Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 10 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 13:25, 17 August 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (→‎Bagian 1)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 60 : Kejahatan[edit]

Bagian 1[edit]

Beberapa hari kemudian.

Dalam wujud Filolial Biasa-nya, Filo sedang menarik gerobak kami melintasi jalan raya. Seringkali kami mencoba menghindar dari menghampiri desa atau kota, lalu berulang kali pula bermalam di luar.

Akhirnya kami hampir tiba di perbatasan negeri.


“Gueeee!”


Filo memekik untuk memberitahu kami bertiga. Apa ada musuh yang menghadang kita?

Sembari bersembunyi dalam tumpukan jerami, aku dan Puter Kedua mengintip apa yang terjadi.


“Hehehe. Kalau kau mau lewat, cepat serahkan semua uang kalian.”


Suara orang itu terdengar tidak asing.

Saat kulihat, ternyata dia adalah bandit yang sebelumnya pernah mencoba merampok si saudagar perhiasan. Apa yang orang ini pikirkan? Dia serius mau merampok gerobak berisi tumpukan jerami?


“Hei! Cepat serahkan semua barang berharga yang kau bawa! ...Oh? Sepertinya aku pernah melihatm-”


Setelah memperhatikan Raphtalia yang sedang menyamar, wajah bandit itu langsung menjadi pucat.


“Tapi sekarang kau terlihat berbeda.”


Karena merasa tidak ada gunanya lagi bersembunyi, aku segera melompat keluar dari gerobak. Filo juga langsung berubah ke wujud Ratu Filolial-nya.


“Jadi kalian akan bertarung...?”


Dengan gelisah, Puteri Kedua bertanya dari dalam tumpukan jerami.


“Yah, mungkin begitu. Kau tidak perlu khawatir.”

“Kenapa? Apa kita akan baik-baik saja?”


Sepertinya dua per tiga dari para bandit itu, belum pernah bertarung melawan kami. Kebanyakan dari mereka terlihat kebingungan, karena melihat wajah pucat bandit lainnya.


“J-J-J-Jangan takut. O-Orang ini sekarang menjadi buronan kerajaan. K-kalau kita menangkapnya, kita akan mendapat imbalan yang besar.”


Bandit itu berseru dengan gemetar dan terbata-bata. Ucapan gagapnya sampai separah itu.


“Walau bulan lalu aku sudah meenjarah markas kalian, ternyata kalian bisa kembali merampok lagi. Cepat juga kalian memulihkan keuangan kalian.”


Salah satu rekan bandit itu yang daritadi terlihat kebingungan, mulai bersiap untuk menyerang kami.


“D-diam! Gara-gara kalian, sekarang aku menjadi pesuruh dalam kelompok perampok lain!”

“Ah... jadi kelompokmu telah menyatu dengan mereka?”

“ ‘Bos’ telah pulang ke kampung halamannya!”

“Baguslah. Kau juga harusnya berhenti merampok.”

“D-diam! Akan kami balas kalian!”


Mereka mengeluarkan senjata mereka, lalu berlari menyerbu kami.


“Raphtalia! Filo!”

“Baik!”

“Baik~!”


Aku mundur ke belakang untuk melindungi Puteri Kedua. Lagipula Raphtalia dan Filo saja sudah cukup untuk mengalahkan mereka semua.


“Rasakan ini!”


Salah satu bandit mencoba menebaskan pedangnya ke arah Filo.


“Filo!”


Puteri Kedua melompat dari tumpukan jerami, lalu sembari merengangkan tangannya, merapalkan sebuah mantra.

Apa? Jadi Puteri Kedua juga bisa bertarung?

Tate no Yuusha Volume 3 Image 11.jpg

“Aku perintahkan kepada inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Serang mereka dengan elemen air...! Al Tsuvait[1] - Aqua Shot!"


Hah?


Kemudian beberapa gumpalan air muncul dari kedua tangan Puteri Kedua, dan melesat ke arah para bandit itu.

*BUKK BUKK BUKK!!!*

“Uge!”

“Gawa!”

“Ugh!”


Ketiga bandit di depan Filo pun terpental terkena serangan sihir itu. Serangan sihir Puteri Kedua ternyata cukup kuat.


“Aku perintahkan kepada inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Cincang mereka dengan pisau air...! Tzuvait - Aqua Slash!"


Puteri Kedua kembali merapalkan sihir lainnya. Mendengar dari mantranya saja, sihir itu sepertinya cukup berbahaya.

Tidak lama, terlihat banyak pisau air yang muncul dari kedua tangannya.

*Wush wush wush wush*

Serangannya meleset, namun pohon yang terkena serangannya, langsung terpotong menjadi dua.


“Selanjutnya... Aku akan menggunakan sihir...”


Napasnya menjadi terengah-engah. Kelihatannya merapalkan sihir terus menerus cukup sulit dilakukan.


“Dalam rombongan mereka ada seorang penyihir! Dia juga penyihir yang kuat!”


“Filo!”

“Baik~!”


Setelah Puteri Kedua memberi sinyal pada Filo, Filo pun menendang para bandit yang masih terkejut seperti menendang mainan.

Bagian 2[edit]

“Akan kuakhiri di sini.”

“Masih belum~!”


Salah satu bandit menyelinap memanfaatkan kekacauan ini, dan mencoba menyergap Puteri Kedua.


“Air Strike Shield!”

“Arrgh!”


Tepat saat dia melompat untuk menyerang Puteri Kedua, aku panggil Air Strike Shield untuk menghalanginya.


“Masih belum selesai!”


Beberapa bandit yang tersisa, mulai menyerbu Puteri Kedua yang paling rawan dijadikan sasaran.


“Second Shield...! Change Shield!”


Aku pun memanggil perisai kedua untuk melindunginya, dan segera kurubah bentuk perisai Second Shield.

Kali ini akan kupakai bentuk Perisai Jarum Tawon. Karena mereka bisa mati jika terkena damage racun per detik, akan kuhentikan mereka dengan racun pelumpuhan.


“Ugh, argh...”


Salah satu bandit yang menabrak perisai keduaku, kemudian ambruk dan badannya menjadi kaku.


“Kami masih belum selesai!”


Bandit yang pertama mendekati Puteri Kedua, mulai merangkak untuk menangkapnya.


“Tidak, kalian sudah kalah.”

“Aa...!”


Suatu bayangan yang besar mulai menutupi bandit itu. Sepertinya dia menyadarinya juga, karena dia sempat berteriak.


“Aku akan membantu Mel~!”

*BUGGG!!*

Filo pun menindihkan badannya pada bandit itu. Mungkin teriakan bandit tersebut, adalah akhir dari perjuangan para bandit ini.


“Kelihatannya kalian cukup terlatih juga. Katakan padaku, di mana markas kalian.”


Setelah semua bandit itu diikat, aku menanyai mereka semua.


“Kami takkan pernah mengatakan-”

“Filo.”


“Makhluk itu ada di sana!”

“H-Hei!”


Salah satu bandit yang pernah kami temui waktu itu, terlihat putus asa dan ingin memohon ampun.


“Kalau kita tidak menuruti perkataan orang ini, burung gendut itu akan memakan kita!”

“Jangan becanda!”

“Kau pikir orang ini sedang bercanda!?”


Aku cukup terkejut mendengar pembicaraan para bandit ini.


“Lagipula dia ini siapa? Tadi dia memakai jurus dan sihir yang aneh.”

“Kau masih belum mengerti juga!? Dia itu si Perisai!”

“Eh!?”


Wajah para bandit yang lainnya langsung memucat.


“Dia si iblis dengan burung pemakan-manusianya?”

“Itu benar! Burung itu akan memakan apapun, termasuk manusia. Aku sendiri lebih memilih kena tendang dan kabur dari sini!”


“Kami mohon, jangan bunuh kami! Kami akan memberimu semua harta kami... Kalau perlu, harta milik pimpinan juga akan kami berikan padamu!”


Sepertinya ada rumor lain yang ditambahkan tentang diriku...

Raphtalia hanya bisa menepuk keningnya dan mendesah.


“Kalau kalian berbohong-”

“Aku tahu! Karena itu, tolong ampuni kami!”


Para bandit itu memberitahuku tempat persembunyian mereka.



Tentu saja, kami ‘bertamu’ ke sana dengan kekuatan yang jauh mengungguli para bandit penjaga markas. Saat kami memasuki markas mereka, Puteri Kedua terlihat ketakutan. Tapi setelah beberapa saat, akhirnya dia bisa kembali tenang.

Kami menjarah semua barang berharga yang dimiliki para bandit itu, dan membakar barang lainnya yang terlalu merepotkan untuk dibawa. Yah... Kalau ada barang yang terlewat, dan para bandit itu mengambilnya, aku tidak begitu mempedulikannya.

Aku menunjukkan senyum kecil pada para bandit yang berputus asa itu. Mereka pun kembali terusir dari tempat persembunyian mereka.

Di hari itu, kami bermalam di markas ban- maksudku, di luar. Benda yang ada di sana kebanyakan hanya makanan saja, tapi karena sekarang kami bertahan hidup sebagai buronan dan hanya makan daging monster, kami cukup terbantu dengan adanya makanan yang layak.


“Hei, Puteri Kedua. Sepertinya kau sudah terbiasa memakai sihir.”

“Ya. Aku mempelajari sihir untuk pertahanan diri.”


Kalau Puteri Kedua bergabung dengan party kami, kemampuan bertarung kami bisa jadi lebih baik ke depannya.


“Berapa banyak sihir yang bisa kau gunakan? Sekarang kau level berapa?”

“Uhmm, sekarang aku Level 18... Aku bisa menggunakan beberapa sihir ‘elemen air Tingkat Menengah’.”


Ternyata, level-nya lebih rendah dari dugaanku. Yah, kalau dilihat dari penampilan dan usianya, harusnya level Puteri Kedua tidak serendah itu.

Tapi, dia bisa menggunakan sihir tingkat menengah, ya?


“Jadi, kau lebih menguasai sihir elemen air?”

“Ya.”


Warna rambutnya juga biru. Apa warna rambut ada hubungannya dengan kecocokan penggunaan sihir?


“Aku juga bisa menggunakan sedikit ‘sihir elemen tanah’.”

“Ooh...”


Jenis sihir yang bisa dia gunakan cukup beragam juga.

Bagian 3[edit]

“Oh, benar juga, apa kakakmu menggunakan sihir angin?”


Sebenarnya aku tidak ingin membahas si jalang itu. Aku terkena serangan sihir angin, pada saat aku berduel melawan Motoyasu.

Sial, dengan memikirkannya saja aku sudah merasa kesal. Lebih baik jangan terus kupikirkan.


“Kakanda? Kakanda membanggakan kehebantannya dalam penggunaan ‘sihir elemen api’, dan terkadang dia juga menggunakan ‘sihir elemen angin’.”


Oh... Berarti warna rambut memang menunjukkan bakat penggunaan sihir.


“Jadi, ibumu unggul dalam penggunaan sihir elemen api dan air?”

“Itu benar.”


Tidak diragukan lagi.


“Untuk sementara ini, lebih baik kau bergabung dengan party-ku.”

“Baik.”


Bukannya aku ingin memanfaatkan kemampuan Puteri Kedua, tapi ini untuk jaga-jaga jika terjadi suatu saat kita menemui keadaan yang mendesak. Dan sebaiknya kita terus menghindari pertarungan, karena selalu ada resiko kematian yang menghantui.

Aku tidak ingin mengambil keputusan yang nantinya bisa mengancam keselamatan Puteri Kedua.


“Hei. Kenapa Tuan Pahlawan Perisai membuat Ayahanda begitu marah?”

“Kalau dipikir lagi, aku belum memberitahu alasannya padamu. Semua itu berawal sejak kakakmu menjebakku...”


Di malam itu, aku menceritakan pada Puteri Kedua tentang semua perbuatan si sampah dan si jalang kepadaku. Filo juga terlihat sedang menyimak ceritaku, dan entah kenapa dia tetap terdiam.

Aku tidak berbohong atau menyembunyikan kebenaran apapun, aku hanya menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Puteri Kedua. Yah... walau perasaan dan kebencianku sedikit tercampur-aduk dalam ceritanya, akan kuanggap itu sebagai suatu pembelajaran untuk Puteri Kedua.


“Ayahanda dan Kakanda sangat kejam! Bahkan saat Tuan Pahlawan Perisai mengatakan hal buruk tentang mereka, aku tidak bisa membantahnya.”

“Benar, kau benar.”

“Bahkan Ibunda juga pernah berpesan, agar Ayahanda menghargai Pahlawan Perisai sebanyak mungkin.”

“Apa?”


Dia bilang apa tadi? Bukankah negeri ini menganggap si perisai sebagai iblis? Apa anggapan sang ratu, berbeda dari para penduduk negeri ini?


“Kenapa?”

“Tidak, aku hanya kesulitan menebak apa yang ibumu pikirkan tentangku.”

“Um... Aku tidak tahu. Tapi Ibunda telah mengirim surat pada Ayahanda, agar memperlakukan semua Pahlawan dengan adil.”


Sedikitnya aku mengerti dengan yang diceritakan Puteri Kedua. Nampaknya, sejak awal sang ratu sudah mengkhawatirkan terjadinya hal seperti ini padaku.

Oh, terserah... Karena semua ini terjadi “berkat” kebijakan si sampah.


“Tuan~, ternyata banyak hal yang terjadi sebelum Filo lahir, ya...”

“Itu benar.”


“Eh?”


Puteri Kedua terlihat kebingungan.


“Uhmm... Filo, sekarang umurmu berapa tahun?”

“Satu bulan dan tiga minggu~”

“Ehh!?”


Tidak heran kalau Puteri Kedua sampai kaget begitu. Bahkan untuk kalangan monster sendiri, pertumbuhan Filo ini tergolong cepat.


“Pertumbuhan Filo sangat cepat.”

“Ehehehe... Filo telah dipuji oleh Mel~”


“Memangnya Puteri Kedua sedang memujimu, Filo?”


“Kalau begitu, aku menjadi kakak pertama.”

“Yah... Kalau melihat umur, Raphtalia ini seumuran seperti kalian.”


“Kakak Raphtalia ternyata...”

Tate no Yuusha Volume 3 Image 5.jpg

Filo menatap Raphtalia dengan ekspresi kecewanya, dan itu membuat Raphtalia menatapku dengan dingin.

Yah, aku paham apa yang Raphtalia rasakan, apalagi yang berbicara begitu adalah seekor burung.


“A-apa?”

“Demi-human... walau seumuran, Nona Raphtalia merasa dia lebih tua dari kami berdua.”

“Yah... aku juga tidak mau kalah.”


Suasananya jadi agak rumit.


“Yah... Walau begitu, penampilan Raphtalia yang sekarang memang cocok dengannya.”


Kalau tidak, orang-orang pasti menganggapku sebagai seorang lolicon.

Filo dan Puteri Kedua ini masih anak-anak. Dan juga, Raphtalia sudah menjadi budakku saat dia masih seorang gadis kecil.


“Memang beginilah yang seharusnya terjadi.”

“Tuan Naofumi...”


Mereka bertiga bisa-bisa dianggap sebagai Loli-Harem. Aku jadi penasaran, para Pahlawan yang lain akan mengomel apa lagi padaku nanti.


“Selain itu... Kita akan beristirahat di sini, dan berangkat melewati perbatasan besok.”


“Yey~!”

“Baik!”

Referensi :[edit]

  1. “Tzuvait” adalah kata sifat, yang membuat tingkatan sihir yang dirapalkan menjadi “Tingkat Menengah”. Dan untuk “Al” , berarti sihir tersebut dipanggil dalam jumlah tertentu.