbang menjauh.

  • Dosun-!

Dia jatuh ke tanah dan menerbangkan pasir-pasir. Dengan pertahanan armor pasir yang sudah hilang, selain kekuatan serangan yang meningkat dari kata | Kekuatan Besar |, Desert Monster mendapat banyak luka, meskipun pasir halus hancur berjatuhan.

Desert Monster mencoba bangkit dengan goyah.

“Ini satu lagi!” (Hiiro)

Hiiro menggunakan | Air Writing | untuk menulis | Hard | | 固 | dan menembaknya di pasir bawah monster. Seperti waktu dengan Kamui, kini ia sudah tidak bisa memanipulasi pasir.

“Sekarang! Lakukan!” (Hiiro)

Hiiro berteriak ke Kamui yang sedang menunggu perintah. Mendengar suara itu, Kamui menyipitkan mata dan mencengkeram pedang kembar di tangannya.

“.... Ayah” (Kamui)

Dari tempatnya berdiri, Kamui menyerang dengan kecepatan penuh ke monster tersebut. Inti yang berdenyut di perut rakasa itu tercermin di matanya. Yang sangat Hiiro khawatirkan, kekuatan pertahanan pasir itu hampir tidak ada. Selanjutnya, Desert Monster tidak bisa lagi membangun tembok pertahanan karena pasir sudah tidak dapat digunakan karena kata | Hard | | 固 |. Jika Kamui terlambat bereaksi, ia mungkin mendapatkan beberapa luka. Namun, jika ia menyerang sekarang, dia pasti akan mengalahkan monster.

“...... bunuh ... .aku akan membunuhnya.” (Kamui)

Pada saat itu, pertanyaan [Siapa yang dia bunuh?] Muncul di benaknya. Saat itu juga, wajah ayahnya yang sedang tersenyum melintas di depannya. Sebuah aroma nostalgia menggelitik hidung Kamui.

“.....Ayah......?” (Kamui)

Semua orang berpikir kalau ini sudah berakir. Berkat rencana Hiiro, mereka sudah bersiap dengan sempura. Meskipun Jin-u mendapat sedikit luka,tapi tidak ada yang tewas. Di atas semua itu, mereka semua terbebas dari teror Desert Monster.

Melihat dari jauh, orang-orang dari Suku Ashura yakin dengan kemenangan mereka ............ ... sampai sekarang.

Tanpa sadar, semua orang terpaku pada pemandangan tak terduga yang tercermin di mata mereka.

“Idiot.” (Hiiro)

Hanya Hiiro satu-satunya yang, dalam menanggapi pemandangan tersebut, berkata... sebenarnya. Hiiro tidak bisa melakukan apapun selain mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap penulis karena pemandangan seperti itu.

Karena di samping inti monster itu, pedang yang bergerak telah berhenti. Mencermati, monster itu masih berdiri. Meskipun bukan Desert Monster yang entah bagaimana menghentikan serangan. Sebenarnya, Kamui sengaja menghentikan serangan yang sedang berlangsung.

“Ku....” (Kamui)

Pedang kembarnya sedikit gemetar. Tidak, bukan hanya pedang, melainkan seluruh tubuh Kamui lah yang gemetar. Masih bersandar ke depan, wajahnya sedikit terangkat. Meskipun matanya tertuju pada Desert Monster, wajah Kamui dikuasai kesedihan.

“... aku tidak bisa ... ..melakukannya.” (Kamui)

Bingung dengan tindakan yang tak terduga, Desert Monster masih berada ditempatnya.

“Karena ...... Ayah ...... baunya ada di sana ...” (Kamui)

“Apa yang sedang kau lakukan! Cepatlah! Lakukan serangan terakhir!” (Hiiro)

Hiiro turun dari langit dan berteriak pada Kamui.

“Aku ... ..aku ....” (Kamui)

Saat ia mengatakan itu, tetesan air mata jatuh dari mata Kamui.

“Aku ... ..tidak bisa melakukannya ... ... Ayah ...” (Kamui)

Setelah melihat air mata Kamui, Desert Monster terkejut. Pada saat itu, Hiiro jelas merasa rasa haus darah monster tersebut berkurang. Namun, hanya untuk sesaat. nafsu monster itu pada darah dan kemarahan melonjak, melebihi tingkat sebelumnya.

Saat itu juga, sengat pada ekor beregenerasi untuk menusuk Kamui.

“KEPALA SUKUUUUUUUU!!!!” (Jin-u)

Jin-u memeluk Kamui sambil melompat ke samping. Namun, mereka tidak menghindarinya dengan sempurna. Sengatan itu telah mencungkil sepotong daging dari punggung Jin-u.

“Guu!” (Jin-u)

“Jin-u?” (Kamui)

Keduanya jatuh ke tanah dalam keadaan seperti itu. Kamui menggunakan tubuhnya untuk bantalan Jin-u.

“Jii-san! beri aku beberapa waktu!” (Hiiro)

“Seperti yang Anda minta!” (Silva)

Terlihat bahwa Silva memahami situasi saat ini. Dia menciptakan pisau lainnya dan melemparkannya. Namun, Desert Monster menghindarinya dengan melompat jauh dari tempatnya saat ini.

“(Chi, dan hanya seperti itu,dia sudah pulih!)” (Hiiro)

Desert Monster tampaknya telah pulih dari serangan Hiiro ketika dia sudah bisa bergerak.

“Gururururu!” (Desert Monster)

Monster Gurun dengan jengkel memandang Hiiro dan yang lainnya, dia membuka lebar mulut dan-

  • Kiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin!

Dia mengeluarkan suara yang cukup tinggi. Ketika mereka dikejutkan dengan sensasi yang tidak menyenangkan, hampir telinga berdering, Hiiro tanpa sadar mengerutkan kening.

“A-Aku tahu, ini!” (Hiiro)

Pada saat yang sama Hiiro menyadari arti perilaku monster itu, menanggapi seruan monster itu, teriakan serupa terdengar di dekatnya. Setelah itu, pasir dari kedua sisi Desert Monster naik ke udara dengan suara nyaring. Dari dalam pasir, monster baru muncul.

“Seperti yang kuduga, ini adalah kemampuan monster untuk memanggil bala bantuan!” (Hiiro)

“Sepertinya begitu. Rupanya, mereka datang ke sini dengan berkelompok dari jauh?” (Silva)

Seperti yang telah Silva tunjukkan. Meskipun itu jaraknya cukup jauh, mereka mampu menemukan beberapa bayangan seperti monster yang tersebar di sana-sini.

Setelah mengkonfirmasikan demikian, ada orang-orang yang terlihat menyerang monster di kejauhan ... ... mereka adalah Suku Ashura. Situasi ini adalah salah satu situasi yang kurang lebih mereka duga. Dengan demikian, tidak akan ada bala bantuan monster di sekitarnya yang mampu mendekati lokasi Hiiro.

(Maa, Aka-Loli bilang bahwa dia akan bergerak jika terpaksa. Kupikir akan baik-baik untuk mengabaikan monster lainnya. Masalah sebenarnya adalah ...... tiga di sini.) (Hiiro)

Tentu, salah satunya adalah Desert Monster. Lalu dua lainnya, salah satunya adalah monster-monster yang dikenal sebagai | Gray Golem/Golem |, monster yang tersisa disebut | Mud Man/Manusia Lumpur |, monster yang memiliki tubuh seperti lumpur.

Mereka hanya pernah mendengar informasi mengenai monster ini dari Suku Ashura. Mereka monster Ranking S. Sejujurnya, mereka ingin menyelesaikan ini sebelum Monster Gurun memanggil bala bantuan. Namun, mereka telah datang, penting bagi mereka untuk memikirkan metode alternatif untuk mengatasi situasi ini.

“Jii-san, keberatankah jika aku meninggalkan sisanya untukmu sebentar?” (Hiiro)

“... Apa yang ingin Anda lakukan, kalau boleh saya bertanya?” (Silva)

“Aku akan membangunkan si idiot itu.” (Hiiro)

Saat ia mengeluarkan kata-kata itu sambil mengenakan ekspresi puas, urat biru muncul di dahi Hiiro.

“Nofofofofo! Oh oh. Dalam hal ini, saya juga akan berusaha sekuat tenaga.” (Silva)

Silva mempertajam tatapannya, dia berdiri di depan tiga monster. Setelah melihat ini, Hiiro mengubah arah tubuhnya dengan cepat sebelum memindahkan kakinya. Di depan arah yang sedang ia tuju itu ......... ... tempat di mana Kamui saat ini.

Setelah melihat Jin-u membesarkan suara kesakitan karena menerima serangan dari sengatan, Kamui bingung. Wajah Jin-u tambah pucat, luka yang ia terima di punggungnya mulai menyakitkan serta mengeluarkan darah.

“Jin-u ... ... Aku ... ... aku ......” (Kamui)

Itu jelas kesalahan Kamui hingga membuat Jin-u mendapatkan luka. Saat ia menangis karena dirinya yang tidak dapat melakukan apa pun untuk Jin-u dan dirinya dengan keinginan bertarungnya sudah menghilang, Kamui menjadi panik.

Pada saat itu, Hiiro telah sampai. Kamui berpikir kalau Hiiro akan mampu melakukan sesuatu, ia mengangkat kepalanya.

  • Baki -! *

Namun, sebelum ia menyadari hal itu, wajah Kamui kesakitan karena perih di pipinya, pasir yang dipanaskan pada siang hari memasuki mulutnya. Kamui sadar sekarang ia telah jatuh ke tanah. Selanjutnya, ia menyadari bahwa Hiiro telah memukulnya.

Saat ia perlahan bangkit, Kamui hanya menatap Hiiro, matanya terbuka lebar adalah ekspresi yang menunjukkan bahwa ia tidak dapat memahami mengapa Hiiro memukulnya. Dalam menghadapi seseorang seperti Kamui-

“Kau benar-benar tidak berguna, ya?” (Hiiro)

“... ... eh?” (Kamui)

Hiiro menatap Kamui dengan tatapan yang mengerikan, ia melipat tangannya dan menunduk kepadanya.

“Bagaimana situasi ini bisa terjadi?” (Hiiro)

“......” (Kamui)

“Kau sudah membulatkan tekadmu, kan? Walau begitu, ada apa dengan dengan pertunjukan mengejutkan ini? Ada batas seberapa tidak bergunanya seseorang.” (Hiiro)

“H-Hiiro ......” (Kamui)

Dalam menghadapi kata-kata kejam yang dikeluarkan, Kamui dibuat tidak bisa menjawab.

“Alasan mengapa Bajingan Berjambul kesakitan itu adalah karena kau. Fakta bahwa Desert Monster mampu memanggil bala bantuan, mengubah ini menjadi menyebalkan juga salahmu. Yang paling penting, alasan mengapa aku begitu frustasi juga salahmu!” (Hiiro)

Kata-kata Hiiro, yang berisi kemarahan, dilanjutkan.

“penyengat itu mungkin memiliki neurotoxin, kan? Sebuah racun yang mencuri kemampuan seseorang untuk bergerak. Tetapi jika itu berada dekat jantung, itu bahkan bisa menghentikan detak jantung. Yang menerima serangan itu akan mati.” (Hiiro)

“T-tidak mungkin! Kita harus melakukan sesuatu! K-karena aku, Jin-u akan ...!” (Kamui)

Baki!

Hiiro memukul wajah Kamui sekali lagi.

“Aa, itu benar. Semua ini adalah kesalahanmu. Kebetulan, orang-orang dari Suku Ashura mu yang melawan monster lain mungkin membuat kesalahan dan akhirnya menerima luka fatal. Itu akan menjadi kesalahanmu juga.” (Hiiro)

“Uu ... aku ... aku ...” (Kamui)

Kamui menggertak giginya saat ia perlahan meneteskan air mata lagi.

“Apa yang ingin kau lakukan?” (Hiiro)

“... Uu ... uu ...” (Kamui)

“Ketika kau mengatakan kau ingin melindungi semuanya, apakah itu sebuah kebohongan?” (Hiiro)

“Itu ... bukanlah kebohongan ...” (Kamui)

“.. Kau mengatakannya, kan. kau bisa mencium aroma ayahmu dari monster itu.” (Hiiro)

Dengan air mata yang masih mengalir di wajahnya, Kamui mengalihkan matanya ke Hiiro.

“Kemudian mungkin saja bagian kesadaran ayahmu akan terus tinggal di monster itu.” (Hiiro)

“... - !?” (Kamui)

Kamui mengambil napas dalam-dalam sambil menatap monster tersebut. ia melihat sosok monster yang saling memukul dengan Silva, ekspresi sangat marah terpampang di wajahnya. Itu bukanlah ekspresi yang akan dibuat oleh ayahnya. Namun, tak terbantahkan bahwa aroma ayahnya, Rigund, terpancar dari monster.

Bersamaan itu, adegan yang berbeda dilihat mata Hiiro. Untuk sesaat, saat melihat air mata Kamui, permusuhan monster itu mereda. Mungkin itu adalah bagian diri Rigund yang terus berdiam di dalam monster. Tanggapannya melihat ekspresi anaknya yang memancarkan kesedihan.

“Perhatikan baik-baik.” (Hiiro)

Hiiro melihat ke arah monster itu.

“Jika monster itu ayahmu, lalu kau tidak melakukan apa-apa selain menangis di hadapannya? apa itu semua yang dapat kau lakukan?” (Hiiro)

“... ... Ayah.” (Kamui)

“Jangan salah dengan apa yang ingin kau tunjukkan untuk kebaikan.” (Hiiro)

“............” (Kamui)

“Rasa kekeluargaan. Kau berpikir tentang keluargamu. Bahkan ketika ia terlihat seperti itu, kau tidak bisa membunuh ayahmu?” (Hiiro)

Kamui diam-diam menunduk. Hiiro menganggap itu sebagai tanda penegasan.

“Jika itu ayahmu, bukankah itu alasan bagimu untuk mengakhiri ini dengan tanganmu sendiri?” (Hiiro)

“Tanganku ... sendiri?” (Kamui)

“Tidak menyakiti keluargamu. Itu bukan kebaikan; itu hanyalah kau bertindak manja. Melihatnya sekarang, kau tahu apa yang harus kau lakukan. kau tahu apa yang perlu kau lakukan untuk ayahmu, bukan? Dan semua yang dapat kau lakukan hanyalah menangis?” (Hiiro)

“A ... ku ...” (Kamui)

“Kebaikan sejati hanya akan memiliki makna ketika kau dapat menggunakannya sebagai kekuatan. Setidaknya, itulah yang kupercaya.” (Hiiro)

“Hiiro ...” (Kamui)

Sebenarnya, itu adalah kalimat yang pernah dia baca di buku sebelumnya. Namun, juga benar bahwa itu telah meninggalkan kesan cukup mendalam pada dirinya.

Saat mata mereka bertemu, Hiiro perlahan membuka mulutnya.

“Pergilah, selamatkan dia. Tanpa tangan lainnya selain tanganmu sendiri.” (Hiiro)

“.............” (Kamui)

“Tidak ada orang yang benar-benar dapat membebaskan dia dari penderitaannya kecuali anaknya. Apakah kau yakin bahwa kau hanya akan melihatnya tanpa melakukan apapun?” (Hiiro)

Cahaya kehidupan kembali ke pupil mata Kamui.

“Atau akankah kau membiarkan petualang sederhana, seorang penonton yang tidak terlibat sepertiku membunuhnya? Ayahmu? Meskipun aku tidak benar-benar peduli?” (Hiiro)

“... Tidak.” (Kamui)

“ ?” (Hiiro)

“Aku tidak akan membiarkan ... kau melakukan itu.” (Kamui)

“... Lalu apa yang akan kau lakukan?” (Hiiro)

Kamui meletakkan tangannya di bahu Jin-u yang jatuh.

“Jin-u ... Maafkan aku. Tapi ... Ini akan baik-baik saja.” (Kamui)

Saat ia berbicara, Jin-u samar-samar membuka kelopak matanya yang tampaknya berat juga telah ditutup sampai sekarang. Sebuah senyuman kecil mengambang di wajahnya.

“Y ... ya ... Aku akan keluar ... Rigund-sama berada di tangan ... mu.” (Jin-u)

“Un.” (Kamui)

Kamui mengangguk kuat, dan berdiri tegak. Dia berbalik ke Hiiro.

“Tolong jaga ... Jin-u.” (Kamui)

“... Cepat pergilah dan akhiri ini.” (Hiiro)

“Yeah!” (Kamui)

Kamui mulai ke arah monster itu. Hiiro memindahkan matanya ke arah Jin-u.

“Oi jambul. Ini adalah hutang. kau akan membayarnya nanti.” (Hiiro)

“... Ha?” (Jin-u)

Meskipun Jin-u tidak dapat memahami kata-kata yang keluar dari mulut Hiiro, tubuhnya tiba-tiba diselimuti cahaya hangat.

“C-cahaya apa ini ... ini ... terasa menyenangkan ...” (Jin-u)

Seolah-olah ia sedang beristirahat di bawah matahari yang hangat, sensasi angin sejuk memijat tubuhnya. Ini adalah sensasi yang mirip saat sedang berendam dalam bak mandi, kehangatannya disesuaikan dengan suhu yang sempurna. Saat ia sedang menikmati keinginannya untuk terus melnjutkan perasaan ini selamanya, kelopak matanya secara alami mulai turun menutupi penglihatannya .

| Complete Recover | | 完治 |

Dengan kata yang Hiiro gunakan, semua luka Jin-u perlahan mulai menutup sendiri. Selain itu, sihir Hiiro dengan lembut membalut tubuh Jin-u, dan ekspresi aneh muncul di wajahnya saat ada kekuatan yang membuatnya tertidur.

Hiiro merasakan kelelahan pada tubuhnya. Itu memakai MP yang banyak. Dia mengambil item MP Recovery dari sakunya dan melemparkannya ke dalam mulutnya. Dia telah membuat latihan yang teratur untuk membawa mereka hanya saat dia dalam masalah.

(Baik, sekarang semua yang tersisa hanyalah orang idiot itu.) (Hiiro)