Tate no Yuusha Jilid 4 Bab 11 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 13:33, 31 October 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (→‎Bagian 2)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 86 : Keluhan[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah seharian berburu monster, kami pun diantar Shadow kembali ke penginapan.

Aku memutuskan mandi di kolam air panas yang disediakan di sana.


“Fiuh...”


Hasil pembasmian monster hari ini : level-ku meningkat 4 level dan 10 bentuk perisai baru telah terbuka, semua bonus pemakaiannya meningkatkan atribut status.

Jujur saja, aku sangat kagum dengan peningkatan level se-efisien ini. Seperti yang kuharapkan, “masa aktif” pulau ini begitu luar biasa. Kalau begini terus... Saat aku, Raphtalia, dan Filo meninggalkan pulau, kami akan menjadi jauh lebih kuat.

Itu mengingatkanku, Wanita 1 pernah mengatakan tentang rekan-rekan Motoyasu yang semuanya wanita. Para petualang yang di tengah perjalanan ingin bergabung dengan party-nya, namun tidak bisa berbaur, akan “diusahakan” agar keluar dari party.

Dari awal, Wanita 1 sadar kan hal ini, jadi dia memutuskan untuk berpura-pura bodoh dan beradaptasi. Memang sejak awal, Si Jalang adalah salah satu dari keempat rekan Motoyasu. Ke mana perginya ketiga orang yang lain?

Dan juga, ke mana perginya rekan pria yang sebelumnya? Mungkin sekarang dia telah bergabung dengan party Ren atau Itsuki.


“Bagaimana suhu air panasnya, degozaru?”

“...”


Suara Shadow bisa terdengar di dalam area kolam berendam untuk laki-laki.

Dari mana suara itu berasal? Dia ada di mana?


“Meski anda mencari ke manapun, anda takkan bisa menemukan saya, degozaruyo.”

“Apa kau ini laki-laki?”

“Itu rahasia, degozaruyo.”

“...”

“Sang Ratu meminta saya untuk menanyakan keadaan kutukan di badanmu dan sejauh apa kepulihannya, degozaruyo.”

“Yah, badanku terasa sedikit mati rasa. Tapi selebihnya, aku baik-baik saja.”


Saat aku memeriksa tampilan jendela status-ku, semua atribut status terus pulih satu per satu... Aku sendiri tidak begitu mempermasalahkan efek samping luka ini. Bersantai saat berendam juga bukan ide yang buruk, karena aku memang ingin mencoba pengobatan dengan berendam di air panas.

Aku pun menatap area kolam yang penerangannya agak redup.

Kolam air panas yang kumasuki ini, mengingatkanku dengan pemandian yang ada di zaman Romawi kuno. Apa aku salah, karena aku lebih mengharapkan kolam air panas ini bergaya ala-Jepang?


“Hei, Shadow.”

“Ada apa, degozaru?”

“Dari caramu berbicara, dan cara berpakaianmu, kau mirip dengan sosok yang disebut ninja di duniaku.”

“Mungkin memang karena alasan itu kami ada, degozaruna.”


Apa?


“Ini adalah rahasia, tapi Tuan Pahlawan Perisai boleh mengetahuinya, degozaruna. Kami para Shadow, adalah bagian dari budaya yang diambil dari Timur, degozaru. Karena itu, kami adalah sosok yang bisa disebut ‘pembunuh rahasia’ dan juga ‘ninja’, degozarushi. Kami juga memiliki pengetahuan yang luas mengenai daerah Timur, degozaruyo.”

“Hmm...”


Timur, huh... Itu mengingatkanku pada Paman pemilik toko sejata, dia bilang dia mempelajari ilmu pandai besi di sana. Apa kerajinan logam di sana juga bergaya Jepang?

Atau setidaknya apa ada benda mirip-buatan-Jepang di dunia ini...? Sesuatu yang mengingatkanku dengan sebuah game.


“Apa kalian para Shadow tahu, bagaimana desain kerajinan dan kolam air panas dari Timur?”


Hanya membayangkannya saja sudah membuatku rindu akan rumah.

Aku ingin berendam di kolam air panas bergaya Jepang, karena selama di dunia ini... Aku selalu berendam di pemandian bergaya Barat.


“Desain yang anda maksud, tersedia di pulau utama, degozaruyo.”

“Begitu ya, aku ingin segera ke sana.”


Lagipula sudah menjadi hakku juga untuk bersantai di kolam air panas.

Setelah cukup lama berendam di kolam air panas dan karena malam hari telah tiba, aku pun kembali ke ruanganku.



Pada keesokan harinya.

Aku merasa lebih bugar, karena kemarin malam telah banyak beristirahat. Karena biasanya aku bersama Raphtalia dan Filo, suasana ribut yang mereka buat selalu kurasakan. Tapi... malam kemarin rasanya sangat sepi.

Saat kupikir lagi, bagaimana keadaan mereka berdua, ya...? Tinggal bersama Motoyasu yang hanya bisa memikirkan selangkangannya...

Aku harap mereka berdua tidak mengalami masalah yang besar. Jika terjadi masalah, apa aku harus meminta Shadow menanganinya?


"Apa yang akan kita lakukan hari ini?"


Tepat setelah aku selesai sarapan di penginapan, Wanita 1 menanyakan itu padaku.


"Kita akan berburu sampai siang hari, lalu kembali ke pulau utama."


"Ah, baiklah."


Untuk menaikkan level kami, Shadow dan Wanita 1 membantuku mengalahkan monster hingga siang hari tiba. Untuk bekal makan siang, aku membuat sandwich untuk Shadow dan Wanita 1 dengan bahan-bahan yang kuambil dari penginapan.


"Karena saya sedang bertugas, saya tidak bisa ikut makan, degozaru."

"Begitu ya.”


"Kalau begitu, biar aku yang memakannya..."


Wanita 1 mengambil sandwich yang ditolak Shadow, dan memakannya.


"Hmm... Kau cukup ahli membuatnya, kenapa kau tidak membuka toko saja?"

"Semua orang yang makan masakanku, selalu berkata begitu."


Aku tidak mau repot-repot memberitahukan bagaimana masakan sederhana seperti ini, bisa terasa enak... Aku sendiri tidak tahu pasti alasannya, tapi karena makanannya enak... kupikir itu saja sudah cukup.

Mungkin ini hanya pengaruh keterampilan memasak dari bentuk perisaiku.


"Sesekali Tuan Motoyasu juga memasak untuk kami bertiga... Bukan apa-apa, tidak perlu dipikirkan."


Ah... Kalau Motoyasu bisa memasak, apa masakannya tidak enak untuk Wanita 1? Atau karena bisa memasak, Motoyasu semakin memenuhi kriteria seorang yang tampan? Tampaknya pria yang bisa memasak di dunia Motoyasu, menjadi sangat populer. Entah bagaimana, orang itu membuatku memikirkan Pasta Perancis. Seseorang yang keren dan populer di kalangan para wanita.

Oh, benar juga... Karena kita berada di daerah selatan Pulau Cal Mira, apa dia juga punya hobi berselancar?

Tidak mungkin... Sebelum orang itu datang ke sini, hobi yang dia punya adalah bermain game online. Kalau dipikir lagi, kenapa orang itu memilih bermain game online sebagai hobi-nya?

Yah... Untuk saat ini, tidak mungkin aku bisa tahu alasannya.

Sejak dia terpanggil ke dunia ini, setiap waktu dia terus mencoba mengumpulkan harem. Kelihatannya sulit, apalagi karena ada seorang rekan pria dalam party-nya.

Ups, apa aku terlalu blak-blakan menyimpulkannya?


"Aku jadi ingat, kemarin kau bilang ada seorang pria dalam party Motoyasu."

"Ya... Sebenarnya setelah aku bergabung, dua pria lain juga bergabung ke dalam party Tuan Motoyasu."

"Motoyasu punya cadangan rekan sebanyak itu? Yang aku tahu, seharusnya ada seorang rekan pria dan empat orang rekan wanita lainnya termasuk Si Jalang."

"Eh~... Saat aku bergabung, ada lima orang wanita dan dua orang pria di sana."

"Hei... rekannya jadi semakin banyak."

"Setelah aku bergabung, beberapa anggota party berulang kali diganti. Walaupun saat ini, masih belum ada anggota baru yang bergabung."


Singkatnya, Si Jalang telah "mengusir" rekan-rekan wanita itu dengan tekanan fisik maupun psikis yang berbahaya, sementara rekan-rekan pria merasa jijik dengan kebiasaan Motoyasu menggoda banyak wanita, dan kemudian keluar dari party.

Sepertinya begitulah yang biasanya terjadi dalam party Motoyasu... Terserahlah.


"Sepertinya berurusan dengan Motoyasu cukup merepotkan."

"Tidak juga, aku hanya mengikuti alur bersama si Puteri Jalang, dan menonton saat Tuan Motoyasu bertarung. Selain itu, aku bisa memakai uang sesukaku, dan mendapatkan poin EXP tanpa susah payah. Bagiku, menjadi rekan Tuan Motoyasu seperti berada di surga."

"... Kalau begitu tidak jadi masalah, selama kau sendiri tidak keberatan."

"Yah... Rasanya sebentar lagi bahaya akan datang. Jadi, aku datang ke sini untuk menyelidiki rahasia Pahlawan Perisai, agar bisa membantu Tuan Motoyasu menjadi semakin kuat. Akhir-akhir ini, kami tidak mengalami banyak kemajuan, jadi aku ingin tahu apa ada sesuatu yang bisa kupelajari di sini. Dan juga, ini kulakukan untuk mengalahkan Puteri Jalang yang menjijikkan itu. Setelah rencanaku berhasil dan aku menjadi wanita favorit Tuan Motoyasu, aku bisa benar-benar bersantai setelahnya. "


Itu adalah beberapa pernyataan yang menakjubkan. Jika Raphtalia sampai memikirkan hal-hal seperti itu, kurasa aku akan terus menganggap semua perempuan sama saja.

Meski itu bukan urusanku, aku tetap merasa sedikit kasihan pada Motoyasu.

Bagian 2[edit]

"Apa kau yakin mengatakan semua itu padaku?"


Gadis ini, menceritakan keluhannya padaku saat rekan-rekan party-nya tidak ada di sini.

Dia sama-sama menyusahkan seperti Si Jalang yang emosi-nya tinggi, namun dengan sikap yang berbeda. Maksudku, aku adalah Pahlawan Perisai... kenapa aku harus mendengarkan keluhan dari rekannya Motoyasu...?

Walau begitu, aku sendiri tidak bisa benar-benar memprotes, karena dari pembicaraanku dengan Wanita 1, aku telah mempelajari berbagai hal tentang party-nya.


"Mau bagaimana lagi. Saat kau membeli kalung berkualitas buruk itu, kesan yang kupunya tentangmu menjadi berubah."

"Kalau begitu kau harus memaklumiku. Kau tahu kualitas-nya buruk, tapi tetap memintaku membelikannya.”

"Sepertinya memang begitu. Haah... Keunggulan Tuan Motoyasu berasal dari kerajaan, dan dia juga tidak perhitungan saat memberikan uang miliknya. Ah~... aku ingin hidup mewah seperti itu."

"Hei... Status sosial keluargamu cukup disegani, kenapa kau memilih terus menempel pada Motoyasu? Bukankah lebih aman bagimu tetap hidup mewah, dan menjauh dari pertarungan melawan Gelombang Bencana?"


Dengan begitu, seharusnya akan memperkecil resiko kematian baginya. Namun, dia masih saja mengikuti Motoyasu. Yah... Walau aku mencari tahu alasan Wanita 1 sekalipun, tetap tidak akan ada yang berubah.


"Ayahku menyebalkan, karena dia adalah pemuja Pahlawan. Terus terang, tinggal dengan orangtua tidak membuatku nyaman. Ibuku seorang pebisnis, dan jika aku tidak lagi menjadi rekan Pahlawan, mungkin aku akan dinikahkan dengan seorang bangsawan atau ksatria, dan membantu ibuku dalam berbisnis. Kalau begitu, aku sama sekali tidak bisa bersantai. "

"Kenapa kau menceritakan semua ini padaku?"

"Apa Tuan Motoyasu akan mempercayai sesuatu yang kau katakan?"

"Tidak mungkin."

"Baguslah kalau kau sadar. Walau aku memang pernah menemui situasi yang hampir membunuhku, tapi jika aku tetap bersamanya dan menaikkan Level-ku, maka ke depannya akan terasa lebih mudah."


Itu benar, aku ingat sebelum belum kami dijadikan Empat Pahlawan Legendaris, kami terpanggil ke dunia ini begitu saja.

Gelombang Bencana tiba-tiba datang, merenggut hidup banyak keluarga, dan anak-anak yang menjadi yatim dijual ke tempat perbudakan. Jika kau menjadi rekan seorang Pahlawan, maka kau tidak akan dikenakan biaya peningkatan Class, dan hanya sedikit orang dengan level di atas level 40. Bukankah itu kesempatan yang menggiurkan?

Meski aku curiga nantinya akan muncul masalah di masa depan.


"Yah... Tuan Motoyasu bukan hanya seorang Pahlawan, parasnya juga sesuai dengan seleraku."

"Ya ya... Aku jadi ingat sesuatu. Shadow."


"Ada apa, degozaru?"

"Apa rekan-rekanku terus dijaga?"

"Tentu saja, degozaru. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada mereka, degozaru."

"Aku khawatir ‘mode pemburu wanita’ Motoyasu akan aktif."

"Ah... Itu memang mungkin terjadi... "


Wanita 1 mengingat kembali sifat Motoyasu, lalu mengangguk acuh tak acuh. Anggukan ‘datar’nya itu membuatku lebih cemas...


"Namun, perilaku gadis itu terlihat kaku, dan aku tidak mengerti dengan sifat burung itu."

"Raphtalia? Gadis itu tidak seperti yang terlihat dari luar. Meski penampilannya seperti itu, tapi apa kau tahu, kalau dia itu sebenarnya seorang gadis kecil?"

"... aku mengerti masalah yang dimiliki gadis itu."

"Hm? Masalah apa?"

"Kau tidak harus memikirkannya."

"Aku mengerti. Kalau Filo... Mungkin dia akan tergoda dengan makanan saja."


Lewat perantara makanan, kau bisa mendapatkan seorang teman, tapi untuk cinta... Entahlah.

Mau bagaimana lagi, seekor binatang liar sudah sewajarnya melakukan pekembangbiakan. Aku tidak tahu banyak tentang sifat biologis-nya, tapi aku yakin bahkan monster seperti Filo sekalipun memiliki sesuatu seperti musim kawin.


"Itu mengingatkanku, Tuan Motoyasu sepertinya sangat menyukai wujud manusia dari burung itu. Puteri Jalang sampai dibuat cemburu karenanya."

"Orang itu memang memiliki kecenderungan ‘bernapsu’ pada sosok malaikat."


Orang itu tidak akan berhenti membicarakan tentang wanita, hingga membuatku bosan mendengarnya.

Penampilan Filo... Singkatnya, seorang “malaikat Eropa” yang bermata biru dan berambut pirang mungkin menjadi sosok favorit-nya. Karena Motoyasu berasal dari Jepang, tidak mungkin dia menemukan sosok gadis seperti Filo. Nyatanya, di bagian manapun planet Bumi, tidak mungkin ditemukan sosok malaikat...

Itu mengingatkanku, nampaknya di dunia ini juga tidak ada sosok malaikat. Meski Demi-human bisa menumbuhkan sayap, tangan dan kakinya tetap berbentuk cakar.


" ‘Menghabiskan dua hari dengan Filo dan Raphtalia!’ Sembari berkata begitu, dia melompat-lompat kegirangan dan pergi keluar ruangan kami."

"Kau tidak keberatan melihat Motoyasu mengatakan itu?"

"Malahan reaksi dari dua wanita lain terlihat ‘sangat menakjubkan’, tapi orang-orang hebat memang memiliki hasrat yang membara, jadi aku tidak akan mempermasalahkannya."

"Tidak disangka kau ini berhati dingin."

"Terserah kau ingin berkata apa!"


Dalam arti lain, berurusan dengan wanita ini ibarat menyentuh racun. Dia mudah diajak bicara, tapi aku tidak tahu sikap seperti apa yang dia tunjukkan saat berbicara dengan Motoyasu. Mungkin, wanita seperti dia yang disebut pembicara yang baik.


"Aku tidak akan memaafkan Si Jalang."

"Tidak kau katakan pun sudah jelas terlihat. Kalau kau tidak bisa memaafkannya, buang saja dia!"

"Kata-kata itu sangat kejam."

"Kenapa jawabanmu senada dengan ayahku? Yah... Sampai saat ini, semuanya selalu diserahkan pada Puteri Jalang. Karenamu, rencananya tidak berjalan lancar, jadi kebencian sepihak membuatnya ingin membunuhmu, setidaknya begitulah hasil pemantauanku. Bagaimana?"

"Pendapatmu itu hampir sepenuhnya benar."


Jadi Wanita 1 memiliki kepekaan yang tajam. Dengan kata lain, Si Jalang ingin membunuhku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Tidak, aku masih belum tahu pasti, dan pikiran itu terus menggangguku.


"Saat aku mendengar kau mencoba memperkosanya, aku pikir rumor itu terasa mencurigakan, tapi aku tidak punya kewajiban apapun untuk membelamu. Ada juga gadis lain yang dijebak saat dia mencurigai sesuatu yang salah di dalam party, jadi aku berpura-pura menganggap masalahnya itu bukan urusanku."

"Aku tidak setuju dengan pembiaran yang terakhir kau sebut."

"Yah... Kalau tidak begitu, aku akan dibuang ke suatu tempat dan terperangkap di sana sampai mati. Lagipula, aku tidak punya hubungan dengan gadis yang dijebak itu."

"..."


Kata-kata Wanita 1 terasa dingin, sejenak aku pun terdiam. Apa semua wanita sifatnya seperti ini?

Dengan mengganjalnya pikiran itu, kami menyelesaikan perburuan monster dan kembali ke pulau utama. Dibandingkan dengan apa yang kukira sebelumnya, perburuan monster hari ini berjalan dengan cukup baik.

Referensi :[edit]