Tate no Yuusha Jilid 4 Bab 1 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 13:12, 19 September 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (→‎Bagian 2)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 76 : Si Sampah dan Si Jalang[edit]

Bagian 1[edit]

“Tunggu sebentar!”


Suatu pernyataan aneh baru saja diucapkan.

Jadi negeri lain pun bisa memanggil para Pahlawan? Masing-masing negeri juga memiliki giliran untuk pemanggilannya? Berarti negeri ini telah melakukan hal yang nekat.


"Bisa anda jelaskan rinciannya?"

"Tentu saja."


Garis besar penjelasan sang ratu adalah seperti ini.

Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan dari gelombang pertama telah dilaporkan ke seluruh dunia, kemudian diadakanlah pertemuan tingkat dunia yang dihadiri para raja dan ratu dari berbagai negeri. Tentu saja ada beberapa negeri yang memiliki hubungan buruk satu sama lain, contohnya negeri Melromarc dan Silt Welt.

Dikatakan, ada suatu ramalan yang menyebutkan bahwa dunia ini berada di ambang kehancurannya. Maka dari pertemuan tersebut, telah diputuskan bahwa semua negara yang bermusuhan, untuk sementara harus melakukan gencatan senjata.

Pada pertemuan itu, telah diputuskan juga bahwa negeri Melromarc mendapatkan giliran keempat untuk melaksanakan ritual pemanggilan Pahlawan. Ngomong-ngomong, dalam setiap ritual seharusnya hanya 1 orang Pahlawan yang bisa terpanggil. Bahkan seringkali ritual tersebut gagal memanggil para Pahlawan.

Tentu saja Pahlawan yang mana yang dipanggil, bergantung pada hasil perundingan dengan negeri-negeri lain.


“Jadi, bagaimana caranya negeri ini bisa memanggil kami berempat?”

“Dalam pemanggilan Pahlawan, penggunaan sebuah relik[1] suci sudah menjadi persyaratan umum. Tergantung dari pemanggilannya, waktu pelaksanaan ritualnya kemudian akan ditentukan sesuai giliran yang diputuskan semua negeri...”


Sepertinya Gereja Tiga Pahlawan mencoba memanfaatkan perginya sang ratu untuk memanggil keempat Pahlawan.


“Gereja Tiga Pahlawan adalah agama yang memiliki pengaruh kuat di dalam negeri ini, tapi dari apa yang kutahu, prinsip mereka sangat tertutup. Karena itu, tidak kusangka pergerakan mereka bisa luput dari pengawasanku.”

“Kelihatannya masalah ini cukup rumit...?”


Melihat mereka mengumpulkan semua Pahlawan yang harusnya menyelamatkan dunia, pada satu tempat.


“Ya... Dan tindakan itu mengundang banyak protes dari negeri-negeri lain. Itulah masalah yang sedang kuselesaikan.”

“Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Hingga mempercayakan negeri ini, pada orang yang bisa saja menimbulkan peperangan?”


Dan di situlah masalah besarnya, seorang yang tidak cakap malah ditunjuk untuk mengurus negeri ini.


“Bicara apa kau!”

“Diam!”


Setelah sang ratu berteriak begitu, si sampah langsung terdiam.


“Sebelumnya ini tidak menjadi masalah. Bahkan sebelum munculnya Gelombang Bencana, aku telah terlibat dalam urusan diplomasi. Urusan dalam negeri kami pun berjalan dengan baik, dan aku mempercayakan urusan tersebut pada seseorang yang menjadi tangan kananku, tapi...”

“Tapi...?”

“Dia juga begitu dihormati oleh para Demi-human... Namun dia mati saat serangan gelombang pertama berlangsung...”


Sungguh nasib yang buruk... Jadi yang tersisa di negeri ini sekarang, hanyalah si sampah dan beberapa orang lainnya yang tidak berguna?

...Seperti yang kukira, sikap tidak bertanggung jawab si sampah memang terasa sangat janggal. Saat ini, banyak posisi di dalam negeri yang harus diisi oleh wajah-wajah baru dan berbakat. Jika tidak, keadaan negeri ini tidak akan berubah.

Kemungkinan terburuknya adalah saat si sampah memegang kekuasaan tertinggi, dan semua orang di sekitarnya takkan berani memperingati keputusan buruk yang si sampah ambil, karena takut dikenakan hukuman olehnya.

Seperti itulah keadaan di negeri ini.


“Sebenarnya, aku merasa harus melaksanakan pemanggilan Pahlawan, tapi semua Pahlawan serentak terpanggil dalam ritual itu!”


*PLAK!*


“Ugh--“


Sang ratu kembali menampar si sampah.

Yah, akan terlihat aneh jika sang ratu tidak semarah itu, setelah kembali ke negerinya dan mendapati segunung masalah yang menyambutnya.


“Meski terkesan bodoh, terpaksa aku harus bergantung pada ‘penerus’ku karena memiliki suami yang bodoh sepertimu! Ketika dia mati dengan sebab yang tidak biasa, kau bahkan tidak sedikitpun mencoba menyelidiki kematiannya. Dan ternyata yang telah membunuhnya adalah Gereja Tiga Pahlawan!”

“Gufu!”

“Ditambah lagi, di hari tepat setelah keempat Pahlawan terpanggil, kau malah menjebak Pahlawan Perisai. Setidaknya kau harus merasa curiga, bahwa ada sebuah konspirasi yang sedang terjadi!”

“Guha!”

“Dan setelah aku berpesan agar kau tidak menyudutkan Pahlawan Perisai, masih saja kau melakukannya! Apa kau belum paham juga, tindakanmu itu bisa memicu negeri lain untuk menyerang kita!”

“Geho!”

“Dan setelah berakhirnya serangan gelombang kedua, dengan sengaja kau mencoba merebut seorang budak milik Pahlawan Perisai, yang pertemuan mereka sudah kuatur dengan susah payah!”


Apa!?

Apa yang sang ratu katakan tadi?


“Tunggu sebentar, anda sengaja mempertemukanku dengan Raphtalia?”

“Akan kujelaskan nanti! Sekarang aku sedang berurusan dengan orang bodoh ini!”


Uwaah... Aku jadi kena bentak juga olehnya.


“Saat kau bertindak diluar kewenanganmu, para bangsawan mulai berkomplot untuk merebut singgasanamu. Sebuah kerusuhan telah terjadi di Silt Welt, dan Schildfrieden sedang mempersiapkan diri mereka untuk berperang!”


Entah kenapa... Aku merasa kasihan terhadap sang ratu. Semua orang yang dia andalkan di negerinya telah mati, dan hanya dia seorang yang melindungi negerinya dari negeri-negeri lain yang bisa saja menyerang.

Luar biasa, aku penasaran apa saja yang telah dia alami, hingga dia bisa berkata seperti itu.

Luapan emosi seperti itu... Awalnya kupikir hanya para wanita di awal umur 20-an saja, yang bisa melakukan kekerasan pada suami mereka. Maksudku... Dia adalah ibu dari si Jalang dan Melty, tapi dia tetap masih terlihat begitu muda.


“Dan yang membuatku tambah kesal, Melty tiba-tiba ingin bertemu denganmu! Kesabaranku sudah habis, karena itulah aku merencanakan suatu jebakan!”

“A-Apa kau bilang!?”

“Apa kau sudah menyelidiki semua hal yang terjadi di sekitarmu? Aku membiarkanmu mengirim prajurit dalam jumlah besar, yang harusnya dikerahkan hanya dalam keadaan darurat! Itulah awal mula peristiwa ini terjadi!”

Bagian 2[edit]

Sang ratu berseru dengan amarahnya yang meledak-ledak.


“Gereja Tiga Pahlawan adalah aliran sesat! Agama yang negeri Melromarc ikuti adalah Kepercayaan Empat Pahlawan!”

“A-Apa kau bilang!? Tradisi itu telah ditinggalkan sejak awal mula negeri ini berdiri!”

“Dan ada banyak aliran sesat yang tidak berguna, dan hanya bisa menimbulkan masalah saja!”


Kepercayaan Empat Pahlawan?


“Agama apa itu?”

“Itu adalah agama yang mempercayai kesetaraan Empat Pahlawan.”


Jawab Melty.

Yah, saat kupikir lagi, harusnya ada banyak negeri yang mempercayai legenda Empat Pahlawan, yang dikisahkan menjadi penyelamat dunia.


“Bahkan Gereja Tiga Pahlawan dulunya menjadi bagian dari Kepercayaan Empat Pahlawan, hingga mereka sebagai kubu fanatik memisahkan diri... Aku bisa menjelaskan kelanjutannya, tapi harus kumulai dari menceritakan awal mula negeri ini terbentuk.”

“Aku mengerti...”


Jika Silt Welt memiliki kepercayaan yang mengagungkan Pahlawan Perisai, maka tidak aneh jika negeri-negeri lain ada yang mempercayai keempat Pahlawan.

Dengan kata lain, penyebab perselisihan antara negeri Silt Welt dan Melromarc, adalah karena kebencian yang ditujukan Melromarc pada Pahlawan Perisai. Apa karena negeri lain mempercayai iblis perisai, hingga menyebabkan terbentuknya Gereja Tiga Pahlawan?

Di mana campur tangan keluarga kerajaan dalam peristiwa ini?


“Fuh...”


Setelah beberapa kali menampar si sampah, sang ratu menutup bibirnya dengan kipas lipatnya, dan melihatku dengan tatapannya yang sekarang lebih tenang.


“Ada banyak hal... yang nanti ingin kubicarakan tentang semua perbuatan Tuan Iwatani.”

“Aku menolak... Kalau bisa, aku tidak mau mendengar kisah kepahlawanan semacam itu.”

“Kau harus mendengarkannya, karena Tuan Iwatani juga telah membuat banyak masalah.”


Uh... aku ingin tahu apa saja masalah yang sang ratu maksud, tapi aku lebih memilih untuk tidak mendengarnya. Jujur saja, sejak datang ke dunia ini, aku telah melakukan beberapa hal yang buruk.

Tentu saja aku tidak ingin, dan tidak akan menyesali perbuatanku.


“Contohnya, keonaran yang monster-mu sebabkan di tempat pedagang monster.”

“Hmm...”

“Lalu kegemparan yang terjadi di bar.”


Dia sampai tahu sebanyak itu.


“Apa kau tidak menyadari, siapa yang telah menutupi perbuatan onarmu sebelum berita itu sampai ke suamiku?”

“Apa aku akan diceramahi juga? Cukup disesalkan, tapi aku berbeda dengan orang itu.”

“Tentu tidak... Aku hanya ingin kau mendengarnya saja.”

“Aku juga tidak merasa telah berbuat salah.”

“Sesuai dugaanku. Meski nyatanya berkat semua tindakanmu itu, aku bisa sedikit tenang saat mengunjungi negeri lain, yang berarti kau tidak perlu khawatir.”

“Hmm...”

“Untuk sementara, ada banyak hal yang harus dilakukan sebelum menentukan hukuman untuk kalian berdua.”


Wajah si sampah dan si Jalang menjadi sangat pucat, seakan ini adalah akhir bagi hidup mereka.


“Apa kalian tidak terima?”


“T-Tentu saja!”

“Itu benar, Mama! Harusnya kau tidak menyalahkanku!”

“...Bukannya hubungan kita sebagai ibu dan anak telah diputus? Aku sudah tidak mengakuimu sebagai puteriku. Pergilah dari negeri ini... Tidak, bayarlah kejahatanmu pada negeri ini.”


Sang ratu hampir membuang si jalang atas dasar amarah sesaat.

Kemudian selembar kertas yang bertuliskan jumlah uang yang besar, diserahkan pada si jalang. Si jalang semakin pucat setelah membaca tulisan pada kertas tersebut. Pasti si jalang telah menghabiskan uang dengan seenaknya, demi membiayai gaya hidupnya.


“Aku tidak punya uang sebanyak ini!”

“Itu adalah hutang yang ditagihkan padamu oleh pihak Serikat. Berani mengambil uang dari kas negara tanpa izin... Kau pikir aku tidak akan tahu? Mulai sekarang, kau akan mengabdi pada negeri ini sebagai seorang budak...”

“Itu tidak masuk akal!”

“Kalah kau tidak setuju, maka selamatkanlah dunia bersama keempat Pahlawan. Jika kau berperan aktif dalam melawan gelombang, akan kupertimbangkan lagi hukuman untukmu.”


Setelah membungkan si jalang, sang ratu menatap si Sampah.


“Kenapa kau memandangku seolah aku ini orang asing!? Kau juga telah berubah, Aultcray.”


Si sampah tersentak ke belakang.

Kenyataannya, tidak mungkin orang ini bisa melawan sang ratu. Harusnya dia bersikap lebih bijak.


“Bertempurlah melawan Gelombang Bencana sebagai seorang komandan di garis depan, atau jadilah seorang petualang karena kau bukan lagi seorang raja.”


“Ugh... Istriku, Ratuku. Diri ini telah khilaf. Mohon ampuni diri ini.”

“Itu benar. Mama, kumohon pertimbangkan lagi keputusanmu.”

“Pengampunan dan pertimbangan keputusan untuk kalian telah kulakukan... Oh, aku punya cara yang lebih baik.”


Sang ratu memberi isyarat padaku.

Aku pun melangkah ke depan dan menunggu perintah sang ratu.


“Tuan Iwatani, hukuman apa yang akan kau berikan pada mereka berdua? Kau boleh memilihnya sendiri.”

“Kematian! Hukum mati mereka!"


Tate no Yuusha Volume 4 Image 1.jpeg


Dengan spontan kujawab begitu. Pasti dalam alam bawah sadar sekalipun, aku begitu membenci mereka berdua.

Jujur saja, hanya pilihan itu yang terlintas di benakku. Bahkan kebencianku ini rasanya masih belum terbayarkan hanya dengan kematian mereka.


“Ugh! Kau bajingan--!“

“Jangan bercanda--!“


Sang ratu mengangkat tangannya untuk membuat mereka berdua diam.

Bagian 3[edit]

“Ya ampun... apa kau akan merasa puas setelah membunuh mereka?"


Terlihat mencurigakan, sang ratu mengalirkan energi sihirnya ke sekitar badanku.

Seketika aku merasa merinding. Menjengkelkan... Insting-ku mengingatkanku, bahwa aku sedang berurusan dengan seorang yang berbahaya.


“Katakanlah kau telah membunuh mereka. Kalau kau melakukan itu, hanya kepuasan sesaat yang kau dapat, dan mereka akan segera terbebaskan dari siksaanmu, atau kau akan kehilangan kesenangan yang sebenarnya bisa kau dapat dari mereka.”

“Kau... Tidak, teruskan saja.”

“Terlalu kejam jika harus membunuh mereka berdua. Bagaimana kalau kau perlakukan mereka seperti anjing, yang bisa kau belai dengan lembut, lalu buat mereka bekerja keras untukmu sampai mati...?”


Sang ratu sanggup bersikap sedingin itu, walau sebelumnya mereka adalah keluarganya sendiri...


“Tolong pertimbangkan ini, sebagai perasaan terakhirku untuk mereka.”

“Yah... Baiklah kalau begitu.”


Pada dasarnya selain membunuh mereka berdua, sang ratu akan mengabulkan apapun permintaanku.


“Pada awalnya, seorang ratu di negeri ini memiliki kewenangan tertinggi. Namun karena terjadinya konspirasi yang dibuat Gereja Tiga Pahlawan, nama baik keluarga kerajaan sedang dipertanyakan di negeri lain.”

“Bukankah menyalib mereka berdua akan mengembalikan wibawa negeri ini?”


“Perisaiiiii!! Kau bajingaaan!!”


Sang ratu mengabaikan pekikan menyedihkan si sampah.


“Memang seharusnya begitu. Tapi tindakan itu takkan berlaku pada Aultcray.”

“Kenapa tidak?”

“Mungkin sekarang dia sudah menjadi seorang yang bodoh, namun dulu dia adalah sosok yang hebat... karena namanya begitu terkenal di berbagai negeri, masalah ini tidak mungkin bisa diakhiri dengan membunuhnya .”


Aku tidak tahu apa yang telah si sampah lakukan di masa lalunya, tapi aku paham dengan maksud sang ratu.

Si sampah terlalu dikenal luas.

Awalnya, aku kira seorang raja ceroboh sepertinya telah diberi kewenangan yang terlalu besar. Apa karena dulu dia telah berjasa besar? Sepertinya setelah tahu akan kematiannya, para pendukung si sampah takkan tinggal diam.

Direndahkannya seorang ‘tokoh pahlawan’ yang telah kehilangan masa kejayaannya, seperti saat dia diseret sepanjang jalanan berlumpur, pasti akan sangat menarik untuk dilihat.


“Aku mengerti. Aku akan mengikuti rencanamu.”

“Terima kasih sudah mau mempertimbangkannya lagi.”

“Walau begitu, aku ingin mereka berdua merasakan neraka dunia. Itulah syarat minimal yang kuinginkan.”

“Ya, tentu saja... Kalau begitu, kau akan memulainya dengan hukuman seperti apa?”


Ide yang bagus... aku tidak perlu membunuh mereka berdua.


“Aku ingin memulainya dengan menjerat kedua tangan dan kaki mereka, dan menariknya hingga lepas...”


Aku melihat tatapan Raphtalia padaku, yang membuatku mulai memikirkan hukuman yang lain. Meski sang ratu memberiku hak untuk memilihnya, bahkan aku sendiri merasa hukuman itu terlalu berlebihan...

Apa yang harus kulakukan? Hukuman apa yang akan membuat mereka merasakan keputus asaan yang sangat dalam...? Tapi, tetap saja aku tidak ingin melewatkan kesempatan yang muncul di hadapanku.


“...Tuan Naofumi.”


Si jalang memohon dengan menyatukan kedua tangannya, dan mulai menangis.

Wow, sungguh akting yang memukau. Jika aku tidak tahu sifat si jalang yang sebenarnya, pasti aku akan langsung tertipu olehnya. Maksudku, saat aku tidak mendapatkan seorangpun rekan petualang, dialah yang pertama kali menghampiriku.


“Kumohon berhentilah bersikap egois, dengan mengikuti keinginanmu untuk membalas dendam. Balas dendam hanya akan menciptakan dendam yang baru. Tuan Naofumi, kumohon cobalah mengikhlaskannya. Jika mungkin, tolong pikirkan juga perasaan Baginda Ratu.”


...

......

.........

............ Haah...


“Sepertinya kau benar juga, Raphtalia...”


Di hari itu, para pembawa berita memacu Filolial mereka untuk menyebarkan pengumuman ke setiap desa, kota, hingga ke seluruh negeri Melromarc.


“Sebagai bentuk pelaksanaan hukuman yang berhubungan dengan insiden sebelumnya, Raja Aultcray Melromarc dan Puteri Malty, nama mereka untuk selamanya telah diganti menjadi 'Sampah' dan 'Jalang'. Siapapun yang ketahuan menyebutkan nama yang salah, akan dijatuhi hukuman yang berat!”


Pada setiap papan pengumuman di semua kota bahkan desa, surat pengumuman serupa telah ditempelkan di sana.

Semua orang yang melihat atau mendengar pengumuman ini, tidak peduli dari tingkatan sosial manapun, menunjukkan reaksi yang sama.


“Apa!!???”

Referensi :[edit]

  1. Dalam keagamaan, relik adalah benda fisik peninggalan seorang yang suci, atau unsur pribadi dari orang tersebut yang diawetkan untuk tujuan mengenang dan memuliakannya. (dikutip dari Wikipedia)