Tate no Yuusha Jilid 1 Bab 13 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 17:09, 15 June 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (→‎Bab 13 : Ramuan)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 13 : Ramuan

Bagian 1

Matahari sudah terbenam dan udara malam semakin terasa dingin; sebentar lagi biasanya perut Raphtalia akan keroncongan. Membiarkan barang bawaan kami di kamar penginapan, kami pergi ke restoran terdekat untuk makan malam. Tadi baru saja kami memakan beberapa cemilan. Raphtalia membelinya dari suatu toko yang tidak aku tahu, dan aku juga tidak mengerti apanya yang enak dari cemilan yang dia bawa ini. Baguslah, aku harus mencari cara untuk lebih menebalkan dompetku lagi. Kurasa mulai sekarang kami akan tidur di luar lagi.

Karena itu, hari ini akan kubiarkan kau makan sepuasnya!


“Baiklah, tolong buatkan dua porsi menu Delia-set dan satu porsi Neapolitan.”


Setelah menyebutkan pesanan, pelayan itu segera membawakannya untuk kami.


“Ayo kita makan.”

“Mhm.”


Raphtalia mulai makan dengan kedua tangannya lagi. Dilihat dari pertumbuhan tubuhnya, aku masih yakin kalau umurnya sekitar 10 tahun. Karena dia mulai melirik-lirik makananku, aku pun pergi dan memesan porsi tambahan.


“Makanlah karena mulai besok kita akan tidur di luar.”

“I-iia-!!”


Dia pun mengangguk sambil tetap makan, padahal menjawab saat makan itu tidak sopan. Tapi melihat dia makan dengan lahap begini, kali ini aku akan memakluminya. Setelah itu, kami kembali ke kamar kami di mana aku menyadari penampilan Raphtalia sekarang.


“Rambutmu cukup berantakan, biar aku rapikan sedikit.”

“… Iya.”


Karena dia menunjukkan wajah gugupnya, aku menepuk pelan kepala Raphtalia.


“Jangan hawatir, aku tidak akan memotong rambutmu jadi bentuk yang aneh-aneh.”


Di samping itu, penampilannya lah yang sebenarnya terlihat cukup aneh. Menggunakan sebilah pisau, aku mulai merapikan sebagian rambutnya yan terlalu panjang.. Akhirnya aku potong rambutnya sampai sepanjang bahunya.


“Baiklah, segini sudah cukup, ya.”


Dibangingkan penampilan sebelumnya, potongan rambut yang sekarang lebih terlihat rapi. Dengan begini, dia akan terlihat cantik setelah memakai pakaian yang lebih bagus. Dengan percaya diri, Raphtalia pun mulai berputar-putar untuk menunjukkan potongan rambut barunya. Aku tidak tahu kenapa dia bisa sesenang ini. Dan perisaiku bereaksi saat kubersihan sisa potongan rambutnya.

… Tidak pernah terbayangkan olehku.

*wuuush*

Aku membuka jendela status untuk memastikannya. Yah, walaupun Level dan Skill Tree-ku masih belum cukup untuk membuka bentuk baru itu.


“Hm?”


Gawat, dia sudah berbalik melihatku.


“Sekarang, kau harus segerea tidur.”

“Mhm!”


Anehnya dia sekarang menjadi lebih terbuka, tidak seperti kemarin. Yah itu hal yang bagus.

Mungkin nanti dia akan menangis lagi, jadi aku menyibukkan diri dengan meramu obat di dalam kamar.

Suplemen Bernutrisi telah dibuat.
Suplemen Bernutrisi
Kualitas: Buruk -> Sedikit Buruk
Sebuah obat yang menghilangkan rasa lelah, juga manjur untuk memulihkan dari kekurangan gizi dengan cepat.
Obat Pemulihan telah dibuat.

Obat Pemulihan.
Kualitas: Sedikit Buruk -> Biasa.
Sebuah obat yang menyembuhkan beberapa penyakit. Kurang manjur saat dipakai untuk mengobati penyakit yang lebih parah.

Hmm… ada banyak ramuan yang bisa dibuat memakai tanaman obat dari hutan dan gunung. Dengan semua ini, aku bisa menjualnya ke pemilik toko farmasi dengan harga yang cukup tinggi. Walaupun begitu, masih sulit bagiku untuk membuat obat berkualitas tinggi; aku masih belum bisa menyaingi seorang ahli di bidang ini. Dikarenakan juga aku ini seorang Pahlawan Perisai, bukan seorang Tabib.

Bagian 2

… Kalau begitu ayo kita buat perisai ini menyerapnya.

Perisai Kalori telah Terbuka.
Perisai Energi telah Terbuka.
Perisai Kebugaran telah Terbuka.
Perisai Kalori
Bonus Pemakaian: Stamina Tambahan (Sedikit) <Belum Ahli>
Perisai Energi
Bonus Pemakaian: SP[1] Tambahan (Sedikit) <Belum Ahli>
Perisai Kebugaran
Bonus Pemakaian: Penghematan Stamina (Sedikit) <Belum Ahli>

Sampai saat ini, semua perisai yang terbuka hanya memberi bonus pasif. Lagipula ‘stamina’ itu kegunaannya untuk apa? Apakah itu semacam kebugaran fisik? Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri. Akan kucoba saat mencari tanaman obat nanti, tapi… aku khawatir kemampuan bertarungku menjadi semakin tersusul kalau aku terus mempelajari keterampilan pengrajin semacam ini. Aku ingin bonus yang b erguna dalam pertarungan. Atau mungkin aku terus mendapat bonus persai non-pertarungan karena hanya menyerap tanaman obat. Yah, walaupun tidak buruk juga.


“Nn~…”


Sambil meregangkan badan dan bersiap untuk tidur, aku melihat Raphtalia menggosok dan menekan lengan ke matanya agak keras. Sepertinya dia tidak bisa tidur dengan nyenyak; biasanya dia sebentar lagi akan menangis.


“Kya----”


Aku langsung menutup mulutnya dengan tanganku sebelum dia menjerit, dan kurangkul dia sambil menepuk-nepuk pelan kepalanya. Fiuh, syukurlah aku bisa menenangkannya. Tapi dia bisa menangis lagi kalau aku beranjak dari sisinya. Mau bagaimana lagi. Kami pun tidur berdua di tempat tidurnya.



… Terasa dingin. Aku membuka mataku saat cahaya matahari menyinari wajahku. Raphtalia, yang harusya masih tidur di sampingku, gemetar sambil meringkuk di sudut kamar.


“Ada apa?”

“Maafkan aku maafkan aku maafkan aku maafkan aku!”


Aku mengerutkan alisku saat melihat Raphtalia yang terus menggumamkan permintaan maafnya; sedikitnya aku bisa menebak penyebab rasa dingin dari bawah punggungku. Begitu ya… Raphtalia sudah mengompol di tempat tidur. Haaah…

Dia mungkin berpikir kalau aku akan memarahinya. Aku tidak pernah tahu ada seorang anak 10 tahun yang masih mengompol di kasur, tapi aku tidak tega memarahinya, setelah melihat mata ketakutannya itu. Aku hampiri Raphtalia. Aku merentangkan tanganku padanya, dan menenangkannya saat dia meringkukkan badan seperti bola, dan menutupi kepala dengan kedua tangannya.


“Sudah sudah…”


Aku pun menepuk-nepuk lembut bahunya yang masih gemetar itu.


“Kau tidak menyadari saat mengompol di tempat tidur, kan? Ayo, cepat buka pakaianmu agar kau bisa langsung membersihkan badanmu.”


Dan kurasa dia pun membutuhkan baju ganti.


“Eh…”


Raphtalia memandangku dengan heran.


“Kau tidak marah?”

“Bagaimana bisa aku marah pada seseorang yang sudah menyesali perbuatannya? Karena kau sudah menyesalinya, aku tidak akan memarahimu.”


Sepreinya agak berubah warna. Kira-kira berapa aku harus membayar si pemilik penginapan untuk mengganti semua ini… untuk sementara kami akan membawa sepreinya sebagai baju ganti. Setelah itu, aku jelaskan semuanya pada pemilik penginapan, membayar biaya kerugiannya, dan segera pergi untuk membeli beberapa pakaian ganti di toko senjata. Meskipun air dari sumur ini terasa sedikit dingin, aku menyelesaikan mencuci seprei itu dan memasukkannya ke tas bawaan kami. Sepertinya mengeringkan seprei ini di cabang pohon saat kami berjalan ke padang rumput, adalah ide yang bagus.


“Baiklah.”


Mulai terasa sedikit menjengkelkan berjalan dengan Raphtalia yang terus-terusan meminta maaf.


“Sudah kubilang tidak apa-apa!”

“…B-baik.”


Haaah… Dia memang seorang gadis kecil yang penurut. Tapi, aku akan mendapat masalah juga kalau dia sampai tidak bersemangat.

*Krubuuuk*…

Perut Raphtalia mulai keroncongan lagi. Oh, dan wajahnya memerah karena malu.


“Sepertinya sekarang waktunya sarapan.”

“Mhm…”


Raphtalia berjalan di sampingku sambil memegangi tepi bajuku.


“… *uhuk*”

“Baiklah, untuk hukumannya kau harus meminum obat ini.”


Aku memberinya sebuah “obat pemulihan” kepada Raphtalia. Sepertinya dia menderita penyakit kambuhan, penyakit yang mengharuskan minum obat secara berkala, dan obat inilah yang dia butuhkan. Ekspresi wajah Raphtalia langsung menjadi kecut hanya dari menghirup baunya saja. Meski begitu, dia sangat bersemangat karena meminum obat ini adalah hukuman untuknya.


“Uwaa… Sangat pahit…”

“Tahan saja dan minumlah.”

*Glek glek glek*

Wajah Raphtalia menjadi pucat seakan ingin muntah setelah selesai meminum semuanya. Ngomong-ngomong, obat hasil ramuan itu terlihat bisa dijual dengan harga lumayan tinggi. Tapi karena kualitasnya yang buruk, semakin dikecap, rasa obat itu semakin lebih buruk.

Referensi :

  1. SP atau Special Point, adalah poin khusus seorang karakter untuk melancarkan keterampilan bertarung/jurus tertentu. Ada beberapa game yang menyamakan fungsi SP dengan Stamina, tapi di dunia paralel ini, SP dan Stamina itu berbeda kegunaannya.