Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 14 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 39 : Serangan Tumbuhan

Bagian 1

“Raphtalia, Filo, hati-hati.”


Baiklah, sepertinya musuh yang kita lawan adalah tumbuhan. Berdasarkan pengetahuanku tentang tanaman obat, jenis tumbuhan di depan kami ini termasuk cukup unik. Terdapat berbagai jenis buah yang telah matang pada sulurnya, dan ada banyak kentang di permukaan akarnya.

Bukan hanya itu saja, tumbuhan itu juga bisa memuntahkan racun, dan menanamkan parasit ke dalam tubuh manusia. Apa Herbisida akan mempan padanya? Menyerangnya dengan kekuatan fisik pun sepertinya bukan rencana yang bagus juga...

Tumbuhan itu pun menyerang kami dengan rambatannya.


“Haa!”

“Yaa!”


Raphtalia dan Filo bergantian memotong sulur itu. Tapi, kami segera dikepung beberapa monster tanaman lain. Sudah saatnya kami harus menggunakan sihir...


“Aku adalah Pahlawan Perisai yang memerintah inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Semoga kekuatan alam melindungiku...! Fast Guard!”


Aku arahkan sihirku itu pada Raphtalia dan Filo.

Sihir ini meningkatkan pertahanan target dengan sistem persentase. Ini adalah sihir pendukung yang berguna, apalagi jika diarahkan pada target dengan poin Pertahanan yang tinggi.


“Terima kasih, Tuan Naofumi.”

“Terima kasih~”


Mereka berdua berterima kasih, sembari terus merobek sulur yang menyerang kami. Meski kami terus menghancurkan tanaman di sekeliling kami, tetap terasa sulit untuk terus bergerak maju.

Untuk membuka jalan, kami harus menggunakan sihir yang kuat. Kurasa pilihan yang bisa kita ambil sekarang, hanyalah mundur dari pertarungan ini.

Tapi, setidaknya akan kita habisi beberapa musuh di sini. Kemungkinan besar, seekor monster yang kuat sedang berkeliaran di dalam desa.

Menurut kisah yang diceritakan turun-temurun, tidak ada cara yang pasti untuk memberantas tanaman. Kalau begitu, dengan serangan langsung... Tidak mungkin berhasil, pasti ada cara lain.

Karena kekuatan serangan sulurnya cukup lemah, gerakanku tidak terlalu terhalangi.


“Aku akan memeriksa ke tengah desa.”

“Baik!”

“Baik~!”


Aku mulai berlari menuju akar pohon di tengah desa.

Tempat itu dipenuhi oleh monster tanaman, walau level mereka semua masih bisa ditangani oleh kami bertiga. Meski begitu, aku khawatir akan poin pertahanan Raphtalia dan Filo.


“Hmm......”


Nama dari monster tanaman itu adalah Bio Plant, Plantwire, dan Mandragora.

Bio Plant adalah nama untuk semua tanaman

Bagian 2

Aku gunakan Air Strike Shield di posisi Filo akan jatuh, agar bisa dia gunakan untuk pijakan. Filo melompati perisai itu, dan langsung menyerang bola mata pohon itu lagi.


“Ei!”

 *CRAKK*

Filo pun menendang bola mata itu. Meletusnya bola mata itu terlihat sangat menjijikan.


"!!!!!!!!!!"


Bumi pun berguncang, bersamaan dengan sulurnya yang bergetar karena amarah. Setelah satu bola matanya hancur, pohon itu masih belum mati juga? Hmm...... Apa yang terjadi?


“Pohonnya tetap tidak rubuh.”

“Aku tahu.”


Dengan suara yang menjijikan, bola mata itu kembali pulih. Di waktu yang sama, aku melihat sebutir bibit di tengah bola matanya.


“Raphtalia, Filo. Kelemahannya ada di dalam bola mata itu. Siramkan Herbisida-nya ke sana.”


Waktu jedanya sudah berakhir. Sekarang aku bisa menggunakan Air Strike Shield lagi. Ngomong-ngomong, monster Plantwire dan Mandragora masih menyerangku secara bersamaan. Tapi karena serangan mereka tidak mempan padaku, aku bisa menahannya selama mungkin.


“Aku mengerti.”

“Baik~”


Raphtalia melompat ke punggung Filo, untuk mendekati bola mata yang memulihkan diri itu. Bola mata itu pasti lebih menganggap mereka berdua sebagai ancaman, hingga menjulurkan banyak sulur pada mereka.


“Shield Prison!”


Aku gunakan kurungan dari Shield Prison untuk melindungi mereka berdua.

Kurungan perisainya akan tetap melayang di udara, kecuali dihancurkan oleh serangan yang cukup kuat. Waktu pemanggilan perisai itu adalah 15 detik. Selama itu, semua sulur yang menyerang Raphtalia dan Filo, langsung memantul setelah menghantam Shield Prison.

Ooh... Sulur itu mulai menutupi kurungannya.

Setelah 15 detik berlalu, kurungan itu pun lenyap. Aku langsung memanggil Air Strike Shield di bawah Filo untuknya berpijak.


“Hei!”

Tate no Yuusha Volume 2 Image 6.jpg

Pedang Raphtalia menusuk semua sulur yang mengelilingi Filo hingga putus. Semua sulurnya ditebas dengan gerakan yang indah, dan Filo berhasil melompat dari pijakan perisai yang kupanggil.

Dia pun menendang bola mata pohon itu dua kali.


"!?????" 


Bola mata itu akhirnya berhenti memulihkan diri. Setelah mendapatkan kesempatan ini, Raphtalia langsung menyiramkan Herbisida-nya ke seluruh luka di bola mata pohon itu.


"!!!!!?????" 


Suatu getaran terus merambat ke seluruh tubuh Bio Plant.


“Apa kita berhasil?”


Aku tidak keberatan kalau harus menahan semua serangan monster ini, lagipula serangan mereka tidak sedikitpun membuatku geli. Walau begitu, monster Bio Plant tersebut mulai bergerak lagi.


“Maaf. Sepertinya aku tidak menyiramkan cukup Herbisida tadi.”

“Tidak, kau sudah melakukannya dengan baik. Sepertinya Herbisida itu memang tidak cukup kuat.”


Pasti ada sesuatu yang bisa kami lakukan... Oh, mungkin rencana itu akan berhasil.

Pengaruh obat akan meningkat kalau aku sendiri yang menerapkannya. Aku ingin tahu, apa itu juga bisa mempengaruhi efek dari Herbisida.


“Baiklah, tidak ada salahnya mencoba rencana itu.”


Aku abaikan semua musuh yang mengelilingiku, lalu merogoh sebuah Herbisida dengan satu tangan.

Aku baru sadar kalau aku bisa menerobos musuh meskipun mereka terus mengepungku. Aku berjalan menerobos banyak monster tanpa merasakan bahaya sedikitpun. Akhirnya, aku bisa mendekati posisi Bio Plant berada.


“Pengaruhnya mungkin akan bertambah, kalau kugunakan Herbisida ini sambil mengendarai Filo.”


Aku siramkan Herbisida-nya ke seluruh akar pohon itu.


"!!!!!!!!!!!!!!!!!!???????????" 


Monster Bio Plant itu tersentak dengan keras. Sepertinya, ini adalah gejolak terakhir sebelum kematiannya. Warna Bio Plant itu menjadi kecoklatan, seiring kedua bola matanya yang mengering. Seluruh tubuh makhluk itu pun mulai runtuh.

  • BRUGG!*

Kami segera menyingkir sebelum monster Bio Plant itu rubuh.


“Oooh...”


Monster tanaman yang lain pun berubah warna menjadi coklat, dan akhirnya layu. Semua tumbuhan itu telah lenyap, kecuali buah-buahan yang tumbuh pada sulurnya.

Dan... Terlihat sebutir bibit yang mengkilap, tergeletak di tempat rubuhnya Bio Plant itu. ... Akan berbahaya kalau membiarkan bibit itu di sana...


“Untuk saat ini akan kusimpan bibitnya. Mungkin nanti perisaiku bisa menyerapnya.”

“Baik.”

“Makanan!!”


Kami pun mengumpulkan bibit lain yang tersebar, selagi Filo melahap buah-buahan dan beberapa kentang yang tersisa.

Referensi :