Tate no Yuusha Jilid 1 Bab 12 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:27, 3 July 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (→‎Bagian 1)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 12 : Milikmu adalah Milikku[edit]

Bagian 1[edit]

Sekitar tengah hari, aku terbangun dan melihat Raphtalia yang masih menungguku.


“Apa kita jadi pergi ke ibukota? *Uhuk*.”

“Ha ha.”


Dia mulai batuk lagi. Aku langsung memberinya “obat biasa” dan Raphtalia meminumnya sambil menahan pahit.

Setelah itu, saatnya pergi ke toko farmasi untuk urusan bisnis.


“Hmm… kualitas semua obat yang kau bawa tidak begitu buruk. Tuan Pahlawan, apa kau memang mengetahui ilmu farmakologi?”


Karena sekarang aku sudah cukup akrab dengan penjaga toko farmasinya, aku bisa melihat beberapa cara membuat obat darinya.


“Tidak, ini adalah pertama kalinya aku membuat obat sejak kemarin. Kalau dibandingkan dengan menjual tanaman obat mentah, yang mana yang lebih menguntungkan?”

“Itu pertanyaan yang cukup sulit. Walaupun tanaman obat mudah didapat karena harganya, ramuan obat lah yang seringkali menjadi penyelamat.”


Meskipun peramu obat itu mengerutkan keningnya saat melihat Raphtalia. Tapi menurut penilaianku, dia tidak sedang berbohong dan berbicara sejujurnya.


“Harga ramuan obat melambung tinggi sejak ramalan legenda muncul, dan sekarang banyak orang yang ingin membelinya.”

“Hmm…”


Mempertimbangkan resiko gagal dalam pembuatannya demi harga jual yang lebih tinggi, atau langsung menjual bahan mentahnya; belum bisa dipastikan yang mana yang lebih menguntungkan. Walau begitu, semua halnya pasti punya kelebihan masing-masing. Tidak ada ruginya kalau aku terus mengumpulkan bahan yang lebih banyak.


“Hei, apa nanti berarti, kau takkan membeli di tokoku lagi?”


“Bukankah aku sudah bilang sebelumnya: ‘Dua minggu ke depan, aku akan menjual tanaman obat lagi ke sini’.”


Peramu obat itu paham dengan jawabanku, dan tertawa setelah melihatku dengan ekspresi anehnya. Kali ini dia memberiku beberapa peralatan untuk meracik obat, dan mengajariku cara memakainya, dengan mengambil tanaman obatku (meski tetap membeli ramuan obatku) sebagai imbalannya. Aku mendapatkan banyak alat selain mortar. Yang lainnya adalah semacam peralatan laboratorium, seperti: alat pengukur, flask [1], dan alat penyuling air. Semua peralatan ini bisa kugunakan agak lama sebelum harus membeli yang baru.


“Karena peralatan itu sudah menjadi penunggu gudang kami, mungkin tidak akan bisa bertahan lama.”

“Setidaknya ini cukup untuk dipakai seorang pemula.”


Di samping itu, dengan ini, aku bisa mencoba resep yang lebih rumit. Untuk sekarang, aku harus menyingkirkan semua potongan balon ini dari tasku. Saat kami berjalan menuju saudagar pembeli potongan Balloon, aku melihat beberapa anak yang memainkan sesuatu. Sepertinya potongan balon yang akan kujual ini, bisa dibuat menjadi balon utuh yang bisa dijual. Anak-anak itu memainkan benda tersebut seperti memainkan sebuah bola. Raphtalia melihat ke arah mereka dengan iri.


“Hei, benda apa itu?”

“Ya?”


Aku menunjuk bola yang sedang dimainkan anak-anak itu, dan bertanya.


“Yah, itu adalah hasil kerajinan yang kami buat dengan potongan balon.”

“Begitu ya, lalu apa kau bisa membuatkan yang baru dengan bahan yang kami bawa ini?”

“Eh, yah… tentu saja kalau kau mau.”


Kami pun pergi ke saudagar loot untuk menjual hasil buruan kami, dan kembali lagi dengan uang hasil penjualannya. Pengrajin tadi kemudian memberikanku sebuah bola yang terbuat dari potongan balon.


“Tangkap.”

Tate no Yuusha Volume 1 Color 3.jpg

Aku melempar bola itu dan Raphtalia menangkapnya. Raphtalia memandangi bola itu dan wajahku bergantian, dengan matanya yang terbuka lebar.


“Kenapa? Kau tidak suka dengan bolanya?”

“M-. Mhm.”


Raphtalia menggelengkan kepala, dan tertawa dengan riang setelahnya. Ini pertama kalinya aku melihat dia tertawa.


“Setelah kita selesaikan pekerjaan hari ini, kau boleh memainkan benda itu.”

“Horee!”


Dia sangat bersemangat hari ini. Dan itu adalah kemajuan yang bagus. Karena Raphtalia yang bersemangat akan membawakan lebih banyak keuntungan untukku. Setelah itu kami kembali berburu di hutan, membasmi banyak monster, dan mengumpulkan tanaman obat seperti yang kemarin kami lakukan. Berkat pertahananku yang bertambah, kami bisa menelusuri hutan lebih dalam. …Sepertinya kami akan menemukan sebuah desa kalau terus melewati hutan.

Meski begitu, aku menolak mengikuti saran si jalang itu. Dengan ini saja kami sudah mendapat keuntungan dan menemukan berbagai macam hal. Mungkin semakin banyaknya panenan yang kami dapat, karena kami terus mendekati area kaki gunung.

Oh? Kami bertemu dengan musuh yang baru. Seekor makhluk berbentuk mirip-telur. Sepertinya makhluk ini punya hubungan famili dengan monster Balloon.


“Ini pertama kalinya kita melawan monster itu. Aku akan maju duluan. Saat kuberi tanda, segeralah maju untuk membunuhnya.”

“Iya!”


Itu jawaban yang bagus.

Aku langsung menyerang monster itu, monster itu juga berbalik ke arahku dan mengeluarkan taringnya.

*Bukk!*

Serangannya tidak menimbulkan damage apapun. Bahkan tidak terasa sakit atau geli. Pisau Raphtalia melesat di udara, dan dengan mudah menancap tepat ke badannya.


“Taha!”


Kami semakin tangguh dalam membersihkan monster dibanding kemarin..

Seekor Eggy. Salah satu monster yang pernah kami temui sebelumnya. Diikuti dengan suara retakan, akhirnya cangkang Eggy hancur berkeping-keping, dan menyipratkan kuning telur ke sekitarnya saat monster itu mati.


“U-uek, menjijikan!”


Apa cangkangnya bisa dijual? Sayang sekali kalau tidak ada harganya. Dan dari bau busuknya, kurasa kuning telurnya juga tak bisa dimakan. Aku menempelkan cangkang itu agar diserap oleh perisaiku.

Karena sudah terbiasa, Raphtalia mampu menusuk Eggy itu dengan lebih lihai.

Perisai Telur telah Terbuka.
Perisai Telur
Bonus Pemakaian: Keterampilan Memasak 1 <Belum Ahli> 

Bonus keterampilan, dengan level tersendiri yang lainnya. Yang sekarang gunanya untuk memasak, huh? Kami meneruskan berburu monster serupa, dengan warna yang berbeda.

Perisai Telur Biru telah Terbuka.
Perisai Telur Langit telah Terbuka.


Perisai Telur Biru 
Bonus Pemakaian: Kemampuan Penilaian 1 <Belum Ahli>
Perisai Telur Langit
Bonus Pemakaian: Resep Memasak untuk Pemula <Belum Ahli>

Aneh, akhir-akhir ini aku sering mendapatkan keterampilan non-pertarungan. Apa keterampilan yang didapat, tergantung dari musuh yang kami kalahkan? Oh, baiklah, untuk sementara aku akan terus mengembangkan Keterampilan Memetik-ku. Waktu terasa berjalan lebih lambat saat di atas gunung. Namun, aku masih sedikit khawatir dengan perlengkapan Raphtalia.

Inilah kemajuan hasil dari perburuan hari ini:

Aku: Level 8
Raphtalia: Level 7

Sial. Dia hampir menyusulku dengan cepat. Tidak salah lagi, ini dikarenakan Raphtalia yang melancarkan serangan terakhirnya.

*Krubuuk*...

“Aku lapar…”


Raphtalia terlihat gelisah saat mengatakan itu padaku.


“Benar juga, ayo kita kembali untuk membeli makanan.”


Kami pun mengakhiri penjelajahan kami, dan kembali ke kota. Setelah tiba di sana, aku menjual cangkang Eggy yang kelihatannya tidak berguna untuk dipakai membuat obat. Kami mendapatkan 9 koin perak, itu sudah termasuk hasil penjualan kami pagi ini. Rasanya kami tidak akan mendapat banyak uang dari penjualan semua cangkang ini. Tapi tidak disangka, ada saudagar yang mau membelinya dengan harga tinggi. Ramuan dan tanaman obat juga terjual dengan harga yang memuaskan, membuatku membayangkan makanan apa yang sebaiknya kita beli hari ini.

Yah, ditambah lagi setelah melihat Raphtalia, yang liurnya terus menetes karena melihat semua kios makanan yang ada. …Bukannya aku ingin memanjakannya, tapi dia juga harus diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik.


“Ayo kita mampir ke sana, untuk hari ini saja.”

“Eh? Apa boleh?”

“Kau ingin makan di sini, kan?”


Raphtalia langsung mengangguk untuk menjawab pertanyaanku. Dia sudah lebih terbuka sekarang.


“*Uhuk*…”


Dia mulai terbatuk lagi. Tanpa bicara, aku memberinya sebutir “obat biasa”, lalu aku memesan makanan yang terlihat seperti sate kentang tumbuk yang dipadatkan, dari salah satu kios makanan.

Bagian 2[edit]

“Ini, kau sudah bekerja keras hari ini.”


Setelah menelan obatnya, dengan senang Raphtalia menerima “sate kentang” yang kuberikan, dan langsung memakannya.


“Terimakasih!”

“S-, sama sa…”


… Aku juga senang kalau dia begitu bersemangat. Sambil berjalan, aku mencari suatu penginapan yang murah.


“Malam ini apa kau ingin tidur di penginapan?”

“Aaah.”


Raphtalia yang menangis semalaman saja sudah cukup merepotkan, karena itu tolong beri aku malam yang damai dari serangan kawanan Balloon. Kami pun masuk ke penginapan itu.

Saat kami masuk ke penginapan, terlihat ekspresi pemilik penginapan yang mengeluh ; namun langsung memasang senyum bisnisnya kembali.


“Rekanku ini mungkin akan menangis di malam hari, kalian tidak keberatan, kan?”


Aku ambil dan sodorkan Balloon dari balik jubahku, ke sekelompok pelanggan di penginapan saat aku menanyakan itu.


“I-, itu terlalu…”

“Aku mohon kerjasamanya, ya? Kami akan usahakan agar tidak terlalu berisik.”

“B-, baik.”


Semenjak tiba di dunia ini, aku belajar bahwa, ancaman adalah hal yang penting dalam sebuah bisnis. Seluruh negeri sialan ini telah menjadikanku sebagai bahan ejekan mereka; raja brengsek itu juga tidak memahami, berapa banyak kerugian yang aku derita akibat perbuatannya. Tidak, meskipun dia tahu, dia akan mengatakan hal seperti “mau bagaimana lagi”. Yang benar saja, beginilah sikap para bangsawan di dunia paralel ini.

Aku membayar biaya bermalam, dan membongkar barang bawaan kami di kamar yang kami sewa. Kedua mata Raphtalia terlihat berbinar-binar saat memandangi bola miliknya.


“Kembalilah sebelum malam hari. Dan jangan main jauh-jauh dari penginapan.”

“Yeeey!”


Syukurlah, dia bertingkah seperti anak seumurannya. Para Demi-human sepertinya sering dijadikan bahan hinaan oleh penduduk negeri ini, tapi harusnya tidak terjadi apa-apa, kalau dia dianggap dan diperlakukan sebagai seorang petualang. Melihat keluar jendela, aku memandangi Raphtalia yang sedang bermain dengan bolanya. Kemudian aku melakukan penelitian pada metode meramu obat. Kurang lebih… sekitar 20 menit aku sibuk dibuatnya. Di saat itulah aku mendengar teriakan keras seorang bocah.


“Kenapa seekor Demi-human bermain di daerah kekuasaan kita!”


Apa-apaan itu? Aku pun mengintip dari jendela. Bagaimanapun caraku melihatnya, yang kulihat disana adalah beberapa bocah kurang ajar yang menunjuk-nunjuk ke arah Raphtalia dan menghinanya. Sungguh disesalkan, di manapun kau berada, selalu saja ada bocah semacam itu yang berkeliaran.


“Woi bocah bajingan. Mainanmu bagus juga, cepat berikan padaku.”

“Eh-, i-, ini…”


Raphtalia kelihatannya tahu, kalau kedudukan sosial ras demi-human sepertinya, cukup dipandang rendah. Jadi perlakuan anak-anak itu tidak dianggap aneh olehnya.

Hah… Melihat yang terjadi di sana, aku tinggalkan kamar dan pergi ke lantai bawah.


“Sudah kubilang cepat berikan.”

“T-, tidak…”


Para bocah keparat itu memilih memakai kekerasan, dengan mencegat Raphtalia yang rapuh dan tetap tidak menuruti mereka.


“Hentikan semua ini, dasar kalian bocah tengik.”

“Mau apa kau, om-om tua.”


Ugh, om-om tua dia bilang! Terserah, tahun ini aku berumur 20 tahun, dan aku tidak peduli dengan ukuran umur di dunia ini. Aku juga tidak peduli sudah dipanggil om-om tua oleh mereka.


“Kenapa kalian sampai ingin merebut barang milik orang lain?”

“Hah? Lagian bola ini bukan punyamu, kan?”

“Itu bolaku. Aku meminjamkannya pada gadis ini. Kalau kalian merebut bola itu darinya, berarti sama saja kalian merebutnya dariku.”

“Kau ini banyak omong, dasar om-om tua sialan.”


Duh… Sepertinya mereka tidak mau mengerti, terlihat dari kelakuan keras kepala mereka itu. Meskipun dia ini seorang anak kecil, aku takkan pernah memaafkannya. Mereka yang merebut hak orang lain, harus dihukum tanpa pandang bulu.


“Ooh begitu ya, aku mengerti, kalau begitu akan kuberi kalian bola yang LEBIH BESAR.”


Sadar dengan apa yang akan kulakukan, Raphtalia berusaha berteriak kepada anak-anak yang egois itu.


“Cepat lari!”


Walau begitu, tatapan mata ketiga bocah ini sudah meremehkanku. Diam-diam aku terkekeh, dan mengeluarkan Balloon yang terus menggigiti lenganku.

*HAGRRR!*

“WAAAAA! BOKONGKUUUUUUUUU!”


Monster Balloon segera menyapa bocah tengik itu dengan menggigit bokongnya.


“Nah, anak-anak, itulah yang disebut bola yang ASLI, apa kalian mau juga?”

“Aaauuuuw!”

“Leluconmu tidak lucu. Dasar kalian bodoh!”

“Mati saja kau! Dasar gila!”

“Kutendang juga bokong kalian, dasar bocah kampret!”


Aku pun berjalan menuju penginapan, saat ketiga bocah tengik itu lari sambil menyumpahiku.


“Er, umm...”


Raphtalia menggenggam tepi jubahku.


“Oi, masih ada seekor Balloon yang bersembunyi di sana.”


Raphtalia yang ketakutan segera menarik tangannya dengan tersentak, sesudahnya, wajahnya yang tersipu membuatku ingin tertawa.


“Terimakasih.”


Apa yang dia maksud itu?


“Ya.”


Sambil mengusap kepala Raphtalia, kami pun kembali ke penginapan.

Referensi :[edit]

  1. Flask adalah wadah berbentuk botol yang biasanya digunakan untuk menyimpan cairan obat atau cairan kimia lain.