Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 1 (Indonesia)
Bab 24 : Lotere Telur[1][edit]
Bagian 1[edit]
“Oh, siapa lagi kalau bukan Tuan Pahlawan. Ada yang bisa saya bantu?”
Pedagang budak itu muncul untuk menyambut kami dengan sukacita.
“Oh?”
Dia terkejut keheranan saat melihat Raphtalia.
“Sungguh perubahan yang mengejutkan. Aku tidak menyangka, kau telah tumbuh sebaik ini.”
Dia mengatakan itu dengan nada kecewa, sambil menurunkan bahunya.
“Apa?”
“Aku pikir kau akan lebih mirip dengan kami, sungguh disayangkan.”
Apa yang dia maksud? Tapi aku tetap memendam pertanyaan itu.
“Pedagang budak sejati adalah mereka yang meningkatkan kualitas budak, dengan membuat para budaknya mendekati keadaan sekarat.”
Pedagang budak itu berbicara dengan tenang.
“Lalu para budak yang kau lihat selama ini, ditukar kembali setelah mereka ‘digunakan’, kan?”
“T-Tuan Naofumi?”
Raphtalia terlihat gelisah saat melihatku.
Sekarang aku sudah lebih percaya diri.
Keadaanku sekarang sudah lebih baik dari yang sebelumnya.
“Fu fu fu... Begitu ya, sangat menarik.”
Mungkin pedagang budak itu tertawa, karena jawabanku dianggap memuaskan baginya.
“Dan berdasarkan keadaan gadis ini sekarang... dia telah tumbuh dengan cukup baik. Untuk seekor budak yang ‘sudah tidak perawan’... bagaimana kalau kutawarkan 7 koin emas?”
“Kenapa kau bicara seolah aku ini akan dijual?! Lagipula, aku ini masih perawan!!”
Pedagang budak itu tersedak setelah mendengar perkataan Raphtalia.
“Oh, maafkan kekeliruan saya! Kalau begitu, bagaimana dengan 15 koin emas? Boleh aku periksa sekalian, apa dia masih perawan atau tidak?”
“Tuan Naofumi!”
Aku akan mendapat 15 koin emas kalau aku menjual Raphtalia!?
“Tuan Naofumi! Hei, tolong katakan sesuatu..?”
15 koin emas pasti cukup untuk membeli Werewolf jantan Level 75!
Saat aku masih memikirkan itu, Raphtalia mencengkeram bahuku dengan kuat, dan menatapku dengan raut wajahnya yang menakutkan.
“Tuan Naofumi... Kalau kau masih main-main, aku akan marah.”
“Kau ini kenapa? Wajahmu terlihat menakutkan.”
“Kau tidak membelaku, yang sekarang dianggap akan dijual.”
“Aku hanya mengikuti suasana di sini saja.”
...Begitulah caraku mengikuti alur di sini. Raphtalia seakan bisa membaca pikiranku.
Aku harusnya tidak berpura-pura, akan menjual satu-satunya orang yang mempercayaiku.
“15 koin emas ya...”
Cengkeramannya semakin kuat saat aku gumamkan itu.
“Ou, Oow!”
Kekuatan serangan Raphtalia... sudah melampaui poin pertahananku.
Hal seperti ini akan sangat berguna dalam pertarungan.
“...Atau aku akan pergi.”
“Cuma bercanda. Sebenarnya aku sedang membayangkan, betapa cantiknya dirimu sekarang.”
“I-itu... Oh, Tuan Naofumi...”
Entah kenapa wajah Raphtalia tiba-tiba memerah.
Dan itu membuatku sedikit jengkel.
... Tapi, memang itulah yang kupikirkan tentangnya. Tapi kenapa? Kenapa sampai aku katakan itu padanya?
“Yah, gadis ini tidak akan kujual.”
“Begitu ya... sangat disayangkan. Jadi, apa ada yang bisa saya bantu?”
“Ah, apa kau tahu, ada keributan di dalam kota?”
Pedagang budak itu tersenyum saat mendengar pertanyaanku.
“Tentu saja. Kutukan budak anda telah dihilangkan, benar?”
“Kalau kau sudah mengerti, urusanku denganmu akan lebih mudah... Harusnya kau tidak perlu menanyakannya lagi kalau sudah tahu.”
Aku sudah cukup dibuat repot oleh Raphtalia.
Melelahkan saja...
“Tentu saja. Anda tahu, walaupun sang raja akan melarangnya, sistem budak ini akan selalu ada.”
“Hmm, kukira para bangsawan tidak akan pernah membeli budak?”
“Tentu saja mereka juga membelinya. Ada banyak budak yang dimiliki para orang kaya. Lagipula, keberadaan budak juga cukup berguna.”
“Si raja sampah mengatakan hal itu saat membela Motoyasu, si Pahlawan Tombak... Bukankah para bangsawan akan memberontak kalau itu terjadi? Aku juga akan memberontak kalau ada di posisi mereka.”
Akan terasa lucu kalau itu benar-benar terjadi.
Meski itu akan merugikan pihak kerajaan.
“Baiklah, ada banyak kubu di dalam kerajaan itu sendiri. Kalau mereka memberontak, tetap saja mereka yang akan kalah. Ya.”
“Sebesar itukah pengaruh pria tua brewokan itu?”
Mungkin karena kerajaan ini, sepenuhnya memerintah dengan cara diktator?
Kalau begitu, suatu saat kerajaan ini akan runtuh oleh pemberontakan rakyatnya.
Lagipula, kerajaan ini hanya punya seorang raja sampah, yang akan digantikan takhtanya oleh si puteri jalang itu.
“Sebenarnya, selain sang raja, di negeri ini-...”
“Um... kembali ke soal kutukan budak...”
“Ah, baik.”
Bagian 2[edit]
Kami hampir terbawa suasana. Kalau dipikir-pikir, aku tidak peduli sedikitpun dengan apa yang akan dialami raja sampah itu.
“Jadi, anda datang kemari untuk memasang kembali kutukan budak itu, benar?”
“Yah, apa kau bisa?”
“Kapanpun anda menginginkannya.”
Dengan jentikkan jarinya, seorang asisten pun muncul dengan membawa wadah yang sama, dengan saat pertama kali kontrak Raphtalia dibuat denganku.
Raphtalia dengan malu-malu melepas zirahnya, dan menunjukkan badan bagian dadanya.
“B-bagaimana?”
“Bagaimana apanya?”
“...Haah...”
?
Kenapa dia bertingkah malu-malu seperti ini? Bahkan tidak lama setelahnya dia malah mendesah. Apa aku melakukan hal yang salah?
Seperti sebelumnya, aku menambahkan darahku ke dalam tinta, dan campuran cairan itu dipakai untuk menuliskan tanda kutukan pada Raphtalia.
“Walaupun tandanya sudah dihapus, tetap bisa dikembalikan lagi.”
“Ooh...”
Tanda yang telah hilang, sekarang kembali muncul dan bersinar di dada Raphtalia.
“Ngh...”
Seperti yang kukira, pasti dia merasakan sakit. Raphtalia terus mencoba menahan sakitnya.
Tanda itu pun muncul kembali sepenuhnya. Mungkin aku harus memeriksa reaksinya, saat Raphtalia melanggar perintahku. ... Untuk saat ini, akan kuringankan lagi hukumannya.
Raphtalia kembali menjadi budakku, demi mendapatkan kepercayaanku. Jadi aku juga harus mempercayainya.
“Baiklah.”
Sambil memikirkan apa yang harus kami lakukan, aku melihat ada sisa tinta di wadah itu.
“Hei, apa boleh aku minta sisa tinta itu? Kalau perlu akan kubayar.”
“Tentu, silahkan.”
Aku mengoleskan tinta yang tersisa di wadah itu pada perisaiku.
Perisai Penguasa Budak telah Terbuka.
Perisai Penguasa Budak 2 telah Terbuka.
Perisai Penguasa Budak. Bonus Pemakaian : Pertumbuhan Budak +1 (Sedikit) <Belum Ahli>
Perisai Penguasa Budak 2 Bonus Pemakaian : Pemulihan kondisi Budak +1 (Sedikit) <Belum Ahli>
Perisai Penguasa Budak... yah, memang nama bentuk perisainya tidak akan jauh dari istilah itu.
Tampilan bentuk perisai baru pun muncul di cabang kategori Perisai Kecil. Walaupun kemampuan perisainya tidak begitu kuat. Meski begitu, bonus pemakaiannya menarik perhatianku.
Meningkatkan pertumbuhan budak.
Tapi kedua bentuk perisai ini langsung terbuka, hanya karena menyerap sedikit tinta? Aku memperhatikan Raphtalia dengan seksama.
“Ada apa?”
Ini mengingatkanku, pada saat perisaiku menyerap rambut Raphtalia sebelumnya. Entah karena syarat apa, saat itu bentuk “Perisai Rakun” juga telah terbuka. Bentuk perisai itu, mungkin menjadi syarat terbukanya Perisai Penguasa Budak 2. Karena syaratnya telah terpenuhi, kedua bentuk perisai itu pun terbuka. Begitulah menurut perkiraanku.
Kalau begitu...
“Raphtalia, aku minta sedikit darahmu.”
“Apa..? Untuk apa?”
“Ada sesuatu yang harus aku coba.”
Masih kebingungan, Raphtalia pun mengiris sedikit jarinya, dan meneteskan darahnya ke dalam wadah tinta yang kupegang. Kemudian aku celupkan perisaiku ke cairan campuran itu.
Perisai Penguasa Budak 3 telah Terbuka.
Perisai Penguasa Budak 3 Bonus Pemakaian : Pertumbuhan Budak +1 (Menengah) <Belum Ahli>
Yah! Seperti yang kuduga!
“Tuan Naofumi? Kelihatannya kau senang sekali.”
“Ahh, bentuk perisai yang menarik telah muncul.”
“Itu bagus.”
Kemudian aku merubah bentuk perisaiku menjadi Perisai Penguasa Budak, dan menunggu proses perubahannya.
“Baiklah... Hmm?”
Urusan kami sudah selesai, tapi saat kami akan pergi, aku melihat sebuah kotak kayu berisikan banyak telur.
Aku tidak ingat pernah melihat telur-telur ini sebelumnya. Aku jadi penasaran.
“Apa itu?”
Aku bertanya pada si pedagang budak.
“Ahh, itu adalah bisnis untuk penyamaran kami.”
“Bisnis apa yang kalian jalankan?”
“Bisnis penjualan monster.”
Entah kenapa, dia menjawabnya dengan bersemangat.
“Monster? Kalau begitu, apa ada penjinak monster-nya juga?”
“Seperti biasa, anda selalu memikirkan segala halnya, tapi apa Tuan Pahlawan ini benar-benar belum menyadarinya?”
“Aku merasa belum pernah bertemu seorang penjinak monster-...”
“Tuan Naofumi...”
Raphtalia mengangkat tangannya.
“Apa?”
“Filolial adalah monster yang dibesarkan oleh seorang penjinak monster.”
Aku belum pernah mendengar nama monster itu. Aku tidak tahu apa yang dia maksud.
“Monster apa itu?”
“Filolial adalah burung penarik kereta, seperti halnya kuda penarik kereta di kota.”
“Oh, makhluk itu.”
Berarti itu adalah nama burung yang mirip dengan chocobo.
Aku pikir burung itu memang salah satu hewan unik di dunia ini, ternyata hewan itu adalah monster.
Bagian 3[edit]
“Di desa asalku, ada banyak orang yang merawat monster. Semua monster itu dibesarkan di peternakan untuk diambil dagingnya.”
“Ooh...”
Begitu kah? Sepertinya di dunia ini, orang-orang yang bekerja di peternakan juga disebut penjinak monster.
“Kalau begitu, semua telur ini untuk apa...”
“Karena banyak orang yang kesulitan dalam membawa pulang monster, jadi kami memilih menjual telurnya saja.”
“Begitu ya.”
“Apa anda mau melihat kandang yang dipenuhi monster dewasa?”
Kalau aku terlihat tertarik akan tawarannya, dia pasti akan terus menawarkan dagangannya padaku. Lagipula, pedagang budak ini sudah jelas terbiasa berbisnis.
“Tidak, tidak usah.”
Ada urusan lain yang harus aku kerjakan.
“Jadi, tulisan apa yang ada di papan tanda di atas kotak telur itu?”
Meskipun aku tidak bisa membaca tulisannya, ada gambar panah yang menunjuk ke kotak tersebut, dan beberapa huruf lainnya yang terlihat seperti angka.
“100 koin perak untuk sekali coba, ini adalah lotere monster!”
“100 koin perak? Mahal sekali.”
Sekarang kami mempunyai 508 koin perak. Kalau dibandingkan, harga lotere ini sangat tinggi.
“Karena ini semua adalah telur monster mahal.”
“Untuk perbandingan saja, berapa harga umum seekor Filolial?”
“Mulai dari 200 koin perak untuk Filolial dewasa. Produk lainnya dari monster itu juga bisa dimanfaatkan, seperti bulunya. Ya.”
“Jadi, anak burungnya lebih murah daripada yang dewasa, kan? Berarti yang tercantum di sini adalah harga telur Filolial... tapi apa ada biaya untuk membesarkannya juga?”
“Tidak, tidak, di sini juga kami sediakan telur monster lain.”
“Aku mengerti... itulah kenapa kau menyebutnya lotere.”
Jadi maksudnya akan ada pemenang dan pecundang dalam lotere ini.
Saat kalah, kerugiannya tidak akan terlalu parah. Sedangkan kalau menang, pasti akan lebih menguntungkan.
“Jadi, mustahil seseorang bisa menang dalam lotere ini, kan?”
“Apa! Apa Tuan Pahlawan benar-benar menganggap, kami akan melakukan tipuan murahan seperti itu!?”
“Lalu, apa tebakanku salah?”
“Kami masih mempunyai harga diri dalam menjalankan bisnis kami! Walau kami sering menjebak pelanggan, tapi kami tidak pernah memalsukan dagangan kami pada pelanggan.”
“Kalian sering menipu, tapi tidak mau disebut penipu...”
Pola pikir macam apa itu. Aku keheranan saat masih memikirkannya.
“Jadi? Hadiah apa yang nanti didapat si pemenang?”
“Hadiah terbesarnya, anda bisa mendapatkan seekor Kiryuu.”
Kiryuu? Mungkinkah itu... seekor naga yang dikendarai seorang komandan ksatria?
“Apa itu jenis naga darat?”
“Lebih tepatnya jenis naga terbang. Monster naga itu cukup populer... jadi para bangsawan sering bersaing untuk memperebutkan monster itu.”
Naga terbang... seperti dalam mimpi saja.
“Tuan Naofumi?”
“Pemenang hadiah terbesarnya akan mendapatkan keuntungan senilai 20 koin emas.”
“Berapa peluang keberhasilannya? Untuk mendapatkan Kiryuu?”
“Sekarang masih ada 250 telur yang diloterekan. Ada satu telur Kiryuu di antara kesemuanya.”
Berarti 1 banding 250.
“Sihir yang kuat telah ditanamkan, agar anda tidak mampu menebak dari tampilan maupun berat telurnya. Kami hanya membolehkan pelanggan menarik lotere, kalau mereka sendiri tidak yakin akan menang.”
“Betapa ‘jujur’nya bisnis-mu ini.”
“Ya, dan kalau seorang pelanggan telah menang, kami pasti akan mencatat namanya. Setelah melakukan beberapa pengiklanan, kami sudah mendapatkan cukup banyak pelanggan.”
“Tentu saja, untuk memenangkannya saja butuh keberuntungan yang tinggi...”
“Kalau seorang pelanggan membeli 10 kali tarikan lotere, kami akan memberi bonus 1 tarikan lagi untuknya. Ya.”
“Tapi bagaimana dengan hadiah selain Kiryuu?”
“Ya. Misalkan Kiryuu telah didapatkan seseorang, beberapa hadiah lainnya sendiri bernilai 300 koin perak.”
Aku tersenyum setelah mendengar penjelasannya ini.
Tunggu sebentar... Bukankah ini mirip CompuGacha[2]? Hei! Pihak bandar bisa mendapat keuntungan besar dari bisnis lotere seperti ini.
Hampir saja aku tertipu lagi.
“Hmm...”
Tetap saja, aku melihat sesuatu yang menarik di sini.
Saat memikirkannya, rasanya aku kurang merasa aman, kalau bertarung hanya dengan Raphtalia seorang.
Jadi, yang mana yang lebih baik, membeli seekor budak tambahan, atau membesarkan seekor monster?
Akan lebih menarik juga, karena aku bisa mencoba bonus dari Perisai Penguasa Budak-ku ini. Level Raphtalia juga semakin tinggi, jadi akan sulit untuk memanfaatkan bonus pemakaian Pertumbuhan Budak-nya.
Meski begitu, aku jadi teringat pada Motoyasu. Orang itu benar-benar menjengkelkan, terus saja berkoar dengan slogan “bebaskan budak”nya... Dan aku yakin dia melakukan itu karena melihat Raphtalia, yang sekarang sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik...
Ada juga saat-saat di mana Raphtalia terlibat dalam banyak masalah. Ditambah lagi, aku harus membeli perlengkapan baru untuk budak baruku nanti. Itu akan menjadi masalah keuangan bagi diriku yang melarat ini.
“Baiklah, kalau begitu aku akan mencobanya sekali.”
“Terima kasih banyak! Untuk kali ini, saya akan melakukan upacara pendaftaran budaknya, tanpa memungut biaya untuk anda.”
“Oh, kau sungguh murah hati. Aku suka itu.”
Bagian 4[edit]
“Tuan Naofumi!?”
“Ada apa?”
“Apa kau akan membeli sebutir telur monster?”
“Ah, aku ingat kalau pertempuran kita sebelumnya cukup berat, jika ditangani oleh Raphtalia seorang. Kalau aku membeli budak yang baru, pasti akan butuh banyak uang untuk membelikan perlengkapan untuknya, jadi kukira merawat seekor monster itu pilihan yang cukup menarik.”
“Haa... Tapi monster itu sering berbuat onar.”
“Aku tahu. Tapi bukannya kau juga ingin mempunyai peliharaan?”
“... Tapi bukankah kau menginginkan seekor naga?”
“Usapiru yang lemah juga tidak masalah bagiku.”
Bukannya aku membenci binatang, karena di game MMO juga ada fitur untuk memiliki peliharaan. Kuharap dengan merawatnya, bisa menjadi pelepas penat bagiku. Di samping itu, selama monster-nya mematuhiku seperti halnya budak, pasti kekuatan serangannya juga lebih besar dariku, dan bisa kumanfaatkan.
Karena sekarang aku mendapatkan uang yang lumayan banyak, keinginan cerobohku untuk memakai uang juga ikut bertambah. Walau begitu, penanaman modalku ini pasti berguna ke depannya.
Ditambah lagi, dengan bentuk Perisai Penguasa Budak-ku ini, memelihara monster akan jadi semakin menguntungkan.
“Menjual monster dewasa setelah membesarkannya, tidak akan meninggalkan rasa bersalah seperti menjual seekor budak.”
“Ah, aku mengerti. Itu cukup masuk akal.”
Walaupun nantinya hubungan kami dengan monster ini akan semakin erat, untuk sementara, kami tidak akan menjualnya dulu.
Karena seorang budak mirip dengan manusia lainnya, akan terasa menyedihkan kalau aku harus menjualnya. Kalau terjadi suatu hal, hingga aku harus menjual Raphtalia yang sudah akrab denganku, aku tidak yakin bisa sanggup menjualnya.
Meski begitu, monster itu tidak bisa berbicara. Karena itu apapun yang terjadi, pasti aku hanya merasa sedikit bersalah saat menjualnya. Sama saja seperti pemikiran “aku harap kau menemukan seorang tuan yang baik”.
“Jadi kau menyediakan layanan yang sama?”
“Saya sangat senang dengan intuisi tajam anda! Tentu saja!”
Pedagang budak ini benar-benar bersemangat.
Untuk sekarang, biar kita lihat semua telur di sana.
Tadi dia mengatakan sesuatu, tentang mustahil menerka-nerka jenis monster yang ada di dalam telur itu.
Yah, kurasa aku tidak akan keberatan, meski hanya bisa memilih secara acak.
“Kalau begitu, aku ambil yang ini.”
Menggunakan intuisi-ku, aku mengambil sebutir telur di sebelah kanan.
“Tolong tandai segel ini dengan darah anda, agar pilihan anda tidak tertukar dengan telur yang lain.”
Seperti yang dikatakannya, aku mengoleskan sedikit darahku ke gambar tanda di telur itu.
Kemudian cahaya merah terang mulai bersinar, seiring munculnya ikon untuk status penjinak monster.
Kurasa persyaratannya dan pengaturannya, sama saja dengan memiliki seekor budak.
...Tentang pengatur sebuah hukuman, kalau monster-nya tidak mematuhi perintahku... Akan kubuat hukumannya lebih menyakitkan daripada pengaturan pada Raphtalia.
Lagipula, ini adalah seekor anak monster. Karena monster tidak akan mengerti dengan perkataanku, akan lebih baik kalau hukumannya lebih menyakitkan.
Walaupun telurnya sendiri belum menetas, sih.
Sambil menyeringai, pedagang budak itu membuka sebuah mesin mirip-inkubator[3].
“Kalau telurnya tidak menetas, aku akan minta ganti rugi.”
“Sangat mengagumkan! Tuan Pahlawan memang selalu mengantisipasi setiap celah kegagalan, sekecil apapun itu.”
Aku mencoba memperkirakan suasana hati dan sikap si pedagang budak ini. Duh, apa pedagang budak ini seorang masokis[4]?
Walaupun aku sendiri bukan seorang yang suka menghina orang lain... tapi... aku memang ingin melihat wajah menderita para Pahlawan brengsek itu.
“Kalau itu terjadi, aku benar-benar akan datang lagi ke sini. Akan kulepaskan budakku yang kejam ini padamu.”
“Apa maksudmu dengan “budak yang kejam” itu?!”
“Peringatan anda akan saya ingat baik-baik.”
Suasana hati pedagang budak itu masih bagus seperti sebelumnya.
“Kira-kira kapan telurnya menetas?”
Aku bertanya pada pedagang budak, sambil menyerahkan 100 koin perak padanya.
“Waktu menetasnya sudah ditampilkan di atas inkubator.”
“Hmmm...”
Huruf-huruf yang mirip-angka itu mulai berubah.
“Raphtalia, apa kau bisa membacanya?”
“Um, hanya sedikit... kurang lebih... besok telurnya akan menetas.”
“Cepat juga. Yah, itu bagus.”
“Kami tunggu kedatangan anda selanjutnya.”
Akhirnya kami pun membawa pulang telur yang kami beli itu.
Bab 25 : Makna (Hadiah) dari Kehidupan[edit]
Bagian 1[edit]
Setelah itu, apa yang harus kita lakukan? Aku ingat, masih ada sisa obat dari persediaan untuk menghadapi gelombang sebelumnya.
Meskipun aku telah menyiapkan semua obat itu, pada akhirnya aku malah tidak menggunakannya. Mungkin lebih baik kujual saja semua obat itu di toko farmasi.
“Ayo kita pergi ke toko farmasi, setelah itu kita lanjutkan ke toko senjata.”
“Tuan Naofumi, kita harus lebih berhati-hati dengan pengeluaran kita, karena selanjutnya kita tidak akan diberi bantuan dana lagi. Untuk sekarang, kita harus menahan kebiasaan membeli perlengkapan yang baru, kalau perlengkapan yang sekarang masih bisa kita pakai.”
“Aku mengerti.”
“Untuk sementara, keadaan perlengkapan kita yang sekarang juga masih bagus. Di saat kita benar-benar butuh perlengkapan baru, kita bisa pertimbangkan lagi pembeliannya,.”
“...”
Hmm, itu ide yang bagus.
Walau begitu, jika dibandingkan dengan ketiga Pahlawan yang lain, kami masih memakai perlengkapan yang murah.
Kupikir Raphtalia harus mendapatkan senjata yang lebih kuat, agar bisa melawan musuh dengan level yang lebih tinggi.
“Baru beberapa hari sejak kita membeli senjata yang baru. Apa yang akan paman penjaga toko pikirkan, kalau kita membeli yang baru lagi.”
“Yaah...”
Paman pemilik toko senjata telah memberi kami banyak bonus. Walaupun dia membolehkan kami menukar-tambah perlengkapan kami, dengan uang kami yang sekarang, kami tidak akan sanggup membeli perlengkapan yang lebih kuat...
“Baiklah, kalo begitu kita harus terus kumpulkan uangnya.”
“Baik!”
Yah, tidak ada salahnya, kalau kita mencoba berhemat.
“Kalau begitu, ayo kita pergi ke toko farmasi.”
Dengan begitu, kami pun pergi ke toko farmasi. Pemilik tokonya tersenyum ramah saat melihat kedatangan kami.
“Huh? Apa yang terjadi denganmu?”
Biasanya, wajahnya akan terlihat kesal saat dia melihat kami, jadi melihatnya tersenyum seperti ini membuat bulu kudukku merinding.
“Tidak ada. Aku hanya ingin mengatakan terima kasih kalau kalian datang.”
“Huh?”
Kami berdua pun kebingungan.
“Aku dengar kalian telah menyelamatkan kerabatku di desa Riyuuto. Mereka meminta agar aku membantu kalian sebisaku.”
“Oh... aku mengerti.”
Saat gelombang bencana kedua berakhir, semua orang di desa Riyuuto berkumpul untuk mengucapkan terima kasih pada kami. Sepertinya kerabat pemilik toko farmasi ini, adalah salah satu dari mereka.
“Karena itu lah, terima kasih atas pertolongan kalian.”
Pemilik toko tersebut mengambil sebuah buku dari lemarinya, dan memberikannya padaku.
“Apa ini?”
“Selama ini kau membuat obat untuk tingkat pemula, dan dalam buku itu terdapat banyak resep untuk obat tingkat menengah. Akan sangat berguna kalau kau mencoba resepnya.”
“...”
Perlahan kubuka buku “resep obat tingkat menengah” itu. Tali pengikat halamannya mulai usang, tapi semua huruf dalam halamannya masih tertulis dengan jelas.
Yah. Aku tidak bisa membacanya.
“T-terima kasih. Akan kucoba nanti.”
Setidaknya, aku harus menghargai pemberiannya ini.
Resep obat yang lebih mahal, seharusnya tercatat juga di buku ini.
“Senang bisa membantumu juga.”
Aku merasa tertekan, karena mungkin saja aku tidak bisa memenuhi harapannya itu.
Aku sudah menyerah dalam mempelajari tulisan di dunia ini... tapi, tidak ada salahnya untuk mencoba belajar lagi.
“Pemilik toko sihir juga memintamu untuk berkunjung ke sana.”
“Toko sihir?”
“Tuan Naofumi, itu adalah toko yang menjual buku-buku sihir.”
“Oh, aku mengerti.”
Aku pikir itu hanya toko buku biasa... tapi saat kupikirkan lagi, di toko itu tertata beberapa bola kristal di sisi belakang tokonya.
“Di mana tempatnya?”
“Di toko besar di sepanjang jalan utama.”
... Ahh. Ternyata salah satu dari beberapa toko buku terbesar di ibukota.
“Apa ada yang bisa kubantu?”
“Ah, hari ini-...”
Aku menjual lebih banyak obat dari biasanya.
Sebelum pergi ke toko sihir ini, aku juga sudah membeli perlengkapan peramu obat yang baru, dengan uang hasil penjualan obat tadi.
“Oh, anda pasti sang Pahlawan Perisai. Terima kasih sudah menyelamatkan cucu saya.”
“Yah...”
Aku tidak tahu apa yang sedang dia bicarakan, mungkin dia sedang membahas seseorang dari desa Riyuuto juga. Dan wanita tua ini menyambut kami dengan sopan.
Wanita tua ini sedikit gemuk, dan mengenakan pakaian mirip-seorang-witch[5].
Bagian 2[edit]
“Jadi, apa yang anda butuhkan?”
Kemudian aku melihat ke sekeliling toko sihir ini, yang tadinya kukira hanya toko buku biasa.
Di toko ini terjajar buku-buku tua, dan banyak bola kristal yang diletakkan di belakang meja kasir.
Di tambah dengan adanya tongkat yang biasa dipakai para penyihir, sudah jelas kalau ini adalah toko sihir.
Tapi, bagaimana caranya menggunakan sihir di dunia ini?
“Apa nona muda di sana itu rekan anda?”
“Hmm? Ya.”
Aku mengangguk setelah menoleh ke arah Raphtalia.
“Mohon tunggu sebentar.”
Wanita tua itu mengambil sebuah bola kristal dari belakang meja kasirnya, lalu dia mulai merapalkan suatu mantra.
“Baiklah, Tuan Pahlawan Perisai. Bisakah anda melihat ke dalam bola kristal ini?”
“Ah, tentu.”
Apa yang terjadi?
Aku bertanya-tanya saat aku menatap bola kristal itu.
... Bola kristal-nya sedikit bersinar, tapi hanya itu saja yang kulihat.
“Hmm... sepertinya Tuan Pahlawan Perisai lebih cocok dalam penggunaan sihir pendukung dan penyembuhan.”
“Eh?”
Aku bisa mempelajari sihir!?
Cepat ajari aku... yah, lagipula aku tidak bisa memaksa, karena aku sendiri tidak mengerti cara memakai sihirnya.
“Selanjutnya, nona muda yang di sana.”
“Ah, baik.”
Aku melangkah ke samping, saat giliran Raphtalia melihat ke dalam bola kristal.
“Hmm. Seperti yang saya duga, nona muda dari ras Rakun ini, lebih cocok menggunakan sihir cahaya dan kegelapan.”
“ ‘Seperti yang kau duga’, apa kecocokannya itu suatu hal yang biasa?”
“Ya... ras nona ini terampil dalam menggunakan sihir ilusi, melalui pengaburan oleh elemen cahaya, dan penyembunyian oleh elemen kegelapan.”
Aku mengerti. Jadi ras Rakun di sini memang mirip Tanuki. Bahkan di Jepang saja, Tanuki dianggap sebagai makhluk yang dapat berubah menjadi manusia.
“Kalau begitu, apa yang harus kami lakukan?”
“Ini, terimalah pemberian wanita tua dari toko sihir ini.”
Wanita tua itu memberi kami tiga buah buku.
Buku lagi!? Kenapa kalian memberiku buku lagi, padahal sudah kubilang aku tidak bisa membaca?
“Aku sebenarnya ingin memberikan sebuah bola kristal, tapi kalau kulakukan, itu bisa membahayakan hidup wanita tua ini.”
“Maksudmu...?”
“Apa Tuan Pahlawan Perisai belum tahu, kalau seseorang bisa mempelajari suatu sihir, dengan melepaskan sihir yang sesuai dari sebuah bola kristal?”
Apa!? Berarti aku bisa saja mempelajari sihir, walaupun tidak bisa membaca?
“Akhir-akhir ini, negeri ini memesan bola kristal dalam jumlah banyak... untuk para Pahlawan. Sudah banyak pesanan yang diantarkan, apa Tuan Pahlawan Perisai tidak tahu?”
“Aku tidak tahu.”
Pasti karena si raja sampah itu. Mungkin semua kristal-nya sudah “diborong” untuk para Pahlawan yang lain.
Mereka benar-benar ingin mempersulit diriku.
“Walaupun buku sihir memang merepotkan, tapi bagi seorang yang mau belajar dengan rajin, dia bisa mempelajari 10 mantra sihir dalam satu bulan.”
Jadi, 1 mantra sihir bisa dipelajari dari tiap bola kristal, dan sekitar 3 mantra sihir bisa dipelajari dari tiap buku sihir; walaupun sekarang aku masih belum bisa membaca.
Tidak, karena dia bilang satu bulan, berarti harusnya ada keuntungan tersendiri dalam mempelajari buku sihir itu.
“Maaf tidak bisa memberi lebih.”
“Tidak, tidak, buku-buku sihir ini saja sudah lebih dari cukup.”
Raphtalia menjawab sambil tersenyum. Aku pun mengangguk untuk meyakinkan pemilik toko.
“Jadi, berapa banyak mantra sihir yang bisa kami gunakan?”
“Ketiga buku itu berisi sihir-sihir tingkat pemula. Untuk tingkatan yang lebih tinggi... silahkan datang lagi untuk membeli bukunya.”
“A- Ah.”
Wajar saja, karena ini adalah sebuah toko. Kami harusnya berterima kasih, karena dia sudah memberikan buku yang dia jual ini.
“Terima kasih.”
Walau sulit untuk mengungkapkannya, akhirnya kami menerima ketiga buku pemberiannya.
“Ha...”
Aku pun menghela napas.
Aku ini tidak terlalu suka belajar. Apa seorang yang nilai kuliahnya rendah sepertiku, bisa memanfaatkan semua buku ini?
Baiklah. Aku pasti bisa memahami resep dan mantra sihir dalam semua buku ini. Itulah yang ingin kukatakan. Aku harap perisaiku punya fitur “penerjemah tulisan” untuk menangani masalah seperti ini.
Dan ada kemungkinan besar, perisaiku juga punya resep untuk pembuatan berbagai obat. Akan kucoba, siapa tahu aku bisa memakai kemampuan itu.
Meski begitu, aku masih ragu tentang pilihan mana yang lebih baik, di antara berusaha mencari resep dari cabang bentuk perisai, atau mempelajari resep obatnya dari tulisan di buku? Selain itu, aku juga harus berurusan dengan masalah pengeluaran dan yang lainnya.
Tetap saja... semangatku menjadi hilang saat memikirkan tidak adanya fitur penerjemah tulisan dalam perisaiku.
“Ayo kita pelajari sihirnya sama-sama.”
Dengan ceria, Raphtalia mengatakan itu padaku.
“Tapi aku tidak bisa membaca tulisan di dunia ini...”
“Eeh, karena itulah kita harus belajar bersama.”
“Yah... Boleh juga.”
Yah, kupikir tidak ada salahnya untukku, belajar sambil meramu obat.
Bagian 3[edit]
“Ngomong-ngomong, kapan gelombang selanjutnya tiba?”
“Hm? Ah, tunggu sebentar.”
Aku menatap ikon di sudut pandanganku, dan memeriksa menu tampilan ‘waktu munculnya gelombang bencana’.
“45 hari lagi.”
Bukannya gelombang bencana muncul setiap bulan!?
Hmm, kalau dipikir lagi, sudah 2 bulan berlalu sejak aku dipanggil ke dunia ini. Dan selisih waktunya hanya beberapa hari saja, dari saat Raphtalia dijadikan budak, dan saat dia bertemu denganku.
Satu bulan... ternyata waktu yang panjang.
“Yah, bagus juga kalau kita punya banyak waktu.”
Mungkin kita masih belum bisa melakukan banyak hal, meskipun waktu yang tersisa masih sebanyak ini.
“Apa semua urusan kita di kota ini sudah selesai?”
“Hmm... kita sudah menanamkan kutukannya kembali, dan menjual obat-obatan. Kita juga sudah mendapatkan buku. Menurutku, semua urusan kita di sini sudah selesai.”
Itu lah yang Raphtalia katakan setelah dia memastikannya kembali.
Karena kalau kita melupakan suatu urusan, dan kembali ke kota ini lagi, itu akan buang-buang waktu saja.
“Kita akan sarapan dulu, setelahnya kita akan pergi menaikkan level.”
“Baik.”
Sarapan hari ini membuatku terkejut, karena lidahku yang sekarang sudah berfungsi dengan baik.
Sekarang aku bisa tahu, mana saja makanan yang terasa enak.
Perisai Mortar telah Terbuka. Perisai Gelas Kimia telah Terbuka. Perisai Yagen[6] telah Terbuka.
Perisai Mortar Bonus Pemakaian : Pencampuran Ramuan Pemula <Belum Ahli>
Perisai Beaker Bonus Pemakaian : Bonus Pencampuran Cairan <Belum Ahli>
Perisai Yagen Bonus Pemakaian : Keterampilan Memetik 2 <Belum Ahli>
Setelah sarapan, kami meninggalkan kota dan pergi menuju desa Riyuuto.
Di sekitar desa itu, ada cukup banyak monster yang berkeliaran. Aku tidak tahu di mana para Pahlawan lain menaikkan level mereka. Karena cara untuk mencari tempat-tempat berburu, hanyalah dari bertanya pada penduduk lokal, atau mencarinya sendiri.
Sangat sulit mencari tempat berburu berdasarkan info dari dalam peta saja; cukup sulit hingga bisa disebut suatu tantangan tersendiri.
Walaupun sebenarnya kami tidak sedang bersaing, tetap saja terasa sedikit menjengkelkan kalau level-ku tertinggal jauh oleh ketiga Pahlawan yang lain. Dan bagus juga kalau aku bisa menemukan musuh baru, dan membuka bentuk perisaiku yang masih terkunci.
Singkat cerita, sudah cukup banyak bentuk perisai yang telah terbuka. Meskipun kemampuanku telah meningkat, tetap selalu saja ada masalah tersendiri.
Berkat perisaiku, atribut Pertahanan-ku telah meningkat pesat. “Stat”-ku yang lainnya seperti Ketangkasan, Stamina, Energi Sihir, dan SP, semuanya telah bertambah. Semua stat kecuali Serangan.
Karena alasan itulah, saat gelombang sebelumnya datang, aku tidak mendapatkan luka sedikitpun.
“...Selain itu, apa aku bisa menyerap monster dari gelombang bencana?”
Aku hampir melupakan hal itu, setelah kembali dari penghadangan gelombang bencana. Tapi aku ingin tahu, perisaiku akan bereaksi atau tidak pada monster-monster itu.
Di dekat desa Riyuuto, kami menemukan cukup banyak bangkai monster dari Gelombang Bencana.
Perisai Belalang Neraka telah Terbuka. Perisai Tawon Neraka telah Terbuka. Perisai Monster Neraka "Pemakan Bangkai" telah Terbuka.
Perisai Belalang Neraka Bonus Pemakaian : Pertahanan +6 <Belum Ahli>
Perisai Tawon Neraka Bonus Pemakaian : Ketangkasan +6 <Belum Ahli>
Perisai Monster Pemakan Bangkai Bonus Pemakaian : Pencegahan Pembusukan (Sedikit) <Belum Ahli>
Selanjutnya aku memeriksa, apa ada bentuk perisai lain yang terbuka.
Walau begitu, kebanyakan persyaratan untuk membuka cabang perisai ini belum terpenuhi, akhirnya hanya satu bentuk perisai saja yang terbuka.
Perisai Jarum Tawon telah Terbuka.
Perisai Jarum Tawon Bonus Pemakaian : Kekuatan Serangan+1 <Belum Ahli> Kemampuan Khusus : Perisai Duri (Kecil) , Racun Tawon (Pelumpuhan)
Dengan begini, kami terus mencari bahan lain. Para penduduk desa sedang memindahkan bangkai Chimera.
“Yo.”
“Ah, Tuan Pahlawan Perisai.”
Berkat jasa kami sebelumnya, sekarang mereka menyambut kami dengan ramah.
“Apa ini Bos dari gelombang sebelumnya?”
Aku bergumam sambil melihat bangkai Chimera itu.
Aku melihat baik-baik tubuh makhluk yang disebut Chimera ini, tapi entah kenapa.... kelihatannya kesan monster-nya tidak sama dengan monster-monster lain di dunia ini.
Mungkin hanya berbeda warna saja atau semacamnya, tapi aku masih belum bisa menebaknya.
“Makhluk yang mengerikan.”
“... Yah.”
Aku dan para penduduk setuju akan hal itu.
Perkiraanku mengatakan, para pahlawan dan pasukan ksatria sudah menguliti Chimera ini. Ada bekas irisan di daging dan kulit bangkainya.
“Apa boleh aku mengambil beberapa bagian tubuhnya?”
“Silahkan, lagipula kami juga kesulitan dalam membuangnya. Apa anda perlu bantuan kami, untuk menyiapkan bagian-bagian tubuhnya?”
“Yah, kalau kalian tidak keberatan... tapi kelihatannya tidak banyak yang bisa kupakai nanti.”
Banyak bekas goresan senjata tajam di kulitnya, jadi akan mustahil untuk dipakai membuat sesuatu seperti zirah. Jadi, yang tersisa... hanya daging, tulang... dan ekor ularnya.
Semua kepala Chimera-nya telah dipenggal dan dibawa pergi. Kalau dilihat-lihat, sepertinya makhluk ini punya 3 kepala.
Yah, terserahlah, Raphtalia dan akukemudian memotong bagian-bagian bangkai itu, untuk diserap oleh perisaiku.
Perisai Daging Chimera telah Terbuka. Perisai Tulang Chimera telah Terbuka. Perisai Kulit Chimera telah Terbuka. Perisai Ular Chimera telah Terbuka.
Perisai Daging Chimera Bonus Pemakaian : Keterampilan Memasak +1 <Belum Ahli>
Perisai Tulang Chimera Bonus Pemakaian : Pertahanan terhadap elemen Kegelapan (Menengah) <Belum Ahli>
Perisai Kulit Chimera Bonus Pemakaian : Pertahanan +10 <Belum Ahli>
Perisai Ular Chimera Bonus Pemakaian : Keterampilan Bertarung [Charge Shield] , Pencampuran obat Penawar +1 , Pertahanan terhadap Racun (Menengah) Kemampuan Khusus : Taring Ular Beracun (Menengah), Kail
Kelihatannya bentuk perisai terakhir memberikan banyak bonus yang berguna. Peningkatan pertahanannya pun cukup tinggi. Meski begitu, aku harus membuka lebih banyak Perisai seri Chimera, dan butuh level tinggi dan untuk bisa memakainya.
Untuk sementara, tidak akan jadi masalah kalau kita kesampingkan dulu kendala perisai ini, tapi kemungkinan besar, semua bentuk perisai ini akan berguna di gelombang selanjutnya.
Bagian 4[edit]
“Bagaimana dengan sisanya?”
Aku bertanya pada para penduduk desa.
“Karena nanti kami akan mengubur semuanya, ambillah yang anda perlukan.”
“Baiklah...”
Walaupun agak disayangkan, tapi yang tersisa di bangkai ini, kebanyakan hanya daging dan tulangnya saja.
Kupikir kami bisa membawa tulangnya, dan dagingnya bisa kita jemur untuk dikeringkan.
Walaupun tetap saja takkan bisa dimakan.
Jadi, seperti itulah kesimpulannya. Aku rasa daging itu bisa dipakai untuk bahan ramuan sihir.
... Tapi aku tidak yakin seseorang akan mau membelinya...
Ditambah lagi, membiarkannya membusuk akan menimbulkan masalah yang lebih parah. Lebih menakutkan lagi, kalau tiba-tiba dagingnya kembali "beregenerasi" karena tidak diawetkan dengan baik.
Tentang tulangnya, kupikir tidak apa-apa tanpa diawetkan lebih lanjut. Walau begitu, mungkin kita harus tetap berhati-hati.
“Kalau begitu, akan kuambil dagingnya sebanyak mungkin.”
“Um, tapi pasti akan sangat berat.”
“Bisakah aku titipkan pada pihak desa?”
“Eh? Tentu, kalau Tuan Pahlawan Perisai yang mengiginkannya...”
“Ambil dan jemur saja dagingnya, tapi sisakan sedikit nanti, siapa tahu ada orang yang ingin membelinya. Uang dari pembelian itu bisa kalian pakai untuk membangun kembali desa. Pasti akan ada orang-orang yang ingin membeli daging ini, untuk bahan penelitian mereka.”
“Ya, mungkin anda benar.”
Para penduduk desa terlihat tertarik dengan peluang pendapatan dana untuk membangun kembali desa, karena itu mereka menyetujui usulanku.
Setelahnya, aku mengurus bagian jeroan, dan bagian mudah busuk lainnya agar diserap oleh perisaiku. Mataharinya telah terbenam saat kami kembali ke desa Riyuuto.
Separuh dari bangunan desa sudah rusak, tapi semua korban selamatnya, sama-sama tinggal di rumah-rumah yang masih berdiri kokoh. Penduduk desa memberi kamar untuk kami bermalam di penginapan desa, dan kami pun memakai waktu sepanjang malam yang tenang itu untuk beristirahat.
“...Meskipun aku ingin membantu pembangunan desa, untuk saat ini, kita harus lebih memperhatikan tujuan kita.”
Hari ini, kami telah dibantu oleh para penduduk desa Ryuuto.
Mereka sangat berterima kasih karena kami ikut “mengurangi” bagian-bagian tubuh Chimera itu. Tapi rasanya kami merasa sudah terlalu merepotkan, karena mereka juga sampai memberi kami makanan dan kamar gratis.
“Kau benar. Tapi akan lebih baik kalau kita melakukan sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak.”
Seorang warga desa yang bisa membaca dan menulis, telah memberikan sebuah catatan berisi huruf-huruf yang dipakai dalam tulisan di dunia ini.
Catatan itu bisa disamakan dengan tabel Hiragana, atau tabel alfabet untuk bahasa Inggris.
Setelah itu, karena Raphtalia bisa membaca sedikit, aku memintanya mengajariku membaca huruf dan cara penyebutannya, sampai perlahan aku bisa menerjemahkan tabel catatan itu.
Dengan begini, mungkin nanti aku akan bisa merangkai suatu kata, meski masih akan terasa sulit dalam membaca kata-kata yang berbeda. Untuk sekarang, aku tidak perlu terburu-buru mempelajari huruf-huruf di dunia ini. Sambil meramu obat, aku berusaha keras dalam menghafal huruf-hurufnya.
Bab 26 : Filo[edit]
Bagian 1[edit]
Keesokan paginya, Raphtalia bangun kesiangan karena terus terjaga sampai larut malam. Aku meregangkan badanku, dan mengerang dengan masih menggenggam buku sihir di tanganku. Eh? Bukannya aku masih meramu obat tadi malam?
Aku pun terus mengumpulkan kesadaranku.
“Ah, telurnya mulai menetas.”
Selanjutnya, aku taruh telur itu di jendela kamar. Raphtalia juga menyadari, kalau telur yang aku beli kemarin mulai menetas.
Sayap berbulu terlihat bergerak keluar dari retakan telurnya. Makhluk dalam telur itu berjuang untuk bisa lahir ke dunia.
“Baiklah.”
Aku ingin tahu, monster apa yang akan muncul dari telur ini. Aku terus menatap telur itu, seiring retakan lainnya terus bermunculan.
Retakannya terus membesar sampai suara “Piki Piki” terdengar, hingga monster itu menunjukkan wajahnya.
“Pii!”
Dengan bulu menggemaskan dan mata monsternya, makhluk-seperti-anak-burung berwarna merah muda itu melihatku, dengan potongan cangkang telur yang terangkat di kepalanya.
“Pii!”
Makhluk itu melompat kegirangan, dan menabrak wajahku. Memang tidak terasa sakit, dan monster ini terlihat sangat bersemangat padahal baru saja menetas.
Walau aku tidak tahu ras-nya apa, kelihatannya keadaan fisiknya cukup sehat, dan akan tumbuh dengan baik jika dirawat dengan layak.
“Monster jenis apa ini? Apa ini jenis burung Pikyu Pikyu[7]?’
Aku terus memperhatikan badan anak burung ini. Pergerakan badannya terlihat lebih lincah daripada monster Balloon, dan kuharap setelah semakin dewasa, makhluk ini akan mampu menyerang dengan paruhnya.
“Hmm… Aku juga tidak terlalu tahu tentang monster.”
Raphtalia menjawab perkataanku dengan malu-malu.
“Mau bagaimana lagi. Apa kita harus menanyakannya pada warga desa?”
Karena ini adalah monster yang sudah dibeli, harusnya tidak akan membahayakan kalau kubawa bersamaku. Kalau ada masalah yang terjadi, makhluk ini akan mematuhi perintahku.
Saat kuulurkan tanganku ke arah makhluk ini, bayi monster tersebut berlari melalui tangan hingga ke bahuku, dan akhirnya melompat ke kepalaku.
“Piiii!”
Monster kecil itu melompat, dan meluncur dari kepala hingga ke pipiku. Monster ini …ternyata sangat lucu.
“Hihi, sepertinya monster kecil itu menganggap Tuan Naofumi sebagai ayahnya.”
“Oh, mungkin ini karena tanda yang dioleskan pada telurnya di tempat pedagang budak.”
Atau karena aku yang pertama menyentuh monster ini, makanya makhluk ini menganggapku sebagai orangtuanya.
Saat aku mengambil potongan cangkang telurnya, perisaiku mulai bereaksi. Mungkin kalau ku serap cangkang ini, perisaiku akan memberitahuku jenis monster apa ini.
Karena itu, aku pun menyerap sepotong cangkang telurnya.
Perisai Penjinak Monster telah Terbuka. Perisai Telur Monster telah Terbuka.
Perisai Penjinak Monster Bonus Pemakaian : Peningkatan Pertumbuhan Monster (Sedikit)
Perisai Telur Monster Bonus Pemakaian : Keterampilan Memasak +2
…Sebuah bentuk perisai yang tidak kuduga telah terbuka. Aku langsung mengganti bentuk Perisai Penguasa Budak-ku, menjadi Perisai Penjinak Monster karena terlihat lebih berguna.
“Apa kau teringat sesuatu?”
“Tidak, tapi sebuah bentuk perisai yang tidak terduga, telah muncul.”
Burung kecil ini sebenarnya dari jenis monster apa? Aku harap seseorang di desa tahu tentang hal ini.
Sembari berjalan menyusuri desa yang masih dalam tahap perbaikan, aku terus memikirkan di mana kami akan menaikkan level.
Apa sekarang kita pergi berburu, di area rawa di bagian barat desa saja? Aku juga ingin mencari monster yang lebih kuat di dekat pegunungan di barat-laut.
Kemudian, aku bertemu dengan seorang penduduk desa yang kukenal.
“Ah, Tuan Pahlawan Perisai.”
“Yo.”
“Selamat pagi.”
Di sini lah tempat yang kupertahankan saat gelombang sebelumnya terjadi, kelihatannya ada banyak penduduk desa yang kukenal di sini, sedang memperbaiki desa.
“Selamat pagi.”
Pria itu membungkuk pada kami. Aku merasa sedikit gugup karenanya.
“Pi!”
Anak burung di kepalaku juga berkicau dengan riang.
“Ooh?”
Penduduk desa itu memperhatikan anak burung di atas kepalaku.
“Apa ada yang salah?”
Aku menunjuk anak burung yang ada di atas kepalaku, lalu berkata.
“Aku mendapatkan anak burung ini dari telur yang dijual pedagang monster.”
“Aah, saya mengerti.”
“Tapi, aku tidak tahu monster jenis apa yang kubeli ini. Apa kalian tahu monster apa ini?”
Para penduduk itu memperhatikan anak burung ini lebih seksama.
“Biar kulihat …… Mungkin ini seekor Filolial?”
“Eh? Burung yang dipakai untuk menarik kereta?”
Sepertinya aku akan mendapat untung, dari uang yang kubayarkan untuk lotere kemarin.
… Yah, itu pun kalau yang dikatakan warga desa ini memang benar.
“Yah, anda bisa mengunjungi peternakan di daerah terluar desa.”
“Kalau begitu, aku akan pergi ke sana.”
Bagian 2[edit]
Kami pun tiba di rumah seorang yang mengurus peternakan. Peternakannya telah dirusak di saat bencana sebelumnya, hingga separuh dari semua monster di peternakan ini, mati terbunuh.
“Apa benar ini monster Filolial?”
Pria pengurus peternakan pun mengangguk saat aku bertanya padanya.
“Kelihatannya... Ini adalah seekor Filolial betina.”
Anak burung ini terduduk, saat pengurus peternakan menelitinya.
“Keturunan dari spesies Filo Aria Filolial ini cukup bagus, tapi monster ini takkan bisa diam sebelum cukup dewasa untuk menarik kereta.”
“……Monster menyusahkan macam apa ini.”
“Apa ada yang aneh?”
Oh, bagiku yang tidak terlahir di dunia ini, monster itu merupakan hal yang aneh.
Hmm……Aku ingin tahu, apa monster burung seperti ini menganggap kereta yang ditariknya, seperti sarang untuk melindungi telur-telur mereka?
“Yah, setidaknya modal yang kupakai untuk membelinya, bisa kembali lagi nanti.”
Boleh juga, saat monster ini tumbuh dewasa, monster ini bisa dijual minimal seharga 200 koin perak. Cukup menguntungkan juga, dengan modal awal yang sebesar 100 koin perak. Tapi, aku masih belum tahu, berapa lama waktu dan banyaknya uang yang dibutuhkan untuk membesarkannya.
“Pi!”
Anak Filolial itu berkicau di atas kepalaku.
“Apa yang biasanya monster ini makan?”
“Kalau monster-nya masih kecil, beri dia makanan lembut seperti kacang rebus. Setelah monster-nya semakin besar, berikan saja makanan apapun padanya.”
“Begitu ya, terima kasih.”
Aku sampai heran, kenapa aku bisa mengucapkan terima kasih dan membungkuk semudah ini. Untuk sementara, aku harus mencari kacang rebus di desa ini.
“Kalau begitu, kita akan memberi nama apa untuknya?”
Raphtalia bertanya padaku, sambil mengelus-elus anak burung itu.
“Kau akan memberi nama pada monster yang nanti akan kita jual?”
Yah, kalau kau memberi nama seekor peliharaan, itu akan mempererat ikatanmu dengannya, dan kau takkan tega saat nanti harus menjualnya.
“Maksudmu aku harus terus memanggilnya 'anak burung Filolial'?”
“Uhh……”
Sebutan itu memang merepotkan.
“Kalau begitu….. kita panggil saja Filo.”
“…… Kau terlihat tidak niat saat memberi namanya.”
“Diamlah.”
“Pi!”
Anak burung itu berkicau dengan riang, setelah memahami dirinya sudah diberi nama. Setelah sarapan, kami pun pergi berburu dengan membawa Filo.
“Kita akan pergi ke mana sekarang?”
“Pii?”
“Biar kuperiksa …… Ke suatu tempat yang bisa kita lalui dengan aman.”
“Baiklah!”
Raphtalia semakin bisa diandalkan. Pertarungan yang kami hadapi sekarang, menjadi lebih mudah daripada pertarungan yang sebelumnya.
Dengan riang, Filo berkicau di atas kepalaku. Memang terdengar berisik, tapi tetap saja kicauannya terdengar menggemaskan.
Saat matahari mulai terbenam, aku mulai mendengar suara-suara yang aneh. Kami jadi lebih sering menemui monster, tapi semua monster itu bisa kami kalahkan dengan mudah. Mungkin ini dikarenakan senjata dan zirah kami yang baru, walau dibeli sebelum gelombang kedua tiba.
Aku mulai bisa mengalahkan musuh yang menghadang di depan kami. Dan hasil dari perburuan kami adalah :
Aku : Level 23 Raphtalia : Level 27 Filo : Level 12
Walaupun aku jarang menyerang, aku tetap mendapat EXP yang cukup untuk naik level, di mana Level Filo sendiri naik dengan cepat.
Ini adalah kemajuan yang bagus.
Tubuh Demi-human akan tumbuh dengan cepat saat mereka naik level, sepertinya hal yang sama juga berlaku pada monster.
Tapi……aku masih heran ….. penampilan Filo sudah berubah cukup banyak, setelah dia naik level sebanyak ini. Sebelumnya, Filo hanya seekor anak burung yang bisa digendong dengan dua tangan.
Tapi sekarang, badannya sudah tumbuh dan membesar. Yah…… Sekilas wujudnya mirip dengan roti bakpau. Dan warna bulunya yang berwarna merah muda, juga semakin mendekati warna putih.
Kemudian aku mengelus badan Filo, untuk mengambil beberapa bulunya.
Perisai Penjinak Monster 2 telah Terbuka.
Perisai Penjinak Monster 2 Bonus Pemakaian : Pemulihan Status Monster (Sedikit)
Mirisnya, aku bisa melihat perbedaan dari pertumbuhan Filo, sedangkan aku tidak menyadari pertumbuhan Raphtalia sebelumnya.
“Piyo.”
Filo merubah kicauannya, dan mulai berjalan dengan suara “ketipak-ketipuk”nya, karena badannya yang berat.
*Krubuuuk*
…… Ada firasat tidak mengenakkan setelah kudengar suara dari arah Filo, yang daritadi selalu berkicau. Meskipun aku sudah membeli pakan yang agak terlalu banyak, sepertinya rerumputan di pinggir jalan bisa menjadi pakan tambahan yang cocok untuknya.
Rasa lapar Filo seakan tidak ada habisnya …… Ini membuktikan kalau pertumbuhannya memang cukup cepat.
“Umm…Tuan Naofumi …”
“Aku mengerti. Ras monster memang begitu mengagumkan.”
Sampai bisa tumbuh sebesar ini hanya dalam satu hari … Tidak lama lagi dia akan bisa ditunggangi.
Meskipun badannya ini kuat, tapi agak menakutkan juga kalau pikirannya masih belum dewasa. Karena itu, aku mengatur kutukan budaknya dengan lebih ketat.
Aku pun kembali ke penginapan, dan menanyakan pada pemilik penginapan, di mana aku bisa menitipkan Filo. Setelahnya, kami diantar ke kandang khusus, yang di sana disediakan tumpukan jerami untuk sarangnya.
Bagian 3[edit]
“Hm? Daging dan tulang Chimera juga di simpan di sini.”
Sepertinya tempat ini belum terkena efek dari gelombang bencana, karena itu bahan-bahan mentah di sini membusuk lebih lambat.
“Untuk sementara, saya akan menunggu daging Chimera-nya sampai lebih lunak, untuk mempermudah saat diproses nanti.”
“Eeh…..”
Apa pelunakan ini, nantinya akan lebih mempermudah proses untuk penelitian?
“Setelah itu, akan saya keringkan dagingnya, dan mencari orang yang mau membelinya. Aku masih berharap bisa menjual semua daging ini, karena kelihatannya ada beberapa Mage[8] yang akan tiba di desa.”
“Baguslah kalau begitu.”
Karena Chimera-nya berukuran cukup besar, masih ada banyak daging yang tersimpan di sana. Mungkin kalau dibandingkan, jumlahnya sama dengan sekitar 2 ekor sapi. Walau tidak bisa dimakan, tapi masih banyak orang yang mau membelinya untuk kepentingan penelitian. Dan inilah tempat yang cocok untuk mencari bahan penelitian tersebut.
“Piyo.”
*Krubuuuk*
Kau masih belum kenyang juga? Padahal aku sudah mendapatkan pakan tambahan dari desa untuk makanannya, tapi kelihatannya semua itu masih belum cukup. Kemana “raib”nya semua pakan itu?
*Kress…… Gress Krrekkress…… *
Apa itu suara daging dan tulang yang diremukkan? Kau masih selapar itu?
“Bisa tumbuh sampai sebesar ini hanya dalam satu hari …… Ini sangat tidak masuk akal.”
Penjaga kandang melihat wajahku dengan cemas.
“Monster ini masih Level 12.”
“Ehh?? Level 12??”
Penjaga kandang terlihat terkejut setelah mendengar jawabanku.
“Saya pikir akan butuh waktu setidaknya beberapa hari, dan monster-nya harus mencapai sekitar Level 20 untuk bisa tumbuh, tapi kekuatan Tuan sebagai seorang Pahlawan memang luar biasa.”
Hmm… Ada kemungkinan Peningkatan Pertumbuhan Monster telah mempengaruhi pertumbuhannya. Atribut Filo terus berubah setiap aku memeriksa status-nya.
Pertumbuhan yang mengesankan. Tapi aku masih belum bisa membiarkannya bertarung.
“Piyo.”
Seiring pertumbuhannya yang cepat, Filo terus berkicau dengan ceria. Setelah aku menepuk Filo untuk memeriksa apa dia sudah tertidur, aku pun kembali ke kamarku dan Raphtalia. Setelah itu, aku lanjut mempelajari huruf-huruf dari bahasa dunia ini.
Masalahnya, terlalu banyak huruf yang harus kupelajari.
Referensi :[edit]
- ↑ Karena Bab 24 dan 25 yang sebelumnya adalah [Special Extra 1 dan 2], jadi penerjemah coba sisipkan lagi Bab 24 dan 25 di Bab 26 ini untuk menyesuaikan cerita.
- ↑ Mungkin yang dimaksud adalah sistem Gacha, yaitu undian untuk mendapatkan item/karakter langka dalam sebuah video game/game berbasis browser.
- ↑ Inkubator adalah suatu perangkat untuk menyimpan telur burung atau binatang reptil, hingga telur itu menetas.
- ↑ Masokis adalah seseorang yang mendapatkan kenikmatan tertentu, dari keadaan saat dirinya melakukan/menjadi korban penyiksaan dan hinaan. (dikutip dari Wikipedia)
- ↑ Witch adalah (kebanyakan) wanita yang menggunakan sihir pengendalian roh/kutukan, sihirnya digunakan untuk tujuan yang buruk (atau kebalikannya dari Wizard). Sebutan Witch pun banyak disematkan pada penyihir wanita yang jahat.(dikutip dari forum diskusi KASKUS)
- ↑ Yagen adalah peralatan menumbuk mirip Mortar dan Pestle. Pestle-nya berbentuk roda untuk menggiling bahan-bahan mentah, dengan adanya pegangan di kedua sisinya. Mortar-nya sendiri berbentuk lebih cekung/disesuaikan dengan Pestle-nya yang berbentuk roda. (sumber dari Wikipedia)
- ↑ Pikyu Pikyu adalah monster berwujud mirip burung Kondor, tapi tidak bisa terbang tinggi dikarenakan beberapa kecacatan pada tubuhnya.
- ↑ Mage adalah sebutan umum untuk mereka yang mendalami ilmu sihir. Biasanya masih pada taraf pemula/masih belajar.