Tate no Yuusha Jilid 1 Bab 24 (Indonesia)
Bab 24 : [Special Extra : Bab 1] Lawakan (Kebodohan) Pahlawan Tombak
Bagian 1
Namaku adalah Kitamura Motoyasu. Aku ini seorang mahasiswa, dan suatu hari, tiba-tiba aku dipindahkan ke dunia lain - dunia yang mirip dengan game yang biasa kumainkan. Aku dipanggil ke dunia ini sebagai salah satu dari keempat Pahlawan yang ditakdirkan sebagai penyelamat dunia, dan gelarku di sini adalah sebagai Pahlawan Tombak. Aku pikir aku ini cukup beruntung. Dunia ini sangat mirip dengan game yang kutahu, dan aku pun memahami banyak hal tentang game tersebut, dan saat kuterapkan kebiasaanku dalam game itu, tidak lama aku sudah dikelilingi oleh banyak gadis yang manis.
“Hei, nona! Apa kau lagi senggang? Bagaimana kalau kau berkencan denganku?”
Negeri ini telah memberiku sebuah tugas, dan untuk menyelesaikannya, aku harus pergi ke tempat yang disebut Serikat.
Kalau di dalam game, ini adalah tempat di mana para pemain mendapatkan misi sampingan, atau bergabung dalam berbagai event yang sedang berlangsung, dan di dunia ini pun, banyak petualang datang ke sini untuk mencari uang.
“Bagaimana ya... Apa aku lagi senggang? Entahlah...”
Gadis manis itu melihat ke arah tombak besar yang kupanggul di bahuku.
“Apa kau yakin bisa menggunakan tombak itu?”
Aku ulurkan tanganku yang sedang memegang tombak, dan merubah bentuknya tepat di hadapan gadis itu. Ini adalah kekuatan yang dianugerahkan kepada kami, para Pahlawan! Menunjukkan kekuatan senjataku, harusnya cukup untuk menjelaskan siapa aku sebenarnya.
“OOOOH! Kau benar-benar si Pahlawan Tombak! Keren!”
Dia terlihat gembira, dan mulai menjerit dengan nada tinggi khas perempuannya.
Heh, heh, sepertinya ini akan menjadi hari yang menyenangkan.
“Tuan Motoyasu, Serikat sudah menuliskan sebuah ‘permintaan’ padamu!”
Seorang gadis manis berambut merah, mendorong gadis yang sedang kugoda agar menyingkir, dan memberiku sebuah gulungan surat.
“Maaf nona, tapi ada pekerjaan penting yang harus Tuan Motoyasu lakukan, karena itu pergilah.”
“Ta...Tapi!”
Gadis yang memberiku gulungan surat bernama Mine.
Nama aslinya adalah Malty Melromarc. Sebenarnya, sebelumnya dia kasihan pada Pahlawan Perisai dan bergabung dengan grup-nya, tapi Pahlawan Perisai malah mengkhianatinya, jadi Mine lebih memilih untuk ikut denganku. Sumpah, orang itu benar-benar parah. Dia telah dipanggil ke dunia paralel ini, tapi yang dia pikirkan hanya napsu binatangnya saja.
“Apa? Kau ingin bergabung dengan grup Tuan Motoyasu juga?”
Yang berbicara itu bernama Lesty. Dia adalah teman sekolah Mine. Setelah beberapa hari Mine bergabung denganku, Lesty juga ingin ikut dengan kami.
Raut wajahnya terlihat sedikit lebih sinis daripada Mine. Kalau dibandingkan, wajah sinis Mine dan Lesty itu 8 banding 9.
“Perjalanan Tuan Motoyasu dipenuhi banyak rintangan. Apa kau yakin bisa mengikutinya?”
Dan yang berkata begitu adalah Elena. Dia bergabung denganku, sekitar satu minggu setelah aku tiba di dunia ini.
Dia sudah berpetualang denganku cukup lama, seperti Mine dan Lesty.
Anggota grup-ku yang lain pun datang dan pergi silih berganti.
Baru tiga minggu sejak aku tiba di dunia paralel ini, tapi orang-orang yang bergabung selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Tapi, hei, di dunia game pun sering terjadi anggota grup yang bergabung dan pergi. Kalau itu membuat pikiranku terbebani, aku takkan bisa berkembang dan melangkah ke depan.
Saat pertama kali aku tiba di sini, aku mengajak berbagai macam orang untuk ikut berpetualang denganku, tapi tidak lama setelahnya mereka selalu pergi. Aku tidak peduli kalau yang pergi itu anggota laki-laki, tapi aku selalu bersikap lebih ramah kepada perempuan - namun tetap saja mereka pun akhirnya pergi.Bahkan aku sendiri tidak ingat, sudah berapa banyak orang yang pernah bergabung dengan grup-ku. Mereka selalu beralasan, kalau mereka tidak akan mampu membaur dengan anggota grup yang lain - itulah jawaban yang selalu kudapat.
Terserah - lagipula aku juga tidak suka dengan gadis yang manja. Di samping itu, sudah tiga minggu sejak kedatanganku di dunia ini. Aku harus merayakannya dengan para gadis yang masih terus mengikutiku. Tentu saja, itulah yang hari ini akan kami lakukan.
“Kau mau bergabung dengan grup kami?”
“Ya!”
“Baiklah, ayo kita pergi. Siapa namamu?”
“R...Rino.”
“Baiklah, Rino, ayo kita pergi.”
Aku menggenggam tangan gadis itu, dan mengirimkan undangan “party[1]” padanya.
Dia pun menerima undanganku, dan sekarang sudah menjadi anggota grup-ku.
“…”
Aku merasa kalau Mine sedang memelototi Rino, tapi setelah aku menoleh, Mine hanya tersenyum dengan ramah padanya.
“Jadi, apa tugas kita selanjutnya, Mine?”
“Suatu wabah hama telah menyerang desa di barat-daya. Kita ditugaskan untuk melindungi kereta pengangkut bahan makanan untuk mereka.”
Apa ini? Aku sangat yakin pernah menemui tugas seperti ini sebelumnya.
Permintaan yang sama, dengan yang terdapat di gedung Serikat dalam game yang kumainkan.
Tugas itu pun kami terima, level kami juga sudah memenuhi syarat untuk mengambil tugas tersebut.
“Aku mengerti. Kapan dan di mana kita bertemu dengan kereta pengangkutnya?”
“Dari gudang Serikat ini, keretanya akan berangkat besok pagi.”
“Baiklah. Kurasa sekarang kita masih ada waktu luang. Ayo kita berburu untuk menaikkan level kita, setelah malam tiba kita akan berpesta.”
“Yeeeeey!”
Para gadis bersorak kegirangan.
Kurasa semua gadis di dunia ini juga ingin bersenang-senang.
Di samping itu, aku juga memang ingin melepas penat dari pekerjaanku.
“Baiklah, gadis-gadis, kita berangkat!”
“Yeeeeey!”
Kami berencana berburu di tempat terdekat yang telah kutemukan.
Kami pun mencari tempat berkumpulnya para monster, dan mulai berburu.
Seekor monster pun tiba-tiba muncul.
Monster itu disebut Sky Blue Wing, yang wujudnya mirip seekor hewan burung.
Kemampuan terbangnya cukup lemah, dan monster itu bukan tipe pelari cepat seperti Filolial. Tapi tetap saja monster itu menghasilkan EXP yang lumayan banyak.
Memburu monster ini adalah cara paling efisien untuk menaikkan level, saat kau berada di antara level 30 dan 40.
“Semuanya, mundurlah.”
“Oke! Semoga berhasil!”
“Huh?”
kelihatannya Rino belum terbiasa dengan formasi bertarung dalam grup kami, jadi dia melihat ke sekitar sambil kebingungan.
“Kalian para gadis manis tidak cocok dengan pertarungan penuh darah seperti ini. Jadi mundurlah, dan bersoraklah untukku.”
“Oh... aku...”
Yah! Aku melancarkan jurus Air Strike Javelin pada Sky Blue Wing itu, dan mengalahkannya dengan mudah.
Bagian 2
“Woooow! Kau sangat keren, Motoyasu!”
Sorakan mereka benar-benar membuatku bersemangat.
“Tuan Motoyasu! Ada satu monster lagi!”
“Argh!”
“Dan satu lagi!”
“Argh!”
“Tuan Motoyasu, aku haus.”
“Argh!”
“Tuan Motoyasu, apa aku boleh minta cemilan?”
“Argh!”
“Tuan Motoyasu, kami mau istirahat dulu.”
“Argh!”
Kami menghabiskan waktu seharian untuk berburu, dan level-ku pun telah naik.
Aku sudah mencapai Level 43, dan Mine ada di Level 39.
Lesty di Level 38, dan Elena mencapai Level 35.
Rino, si gadis baru, masih berada di Level 20.
“Sudah cukup untuk hari ini. Ayo kita kembali ke kota.”
Aku sudah cukup berkeringat hari ini, jadi kami menghentikan perburuan sebelum matahari terbenam, dan kembali ke kota.
“Ini hari yang benar-benar melelahkan.”
“Kau benar. Kalau kalian tidak hadir dan bersorak untukku, aku mungkin takkan bisa melakukannya.”
“…?”
Rino terlihat kebingungan lagi. Ada apa sih dengannya?
Kupikir dia tidak mau kotor-kotoran untuk bisa naik level, kan?
Tidak mungkin! Semua gadis takkan menyukai hal seperti itu.
“Saat hari sudah gelap, ayo kita berkumpul di penginapan.”
“Oke. Kalau begitu sekarang kami pergi ke pemandian air panas dulu.”
“Ide bagus. Bersenang-senanglah.”
“Daah...”
“Um...”
Rino sepertinya tidak mengerti dengan perkataan mereka. Itu adalah cara para gadis untuk mempererat ikatan pertemanan mereka. Aku ini bukan orang yang senorak itu, yang akan ikut campur dengan urusan pertemanan mereka.
Yah, baiklah, kegiatan latihanku tadi sudah selesai. Aku harus pergi ke pasar, dan membeli beberapa makanan.
Kemudian aku membeli banyak makanan, membawanya ke dapur penginapan, dan mulai memasak. Hidangan yang kusiapkan pun selesai dimasak saat malam hari tiba.
“Oh, Tuan Motoyasu, kami pulaaaang!”
Aku sudah berpesan pada pemilik penginapan, untuk memberitahu para gadis untuk pergi ke dapur, saat mereka tiba.
“Um... Apa yang kau lakukan di dapur?”
“Oh, aku sedang membuat kejutan untuk... Hei, di mana Rino?”
“Saat kita berburu tadi siang, dia sadar kalau dia takkan mampu mengikuti gaya pertarungan kita. Dia pun memutuskan untuk meninggalkan grup kita, dan berkata, ‘Terima kasih untuk semuanya, aku harap kita bisa bertemu lagi.’.”
“Oh…”
Lagi-lagi anggota grup-ku pergi? Seakan tidak ada seorangpun yang cocok dengan grup-ku.
Apakah ini dikarenakan Mine dan temannya adalah keturunan bangsawan?
Setidaknya, mereka harusnya masih bisa satu dengan yang lain, tapi masih saja hal ini terjadi... Di samping itu, aku menganggap semua anggota di grup-ku ini sama! Aku menyukai mereka semua.
“Jadi, malam ini apa yang akan kita lakukan?”
“Yah, benar juga, hari ini adalah peringatan minggu ketiga sejak aku dipanggil ke dunia ini. Aku ingin merayakannya dengan semua rekanku, jadi aku memutuskan untuk memasak makanan untuk kita.”
“Wooow!”
Mereka semua melirik hidangan yang telah kusiapkan.
Ini adalah masakan yang biasanya aku buat di dunia asalku, jadi aku agak ragu apa mereka akan menyukainya. Aku sudah mencicipinya sendiri, untuk memastikan rasanya.
Aku cukup terbiasa memasak, dan aku tidak pernah mendapat keluhan apapun dari masakan yang kubuat.
Di samping itu, aku ini seorang yang jenius saat berurusan dengan dapur. Aku bisa memasak apapun, dan semua gadis pun menyukai masakanku.
“Aku tidak tahu kalau kau bisa memasak! Kau benar-benar bisa melakukan semuanya, Tuan Motoyasu! Kau luar biasa!”
“Ya, dan kau pun sangat berbakat. Seorang Pahlawan sejati!”
“Mereka benar! Perutku langsung keroncongan hanya karena melihat masakannya saja!”
“Aku hebat, kan? Silahkan dimakan, gadis-gadis manis!”
Semuanya mengatakan kalau masakanku ini enak, dan mereka juga makan cukup banyak.
Tapi, rasanya aku terlalu banyak membuat masakannya, karena ada banyak makanan yang tersisa.
“Selamat tidur.”
Setelah kami selesai makan malam, kami pun pergi mandi, setelahnya kami mengobrol sebentar, sampai para gadis pergi ke kamar mereka masing-masing.
Tapi untukku, malam ini masih belum berakhir.
Sepertinya para gadis cukup kelelahan, hingga tidak bisa mengobrol lebih lama di sepanjang malam ini, tapi aku masih belum mau tidur. Aku memutuskan untuk mendatangi bar.
Aku tinggalkan penginapan, dan berjalan melewati jalan gang yang gelap. Dan jalan itu membawaku ke area yang berumput di belakang bangunan penginapan.
“Ah… Aku... Tidak…”
Aku bisa mendengar beberapa orang sedang melakukan sesuatu. Suara mereka bergema dari arah sebuah bangunan yang kecil. Sepertinya mereka sedang bersenang-senang.
Di manapun kau berada, selalu saja ada orang-orang yang memamerkan perbuatan cabul mereka. Oh, terserah. Bukan berarti aku harus ke sana, dan menyelamatkan gadis yang dijadikan pemuas napsu itu. Lagipula, memang itulah pekerjaan sehari-hari gadis itu.
Tapi suaranya terdengar mirip dengan Rino. Aku yakin, ini pasti hanya kebetulan saja. Rino adalah seorang petualang, dan dia juga terlihat seperti gadis yang berpikiran panjang. Tidak mungkin dia melakukan pekerjaan seperti itu.
“Ah! Oh! Siapapun! Tolong aku!”
Aku rasa si “pelanggan” mulai bermain kasar. Aku terus membayangkan hal itu, sembari terus berjalan di sepanjang kota. Akhirnya, aku menemukan sebuah bar yang kelihatan bagus.
Bagian 3
“Haaaaaah!”
“Uoooah!”
“Dia... Dia terlalu kuat. Lihat saja tombaknya itu!”
“Apa kau juga... berpikir kalau dia ini Pahlawan Tombak?!”
“Aku takkan memperkenalkan diri pada sampah seperti kalian!”
Kami sedang berada di tengah misi untuk melindungi kereta, dan barang yang diangkutnya.
Perjalanan kami aman-aman saja, sampai kami dihadang oleh beberapa bandit. Aku pun mengalahkan mereka semua.
“Wow! Kau luar biasa, Tuan Motoyasu!”
“Itu benar! Kau mengalahkan mereka dengan mudah! Rasanya aku langsung jatuh cinta padamu!”
“Berjuanglah, Motoyasu!”
“Oh, sudahlah, gadis-gadis manis...”
Aku ikat semua bandit itu, dan meninggalkan mereka di pos penjaga terdekat dengan desa. Kupikir nama desa itu adalah Riyuuto.
“Hm?”
Rasanya aku baru saja melihat Naofumi pergi ke gunung, bersama seorang anak perempuan yang dekil.
Mungkin itu cuma perasaanku saja?
Lagipula, gadis kecil itu terlihat seperti bocah kampung. Dia juga bukan gadis yang manis.
Terserah, aku harus kembali bekerja.
Tidak lama, kami tiba di sebuah desa yang diserang wabah hama.
“Oh, makanan telah datang! Terima kasih, Pahlawan Tombak!”
“Oh, itu bukan apa-apa. Pastikan semua makanan ini dibagi rata untuk setiap warga desa.”
Para penduduk itu pun mengelilingi kereta pengangkut makanan yang kami kawal tadi.
Di antara mereka, terlihat anak-anak yang kurus dan kelaparan.
Sangat miris saat aku melihat mereka. Aku harus menyelesaikan tugasku ini.
Tapi sebelum itu...
“Kau sangat manis! Mau kutraktir minum teh?”
“A-aku...”
Sungguh, di dunia manapun kau berada, para gadisnya terlihat sangat manis. Dan karena sekarang aku mulai kelelahan, kami memesan kamar di penginapan desa itu.
Keesokan paginya, aku bangun, dan pergi ke kamar tempat para gadis rekanku tidur.
“N… Muuu…”
Aku terus memandangi wajah tidur Mine. Dia menggumamkan sesuatu yang aneh.
Aku memutuskan untuk mencoret-coret wajahnya. Dia begitu terkejut saat terbangun dan melihatku.
Plak!!!
“Pahlawan Tombak... Kau mau pergi kemana?”
Sebagian wajahku menjadi merah karena Mine menamparku, hukuman yang pantas karena “menuangkan kreatifitas-ku” di wajahnya. Aku baru kembali, dari membicarakan sesuatu dengan kepala desa.
“Aku mau... Kau tahu, mengatasi masalah hama yang menyerang desa ini.”
“Tuan Motoyasu, hari ini kita akan pergi ke mana?”
“Kita akan pergi ke dungeon terdekat dari sini. Ada sebuah item yang bisa membantu desa ini.”
“Oh, kau benar-benar tahu tentang semuanya ya, Tuan Motoyasu?”
“Jangan membuatku malu begitu. Ayo kita berangkat.”
Ya, ada sebuah dungeon di dekat sini. Dan ada suatu benda di dalam reruntuhan di sana, yang akan memecahkan masalah desa tersebut.
Sebenarnya, harusnya aku melakukan beberapa penelitian dulu, melalui buku-buku di perpustakaan istana. Tapi karena aku sudah mendapat informasi dari “sumber lain”, harusnya sudah cukup bagiku.
Di samping itu, semakin cepat kita memberantas masalah hamanya, semakin sedikit pula penduduk desa yang menderita.
Lagipula, itulah tujuanku setelah datang ke mari. Kami pun tiba di reruntuhan tersebut.
Dungeon ini punya tiga tingkatan lantai. Banyak petualang mengatakan, tempat ini bisa “dibersihkan” sendirian setelah mencapai level 30. Ini seperti misi di awal-awal game. Kalau saja ini dunia game, mungkin kita bisa mengatur tingkat kesulitan dari “instant dungeon” ini, agar mengimbangi level-kita sekarang. Di “Instant dungeon”, semua monster di dalamnya hanya bisa dilawan olehmu dan rekan-rekanmu saja. Selain adanya sistem peta di sana, pemain lain juga takkan bisa bertemu denganmu di dalam dungeon itu. Jadi kau bisa menghabisi semua monster di sana dengan rekan-rekanmu tanpa khawatir diganggu oleh pemain lain. Sejujurnya, dengan level kami yang sekarang, membersihkan dungeon ini akan cukup mudah. Dinding dungeon itu terbuat dari batu, dan butuh satu jam berjalan kaki dari desa untuk sampai ke sini. Bangunan dungeon-nya berdiri di sebuah tebing kokoh, yang tanahnya berwarna merah... mirip seperti dalam game yang pernah kumainkan. Kami memasuki reruntuhan yang berbau menyengat itu, dan menyalakan semua lilin di jalan masuk ke sana. Aku ingat ada suatu sistem perangkap di dungeon ini.
“Jangan sampai kita mendatangi terlalu banyak monster di sini, walaupun dengan level kita sekarang, kita akan baik-baik saja.”
“Oke!”
Baiklah, kupikir perangkapnya berhubungan dengan lilin yang kami nyalakan saat memasuki dungeon tadi. Keberhasilan atau kegagalan kami, tergantung pada aktif atau tidaknya ranjau tersebut.
Dan kalau kami gagal, kami harus memulai membersihkan dungeon ini dari awal lagi.
Dan sistem perangkapnya seperti ini: sebelum lilinya habis meleleh, kami harus mengalahkan monster Golem[2] di sisi paling belakang dungeon.
Dalam game, waktu menyelesaikan tantangan semacam itu sekitar tiga puluh menit. Untuk bisa berhasil, kami harus sampai ke tingkat terendah lantai dungeon. Mungkin jalur di dalam dungeon-nya dirancang seperti labirin, tapi aku sudah hafal jalannya.
Walau ada beberapa versi labirin di dungeon ini, aku sudah menghafal semuanya, jadi tidak akan ada masalah.
Atau begitulah yang kupercaya. Ternyata kami terus menemui jalan buntu.
Yah, cukup aneh juga. Kalau di dalam game, harusnya jalan yang kulewati sudah benar.
Meski begitu, kami berhasil sampai di tingkat terakhir dungeon sebelum waktunya habis. Udara di ruangan di sini terasa sejuk. Dindingnya terbuat dari batu, namun berwarna biru dan agak tembus pandang seperti es.
Tempat ini bernuansa mistis dan menakjubkan.
“Wow…”
Mine dan yang lainnya terkesan saat melihat ke sekeliling.
"Baiklah, peti harta seharusnya ada di sebelah sana."
Aku menunjuk ke arah sebuah peti berhias di ujung ruangan ini.
"Tapi ada benda apa di dalamnya?"
"Di dalamnya ada Bibit Ajaib yang bisa menyelamatkan para penduduk desa. Tapi kita harus mengalahkan monster yang menjaganya dulu."
"Apa maksudmu?"
"Saat kau mendekati peti itu, akan jatuh batu besar dari atas, yang berubah menjadi sebuah golem. Jangan khawatir, golem itu tidak terlalu kuat. Kalau kalian membantuku dengan sihir kalian, kita bisa menanganinya."
"Baik!"
"Kami akan mendukungmu!"
"Karena kau tahu segalanya, kau pasti bisa melakukannya, Tuan Motoyasu!"
"Aku tahu, aku tahu. Sudah, jangan membuatku malu begitu."
Bagian 4
Kami pun mendekati peti harta tersebut. Seperti biasa, aku jalan duluan dan para gadis itu mengikutiku. Dan seperti yang kukira, golem itu jatuh dari atas ruangan ini.
"HRAAAR!"
Golem batu itu mengangkat lengan beratnya untuk menyerangku.
"Aku akan melindungimu! Wing Blow!"
"First Aqua Shot!"
"Kau pasti bisa!"
Diserang oleh jurusku, dan sihir dari para gadis, golem itu pun rubuh dengan cepat. Di antara bebatuan yang rubuh itu, inti golem tersebut melayang di udara.
“Haah!”
Sebelum golem itu bangkit lagi, aku segera menebas inti tersebut menjadi dua.
"Ha! Rasakan itu!"
"Kau sangat kuat, Tuan Motoyasu!"
"Ya! Kau sudah menghabisi golem raksasa itu!"
"Kau sangat hebat!"
Mereka terus bersorak untukku.
"Oh, ayolah, itu belum seberapa...Aku cuma bercanda! Aku ini memang hebat! Hahaha!"
Baiklah, saatnya membuka peti itu, untuk mendapatkan bibitnya.
Begitulah yang kupikirkan. Namun...
Tiba tiba terjadi gempa yang kuat. Lantai tingkatan ini terus berguncang.
"A... Apa yang terjadi?!"
"Apa ini gempa bumi?!"
"Ini... Ini..."
Perasaanku tidak enak.
"Ini sangat aneh. Padahal kita tidak mengaktifkan perangkapnya..."
"Apa yang terjadi?!"
"Kalau kau melakukan hal yang memicu perangkap, dungeon ini akan rubuh. Tentu ada jalan untuk keluar dari tempat ini, tapi nanti kita harus mengulang dari awal lagi. Dan untuk bisa keluar dungeon, untuk hukumannya, akan ada monster yang menanti kita."
Ada sebuah item lain yang bisa kita dapat di dungeon ini, tapi sepertinya kami tidak terlalu membutuhkannya.
Saat aku memainkan game MMORPG versi beta[3], ada banyak jenis perlengkapan kuat yang bisa kita dapat, dari mengalahkan monster dalam event hukuman dungeon... Tapi untuk sekarang, kita harus fokus dengan tugas yang lebih mudah.
"Apa?"
Aku tidak mengerti. Harusnya kami punya waktu sepuluh menit lagi.
"Apa yang menjadi pemicu perangkap ini?"
"Kalian ingat lilin yang kita nyalakan saat pertama memasuki dungeon? Kita harus bisa mengalahkan golem itu sebelum lilinnya padam atau habis. Dan tentu saja kita bisa menyalakan lilinnya lagi, kalau syarat waktu membersihkan dungeon-nya masih tersisa. Tergantung tingkat kesulitan yang kita ambil, kita terpaksa harus menyalakan lilinnya berulang kali, kalau kita tidak bisa mengalahkan monster-nya dengan cepat."
“Huh…?”
Mine terlihat bingung.
“Ada apa?”
“Yaah, kupikir kita tidak membutuhkan lilin itu, jadi aku tiup saja.”
“Apaaaaaaa?!”
Tepat di saat aku berteriak, lantai yang kami injak pun runtuh.
“Wooooaaaaahhhh!”
“Yaaaaaaaahhhh”
Kami terjatuh menuju semacam lereng menurun, dan kami terus tergelincir dengan cepat.
“M…Mine!”
“Tuan Motoyasu!”
Aku mengulurkan tanganku, tapi sebelum kami bisa menggenggam tangan rekan yang lain, kami semua terpencar ke arah yang berbeda, dan saling terpisahkan oleh dinding jalur itu.
“Di mana ini?”
Kami sudah tidak lagi tergelincir. Aku pun menyalakan obor, dan melihat ke sekeliling.
Jika ini mirip dengan di dunia game, jalan yang kami lalui ini pasti akan saling bertemu.
Aku membayangkan petanya di pikiranku, dan mulai berlari.
Memang monster di dungeon ini bisa diatasi oleh Mine dan yang lainnya, tapi kurasa kita lebih baik terus bersama.
“Kau tahu?”
Aku mendengar seseorang berbicara.
“Pria bodoh itu harusnya mengaku saja. Iya kan?”
“Dia sering memandangi bokong dan dada kita. Itu membuatku merinding.”
“Dia bahkan mencoret-coret wajahku saat aku tidur! Dia harusnya tahu diri.”
“Tapi dia gampang dimanfaatkan karena dia itu bodoh. Dia punya uang, dan dia juga seorang Pahlawan, jadi kita bisa melakukan apapun yang kita mau.”
“Aku setuju!”
“Dan tetap saja, contohnya masakan yang dibuatnya kemarin? Itu benar-benar aneh!”
“Lidahku yang malang. Makanan aneh dari dunia lain itu, benar-benar menjijikan!”
“Aku setuju!”
“Bagaimana dengan gadis yang kemarin bergabung dengan kita? Dia juga benar-benar bodoh!”
“Oh, aku juga berpikiran sama! Apa kau ingat bagaimana kita “menjual”nya di tempat itu? Aku hanya bilang kita akan pergi ke pemandian air panas, dan dia menurut saja saat disuruh masuk ke tempat itu! Dia sangat mudah ditipu! Aku sendiri sampai sulit berhenti tertawa karenanya!”
Aku ingat sekarang. Tema dari dungeon ini adalah pengkhianatan.
Ada kemungkinan 30% monster yang disebut Voice Fighter menghadangmu di sini, dengan meniru suara dari rekan-rekanmu. Itu adalah jebakan, di mana monster itu mengucapkan hal-hal buruk yang tidak ingin kita percaya. Tentu saja, di dalam game, kau tidak bisa mendengar suara asli, tapi karakter-mu akan dibuat bingung[4] karenanya.
Yang kudengar sekarang, seakan Mine dan yang lainnya sedang mengatakan hal yang buruk.
Aku pun berbalik, dan sadar kalau aku sedang berada di suatu tempat yang terbuka.
Mine dan yang lainnya pun ada di sini. Mereka baru mengalahkan seekor Voice Fighter, yang sedang mengambil wujud seekor kelelawar.
Bagian 5
“Oh! Tuan Motoyasu!”
“Hei, apa kalian baik-baik saja? Tempat ini dihuni monster berbahaya, yang bisa mempermainkan pikiran kalian.”
“Kami baik-baik saja!”
Itu benar. Mereka mengalahkan monster itu sebelum aku tiba. Baguslah.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Karena kita baik-baik saja, ikuti aku.”
Aku menunjuk ke sebuah jalan keluar. Kami pun mengikuti jalan itu, dan tiba di luar dungeon.
Kami baru sebentar berada di dalam dungeon, tapi matahari-nya terlihat menyilaukan.
“Ok, kalian jagalah semua lilin di jalan masuk ini. Aku akan menghabisi monster sampai tingkat paling bawah.”
“Baik, Tuan Motoyasu!”
“Ya! Kami akan melindungi lilinnya sampai tetes darah penghabisan!”
“Serahkan saja pada kami!”
“Itu benar!”
Aku berlari ke dalam dungeon, dan mengambil Bibit Ajaib yang tersimpan di sana.
Aku juga menyerap inti golem, dan beberapa batu dari reruntuhan golem itu dengan tombakku.
Bonus pemakaiannya adalah peningkatan status. Pasti akan berguna ke depannya.
Kami pun kembali ke desa, dan memberikan Bibit Ajaib tersebut kepada kepala desa.
“Apa ini?”
“Ini adalah sebutir Bibit Ajaib, yang akan menghasilkan banyak makanan. Ini akan menyelesaikan masalah hama di desamu, jadi aku kira kau mau membelinya.”
“Ini... Bibit ini?”
“Ya, bibit ini tersembunyi dan tersimpan di sebuah dungeon terdekat. Manfaatkanlah dengan baik.”
“Tapi dungeon itu harusnya telah disegel, oleh seorang ahli kimia yang kuat dan jahat.”
“Apa?”
“Oh, bukan apa-apa. Kalau Pahlawan Tombak sudah berkata begitu, berarti ini pasti Bibit yang sesungguhnya.”
Kepala desa itu tersenyum, dan menanamkan Bibit itu di sawah.
Bibit tersebut langsung tumbuh dan menghasilkan makanan. Para penduduk desa pun bersorak bahagia.
“Terima kasih banyak, Pahlawan Tombak!”
“Ha ha ha! Itulah alasanku datang ke dunia ini, untuk menyelamatkan dunia!”
Lega rasanya kalau kita bisa membantu orang lain.
“Oh, hei? Saat kalian mencapai level 40, kita harus kembali ke kota untuk meningkatkan class kalian.”
Berbeda dengan di dalam game, keempat Pahlawan tidak bisa merubah atau meningkatkan class-nya. Tapi Mine dan yang lainnya bisa melakukannya.
Perubahan class adalah sebuah upacara yang harus kau lalui, untuk meningkatkan batas level maksimal karakter-mu, dan meningkatkan atribut status-nya.
Upacaranya diberlakukan di tempat disimpannya Dragon Hourglass.
Mine cukup berbakat dengan sihir, jadi kalau di dalam game, dia mungkin akan berubah class menjadi wizard[5]. Kalau begitu, aku akan membuatnya menjadi wizard level tinggi.
Di samping itu, karena aku tahu cara kerja dunia ini, jadi semua keputusan yang kupilih pastilah yang terbaik.
“Baik!”
“Wow! Tidak terasa sudah waktunya naik class?!”
“Hebat! Nanti kami bisa melakukan lebih banyak hal untukmu! Kami ingin terus membantumu, Tuan Motoyasu!”
“Itu benar!”
Aku pun mengacungkan tinjuku ke langit, dan meresapi kemenangan kami.
Lalu aku remas bokong Mine.
“Apa-apaan itu?! Oh, Tuan Motoyasu, kau harusnya lebih bisa mengendalikan diri.”
“Ahahaha!”
Sungguh, dunia ini begitu menyenangkan.
Aku tahu semua hal yang diperlukan dari game, dan semua gadis menyukaiku.
Di samping itu, wanita ganas yang terlah membunuhku juga tidak ada di dunia ini.
Sangat menyenangkan! Aku sampai tidak bisa berhenti tertawa.
Gelombang bencana akan datang enam hari lagi. Dan aku tidak sabar untuk menghadang gelombang tersebut.
Begitulah kegiatan kami sehari-hari: menaikkan level dan bersenang-senang.
Dan kami pun masih bersemangat saat menuju ibukota.
Itu adalah tempat yang menakjubkan baginya, sebuah tempat yang dipenuhi kegembiraan.
Dia pun bangga bisa berada di sana.
Dalam kisah “Empat Senjata Suci”, diceritakan bahwa Pahlawan Tombak sangat peduli dengan teman-temannya.
Namun kalau dia masih belum bisa membedakan antara kebaikan dan kenaifan, takdir seperti apa yang akan dia temui?
Di saat itu, dia bukanlah Pahlawan yang sebenarnya.
Dia tidak lebih hanya seorang pelawak.
Dia hanya mendengar apa yang dia mau, dan mengabaikan apa yang membuatnya marah.
Kepercayaannya terhadap teman-temannya itu tidak berdasar, yang nantinya akan membuatnya menemui bahaya yang besar.
Apa yang terjadi pada desa yang dia selamatkan? Jawabannya tidak tertuliskan dalam kisah Pahlawan tersebut.
Kisah ini diwariskan seorang sage[6] yang mengirim seekor burung keramat.
Namun itu saja belum cukup untuk menghentikan semua gelombang besar yang akan datang.
Pada akhirnya, semuanya akan ditelan oleh gelombang kehancuran...
==
- ↑ Party adalah sistem kelompok beberapa pemain dalam game online. Seseorang bisa membentuk party dan mengundang pemain lain agar ikut bertarung bersamanya.
- ↑ Golem adalah benda mati yang diberi kekuatan sihir yang rangkaiannya rumit, hingga telihat seperti hidup dan bisa dikendalikan oleh si pengguna sihir tersebut. Golem biasanya dibentuk dari tanah liat, lumpur, batu atau besi. Meskipun pergerakannya lambat, Golem adalah petarung yang tangguh dan kuat.
- ↑ Game versi “Beta”, adalah versi game yang masih dalam tahap pengembangan, atau perangkat lunak untuk melakukan tes kualitas dari video game tersebut. Tujuan utama dari proses tes game, adalah untuk menemukan dan mencatat bagian perangkat lunak yang cacat (atau disebut “bug”). (dikutip dari Wikipedia)
- ↑ Di dalam game RPG, efek Confused atau Stun (bingung) adalah efek yang membuat suatu karakter tidak bisa berbuat apa-apa (tidak bisa menyerang, memakai sihir, bergerak, dll).
- ↑ Wizard kurang lebih class tipe penyihir yang kebanyakannya adalah protagonist, yang sihirnya lebih fokus ke satu bidang/elemen saja dengan memakai rapalan/kertas/buku sihir, dan sihirnya digunakan dengan bijak (berasal dari kata “wise” dan “ard” yang berarti “bijak”). Biasanya kemampuan sihirnyadidapat dari proses pembelajaran (tidak alami atau langsung bisa menguasai). (dikutip dari forum diskusi KASKUS)
- ↑ Sage adalah penyihir seperti Wizard tingkat tinggi, dan mempunyai kemampuan lebih, salah satunya bisa menjinakkan hewan, dan menguasai beberapa elemen sihir. (dikutip dari forum diskusi KASKUS)