Tate no Yuusha Jilid 1 Bab 6 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 19:14, 13 June 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (→‎Referensi :)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 6 : Perangkap dan Seni Pengkhianatan[edit]

Bagian 1[edit]

Hari sudah malam saat kami tiba di ibukota. Kami pun langsung menuju ke toko senjata.

"Ah, ternyata si bocah perisai. Kau tahu, setelah kau pergi tadi, beberapa Pahlawan lain datang ke sini."

Jadi mereka juga membeli perlengkapan di toko ini, huh? Tidak heran penjaga toko bisa sesenang ini.

"Begitu ya. Hei, apa kau mau membeli ini?"

Aku menunjukkan pada penjaga toko semua potongan balon, yang kudapat dari semua Orange Balloon buruan kami hari ini, tapi dia malah menunjuk ke arah pintu.

"Ada sebuah toko di sana yang khusus memperjual-belikan bahan-bahan loot dari monster. Aku yakin mereka akan membayarmu untuk semua benda itu."

"Terimakasih."

"Tidak perlu sungkan. Jadi, apa kau membutuhkan barang lain?"

"Ya. Aku ingin membeli perlengkapan untuk rekanku ini."

Aku memandang ke sekitar toko, dan melihat Mine sedang menatap perlengkapan yang dia inginkan.

"Kali ini berapa uangmu?"

Aku masih punya 680 koin perak yang tersisa. Sebaiknya kugunakan untuk beli apa saja ya?

"Bagaimana menurutmu, Mine?"

"..."

Mine sedang membandingkan beberapa perlengkapan di toko dengan serius, dan sepertinya dia tidak mendengarku. Aku benar-benar butuh pendapatnya sekarang. Lagipula, setelah kita selesai 'berbelanja', kita juga harus punya sisa uang untuk biaya hidup sebulan, tapi biaya penginapan saja aku tidak tahu berapa, apalagi biaya lainnya.

"Perlengkapan untuk rekanmu, ya? Yah, memang itu akan membuatnya jadi lebih kuat..."

"Iya, kan?"

Karena daya serangku sangat rendah, kami harus memfokuskan untuk mempersenjatai Mine dengan perlengkapan yang lebih kuat. Atau setidaknya, itulah rencananya.

"Mungkin nanti harganya akan mahal, jadi bagaimana kalau kita rundingkan harga diskonnya?"

"Selera humor anda cukup 'menghibur', Tuan Pahlawan."

"Baiklah, potong 80%!"

"Apa kau gila!? Naikkan 20%!"

"Kau sudah salah arah, paman! Potong 79%!"

"Bahkan kalau harganya dinaikkan 2x lipat pun, harga itu terlalu bagus untuk sepasang bajingan yang menawar, tanpa melihat kualitas daganganku!"

"Potong 90%!"

"Tch! Naikkan lagi 21%"

"Jangan terus naikkan harganya! Potong 100%!"

"Itu sama saja kau minta gratisan! Ugh, baiklah, aku beri potongan 5%!"

"Itu takkan cukup! Potong 92%!"

Dan terus saja begitu.

Akhirnya Mine kembali ke meja kasir, membawa satu set zirah yang menawan, dan sebilah pedang yang terbuat dari logam asing dan mahal.

"Aku sudah selesai memilihnya, Pahlawan Perisai."

"Jadi semuanya berapa, paman? Tentunya harus sudah dipotong 60%."

"Semuanya 480 koin perak. Potongan 59% sudah yang terendah bagiku! Kalau kau masih menawar, cari saja toko lain!"

Serangan kejutan "menawar harga" ku ternyata benar-benar ampuh untuk menjatuhkan harga. Tapi tetap saja, kalau sisa uangku tinggal 200 koin perak lagi...

"Mine..apa kau tidak bisa lebih pengertian padaku? Aku harus memikirkan biaya penginapan dan biaya hidup lainnya, tahu."

"Tidak apa-apa, Pahlawan Perisai. Kalau aku semakin kuat, kita bisa mengalahkan monster dengan level lebih tinggi, dan mengembalikan uangmu dari penjualan loot nanti, kan?"

Mine pun memohon dengan menekankan dadanya pada lenganku. Kedua matanya berbinar penuh harap.

"B-Baiklah, kalau kau sampai segitunya..."

Kalau dipikir lagi, sisa 200 koin perak ini diberikan padaku sebagai ganti rugi, karena aku tidak punya pengikut. Yang selebihnya berarti memang untuk biaya perlengkapan awal. Kalau dilihat dari sudut pandang itu, kemungkinan besar 200 koin perak ini untuk menanggung biaya bulananku.

...Meski begitu, aku akan mulai merekrut seseorang kalau levelku sudah sedikit lebih tinggi, dan saat aku punya sumber pendapatan yang stabil.

"Baiklah! Kurasa akan kubeli semua yang dia ambil ini."

"Terimakasih banyak! Kau ini benar-benar Pahlawan yang mengesalkan, kau tahu?"

"Ha ha, yah. Aku memang suka berbisnis, tidak lebih."

Dalam banyak game online, aku sangat menikmati saat mencari uang. Aku punya kemampuan luar biasa hingga bisa beli di harga rendah, jual dengan harga tinggi, dan memainkan pelelangan. Perlu kuingatkan, itu semua tidaklah mudah. Dengan banyak informasi dalam genggaman mereka, tawar menawar dengan para pemain dalam game itu cukup sulit!

"Terimakasih, Pahlawan Perisai."

Dengan lembut Mine mencium tanganku untuk menunjukkan rasa terimakasihnya.

...Yeah! Poin Kedekatan: BERTAMBAH! Mulai besok, perjalanan kami pasti akan lebih menyenangkan!

Ahem.

Di samping itu, setelah membeli perlengkapan baru, Mine dan aku pun pergi ke penginapan di kota. Biaya bermalam di sana 30 koin perunggu per malam.

"Kita akan pesan dua kamar."

"Tidak satu saja?"

"Pahlawan Perisai..."

Mine seakan langsung memancarkan aura yang mengancam. Uhh... Sepertinya rencanaku yang ini sudah gagal.

"Kalau begitu, kami pesan dua kamar."

"Baiklah, baiklah. Terimakasih sudah bermalam di sini."

Penjaga penginapan menggosokkan kedua tangan dengan ekspresi mata duitannya, dan menunjukkan pada kami kamar yang kami pesan. Setelah penjaga penginapan 'menjejalkan' banyak info ke dalam kepalaku, kami kemudian mampir ke 'tavern'[1] di sebelah penginapan untuk makan malam. Aku memesan dua porsi menu mewah spesial, yang satu porsinya seharga 5 koin perunggu.

"Aku jadi ingat..."

Aku membentangkan peta yang kubeli di kota saat pulang tadi, dan meminta Mine untuk menjelaskan wilayah di peta ini.

"Yang di sini padang rumput tempat kita berburu hari ini, kan?"

Aku terus mencatat jenis medan yang digambarkan dalam peta, untuk jaga-jaga. Mungkin lebih baik menanyakan ini pada Ren atau Motoyasu, tapi kalau dilihat dari yang mereka lakukan kemarin, mungkin mereka tidak akan memberitahuku apapun. Orang semacam mereka pasti dengan tega, akan melakukan apapun untuk melampaui saingannya. Aku tidak akan kaget kalau mereka memanfaatkan kebodohanku, dan mengarahkanku ke sarang musuh yang kuat atau semacamnya.

Karena itulah, kenapa aku memilih bertanya pada Mine, yang terlihat tahu banyak tentang hal semacam ini.

"Ya, itu benar."

"Dan dari pembicaraan kita sebelumnya, apa perkiraanku benar, kalau hutan ini jadi tempat berburu kita selanjutnya?"

Peta ini menggambarkan medan yang luas di negeri ini. Pada dasarnya, di sini digambarkan dataran yang luas dengan kota benteng di tengahnya. Dari sana, ada beberapa jalan yang mengarah ke hutan dan pegunungan, juga jalan yang bersimpangan dengan sungai dan desa.

Walau begitu, karena petanya terlalu kecil, hanya beberapa desa saja yang digambarkan di sekitar kota. Dan tidak adanya penjelasan dataran apa yang ada di seberang hutan, bisa jadi masalah. Tanpa tahu harus pergi ke mana, dan jenis monster apa saja yang ada, mustahil untuk meneruskan petualangan.

"Ya. Memang tidak digambarkan di peta ini, tapi tujuan kita selanjutnya adalah Desa Raffin, yang berada di sisi lain hutan."

"Hmm..."

"Dan setelah melewati Raffin, di sana ada 'dungeon' yang cocok untuk petualang pemula."

"Dungeon[2]...?"

Memang berburu monster itu hal dasar dalam game online, tapi ini terlalu cepat bagi kami langsung berburu di dungeon!

"Aku tidak yakin kita bisa menemukan benda berharga di sana, tapi tempat itu harusnya cukup untuk menaikkan levelmu."

"Kalau kau berkata seperti itu..."

"Jangan khawatir! Tentu saja monster di sana lebih kuat, tapi dengan perlengkapan baruku ini, akan lebih mudah untuk mengalahkan mereka."

"Ha ha, terimakasih. Kau sudah banyak membantuku."

"Tidak perlu sungkan. Ngomong-ngomong, apa kau mau minum anggur?"

Karena ini adalah kedai minum, mereka menyajikan makanan disertai minuman beralkohol. Namun tetap tidak kuminum sedikitpun.

"Ah, maaf. Aku tidak terlalu suka minuman seperti ini."

Bagian 2[edit]

Bukan karena aku cepat mabuk. Justru kebalikannya, daya tahanku terhadap alkohol sangat tinggi, hingga hampir mustahil bagiku merasa mabuk. Aku memang tidak suka minuman itu. Karena mengingatkanku saat aku pergi minum dengan teman-teman kampus, dan harus melihat mereka yang mabuk dan terus mengoceh, sedangkan aku hanya terdiam mematung seperti orang yang konyol. Itu agak mengesalkan juga.

"Cobalah segelas saja..."

"Serius, lebih baik aku tidak ikut minum."

"Tapi..."

"Maaf."

"Baiklah kalau begitu..."

Mine dengan kecewa menaruh kembali botol anggurnya.

"Bagaimanapun, aku senang kita bisa membicarakan rencana kita untuk besok, tapi sepertinya aku akan tidur duluan."

"Selamat malam, Pahlawan Perisai."

Aku sudah menghabiskan makananku. Jadi aku tinggalkan kedai minum yang ramai itu, dan kembali ke kamar yang kupesan. Setelah sampai di sana, aku lepas zirah rantaiku dan meletakkannya di kursi.

"..."

Aku pun menaruh kantung koin perakku di atas meja. Penginapan ini meminta bayaran di muka, yang berarti sisa uangku menjadi 199 koin perak dan beberapa koin perunggu kembaliannya. Perasaan tidak enak yang kurasakan, mungkin berasal dari instingku karena terbiasa hidup melarat.

Sambil bersiul, kuambil sekitar 30 koin perak dari kantung uang dan menyembunyikannya dibalik perisaiku. Mungkin terkesan terlalu khawatir, tapi itu bisa membuatku merasa lebih tenang.

Banyak hal telah terjadi di hari ini!

Sekarang aku tahu bagaimana rasanya mengalahkan monster, walaupun hanya meletuskan beberapa balon.

Kubaringkan diriku di tempat tidur, dan memandangi langit-langit yang asing dengan perasaan berdebar. Ini memang dunia paralel sungguhan. Seperti malam kemarin, semangat di hatiku masih belum hilang. Masih bisa kurasakan itu. Mulai sekarang, semuanya akan menjadi lebih baik. Lalu memangnya kenapa kalau aku tidak punya banyak pengikut seperti yang lainnya? Aku punya jalanku sendiri. Aku tidak harus menjadi yang terkuat, asalkan aku terus berusaha yang terbaik.

*hoaahm*

Mataku mulai terasa berat. Riuh kegembiraan dari kedai minum sampai terdengar olehku, bahkan aku sangat yakin mendengar suara Motoyasu dan Itsuki di antara mereka. Mungkin mereka akan bermalam di penginapan ini juga?

Aku menjangkau lentera yang menerangi ruangan untuk memadamkannya. Padahal ini belum terlalu larut malam, tapi dengan cepat aku pergi ke alam mimpiku...

***
*cring, cring, cring*

Huh...? Suara apa itu...? Apa orang-orang di kedai minum, masih bangun semalam ini?

*psst psst psst*
*krrsak krrsak*

Sangat panas...sulit melepas pakaiannya...

***

"Ngh?"

Sangat dingin.



Sinar matahari mulai menyilaukan mataku, yang berarti pagi hari sudah tiba. Aku mengusap wajah kusutku, perlahan duduk, dan melihat keluar jendela. Sepertinya aku lebih kelelahan dari yang kukira, karena matahari sudah cukup terik dan tinggi di langit. Mungkin sekarang sekitar jam 09.00.

"Huh?"

Entah sejak kapan, aku tidak mengenakan apapun selain pakaian dalamku. Apa saat tidur aku melepaskan bajuku?

Yah, terserahlah. Tidak masalah juga.

Di luar, jalanan dipadati orang-orang yang melakukan aktifitas harian mereka. Pemandangan akan banyak restoran dan pedagang kaki lima, yang tergesa-gesa menyiapkan makanan, dan gerobak angkutan barang yang lewat, membuatku merasa masih bermimpi.

Dunia ini sungguh menakjubkan. Terlihat ada dua jenis angkutan: kereta kuda untuk penduduk kalangan atas, dan kereta yang ditarik hewan unggas untuk kelas bawah. Kereta untuk kelas bawah ditarik oleh unggas mirip burung unta, yang mengingatkanku pada seekor "chocobo"[3].

Gerobak yang ditarik lembu di sana juga menambah kesan abad pertengahannya.

"Baiklah, waktunya sarapan!"

Kemudian aku mencari pakaian yang kemarin malam (mungkin) telah kulepas di sekitar tempat tidur.

...Aneh? Di mana pakaianku? Zirah rantai yang kutaruh di kursi...juga tidak ada. Yang lebih penting, kantung koin perak yang harusnya ada di atas meja, juga hilang!

Bahkan pakaian dari duniaku, yang sengaja kusimpan pun telah lenyap.

"Kenapa..."

Tidak mungkin!

Apa tadi aku sudah dirampok!? Ini sangat aneh! Apa penginapan ini tidak punya orang yang berjaga sama sekali!?

Bagaimanapun, aku harus beritahu Mine tentang ini! Aku lari keluar kamar dengan membanting pintu, dan mendatangi kamar sebelah.

"Mine! Ini gawat! Semua uang dan perlengkapan kita hilang!"

Tapi berapa kali pun kuketuk pintunya, tetap tidak ada jawaban.

Aku terlalu kalut sampai hampir tidak mendengar suara langkah kaki berat, yang mendekat dari ruangan lantai bawah. Sebelum bisa kutebak apa yang terjadi, aku sudah dikepung oleh beberapa ksatria istana.

Syukurlah! Aku bagaikan melihat secercah cahaya dalam kegelapan. Setelah kujelaskan apa yang terjadi, mereka pasti bisa menangkap pelaku kejahatan ini. Dia akan menyesal berani macam-macam dengan seorang Pahlawan!

"Kalian pasukan dari istana, kan? Kalian harus menolongku!"

Aku memohon pada para ksatria itu dengan sungguh-sungguh. Dan ada di mana Mine sekarang? Ini masalah yang serius!

"Pahlawan Perisai!"

"I-iya?"

Huh? Reaksi mereka terlihat...tidak bersahabat.

"Kau diperintahkan untuk menghadap oleh sang raja. Kami datang untuk menjemputmu."

"Menghadap...? Tunggu, harusnya kalian menolongku dulu! Ada pencuri yang datang kemari dan..."

"Aku bilang ikut dengan kami!"

Para kesatria itu mencengkeram kedua lenganku dengan keras, dan menyeretku menuju aula kerajaan.

"Hei, hentikan! Dengarkan aku!"

Apa yang mereka lakukan ini? Menarikku yang masih memakai pakaian dalam!

"Mine! Miiine!"

Namun para ksatria itu mengacuhkan teriakanku, dan aku dipaksa kembali ke istana dengan menaiki kereta kuda, yang tadi kuanggap sangat mengagumkan. Tidak ada yang berkata apapun padaku. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yang pasti mata mereka - mata mereka jelas-jelas menatapku, seakan aku ini seorang penjahat.

Referensi :[edit]

  1. Tavern adalah bangunan kedai minuman yang menyediakan minuman beralkohol. Biasanya juga terdapat jasa rumah makan dan penginapan untuk pendatang baru, ataupun penduduk yang belum mempunyai rumah.
  2. Dungeon dalam arti harfiah adalah gua atau penjara bawah tanah, tapi dalam game, dungeon adalah bangunan khusus (gua, bangunan yang ditinggalkan, dsb) yang biasanya menjadi sarang monster beserta 'Bos' monster.
  3. Chocobo adalah makhluk fiktif dari video game Final Fantasy. Wujudnya mirip bebek dan burung unta, berukuran cukup besar untuk ditunggangi dan sebagai pengangkut barang.