Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Volume 5 Bab 1
10 Desember - bagi adik-kakak seperti kami, ini adalah hari yang sangat spesial - ini adalah hari di mana volume dua dari light novel kami, “Adik Perempuan Terimut di Dunia” dijadwalkan untuk dijual. Di waktu yang sama, versi manga Sekaimo juga diterbitkan di Majalah Komik Manga. Ngomong-ngomong, seorang temanku saat ini, yang juga berkeja di toko buku akhirnya menaikkan status pekerjaanku ke tingkat “Menarik”.
Juga -ini hari ulang tahun adikku.
Adik perempuanku, Sagiri, yang sebagai seorang hikikomori, ilustrator light novel, rekan kerja, dan seorang adik, menerima pesta ulang tahun hangat dari banyak orang.
Pertama, dia membuat pesta ulang tahun live secara online. Setelah itu, kami mengadakan pesta ulang tahun lagi dengan hanya kami berdua. Dikelilingi oleh banyak hadiah, adik berumur tiga belas tahunku nampak benar-benar senang. Aku akan mengingat ekspresinya untuk selamanya.
Itu terjadi kemarin. Hari ini tanggal 11 Desember.
Karena banyak yang terjadi, biarkan aku memperkenalkan diriku:
Aku Izumi Masamune, enam belas tahun, siswa SMA kelas satu. Penulis light novel dengan nama pena, Izumi Masamune.
Adik perempuanku Izumi Sagiri, tiga belas tahun (kemungkinan besar), juga di kenal sebagai ilustrator hikikomori, “Eromanga-sensei”. Bermata biru, rambut perak, luar biasa cantik. Ketika dia bertambah satu tahun umurnya, umurku juga bertambah. Jarak di antara kami kembali jadi normal dan tetap tidak berubah.
Begitu juga untuk hubungan kami. Tidak, itu perumpamaan yang tidak benar - tapi jika disamakan dengan "umur yang berbeda", bisa saja ada kesinambungannya. Meskipun dia sering lari dariku, asalkan aku tidak menyerah, pasti aku bisa menjadi lebih dekat dengannya. Suatu hari, kami akan menjadi saudara yang sebenarnya....semoga.
“Sagiri, nasinya sudah mau matang! Oh iya, kamu sudah tiga belas tahun sekarang, jauh lebih manis daripada sebelumnya! Ayo kita berfoto, aku ingin mengganti wallpaper HP-ku.”
Adikku dengan cepat membuka “kamar terlarang”, melihat padaku yang memegang sarapannya, menyipitkan mata dan membalas:
“Tidak mau, Nii-san mesum.”
“Um? Memangnya apa yang sudah aku lakukan?” Aku bertanya dengan terkejut.
Sagiri memerah, berkata “Jangan menggunakan fotoku.... sebagai wallpapermu.”
“Tidak bisa, ini kan sumber kekuatanku.”
Mendengar respon kukuhku, dengan suara pelan dia mengatakan:
“.........Hentai.”
“Aku tidak mesum! Wajar saja untuk seorang kakak selalu memikirkan adiknya!"
“Itu masih terhitung mesum, apalagi....” Sagiri mengkerutkan dahi, melihat lurus padaku “Kemarin, setelah pesta.... Nii-san melakukan sesuatu yang mesum padaku, 'kan....”
“Aku tidak melakukan apapun!”
“Kamu melakukannya!”
“Kenapa kamu begitu kukuh, sih? Meskipun aku melakukan sesuatu yang mesum padamu, bagaimana bisa kamu tahu kalau kamu sendiri tertidur?"
“Sudah kuduga! Kamu melakukan sesuatu!”
Ujar Sagiri dan mendorongkan jarinya ke wajahku. Tapi meski dia memerah, aku merasa dia senang. Atau hanya perasaanku saja?
“Aku tidak melakukan apapun! Tidak ada! Aku bilang padamu, aku tidak melakukan apapun!”
“Setiap kali Nii-san berusaha keras membantah tidak melakukan sesuatu, sebenarnya kamu melakukan sesuatu.....”
“Yah....memang, tapi kali ini aku benar-benar tidak melakukan apapun!”
“Benarkah?”
“Ya! Tolong percaya padaku! Aku hanya membawamu ke tempat tidur, memakaikan selimut.....mungkin aku mengelus wajahmu sedikit, sih.....”
“......Kamu tidak harus mengatakan semuanya.”
“― Aku bersumpah dalam hidupku aku tidak melakukan apapun yang mencurigakan!"
“....Hmmm ~ jadi kamu benar-benar tidak melakukan apapun ~?”
“Kenapa kamu jadi marah sekarang ―? Tidakkah kamu percaya padaku? Bagaimana bisa aku melakukan sesuatu pada adik perempuanku?”
“Enyahlah”
“― Apa?”
“Enyahlah! Aku ingin makan sarapanku sekarang!” Dia berkata dalam nada yang menakutkan “Enyahlah, Enyahlah sekarang! Enyahlah dari padanganku sekarang!”
“Aw...Baiklah, aku paham.”
Tapi, adikku dengan ekspresi yang sangat tidak senang menendangku keluar dari kamarnya.
“...Bodoh.”
Mengatakan itu, dan dengan bunyi *Klik*, pintu tertutup. Itu adalah hal lain darinya yang mungkin tidak akan ku mengerti.
“Sial....Kukira kami bisa menjadi lebih akrab....”
Sagiri....suatu hari....kita akan menjadi saudara sebenarnya....kan?
- * * * * *
Di Jepang, bulan Desember adalah bulan dengan banyak hari libur. Tentu saja, ‘ulang tahun adik perempuan’ adalah satu yang paling penting untukku. Disamping dari itu, ada banyak hari libur lain, seperti natal, libur musim dingin, libur tahun baru....dll....
Namun sayang, orang tuaku tidak bisa datang ke rumah lagi, dan aku tidak punya pacar untuk menghabiskan natal. Jadi, sebagai penulis light novel, dalam sunyi aku mengambil pena, buku catatan dan memikirkan "di volume selanjutnya, aku akan menulis cerita tentang natal....”
Seperti itulah yang terjadi padaku. Awalnya, aku takut seseorang akan tahu tentang identitas sebenarnya Izumi Masamune, tapi tidak ada yang terjadi sejauh ini. Belum lagi sekarang kemungkinannya besar ada orang yang tau ini.
“Pertarungan kematian melepas topeng” ― saat pertandingan itu, sang ilustrator terkenal, Armeria-sensei, menampakkan wajahnya untuk pertama kali. Aku di sana juga sebagai tamu kehormatan. Dan sampai sekarang, 11 Desember, rasanya terlalu optimis jika aku berpikir tidak ada orang yang kenal denganku di lima ratus ribu penonton itu.
Tetapi, tidak ada orang yang bilang padaku “Hei, jadi kau penulis light novel!” atau “Tolong kenalkan aku pada Army-chan”. Ini hal bagus, karena aku tidak ingin membicarakan tentang itu di sekolah. Meskipun seseorang yang mengenalku di sekolah tau, aku harap siapapun dia, bisa terus diam.
Akhirnya, bel terakhir berbunyi menandakan berakhirnya hari sekolah. Ruangan kelas dalam sekejap menjadi berisik, dengan kebanyakan siswa membicarakan tentang natal. Kecuali jika orang yang mengobrolnya dengan pacar, topik utamanya adalah “Apa yang akan kau lakukan selama Natal” atau “Apa ada konser seru selama natal”.
“Ayo pulang....”
Karena aku tidak punya apapun untuk dilakukan, aku berencana cepat-cepat sampai di rumah dengan adikku. Tapi ketika aku membereskan tas dan akan berdiri, ruangan kelas tiba-tiba penuh bisik-bisik sendiri.
“Hei, lihat....”
“Wah.....cewek imut."
“Ra....rambut pirang? Dia tidak mewarnainya, kan?”
“Siapa itu?”
“Seragam apa itu?”
“Dia datang ke sini!”
Aku melihat ke pintu ruang kelas ― Sial - itu si iblis pirang yang bisa dengan mudah mengacaukan kehidupan normalku ada di sana.
Elf? Apa yang dia lakukan disini? Dia memakai seragam SMP yang sama dengan yang dia pakai di sisi sungai Arakawa sebelumnya. Dengan tatapan oleh seisi kelas, dia dengan tenang berjalan ke papan tulis, mengambil kapur dan menulis namanya, ‘Yamada Elf’. Lalu berbalik, dengan keras mengumumkan:
“Aku murid pindahan baru, Yamada Elf!”
― Apa? Ngomong apa dia? Aku kacau, tidak bisa mengerti apapun. Teman sekelas sama parahnya, mereka hanya bisa mengulang: “Murid pindahan?” “Eh? Eh?” - seperti itu.
Ketika aku menatap Elf, mata dia menemui mataku juga, kemudian berusaha bertingkah terkejut, dia menunjukkan jarinya pada wajahku, bertanya:
“Ah! Kau orang yang waktu itu! Kenapa kau disini?”
“Harusnya aku yang bilang begitu! Apa yang coba kau lakukan, sampai berakting segala di kelasku?”
Setelah berteriak balik, aku menyadari bahwa ada yang salah - yang berarti seisi kelas memfokuskan perhatian mereka padaku.
Mendengar pertanyaanku, Elf menaruh tangannya di pinggang, membuat pose kemenangan dan menjawab:
“Hm hm ~ ini kejadian yang sering terjadi dalam light novel pertarungan, ‘Si murid pindahan muncul’. Sebagai seorang penulis light novel romansa, tentu saja aku harus mencobanya demi mendapat pengalaman. Jadi, apa hatimu berdegup kencang?”
“Ya. Malah, rasanya sampai mau keluar dari dadaku! Tapi itu benar-benar bukan karena seperti yang kau mau!”
“Kufufu, betul betul......! Tak apa jika kau merasa egois! Bagaimana menurutmu perasaan saat semua menatapmu karena takjub?"
“Kau......................."
Ya, gadis murid pindahan baru menemui karakter utama di kelasnya - itu event yang biasa terjadi dalam light novel. Tapi bukan hal bagus jika itu terjadi pada kehidupanku sendiri.
Setelah itu, yang lain pasti akan menginterogasiku “Apa yang terjadi?” Dan dengan begitu aku ragu aku akan bisa terus menjaga rahasia karir light novelku.
Kembalikan kehidupan normalku! Aku dengan cepat berdiri, mengambil tangan Elf dan menarik dia ke pojok, dengan berbisik bertanya:
“Elf, apa yang kau lakukan disini? Kau tidak mungkin hanya datang demi mencoba adegan ini, 'kan?"
“Kufufu, itu.....”
“Apa dia kenalan Izumi?”
“Apa hubungan mereka?”
“Yamada Elf.....”
“Aku tahu, dia muncul selama acara Nico....”
Ohhhhhhhhhh siaaaaaaaaaallll! Aku harus membawanya keluar, secepatnya!
Di saat teriakkan ‘Sial sial sial, apa yang bisa kulakukan sekarang' bersuara di dalam kepala, aku bertanya pada Elf:
“Elf, jika kau ingin bicara padaku maka lakukanlah sekarang. Terima kasih karenamu, sekarang aku mendapat masalah yang sangat besar.”
Tapi dia menjawab dengan ekspresi sangat senang:
“Masamune, ayo kita kencan natal ♪.”
Aku menarik tangannya dan lari keluar kelas dengan kecepatan tinggi.
“Ha.....ha.....seharusnya baik-baik saja jika kita di sini....”
Aku mengambil sapu tangan dan mengelap keringatku. Melihat ke belakang, ada Elf bernapas terengah-engah, wajahnya memerah:
“....Kufufufu....Dasar....jadi kau ingin memasuki dunia pribadi kita hanya berduaan?”
“Tidak....Apa yang akan aku lakukan sekarang? Apa yang harus kukatakan pada teman sekelasku besok?”
“Beritahu mereka ‘Kau cemburu, ya? Aku punya pacar yang sangat cantik’.”
Jika aku melakukan itu, mereka akan membunuhku, tanpa basa basi dulu.
“Baiklah, jadi sekarang aku punya referensi untuk ‘Apa yang akan dilakukan murid SMA normal jika gadis cantik tiba-tiba muncul’.”
“Dengarkan aku dulu!”
“Apalagi waktu aku melihat reksimu - sama seperti karekter utama dalam light novel. Sungguh poin bonus yang tak terduga.”
“Orang pertama yang menulis tentang itu mungkin akan setuju denganmu.”
Aku tidak tahu siapa orang pertama yang menuliskan event seperti ini, tapi menciptakan sesuatu yang siapapun bisa menggunakannya tentu saja hebat. Tidak seperti Elf, jika aku harus menamai sebuah skill, mungkin sesuatu yang seperti itu.
“.....Sudahlah, pulang sana.”
“Ya. Mari kita pulang bersama seperti ini, bergandengan tangan.”
“Ah? Maaf!?”
Aku melepaskan tangannya, yang mana dari tadi aku pegangi.
“.....”
Elf menatap diam-diam ke tanganku tanpa mengatakan apapun. Dengan suasana aneh, kami berdua pulang.
Di pertengahan jalan menuju rumah kami, Elf bertanya:
“Jadi, ke mana kita akan pergi?”
“Eh?”
“Kencan natal. Kau harus membuat beberapa rencana perjalanan yang bagus. Kau harus membuatku puas.”
“Tidak, aku berencana menghabiskan natal di rumah.”
“Ack......maksudnya......kencan di rumah? Ah.......mung..... mungkinkah......”
Elf menjauh dariku, memeluk tubuhnya sendiri, isyarat rasa malu muncul di wajahnya.
“Mesum! Masamune mesum! Meski ini natal, yang kau rencanakan ini terlalu dini!”
Apa yang si bodoh ini pikirkan?
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan - aku berencana membeli kue dan menghabiskan natal bersama adikku di rumah.”
“Eh? Kau tidak punya pikiran mesum apapun bersamaku, sama seperti novel dari Degenki Bunko itu? Kau tidak ingin melakukan ‘Pertukaran’ menyenangkan denganku?”
“Tidak, siapa juga yang ingin itu.”
Sebenarnya kau bicara apa, sih?
Elf mencibir, berkata dengan kecewa.
“Ah ~ hm ~ Adik perempuan, adik perempuan terus. Dasar siscon sialan!”
“Itu bukan urusanmu.”
“Um, Masamune, meskipun kau tidak ikut, Eromanga-sensei sudah menyiapkan perayaan natal secara online.”
“Kau benar.”
Begitu juga sewaktu di hari ulang tahunnya, dia punya penggemar online untuk merayakannya, dia punya ilustrator lain untuk mengobrol ― dia bisa dengan bahagia menikmati berkah bersama orang lain.
“Meskipun kau bilang padanya untuk menghabiskan natal denganmu, kupikir dia akan dengan dingin menolak lagi, aku bisa membayangkan bagimana kau akan mengabiskan malam natal sendirian....”
“Kau mungkin benar.”
Aku sebenarnya bisa membayangkannya juga. Jika aku di rumah selama natal, Sagiri tidak akan bisa bahagia, dia mungkin jadi marah dan bilang padaku “Ini bukan urusanmu.”
Meski begitu, aku juga bisa membayangkan selama malam natal, karena dia seorang hikikomori yang tidak bisa pergi keluar, dia hanya bisa tinggal di rumah menonton TV, dan membaca majalah spesial natal - aku tidak ingin itu terjadi.
“...Hm ~ sepertinya kau tidak akan berubah pikiran.”
Sepertinya Elf melihat isi pikiranku. Dia membuka lebar tangannya, berkata:
“Kalau begitu ayo kita panggil semua dan buat pesta natal bersama.”
- * * * * *
Kemudian, di hari itu juga....
“Onii-san, mari kita buat pesta natal!”
Sekali lagi, aku mendengar kata-kata itu. Si pembicara itu adalah teman sekelas Sagiri - orang yang sangat pandai ikut campur urusan orang, Jinno Megumi. Rambut coklat, senyum yang penuh kehidupan dan seragamnya membuat dia seperti gadis imut. Segera setelah aku mendengar bel pintu berbunyi dan membukanya untuk melihat siapa di sana, dia berteriak ke depan mukaku.
Menghadapi perubahan tiba-tiba ini, aku menatapnya dengan ketidak percayaan:
“Pesta natal?”
“Ya! Aku tahu, ada yang berinisiatif dan mengadakan pesta ulang tahun lebih dulu, kan?”
Ya. Oleh warganet.
Megumi datang untuk bertemu Sagiri sewaktu ulang tahunnya - tapi karena adikku mengadakan pesta ulang tahun secara online, jadi mereka tidak saling bertemu. Menurutku dia datang karena dia ingin memberitahukan Sagiri secara langsung: selamat ulang tahun. Kupikir hanya itu alasannya - tapi dia punya maksud lain untuk pesta natal ini.
Megumi mengangkat jari telunjuknya, melanjutkan:
“Terima kasih atas pengalaman yang terakhir kali itu, kali ini aku akan mereservasi Izumi-chan untuk diriku sendiri.”
Dia masuk, melihat padaku dengan pose sedikit ecchi.
“Itulah kenapa aku datang kesini! Onii-san, apa boleh?”
“Yah.....”
Sial, wajahnya sangat dekat! Apa dia mencoba menggodaku?
Aku mengambil beberapa langkah panjang ke belakang, menjawab:
“Pesta natal diadakan tanggal 24 Desember, kan?”
“Ya.”
“Bagaimana denganmu? Memang saat itu kau bisa?”
“Ah.”
Sepertinya Megumi mengerti pertanyaanku, Megumi memberiku tatapan memikat.
“Aku senang karena onii-san sangat memperdulikan aku! Sekarang aku tidak punya pacar, aku berencana bertemu dengan temanku tanggal 25, jadi tak apa.”
“Begitukah?”
“Apa onii-san merasa lega sekarang?”
“Yah, sedikit.”
Begitu terus. Selalu, dia membuatku merasa sulit untuk betah dengannya.
Aku melihat padanya, setelah berpikir sebentar sebelum berkata:
“Megumi, kau berencana mengadakan pesta pada tanggal 24 desember, kan? Tapi Sagiri sudah punya rencana di hari itu.”
“Eh? Benarkah? Seorang hikikomori punya rencana?”
“Apa ada yang salah? Siapa bilang hikikomori tidak boleh punya rencana saat natal?”
Jika Eromanga-sensei di sini, dia akan mengatakan itu.
Megumi masih tidak terlihat yakin:
“Hm ~ Maksudmu ‘teman online’, kan?”
Ngomong-ngomong, Megumi tidak tau Sagiri adalah Eromanga-sensei. Dia hanya tahu bahwa Sagiri ‘Suka menggambar, juga sangat aktif di dunia maya’.
Yah...mari kita lihat apakah dia bisa merasa bersalah atau tidak. Dengan suara penuh keangkuhan, aku menjawab:
“Tidak, kami berencana megadakan pesta hari itu dengan teman kami.”
Karena Megumi berusaha menjadi “Teman terbaik Sagiri”. Dia pasti akan komplain - setidaknya aku pikir begitu.
Akan tetapi, reaksinya sangat normal
“Ah, mungkinkah? Apa orang itu si ‘Tetangga yang punya situasi sama dengan Izumi-chan’?”
“Yah, begitulah, orang yang aku bicarakan denganmu di toko buku Takasago.”
“Um, Tomoe-chan bahkan menyarankanku banyak light novel yang belum selesai.”
Itu benar, ’Tetangga yang punya situasi sama dengan Izumi-chan’ tentunya hanya Yamada Elf-sensei.
“Aku mengerti....jadi seperti itu....fufu....maka itu bahkan lebih bagus lagi.” Megumi dengan senang mengangkat tangan, dengan santainya mengumumkannya.
“Kalau begitu aku ingin bergabung dalam pesta itu juga.”
“Itu ―”
Aku akan menolak, karena ini ide buruk, benar-benar buruk. Jika pesta itu diketuai oleh Elf, maka tamu yang akan diundang olehnya pasti Eromanga-sensei, Muramasa-senpai, Shidou-kun, Amelia-sensei. Jika orang-orang aneh itu bertemu pembuat masalah seperti Megumi - oh sial, aku sudah bisa melihat segunung masalah di sana.
Aku bisa memprediksi apa hasil akhirnya. Kasus terburuk, Megumi akan mengetahui kebenaran tentang Eromanga-sensei.
Sebelum aku bisa memikirkan alasan (dan kata yang tepat) untuk menolak, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
“Jika kau ingin bergabung ke dalam pesta natal, kau harus memintaku dulu, si pemimpin, bukan Masamune.”
Di belakangku, si yang berseragam SMP adalah Elf.
Setelah dari pulau, dia selalu menganggap rumahku ini seperti miliknya.
Menghadapi kemunculan tiba-tiba Elf-sensei, mata Megumi bersinar:
“Onii-san, siapa gadis manis ini?”
“.....”
Bagaimana aku harus menjawabnya? Memberitahu kebenarannya tidak akan jadi masalah, dia sudah tahu bahwa aku penulis light novel, Izumi Masamune. Apalagi berkat si iblis penjaga toko buku yang bernama Tomoe, Megumi sekarang sudah mulai mengetahui tentang light novel. Seharusnya tak apa jika aku memperkenalkan Elf disini.
“Yah, ini adalah si ‘tetangga yang punya situasi yang sama dengan Izumi-chan’ yang kita baru bicarakan ―“
“Namaku Yamada Elf! Master dan Sahabat Izumi Masamune !”
Aku menarik kata-kataku, mana mungkin baik saja! Jenis perkenalan macam apa itu? Dia bicara pada gadis SMP!
Sepertinya Megumi terdiam tercengang. Tapi sebaliknya, dia membungkuk pada Elf:
“Kamu pasti Yamada Elf-sensei, kita baru bertemu sekarang, senang bertemu denganmu~ ♪”
“Kalian sudah saling kenal?” Aku melihat pada mereka, tapi Elf menggelengkan kepala dengan ragu."
“Baru bertemunya sekarang?.....Yah....tapi kapan kita kenal satu sama lain....? Dan di mana?”
“Ahaha, kamu tidak mengingatku? Aku Jinno Megumi.”
“Jinno Megumi....di mana aku mendengar nama ini.... Kenapa aku merasa aku seharusnya membeci orang ini....”
“Kita sudah berbicara banyak, sebenarnya ―-”
“Ahhhhhhhhh!” Elf tiba-tiba berteriak, lalu, dengan jari yang bergetar, dia menunjuk pada Megumi:
“Jinno Megumi! Kau orang biadab yang waktu itu!”
Menghadapi gemertakan gigi Elf. Megumi hanya tertawa dengan kasar:
“Ahaha, orang biadab? Kamu ini hidup di era apa?"
Tapi, percakapan ini tidak menjelasakan apapun padaku. Aku mengkerutkan dahi, dan bertanya pada Megumi:
“Megumi, apa yang kau lakukan pada Elf?”
“Eh? Yah, aku bilang padanya via twiiter [Aku sudah membaca buku Elf-sensei, tolonglah jadi temanku] tapi entah kenapa dia memblokku.”
“Kau yang salah! [Buku Elf-sensei sangat bagus ~ ada banyak buku-bukunya di Book Off[1]] dan [jika masing-masing seharga 100 yen, maka aku akan membeli semuanya ♪]. Itu terlalu kasar, itulah kenapa aku memblokmu!”
Tidak bisa dipercaya gadis ini benar-benar punya 500 teman. Karena menurutku keahliannya adalah buat orang naik darah.
“Megumi menyindirmu, jadi kau membloknya? Respon yang mengejutkan.”
Tetapi, Elf adalah tipe yang dengan cepat memaafkan, jadi aku tidak yakin akan ada masalah lagi.
“Tapi novelku diadaptasikan jadi anime, kau harus menontonnya.”
“Apa bagus?”
“Tentu saja, pujilah aku, pujilah aku lagi!”
“Itu akan jadi benar-benar bagus, aku pastikan.”
“Um!”
Melihat senyum seperti anak kecil dari Elf, aku tiba-tiba punya sebuah dorongan untuk mengodanya.
Menyadari itu, Megumi mengangkat tangannya:
“Aku juga, jadi, puji aku juga, Onii-san.”
“Apa?”
“Onii-san boleh menepuk kepalaku.”
“Tidak mau.”
Kau ingin aku menyentuhmu? Aku tidak akan tergoda lagi. Tapi, perempuan benar-benar menakutkan. Baik gadis ini maupun Elf, sepertinya mereka bisa membaca pikiranku.
Megumi berdehem sekali, mengembalikan percakapan jadi normal, dan bilang:
“Pokoknya, aku sudah menjadi teman dengan Elf-sensei.”
“Apa? Kapan? Kalian berdua bertengkar barusan.”
“....Itu kata Elf-sensei.”
Untuk pertanyaanku, Megumi hanya melambaikan tangannya, dan menjawab “Hanya pertengkaran teman biasa.”
“Kau terdengar seperti kau mengatakan hal luar biasa,, tapi pertengkaran online tidaklah seperti itu.”
Bagiku, pertengkaran itu terjadinya secara langsung sambil tatap muka. Telepon, pesan, Skype, LINE, forum....kesemuanya itu tidak membiarkan kedua pihak melihat wajah masing-masing. Hanya pertengkaran bayangan, hanya membuat orang makin . Ada saat di mana setelah bertemu langsung, mereka menyadari bahwa orang yang ditengkarinya sebenarnya tidak buruk. Elf dan Muramasa-senpai seperti itu, setelah pertemuan pertama mereka yang menyeramkan, sekarang mereka punya hubungan yang normal.
“Benar juga. Onii-san, kadang-kadang onii-san bisa juga ya mengatakan sesuatu yang benar ♪.”
Megumi mengangguk, setuju dengan opiniku. Lalu dia memeluk Elf.
“Hey kau, apa yang ―”
“Supaya kita akrab, ayo kita bermain bersama. Elf-chan ♥, tolong undang aku ke pesta natalmu!”
“Dasar kau ini...”
Dia bisa merubah percakapan tadi menjadi seperti ini. Dasar....
“....Aku menerima tantanganmu.”
Gumam Elf, wajahnya menampakkan isyarat tidak senang. Dia mundur, lalu menunjukkan jarinya pada Megumi:
“Baiklah, Jinno Megumi, kau kubolehkan untuk datang ke pesta natalku! Jika kau ingin mengembangkan hubunganmu denganku - maka cobalah!”
Terjemahan: “Aku tidak tahu jika kita bisa benar-benar dekat atau tidak, tapi mohon kerja samanya.”
Itulah apa yang aku maksud [Mereka menyadari bahwa orang lain sebenarnya tidak buruk] sebelumnya.
- * * * * *
“― Dan itulah kenapa semua memutuskan untuk mengadakan pesta natal disini.”
Setelah Megumi dan Elf pulang, aku menceritakan itu pada kamar terlarang. Aku berharap bisa berbicara dengannya, tapi ―
“.......”
Di sisi lain pintu ini, Sagiri tidak bereaksi apapun.
Ngomong-ngomong, Megumi bilang ‘Selamat ulang tahun’ pada Sagiri sebelum pergi. Dia melakukannya dengan berteriak sekeras mungkin dari luar. Sagiri sedikit membuka gorden, pipinya pasti memerah karena merasa malu.
Aku tidak pernah berpikir Sagiri akan melakukan itu. Mungkin dia dengan perlahan mau membuka hatinya untuk Megumi.
“Sagiri? Apa kau mendengarkanku? Eromanga-sensei! Eromanga-sensei ―”
Aku mengetuk pintu dengan keras, lalu dengan perlahan *klikkkk* terbuka. Melalui celah kecil, aku bisa melihat wajah Sagiri. Dia dengan marah menjawab:
“Aku dengar. Dan aku tidak kenal seseorang dengan nama itu.”
“Hah...jika kamu mendengarku maka tolong jawablah.”
Aku khawatir jika sesuatu terjadi.
“Aku mengusirmu keluar pagi ini.”
“Aku tahu bahwa kau masih marah, tapi kita perlu membahas masalah ini sesegera mungkin.”
Meskipun masalah ini tidak menyangkut masalah pagi ini, tapi aku berencana menggunakan kesempatan ini untuk bicara dan mengakrabkan diri dengannya.
“....Hm.”
Dari celah, Sagiri berpikir sebentar “Pesta natal ya?”
“Ya, pesta natal.”
“.....Apa yang harus kulakukan....”
Nampaknya ada masalah.
“Akan menyenangkan, jangan khawatir.”
“Tidak, bukan itu.”
Aku memiringkan kepala karena bingung. Aku pikir masalah Sagiri ada karena dia mengkhawatirkan sesuatu. Tapi nampaknya aku salah.
“Sagiri, apa yang mengganggumu?”
“Aku tidak ingin membicarakannya pada Nii-san.”
Kami terdiam. Memang biasa berakhir seperti ini ketika aku berbicara dengan adikku, tapi aku tidak membenci keadaan ini.
Masih berpikir, tiba-tiba Sagiri melihatku, dengan pelan bertanya padaku:
“.....Nii-san.”
“Ya? Apa?”
“Ini berarti....musim dingin?”
“Ya, tentu saja.”
Kenapa kau menanyakan itu?
Sagiri berhenti, lalu melanjutkan:
“.....Itu artinya....di luar sangat dingin?”
“..........”
Aku tercengang. Aku mengerti, jadi itu kenapa! Masalah yang hanya hikikomori yang tahu! Karena dia selalu tinggal di dalam, dia tidak tahu tentang cuaca diluar.
Ngomong-ngomong, karena dia tidak pergi ke sekolah, dia tidak selalu mengingat tanggal. Hanya waktu anime dan deadline manuskripnya saja yang mengingatkannya tentang “Hari apa?” ― Penulis light novel yang mengurung diri punya masalah itu. Aku hampir bisa mendengar Elf bersin[2].
“Sagiri, sekarang musim dingin, di luar sangat dingin.”
Aku dengan serius menjawab, namun suaraku lemah lembut.
“Um....Sangat dingin....Maka seharusnya baik saja...”
Dia diam lagi, lalu masih memegang pintu, dia berkata:
“Nii-san, ganti bajumu ke pakaian untuk keluar, sekarang.”
“?????”
Aku sangat-sangat tidak mengerti adikku.
- * * * * *
Beberapa menit kemudian.....
“Apa ini bisa?”
Aku memakai jaket tebalku lalu kembali ke kamar terlarang. Sagiri juga membuka pintu lebar-lebar, memperlihatkan dia dalam baju wol - hadiah sama yang aku berikan padanya dulu. Bagus kalau dia menggunakannya.
Tanpa menyadari isi pikiranku, Sagiri menatap pakaianku:
“Nii-san....kamu memakai ini di luar?”
“Ya. Apa ada yang salah?”
Ketika aku jadi was was, Sagiri menggelengkan kepalanya, berkata:
“Tidak.....tidak ada yang salah.”
Dia terus menatap, melanjutkan:
“....Um.....di mana syalmu?”
“Aku tidak punya. Aku tidak suka menggunakannya.”
“? Eh, begitu yah.”
“Ada apa?”
“.....Tidak ada, rendahkan dirimu sedikit.”
“?? Seperti ini?”
Apa dia memintaku untuk menjadi modelnya?
“Jangan bergerak, biarkan aku melihat lebih dekat.”
Sagiri berjongkok dan melihat kakiku. Aku merasa sedikit malu.
“Nii-san.....Kamu hanya punya kaus kaki putih?”
“Ya, itu peraturan sekolah.”
“Tidakkah kamu punya pakaian musim dingin yang lebih khusus lagi?"
“Tidak ada....”
Kau sebenarnya ingin apa?
“Apa kamu memakai ini karena cepat untuk dipakai? Itulah kenapa kamu tidak pakai wol atau kulit?”
“Tidak juga, aku tidak pernah berpikir seperti itu. Belum lagi bahan lain tidak diizinkan.”
“Apa kamu ingin bahan-bahan itu supaya dibolehkan?"
“Yah, begitulah.”
Kenapa adikku tertarik dengan masalah itu? Dia bahkan meminta stocking Elf, sebelumnya...apa ini artinya Sagiri punya fetish kaus kaki?
“Nii-san, kamu memikirkan sesuatu yang tidak sopan, ya?”
“Soalnya tingkahmu sangat aneh. Hei Sagiri, bisa aku menjelaskan dulu untuk menghindari kesalah pahaman? Kamu menanyakan cuaca, kamu menanyakan kaus kakiku, sebenarnya maumu apa?"
Dan bagaimana dengan pesta natal? Itu alasan aku datang kesini.
“Aku tidak akan memberitahu Nii-san.” Sagiri mengulangi kalimatnya yang sebelumnya “Tapi pesta natal boleh saja.....beritahu aku setelah kamu memutuskan daftar tamunya.”
Dia mengatakan itu dan membanting pintu ke depan wajahku. Apa-apaan itu?
- * * * * *
Lalu, pesta natal diadakan tanggal 24 Desember, di tengah hari di ruang tamu rumahku. Karena ada banyak tamu, aku menggeser sofa-sofa ke sisi, menyiapkan meja besar di tengah dan beberapa bantal. Aku juga menyiapkan pohon natal - sedikit kecil, tapi lebih baik daripada tidak ada. Beberapa tamu sudah datang lebih dulu.
Pertama aku, Izumi Masamune, duduk di tengah.
“Semuanya! Pesta dimulai!”
Di sisi kananku adalah si tetangga sebelah, penulis bestseller, Yamada Elf. Hari ini dia tidak memakai pakaian lolita, tapi memakai rok natal pendek. Tentu saja itu sangat cocok dengannya, jika dia ada di sini, suasana pun akan jadi sangat santai.
Di sisi kiriku adalah si penulis dengan gaya sama denganku, Senju Muramasa-senpai. Dia masih mengenakan kimono, meskipun hal ini tidak cocok dengan suasana natal kini. Matanya tertuju pada Elf, dia bicara dengan isyarat kesedihan:
“Kuh.....si mesum tak tahu malu ini! Bagaimana bisa dia memakai pakaian seperti itu untuk memikat laki-laki!”
Mendengar itu, Elf membalas:
“Ah? Apa kau cemburu? Itu bagus ~ Sebenarnya aku sudah menyiapkan sesuatu yang sejenis juga.”
“Si, Siapa juga yang akan memakai itu! Kenapa aku!?”
“Masamune, tolong katakan [Kumohon, bolehkan aku melihat Muramasa-senpai dengan cosplay natal].”
Tentu saja aku tidak mengatakanya, tapi aku memang ingin melihatnya.
“Ap....Apa.....Tapi....”
Melihat senpai memerah, Elf tertawa bahagia. Akhir-akhir ini, mereka berdua selalu seperti itu.
Selanjutnya, aku ingin mengundang juniorku, Shidou Kuminitsu, tapi sayangnya dia ada urusan yang sangat mendesak dan tidak bisa datang. Sangat tragis, dipanggil oleh editornya di saat natal.
“Elf-chan, kalau kamu punya pakaian natal macam itu lagi bolehkah aku meminjam satu?”
Di depanku, Megumi bertanya pada Elf. Dia nampak seperti menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan pakaiannya. Sebuah rok kodok pendek [3], legging hitam, dan sedikit makeup. Untuk luaran, dia punya mantel yang cemerlang - sebuah kombo yang sangat menyilaukan.
Saat Elf sedang bicara dengan Muramasa-senpai, mendengar pertanyaan Megumi, dia nampak terganggu:
“Bukan aku tidak ingin kau untuk perang, tapi aku menyiapkannya untuk Muramasa, jadi aku yakin pakaiannya tidak akan cocok untukmu.”
“Elf-chan keterlaluan ~ maksudmu dadaku akan merobek pakaiannya, 'kan? Iya, 'kan? Onii-san?”
“Kenapa kau bertanya padaku?”
“Oh, Kupikir onii-san sudah mengerti ~”
Aku tidak tau dia serius khawatir atau tidak.
Tapi tentu tidak mungkin!
Kenapa kau bertingkah seperti itu?
“Berhenti membual di depan Sagiri.....”
Ujarku. Tapi berpikir tentang Megumi yang bisa akrab dengan semua secepat itu. Dia menjahili orang dari satu ke yang satunya lagi, tapi menjadi dekat dengan orang lain juga di saat yang sama....menakjubkan. Apa itu skill legendaris pembuat teman?
“Mune-kun, terima kasih sudah mengundangku hari ini! Sebagai seorang penggemar light novel, berpesta dengan banyak penulis light novel terkenal adalah surgaku!”
Di sebelah kiri Megumi adalah pelayan toko buku Takasago, Takasago Tomoe. Dia memakai pakaian yang terkesan seperti gadis literatur, lengkap dengan jaket dan topi bulu. Semua itu sangat cocok untuknya.
“Silahkan. Anggap saja ini adalah sebagai ucapan terima kasih atas bantuanmu sebelumnya.”
“Sebelumnya?”
“Saat Elf berulah. Terima kasih sudah menjaga kekacauan hingga seminimal mungkin.”
“Ah, aku mengerti.”
Aku hanya mendengar dari teman laki-lakiku yang sekelas - setelah aku kabur dengan Elf, tentu saja ruangan kelas jadi kacau. Tomoe adalah orang yang menenangkan semuanya. Yah, meskipun rahasiaku sebagai seorang penulis light novel terbongkar, dia memberitahu orang-orang untuk ‘jangan mengkhawatirkan ia’ dan ‘Gadis ini adalah sepupu Masamune’. Terima kasih untuknya, laki-laki lain di kelasku tidak terlalu ingin membunuhku. Terimaksih banyak, Tomoe!
“Sungguh, teman adalah salah satu harta karun dalam kehidupan. Terima kasih banyak!”
“Sama-sama.”
Tomoe memeluk kepala dengan malu dan menoleh ke samping:
“Ngomong-ngomong.....”
“Kufufu, lihat kan, aku tahu kau tidak bisa memakainya! Ahaha, Megumi, kupikir kau sangat percaya diri dengan asetmu ~ tapi kenapa area dadamu sangat longgar~?”
“Bwahhhh, itu tidak mungkin. Muramasa-chan, berapa ukuranmu?”
“Si, Siapa juga yang akan memberitahumu itu! Bo, bodoh, jangan dekati aku!”
Aku mengikuti pandangan Tomoe dan melihat tiga gadis sibuk dalam aktivitas yang tak kenal malu. Padahal aku sedang ada di sini...
Tomoe mengangguk, mengutarakan pemikiran sama dengan yang aku pikirkan:
“Yamada Elf-sensei, Senju Muramasa-sensei, Megumi.....dan Aku. Semuanya gadis manis yang cantik, ya?”
Kau memasukkan dirimu sendiri ke dalam kategori itu?
“Um....hei, Mune-kun....”
Tomoe berbalik padaku, bertanya dengan suara kecil agar tidak ada orang yang bisa mendengarnya:
“Yang mana yang paling kamu suka?”
“Pffff!!!!!!” Aku menyemburkan seisi mulut.
“To......Tomoe! Kau ini ngomong apa!?"
“Aku tanya kamu suka siapa. Bukankah kita sudah membicara tentang itu sebelumnya -- waktu aku dilamar kamu.”
“Apa yang kau katakan bisa dengan mudah menyebabkan kesalahpahaman yang sangat merepotkan. Berhentilah sekarang.”
Tolong berhenti. Selagi bisa.
Jika aku ingat dengan benar -dia bilang
“Kalau Mune-kun bisa menulis novel yang cukup bagus hingga bisa dibuat menjadi anime, lalu memperoleh uang sebanyak Yamada Elf-sensei ―”
“Memperoleh uang yang banyak?”
“Aku mau menjadi pengantinmu.”
“Bilang saja kau ingin uangnya!”
Kami punya percakapan seperti itu sebelumnya, tapi waktu itu aku menjawabnya:
“Ditolak. Aku sudah punya seseorang yang kusuka.”
“Apa orang yang kamu suka ada di antara mereka?”
“........”
Menghadapi pertanyaannya, aku sedikit ragu, tapi bilang:
“Dia.”
“Hm ~ Siapa? Elf-sensei? Muramasa-sensei? Atau Megumi? Siapa itu? Atau...”
Dia tiba-tiba berhenti, lalu bicara dengan nada yang menggoda.
“Atau aku?”
Aku menjawab dengan nada yang sama:
“Tentu saja bukan.”
“Begitukah? Sayang sekali. Sangat-sangat disayangkan." Dia tersenyum.
- * * * * *
Karena suatu alasan, aku sedikit terlambat, maka aku sekarang jadi orang terakhir yang bergabung ke dalam pesta. Aku mengambil microphone, bicara:
“Semuanya siap?”
“.....Um,.....Ya.....”
Layar tidak memperlihatkan Eromanga-sensei yang memakai topeng, malahan itu Sagiri "saja", itu karena ada Tomoe dan Megumi di sini, keduanya tidak tahu tentang Eromanga-sensei.
Aku tidak ingin banyak klarifikasi, jadi penjelasan singkatnya adalah “Karena Eromanga-sensei tidak bisa bergabung, sang hikikomori, Sagiri akan mengambil tempatnya.” Dia juga mensyaratkan “Pokoknya sembunyikan itu dari Megumi.”
Yah, meskipun Tomoe tahu, sangat mudah untuk membuatnya bungkam. Tapi jika teman sekelasnya tahu bahwa dia adalah “Seorang ilustrator yang mencintai gambar erotis”, yah, itu pasti sangat memalukan bagi gadis SMP.
Sekarang, adikku muncul bukan sebagai “Eromanga-sensei”, tapi sebagai “Sagiri”. Itu keputusannya.... Meskipun mengatakannya mungkin keterlaluan, tapi kupikir ini adalah peningkatan yang besar.
Aku bicara dengan microphone di tangan:
“Ayo bersenang-senang, Sagiri.”
“.....Um.” Dia dengan pelan menjawab.
Aku melihat ke ruangan. Ada kue natal dan Champagne tanpa alkohol. Elf memilih untuk mengurus makanan, jadi belum ada apapun di sini. Para gadis lain sudah selesai bersiap-siap.
“Bagus. Ayo kita mulai.” Aku mengangkat gelasku “Selamat natal!”
Pesta dimulai. Singkatnya, Elf-sensei langsung memerintah, dan bilang “Cepat mulai bertukar hadiah!”. Ini adalah apa yang mereka bicarakan sebelumnya, yang mana kami akan tunjukan hadiah kami - apapun tak apa, asalkan bagus untuk ditumjukkan.
“Hadiahku adalah makanan, ayam bakar natal. Army-chan akan membawanya. Itu makanan dengan kekuatan serangan 4500.”
“Army-sensei datang juga?”
“Dia akan sedikit terlambat, tapi dia punya pertunjukkan mengagumkan, jadi tunggulah!”
Elf menjawab sambil melambaikan tangan. Ternyata bisa juga dia merasa itu sesuatu yang bahkan lebih baik dari pada makanannya.
“Jika Elf-chan bilang begitu....pastinya itu pantas untuk ditunggu." Gumam Sagiri.
Sepertinya kekhawatiranku benar-benar keliru, semua baik-baik saja....untuk sekarang, setidaknya. Sedikit terlalu kecil, tapi tidak masalah.
“Serahkan padaku, Sagiri.”
Elf melihat langsung pada Sagiri melalui layar, memanggilnya dengan nama depan untuk pertama kalinya.
“.....Itu terasa sedikit terasa aneh.”
“Aku juga.”
Mereka berdua memerah dengan malu.
Lalu Elf melihat pada semuanya dan mengumumkan:
“Karena ini pertama kalinya bagi beberapa orang di sini, biarkan aku perkenalkan. Ini adalah adik perempuan Masamune, Sagiri-chan.”
“Senang bertemu denganmu, adik Mune-kun. Aku Takasago Tomoe.”
“Izumi-chan, terima kasih sudah mengundangku hari ini ♪ , aku sangat senang ♪ .”
“Aku Senju Muramasa, senang bertemu denganmu - dan kamu juga boleh memanggilku kakak ipar, tidak masalah.”
Semua menyapa Sagiri.....tapi apa yang dikatakan Muramasa-senpai.....
Mendengar itu, Sagiri memerah, kepalanya jatuh tidak bisa menjawab. Setelah beberapa saat, dia bergumam “....Te....Terima kasih....”. Karena suaranya terlalu kecil, tidak ada orang selain aku yang mendengarnya. Dia bilang “Harusnya aku yang bilang begitu, terima kasih, semuanya.”
“Semuanya, karena beberapa alasan, Sagiri tidak bisa keluar dari kamarnya, jadi izinkan aku memberi kalian hadiah darinya.”
Aku bicara sambil memberi semuanya hadiah seukuran tangan - tentu saja, ada satu untukku juga.
“Mari kita membukanya. Sebenarnya, aku sendiri tidak tau ini apa.” Ajakku, sambil membuka hadiahku.
Di dalamnya adalah ―
“Ah....Ini....”
“Ahaha, imut ya?”
“Ahhhh.....imut sekali.”
“Cantik!”
Kesemua itu adalah patung buatan tangan. Untuk Elf, adalah karakter dari mahakaryanya, “Purgatorium Sang Dark Elf”. Untuk Muramasa-senpai dan Tomoe, adalah karakter dari “Fantasy Demon Blade Legend”, sedangkan aku dapat adik perempuan dari “Sekaimo”. Dan Megumi―
“Apa ini....Apa ini aku?”
Dia mendapatkan patung yang terlihat sangat mirip dengannya.
Di dalam layar, Sagiri melihat ke bawah, mungkin karena dia merasa malu dengan semua sedang melihat pada hadiahnya. Padahal gambar erotisnya sudah dilihat ribuan kali oleh ribuan orang.....aku benar-benar tidak paham.
“....Aku sudah berlatih sebelumnya....tapi sebulan saja sepertinya tidak cukup.... aku senang kalian menyukainya....”
Di saat dia membicarakan hadiah untuk semuanya, Megumi berteriak:
“Terima kasih, Izumi-chan! Aku akan menjaganya!”
“Um.....itu tidak mirip....itu hanya....”
“Ahahaha, Izumi-chan, kamu sangat manis”
“~~~~~”
Aku mengerti sekarang, Sagiri teramat senang dan teramat malu di waktu yang sama.
- * * * * *
Setetlah kami bertukaran hadiah, pesta berlanjut dengan bahagia. Hadiah Tomoe adalah buku anak-anak dari luar negeri dan petunjuk menggambar, sangat-sangat cocok untuk pekerja di toko buku sepertinya. Muramasa-senpai tanpa disangka-sangka membawa gantungan kunci dari seorang karakter, yang mana sangat Sagiri sukai.
Hadiah Megumi adalah perhiasan gelang, ikat rambut berwarna-warni, kuteks kuku dan barang yang terkesan feminim lain. Ngomong-ngomong, tidak ada apapun untuk seorang pria ―
“Semuanya, lihat! Bagiku ini adalah legenda, tapi aku membuat ini -gambar 'gadis cantik, penulis light novel, Masamune-chan’!”
“Itu tidak mungkin..... Masamune-kun terlihat imut sekali!”
Tidak tau kenapa, gambarku (yang sedang crossdressing) muncul di tengah pesta.
“Oi oi Megumi, apa yang kau lakukan? Kenapa kau memfotonya!?”
“Eh? Tentu saja. Karena aku ingin menguploadnya ke internet supaya orang-orang bisa melihatnya?”
“Kumohon, aku minta padamu, jangan melakukan itu!”
- * * * * *
Terakhir, inilah hadiah dariku. Kalau boleh kukatakan, hadiahnya itu sangat normal, hanya barang biasa yang bisa kau dapat dari toserba. Bagi seorang pelajar dan novelis, barang-barang itu cocok. Tidak terlalu mencolok atau terlihat buruk, tapi di saat yang sama juga, tidak begitu spesial.
“Haha, yang Onii-san ingin katakan itu: ‘sering-sering lagi baca light novel, terutama yang aku tulis', 'kan?”
“Pena tiga warna....hadiah yang normal, seperti yang diharapkan darimu. Yah, aku akan menggunakannya. Ngomong-ngomong, kau punya hadiah rahasia untuk seseorang setelah pesta ini, kan? Tidak perlu disembunyikan, aku bisa melihatnya dari wajahmu.”
“Pena yang cantik sekali, aku akan menggunakannya untuk menulis novel romantis.”
“Itu....Mune-kun, bukankah itu sesuatu yang kamu beli dari toko rumahku?”
Tetap saja, semuanya senang. Tiba-tiba saja...
“Halo semuanya, Selamat natal!”
Akhirnya, setelah satu jam terlambat, Army tiba. Rambut merah, mata sipit, energik - Amelia Armeria, dengan nama pena “Army”. Teman masa kecil Elf, juga ilustrator “The Flame of Dark Elf”. Dia adalah ilustrator yang sangat berbakat dan bekerja pun bisa dengan cepat, sekarang dia membantuku dan Sagiri membuat “Adik Perempuan Terimut di Dunia” versi manga.
Aku membuka pintu depan dan membawanya ke ruang tamu. Orang pertama yang bereaksi adalah Elf. Dia langsung melompat, berkata:
“Army-chan, kau sangat lambat!”
“Maaf maaf, itu memakan waktu lebih daripada yang kuduga.”
Kata Army saat menaikkan tinjunya. Seperti biasa, mereka nampak seperti pasangan kekasih.
Dia berjalan padaku dan mengambil microphone, bicara pada Sagiri:
“Sagiri juga, selamat natal!”
“.....Um.”
“Ada apa? Kau demam? Apa kau belum makan? Boleh aku memelukmu?"
“Tidak demam. Sudah makan. Tidak pelukan.”
Melihat seberapa pedulinya Army pada Sagiri, reaksi Megumi lebih dari biasanya. Dia bertanya.
“Wah wah, Izumi-chan, siapa si cantik yang baru datang ini?"
“Ah....ini....kakak tertuaku.”
Hubungan Army dan Sagiri sedikit rumit, ini penjelasan terdekat yang bisa aku pikirkan, saudara tanpa hubungan darah. Hubungan ini persis dengan yang ingin aku punya, jadi kau bisa bilang aku sedikit cemburu.
“Ya ya, aku kakak tertua Sagiri. Kamu bisa memanggilku si ilustrator cantik, Army-chan.”
“!? Tidak mungkin! Ini ....orang yang asli! Wahhhh!! ~ aku penggemar beratmu! Aku melihat ‘Pertandingan melepas topeng’ -mu.”
Sebagai seorang pencinta light novel, Tomoe sangat tersentuh. Dia menunjukkan reaksi yang sama seperti ketika aku memperkenalkan Muramasa-senpai. Melihatnya sangat bahagia membuatku merasa mengundangnya adalah hal berharga.
Di sisi lain, Megumi menunjukkan reaksi yang sangat normal. Dia berbalik ke Army, bilang:
“Ah, aku ingat, kamu itu ilustrator yang bekerja sama dengan Elf-sensei. Hah....kakak tertua Izumi-chan? Aku punya banyak pertanyaan nanti....oh, aku lupa untuk memperkenalkan diri. Army-chan, aku Jinno Megumi, tapi kamu bisa memanggilu Megumi. Tolong jadilah temanku.”
“Senang bertemu denganmu, Megumi.”
Dalam sekejap, Megumi mendapat beberapa teman. Dia pantasnya kusebut ramah atau teledor? Ini pertemuan pertamanya dengan mereka.....
Ketika aku terbengong melihat pemandangan ini ―
“Masamune, Masamune.”
Army menggerakkan jarinya untuk menyuruhku ke sana, sebuah senyuman menggoda terpasang di wajahnya.
“Ya?” Aku berjalan padanya tanpa berpikir, dia langsung menempel bahuku.
“Ini salam dariku.”
*Chuu* Dia menciumku.
“!!!!!!!!!!!!!”
Dalam sekejap, kilatan cahaya meraung dalam ruanganku, suasana pun jadi membeku.
“Mu, Mune-kun....apa perempuan itu.....?” Tomoe jadi punya kesalahpahaman aneh lagi.
“Kamu, kamu......” Muramasa-senpai masih tetap di atas tempat duduknya, tapi matanya dingin mematikan.
“Ah......” Megumi menutup mulutnya, tidak bisa mengatakan apapun.
“........” wajah Sagiri sangat mengerikan, aku tidak berani melihat.
“Ap....apa....apa yang.....”
“Apa yang kau lakukan!?”
Aku tak bisa berkata-kata lagi, tapi Elf berteriak menggantikanku. Dia sangat marah hingga dia cepat-cepat mendatangi kami.
“Ar.....Army....kau.....kau!!! Apa itu? Apa yang kau lakukan? Kau, kau, kau, bukankah kau bilang kau tidak tertarik untuk punya hubungan dengan laki-laki? Kau bahkan tertawa ketika kau bilang kau akan lebih suka berteman dengan pacarnya Masamune, kan? Tapi kau.....!!!”
“~~~~~~~~~~~~~~~~”
Melihat betapa marahnya Elf. Seluruh tubuh Army bergetar, ekspresinya menjadi....seorang yang erotis. Yah, dia adalah kakak tertua Eromanga-sensei, jadi itu sudah bisa diduga bahwa dia mesum.
“Yap, aku tidak punya ketertarikan untuk berhubungan dengan laki-laki.” Dia menjawab dengan isyarat kekesalan, tapi dia masih memegangku dengan keras.
“Ap yang kau katakan dan yang kau lakukan sangat-sangat berbeda! Aku sudah yakin bahwa ada sesuatu aneh, sesuatu terjadi ketika kalian berdua kembali dari kamar Army-chan. Jangan mencoba mengelabui mataku!”
“Menakjubkan Emily! Sangat-sangat benar! Ya, sesuatu terjadi. Benarkan, Masamune?”
“Army, apa maksudmu mengatakan itu?”
Sesuatu terjadi? Ya! Syarat pertama agar dia mau mengerjakan manga kami - bertingkah mesra di depan Emily denganku -itulah! Tujuannya adalah menggoda Elf, untuk melihat kecemburuan dan kemarahannya.
“Ehehe” Army tersenyum lebar.
Elf sangat sensitif, jika kita melakukan yang tidak seharusnya bukankah kita akan ketahuan langsung?
Emily sangat bodoh, kita bisa dengan mudah menipunya.
Ternyata yang dia bilang dulu itu benar.
“Aku ulangi, kami tidak pacaran. Barusan hanya ciuman persahabatan, sesuatu yang sangat biasa di negara lain selain jepang.”
“Biasa jidatmu! Bagaimana bisa kau punya ekspresi eritos dari hanya ciuman persahabatan?”
“.....Eh? Itu tidak mungkin. Ekspresi seperti apa yang aku pasang memang?”
Sepertinya dia sendiri tidak tahu.
Entah kenapa, Muramasa-senpai berjalan menghampiri kami tanpa bersuara. Dia mengangkat cermin tangan kecil pada Army, berkata:
“Seperti itu! Ekspresi yang tak tahu malu. Mangaka mesum, seperti yang diharapkan dari seseorang yang menyebut dirinya Eromanga-sensei Great.....aku akan menghabisimu sekarang di sini, pergilah ke neraka untuk merenungkan diri!”
“Cewek ini bisa-bisanya mengatakan hal mengerikan dengan wajah datar!”
Army berusaha sekuat mungkin untuk melawan serangan mental Muramasa-senpai. Yah, setidaknya mereka memang biasa begitu.
“Hei, kalian berdua, tolong diam!”
Medengar itu, aku dengan perlahan mengintip ke layar di belakangku, kemudian Army juga bicara pada Sagiri:
“Hey Sagiri, kamu hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun, ya. Lihat, kakakmu jadi dicuri olehku, tidakkah kamu punya sesuatu untuk. dikatakan?”
“Tidak tidak, itu tidak seperti itu. Dengarkan aku Sagiri! Dengarkan aku, itu Army......sial.....Sa.....Sagiri?”
“....................”
“Sial.......................”
Baik aku maupun Army terdiam membeku. Sagiri tidak marah seperti biasanya. Tapi dia sangat sangat marah! Mulutnya berubah menjadi bentuk へ, dia nampak seperti bom yang akan meledak.
Aku dengan buru-buru berbalik pada Army, bergumam:
“Oi kau, cepat pikirkan sesuatu.”
“Kenapa aku? Kita punya kesepakatan! Kita perlu menunjukkan tindakan yang membuat mereka berdua cemburu......”
Selama kami berbincang-bincang, Sagiri dengan dingin mengakhiri kami berdua:
“....Aku benci kalian berdua.”
“Sagiri, aku sangat minta maaf!”
“Onee-chan yang salah, kumohon!”
Kami berdua cepat-cepat menuju kamar terlarang, berlutut dan mencoba untuk memohon pengampunan.
Dan itulah bagaimana rencana Army “Untuk membuat Elf dan Sagiri cemburu” berakhir gagal total.
- * * * * *
Setelah pesta natal dimulai lagi, semuanya (Sagiri juga termasuk) dengan senang makan hadiah makanan Elf - ayam bakar. Akhirnya, giliran Army untuk memberikan hadiahnya.
“Sekarang giliran hadiahku. Sebenarnya.....”
“Aku dan Army-chan akan memberikan kalian semua hadiah. Semuanya akan terkejut.” Elf melanjutkan, terlihat sangat senang.
Apa hadiah Army?
“Hadiah itu akan membuat semuanya senang, jadi Sagiri, tolong jangan marah lagi.....”
“.....Aku tidak marah, dan jangan bicara denganku.”
“Dia masih sangat marah! Aku minta maaf, aku tidak mengira kau bereaksi seperti itu terhadap Masamune.....”
“Tidak, berhenti! Jika kau mengatakan sesuatu lagi aku tidak akan mengakuimu lagi sebagai saudara!”
“Baik baik aku paham! Aku tidak akan mengatakan apapun!”
Army memegang microphone di tangannya dan berdiri di samping layar untuk menjawab Sagiri. Melihat bagaimana dia tertekan oleh sekitar sepertiku barusan membuatku merasa sedikit aneh.
“Um....jadi begitu. Sudah kukira dengan datang ke sini hari ini pasti bagus�♪”
Tiba-tiba Megumi bergumam sendiri, sebelum berbalik ke Elf.
“Jadi apa hadiahnya, Elf-chan?”
“Dengarkan baik-baik Megumi, harta berhaga yang kami bawa ke sini hari ini adalah ―”
Elf mengambil tumpukkan kotak DVD dari Army, mengangkatnya dan berkata:
“DVD pertama dari ‘The Flame of Dark Elf’ akhirnya sudah di sini! Aku akan menunjukkannya sekarang!”
Aku hampir bisa melihat cahaya datang dari kotak. Sungguh, hadiah Army dan Elf adalah tujuan kami berdua, wujud dari mimpi kami.
Kami berkumpul di sekitar sofa di ruang tamu, di depan televisi. Elf duduk di tengah, Tomoe di kiri, Megumi di kanan. Karena itu, tidak mungkin lima orang bisa duduk disana, Muramasa-senpai, Army dan aku berdiri. Pada microphoneku, Sagiri bergumam, memperlihatkan kejengkelannya:
“Aku hampir tidak bisa melihat apapun.”
“Aku yakin semua sudah melihatnya, tapi sekarang kita akan mempertunjukkan milikku - mahakarya Yamada Elf, volume satu 'Purgatorium Sang Dark Elf'! Army-chan membawa kotak putih ini ke sini tepat setelah selesai pembuatannya! Mengerti?”
“Ya, itu baru berumur beberapa jam saja, itulah kenapa aku terlambat.” Army menjawab.
“Kalian bisa melihat anime paling menakjubkan dari abad ke 21 sebulan lebih cepat dari televisi, apa kalian tahu seberapa beruntungnya kalian?”
“Ngomong-ngomong, apa itu kotak putih?”
Megumi mengangkat tangannya. Tomoe mengakat jarinya dan membuat pose untuk menjelaskan:
“Megumi, white box adalah ―”
Singkatnya, white box adalah sampel yang diberikan pada penulis sebelum di rilis. Karena ‘tape’ pada awalnya disimpan dalam kotak putih, jadi begitulah disebutnya. Sekarang, itu sebagian besar digunakan untuk toko DVD. Ngomong-ngomong, ada anime bernama seperti itu akhir-akhir ini, apa kalian tahu tentang itu?[4]
“―-Pada dasarnya seperti itu, paham?”
“Baik~”
Melihat Megumi menjawab, aku berbalik pada Elf:
“Aku sangat-sangat beruntung. Terima kasih, penulis aslinya.”
“Serahkan padaku!” Elf tersenyum dengan ceria, mengangkat tinjunya padaku.
“Elf-chan terlihat sangat senang.” Sagiri sedikit tersenyum pada Elf.
“Tentu saja...bahkan aku pun akan bertingkah begitu ketika mimpiku jadi nyata.”
Anime adalah level terakhir sebuah novel. Itu bisa mengubah karakter dalam pikiranmu menjadi bergerak, berbicara. Itu bisa membuat banyak orang senang, banyak orang menyukainya. Sebagai contoh, seperti perempuan angkuh yang akhirnya dipilih untuk jadi heroine utama dalam pertunjukkan sekolah.
“Aku sangat cemburu....”
Aku bisa mendengar adikku bicara dengan pelan. Jika dia ada di sebelahku, aku akan menepuk kepalanya dan bilang padanya “Tidak ada yang perlu dicemburui, kita akan membuat mimpi kita jadi kenyataan.”
Megumi nampak seperti dia ingin berbagi kebahagiaan dengan Elf, dia bergabung:
“Elf-chan, apa anime itu menakjubkan?”
“Kufufufu! Aku belum melihatnya, tapi aku yakin itu akan menakjubkan!” Elf berbalik pada Army “Novel ini dibuat oleh tim dari dua super jenius! Army-chan bahkan memandori desain karakter dari animenya!”
Army tersenyum lembut:
“Kamu juga ambil bagian dalam mengecek cerita animenya, juga menulis novel aslinya. Kita berdua mekakukan yang terbaik.”
“Ya. Semua menghabiskan begitu banyak malam tanpa tidur untuk membuat anime ini.”
Aku tahu. Aku sangat tahu hal itu. Aku mendengar Elf sering berbicara seperti itu sebelumnya - setelah mengenalnya selama setengah tahun, aku sudah mengerti seberapa besar cintanya pada anime, seberapa besar dia mengusahakan dirinya untuk itu.
Terkadang editornya memarahinya. Terkadang dia menangis ketika bekerja. Terkadang dia mengeluh karena terlalu banyak bekerja membuatnya tidak bisa bermain game. Terkadang dia merasa malas dan kabur. Terkadang dia bahkan menyebut main sebagai bekerja....tidak kurang dari dua puluh kali aku bertanya pada diriku sendiri: apa dia benar-benar seorang penulis? Dia seperti NEET.
Tapi pada akhirnya, dia tidak pernah melewatkan deadline. Setiap tiga bulan, dia menerbitkan novel baru. Dia bahkan menangani pekerjaannya (yang mana pekerjaan yang sangat besar) ketika berurusan dengan anime juga. Orang-orang akan merasa takjub dan hormat pada sikap kerjanya....tentu saja aku tidak pernah menghinanya secara langsung, tapi aku merasa bahagia bisa ada disini, untuk menonton buah dari jeri payahnya bersama semua.
“.....Yah, akhirnya.” Elf mengangkat remote ke arah televisi, tangannya bergetar....aku tidak pernah mengira dia akan jadi segugup itu, tapi sekarang aku merasa sedikit empati padanya.
Dia menelan ludah, berkata “Mulai” dan memencet tombol. Anime dimulai di televisi rumahku.
Yang pertama muncul adalah angka 10. Lalu dengan cepat berubah jadi 9, 8, 7 .....dan.....
“Dimulai.”
“....Apa itu benar-benar akan luar biasa?”
“Wah wah, jantungku berdegup kencang. ♪”
“Sedikit lagi, ayo.”
Akhirnya, pembukaannya dimulai. Itu adegan ‘’pembukaan‘’ yang sama dengan yang asli dalam light novel, memperlihatkan si protagonis berambut hitam selama pertarungan. Ia tinggi, tubuh kurusnya ditutupi oleh jaket hitam hingga membuatnya terlihat lebih besar. Karena ia lari dari rumah, setelah melewati masa-masa sulit, ia perlahan menjadi lebih baik – kenyataan ini diterima oleh banyak anak SMP.
Sang protagonis bertarung di tengah hutan. Ia sedang menghindar sambil menggunakan pedangnya untuk memotong anak panah yang dibidikkan padanya, masih bergerak ke depan di waktu yang sama. Begitu pun dalam light novel, ketika ia tersesat dalam sebuah Sanctuary, ia tiba-tiba bertemu gadis tujuannya di sungai cahaya. Adegan pertama ini bermaksud untuk memberi efek luar biasa pada penonton, dengan kombinasi dari gambar yang cantik dan musik yang menakjubkan
―Barusan hanyalah imajinasiku.
“..................”
“...............”
“....................”
Keheningan jatuh menimpa ruang tamu. Semuanya tercengang, sepertinya mereka tidak tahu bisa berkata-kata. Sejujurnya terlalu menyulitkan bagi kami.
Dengan tatapan marah, aku berbalik pada sang penulis orisinil. Mata Elf berkaca-kaca, dia terlihat dalam rasa sakit, seperti seorang anggota keluarganya baru saja mati. Aku merasa sentuhan kecil saja bisa memecahnya dalam tangis....tidak ada yang bisa mengatakan apapun sekarang ini.
Masih berdiri, Army tiba-tiba melihat sekeliling dan dengan gemetar meninggalkan ruangan. Tidak ada orang yang bisa mengikutinya keluar.
Selama waktu itu, anime masih berlanjut. Tapi suasana sama seperti pemakaman. Di sampingku, Muramasa-senpai bilang:
“Itu sangat-sangat payah.”
“Shhhhhh!!” Aku menjitak kepala senpai-ku. Dia mengatakannya? Apa dia bodoh? Semua yang di sini juga sudah tahu itu.
Dengan ekspresi imut, Muramasa-senpai menutupi kepalanya, bertanya:
“.....Apa yang kamu lakukan? Sakit.”
“Apa yang kau lakukan, bodoh?”
“B, Bodoh?"
Muramasa-senpai terlihat kebingungan ― itu artinya dia masih tidak mengerti.
“Kenapa kamu marah, Masamune-kun? Meskipun normalnya aku jarang menonton anime, dan aku tidak yakin aku pandai dalam memberi ulasan, tapi DVD ini jelas-jelas payah. Sangat-Sangat payah. Apa kita malah ambil versi yang masih belum selesai?"
“Apa kau punya rasa belas kasih?”
Itu keterlaluan!
Karena beberapa dari kalian mungkin tidak paham, izinkan aku untuk menjelaskan - yah, dari awal, dalam anime ini - semuanya, termasuk adegan, wajah protagonis, setting, gerakkan tangan dan kaki sangat aneh.
“Aku juga tau! Ini istilahnya 'gambar pecah’, kan?”
“Megumi, bisa tolong diam?”
Baik senpai dan gadis ini....ini bukan sesuatu yang kalian bisa tertawakan.
Aku mengerti bahwa sebagai penggemar atau penonton, kalian punya kekecewaan. Tapi tidakkah kalian pikir kalian tidak seharusnya melakukan itu di depan penulis orisinilnya?
“Tolong, pikirkan perasaan Elf. Dia melakukan yang terbaik untuk fokus dalam membuat anime ini.”
“Dan ini adalah hasilnya?” Suara Muramasa-senpai sedingin es.
Bahu Elf bergetar, air mata jatuh. “*Hiks* Hiks*”
“Jangan menangis, bodoh.” Muramasa-senpai berkata dan menghentikan anime itu. “Aku tidak merasakan sesuatu kalaupun novelku dibuat jadi anime, jadi aku belum pernah mencoba itu sebelumnya. Tapi bukankah kamu pun sama? Kamu, orang yang bilang bahwa kamu ingin membuat anime terbaik dengan semuanya? Bukankah kamu bilang kamu ingin melihat orang-orang menonton anime yang bahkan lebih baik daripada orisinilnya, yang bisa menyentuh semuanya? -lihatlah kamu, cuma banyolan.”
“Hei, itu keterlaluan!” Aku menangkap bahunya, bermaksud untuk menghentikan dia. Tapi dia membalasku dengan tatapan tajam, yang bilang padaku untuk diam.
Dia mengembalikan tatapannya pada Elf -
“Sepertinya kau tidak bisa menggapai mimpimu, kamu mengecewakan fan-mu, kamu sangat-sangat gagal. Dengan kata lain, kamu tidak bisa merasa bersalah dan menangis disini. Kamu seharusnya langsung memikirkan kembali perjuanganmu sebelum melanjutkan. Aku tidak tahu tentang anime, tapi pasti ada orang lain yang tahu tentang cara membuatnya, mungkin ada cara untuk mengurangi kegagalan ini, bahkan mungkin ada sesuatu yang bisa kamu pelajari dari kesalahan ini ― bergeraklah. Sekarang.”
Suaranya membuat yang lain merinding. Itu suara tanpa sedikitpun rasa kasihan. Tapi di waktu yang sama, itu memberi dorongan untuk seseorang yang memiliki terlalu banyak beban, yang kehilangan kemampuannya untuk berpikir secara normal - kata-katanya dipenuhi dengan keberanian dan tekad. Aku tahu bahwa dia sangat lembut, dan apa yang dia katakan memang bermakna....Tapi memberitahu gadis yang baru saja mendapat tamparan mental yang keras bahwa “Berhenti menangis, berdirilah setelah kau jatuh. Pikirkan cara untuk membuatnya lebih baik” ....dll....itu keterlaluan.
“Senpai, apa kau iblis? Mungkin ada cara untuk mengatakannya tanpa menjadi sangat kejam begitu.”
“Mungkin.” Dia berjongkok, melihat langsung ke dalam mata Elf “Bukankah kau penulis bestseller? Kembalilah, Idiot.”
Dia sedikit menekan jidat Elf. Suaranya dingin, tapi kata-katanya membakar dengan dorongan.
“Oh.....ku.....kuh......”
Elf nampak seperti dia terbakar dari dalam, dia berdiri tanpa mengatakan apapun, menggemertakkan giginya, menggunakan lengan baju untuk mengelap air matanya, mengepalkan tangannya, berteriak:
“MASAMUNE!”
“Ya?”
“Hibur aku!”
“......Eh?”
Aku berdiri mematung, tapi dia berjalan ke arahku, mengambil tanganku, melanjutkan.
“Peluk aku!”
“Eh?”
“Cepat! Aku menangis!”
Sungguh, matanya penuh dengan air mata. Berkombinasi dengan pakaian natal yang super pendek, itu mendapatkan kekuatan penghancur yang tinggi.
“Tapi, tapi....”
Itu tidak mungkin! Tentu saja aku ingin menghiburnya, menyemangatinya....tapi selain Sagiri ― yah, aku tidak boleh melakukan ini, kan?
“Aku akan menangis lho! Aku akan menangis! Peluk aku sekarang! Lalu beritahu aku ‘Tak apa, tak apa’! Biarkan aku menangis di dadamu! Aku akan melakukanya sekarang ― Gyahhhhhhh”
“Jangan bodoh, mesum! Kau berani melakukan sesuatu yang inginnya adikku yang - bukan, itu sesuatu yang sangat tak tahu malu, kau gila ya?”
Sebelum Elf bisa selesai, Muramasa-senpai mencengkram wajah Elf, wajahnya memerah dengan marah.
“Sakit sakit sakit!!!! Apa tanganmu terbuat dari besi? Sakit sekali!”
“Ini yang kau inginkan, kan? Selanjutnya ‘Tak apa, tak apa’ ya? Jangan sungkan, nikmati ini sebanyak yang kau mau - puaskan dirimu!”
Masih memegang wajah Elf Senpai terus mengayun-ngayunkannya ke depan dan ke belakang. Dengan sedih, Elf hanya bisa terayun-ayun, sambil mengerang “sakit....” saja.
Yah, akhirnya sama seperti biasa. Karena Elf kembali ke dirinya yang biasanya.
“Fufu.”
Tomoe tertawa. Sagiri juga mendesah. Megumi juga bergumam “Teman yang baik. Hubungan mereka pasti super baik.”
“Siapa yang mau jadikan gadis ini sebagai teman!?” Muramasa-senpai menjauh dari Elf dan dengan cepat membantahnya.
“Itu sangat sakit.....” Masih meneteskan air mata, Elf tiba-tiba tertawa “Sejujurnya ~ Aku tahu kau mencoba menyemangatiku karena kau sangat menyukaiku. Kau benar-benar lemah lembut, ya?”
“Hm, kesalahpahaman ini benar-benar merepotkan. Menurutku novelmu sangat membosankan, tapi mimpimu itu adalah menjadikan nyata cerita yang kau tulis, jadi aku.....harus.....menyemangatimu.....”
“Itu artinya kau sangat menyukaiku.”
“Tidak! Dengarkan aku!”
“Baiklah, terima kasih. Aku akan memberikanmu sesuatu.”
Tepat ketika percakapan akan berakhir ― dengan suara *klik*, pintu pun terbuka. Army, yang pergi keluar sekarang kembali lagi, mengangkat tangan dan bilang:
“Maaf maaf, barusan adalah versi yang belum selesai. Ini kotak putih yang asli 🎵.”
“.....................”
Hening.
“Apaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!”
Raungan kemarahan dari si penulis orisinil menggema dalam ruangan.
Syukurlah, volume satu dari “The Flame of Dark Elf” yang selesai memang menakjubkan.
Setelah pesta natal berkahir dan semuanya sudah pulang, hanya aku dan Elf yang tinggal untuk bersih-bersih.
“Ini tidak sekotor itu, aku bisa membersihkannya sendiri.”
“Iya.” Elf dengan senang melempar kotak kosong ke dalam tempat sampah, memberiku sebuah lirikan sekilat dan bilang: “Kau sudah menunggu, kan? Sekarang kita hanya berdua.”
“?” Aku memiringkan kepalaku dalam bingung “Apa maksudmu? Ya memang, kita hanya tinggal berdua.”
“Kufufu, kau mencoba bertingkah bodoh lagi ♥” Elf menyembunyikan senyumnya di belakang tangannya “Hadiah, hadiah... beri aku hadiah spesial natalku.”
“Aku tidak punya.”
“Tuh, 'kan, dasar~”
“Aku benar-benar tidak mempunyainya.”
“..............” Elf membeku “Pembohong, kau barusan bilang....”
“Setelah pesta selesai, ada hadiah rahasia untuk seseorang, kan?”
“― Ketika aku bilang itu, kau terkejut, bukan?”
“Ah? Itu? Ya, aku berencana memberikannya pada adik perempuanku.”
“Sejak kapan aku menjadi adik perempuanmu?”
“Bukan kau. Maksudku Sagiri! Ini untuknya!”
Elf langsung mendapat tamparan keras. Aku selalu merasa bersalah karena menghancurkan harapannya. “Ah, aku mengerti! Adik perempuan, ya? Hadiah untuk Sagiri, ya? Hm, aku mengerti! Tidak ada hadiah untukku! Tak apa, terserah! Aku juga sudah tau dari awal, kok!” Elf mencibir, dengan jelas tidak kelihatan senang.
“Sial, Elf?”
“Siapa kau? Tolong jangan bicara denganku.”
“Hei―”
Tanpa menunggu aku selesai, dia pergi keluar.
“Apa yang dia lakukan....”
Dia orang yang sudah buat salah paham, namun dia juga yang marah. Tetap saja, aku merasa bersalah, karena dia banyak membantuku.
Ketika aku berpikir untuk berbaikan dengannya, langit-langit bergetar. *Bam* itu artinya “Datang kesini cepat”
“Apa dia lapar? tidak, dia baru makan....kukira dia dia sudah tidur.”
Aku meninggalkan ruang tamu dan pergi ke kamar terlarang, membawakan beberapa hadiah untuk Sagiri.
Beberapa menit kemudian, aku berhadapan dengan Sagiri di dalam kamar terlarang, sebuah kantong kertas di tanganku, hadiah Sagiri ada di. dalam.
“Ada apa Sagiri?”
“............”
Masih dalam sweater wol, Sagiri berdiri dengan sunyi. Dia melihat ke bawah, dua tangannya dibalik punggungnya. Sudah jadi kebiasaan untukku menunggu adik perempuanku mengatakan sesuatu, jadi aku tidak memaksanya, hanya menunggu dalam keheningan.
“......”
Setelah selusin detik, Sagiri masih tidak mengatakan apapun. Malahan, wajahnya menjadi lebih merah, mungkin karena AC. Meskipun adik perempuanku terlihat sangat manis seperti itu, tapi aku perlu membuat suasana jadi lebih mudah untuk bicara.
“Sagiri.”
“Ya!? Apa?”
Oi oi, mengapa kau sangat terkejut? Apa kau melakukan sesuatu yang salah?
“Pesta natalnya....berjalan baik.”
“Um.”
“Rahasiamu masih tersembunyi....dan soal pertukaran hadiah ―”
“!”
Mendengar kata “Hadiah” membuat bahu Sagiri bergetar.
“?....Pertukaran hadiah.....”
“!” Bergetar.
“Hadiah.”
“!” bergetar. Lagi
“Ada apa dengan hadiah?”
“Tidak ada! Bukan apa-apa!”
“Ah, begitu yah.”
Sepertinya ADA apa-apa, tapi karena dia tidak ingin membicarakannya lagi, aku hindari percakapan itu.
“Pertukaran hadiah terasa bagus juga. Bahkan Megumi menangkapku oleh ketakjuban.”
“....Megumi-chan....hebat.”
Gumam Sagiri. Meski dia hanya mengatakan beberapa kata, masing-masingnya dipenuhi oleh berbagai emosi. Sepertiya adik perempuanku masih perlu mengembangkan skill berbicaranya.
“Semua menjadi sangat dekat....itu luar biasa.”
“Ya. Megumi benar-benar hebat dalam membuat teman.”
“......”
“Ada apa?”
“.....Nii-san, kamu membawa cewek baru ke rumah.”
“Mengapa caramu bicaranya seperti itu!?"
“Ketika kamu berbicara dengan Tomoe-chan yang punya payudara besar....kamu seperti sangat menikmatinya."
“Itu tidak seperti itu!”
“Ya sudah, lupakan. Aku tidak peduli Nii-san suka payudara atau tidak, atau siapa pun orang yang Nii-san bicarakan.”
Kau benar-benar sensitif kalau soal payudara, ya?
“Oh yah anime Elf menakjubkan.”
“Um...yang versi sudah selesai tentunya. Opening-nya bagus, gambarnya super, karakter utamanya tampan.”
“Oh benar...kamu mungkin tidak melihatnya, tapi....”
“?”
“Ketika dia melihat opening-nya, dia menangis.”
“......”
Kami berdua jatuh dalam keheningan, dan bergumam pada diri sendiri:
“Aku tidak menyukainya.”
“Tapi itu hebat.”
Kata-kata itu datang dari bagian terdalam hati kami. Emosi kami yang tidak bisa diubah kedalam kata-kata perlahan menghilang tepat setelah membicarakannya.
“Kita harus mencoba yang terbaik juga.”
“.....Ya.”
Di dalam kamar terlarang, suasana hangat muncul. Kerena itu, Sagiri tidak lagi bertingkah sangat gugup.
“......”
Disisi lain, sekarang aku yang gugup. Aku datang bukan hanya karena perintahnya, tapi untuk memberinya hadiah natal. Aku mengumpulkan keberanianku dan bertanya:
“Ano” "Ano"
Kami berdua bicara di waktu yang sama.
“―-”
Kami berdua berhenti. Masih menyembunyikan tangannya di punggungnya, Sagiri berkata:
“Ni, Nii-san duluan.”
“Ah, baiklah....”
Karena tadi itu tiba-tiba saja, aku jadi dengan canggung memberikan kantong kertasnya ke Sagiri.
Karena aku sangat malu selama pesta ulang tahunnya, aku jadi tidak bisa memberinya hadiah yang pantas. Sekarang, aku tidak punya pilihan selain mencoba untuk memperlihatkan tampang terbaikku lalu memberikan padanya hadiahku:
“Ini hadiah natalku untukmu.”
“Eh?.....”
Dari kantong kertasnya, aku mengambil sepasang kaus kaki wol penuh warna.
“Karena kakimu nampak seperti selalu kedinginan, aku membuat ini untukmu.”
“Eh eh eh eh!?”
Melihat Sagiri kaget, aku bertanya dalam bingung:
“......Ada apa?”
“Bu, bukan apa-apa....kamu membuatnya?”
“Ya! Aku tidak bisa membuat jaket, tapi ini -Aku bisa. Mama mengajariku dulu, jadi dengan sedikit latihan aku bisa mengurusi hal ini.”
“.....Aku tahu. Aku melihat kamu merajut sekali sebelumnya.”
Entah kenapa, Sagiri pucat. Tidak mungkin dia membenci hadiahku, kan? Bukankah dia punya fetish kaos kaki?
“Ngomong-ngomong Sagiri, kamu adalah inspirasiku untuk ini.”
“....Kuh....”
Eh? Bahunya gemetar, apa yang terjadi?
“Terserah, lupakan saja. Cobalah! Ini adalah yang terbaik yang bisa aku buat sekarang! dan aku akhirnya bisa membuat corak rumit seperti itu!”
Entah kenapa, mendengar bualanku hanya membuat Sagiri ragu-ragu. Aku mendorong dan mengangkat kaos kakiku lagi:
“Bukankah ini bagus? Lihat, dari corak, rasa, keseimbangan, semuanya sempurna. Apalagi material dasarnya akan menjamin kakimu tidak akan merasa tidak nyaman.”
“Kuh....kuh.... ” “Meskipun ini mungkin tidak sebanding dengan kaus kaki yang dibuat perusahaan, ini bisa.....”
“Uhhhhh......”
“Memakainya dengan pakaian wol bisa membuatmu semakin hangat.”
“......”
“Sagiri?”
“....Bukan apa-apa. Terima kasih, aku sangat senang.”
Wajahmu tidak berkata begitu, mungkin. Ada apa denganmu, Sagiri-san?
“...Aku punya masalah sendiri juga, tapi tentu saja aku senang. Sangat senang. jangan khawatir.”
“Begitukah? Baiklah lalu....jadi kenapa kamu memanggilku kesini?”
Masih menyembunyikan tangannya dibelakang, bahu Sagiri jatuh, dia dengan sedih berkata:
“Ah....Lupakan.”
“?”
“....Aku kalah.....lupakan.”
“Um.....aku tidak paham.”
“Menurutku.....Nii-san....hebat....”
Ketika dia mengatakan itu, aku bisa melihat tangisan di matanya.
Pada akhirnya, aku tidak bisa bertanya mengapa Sagiri memanggilku ke kamarnya.
Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]
Ilustrasi Novel | Halaman Utama | Bab 2 |