Tate no Yuusha Jilid 4 Bab 12 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 14:55, 23 December 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (→‎Bagian 4)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 87 : Pahlawan Tombak dan Rekan-Rekanku[edit]

Bagian 1[edit]

“Ah, Tuan ~!"


Saat aku kembali ke penginapan di pulau utama, Filo keluar kamar untuk menyambutku dalam wujud monster-nya. Perasaan jika di penginapan, aku sudah menyuruhnya tetap dalam wujud manusianya.


"Sampai jumpa, dan tetaplah waspada."

"Aku tahu."


Wanita 1 pun mengucapkan selamat tinggal padaku, dan setelahnya bergabung dengan Si Jalang.


"Baiklah, apa yang terjadi?"

"Uhmm, begini... Kakak Raphtalia sedang marah."

"Dia sedang marah...?"


Motoyasu, akhirnya kau membuat masalah juga. Motoyasu terlihat sedang duduk menatap bintang-bintang, sambil menekan kedua pipi dengan kedua tangannya.

Aku tidak tahu kenapa... Tapi kelihatannya dia sudah larut dalam lamunannya.


"Tuan Motoyasu?"


Wanita 1 kebingungan melihat Motoyasu seperti itu.

Aku tidak mengerti dengan situasi ini. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?


"Filo, apa yang terjadi?"

"Hm ~? Filo tidak tahu."


Jawabannya sesuai dugaanku. Aku saja yang bodoh karena bertanya pada Filo.

Mau bagaimana lagi... Aku akan mencari Raphtalia, masalah Motoyasu biar Wanita 1 yang mengurusnya.

Akhirnya aku menemukannya. Walau membelakangiku, tapi tidak salah lagi itu pasti Raphtalia. Bahkan dari kejauhan sekalipun... bisa ditebak kalau Raphtalia sedang marah.

Rambut ekornya menegang, dan tubuhnya memancarkan kekuatan sihir yang mampu menggetarkan udara di sekelilingnya.


"A-aku pulang."


Raphtalia berbalik saat mendengar suaraku, dan kemarahannya tampak mereda.


"Dari tadi aku terus menunggumu, Tuan Naofumi!"


Sambil menangis, Raphtalia bergegas mendekatiku.


"A-Apa yang terjadi?"


Aku harap tidak terjadi perkosaan dalam masalah ini.

Berdasarkan dari reaksi Motoyasu, aku pikir bukan itu masalahnya. Tapi aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.


"Begini..."


Kemudian Raphtalia menceritakan yang dia alami padaku. Dari sudut pandangnya, Raphtalia mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada hari pertama pertukaran rekan.



“Kalian akan menjadi rekan Motoyasu. Berhati-hatilah, orang itu hanya memikirkan selangkangannya saja. Kalian tidak boleh lengah... Filo. Jika orang itu membuat masalah, langsung tendang dia.”

“Baik~”


“Tuan Naofumi... Aku tahu itu, tapi...”


“Kalau begitu, saya akan mengantar anda, degozaru.”


Setelah aku meninggalkan ruangan, dengan cemas Filo bertanya pada Raphtalia.


"Ada apa ini~?"

"Tidak ada apa-apa. Kita akan berburu monster seperti biasa, tapi kali ini kita akan berburu dengan Pahlawan lain sampai besok malam."

"Huuh~... Bagaimana dengan Tuan?"

"Kita akan segera bertemu lagi dengannya."


Dengan begitu, situasi saat ini telah Raphtalia jelaskan pada Filo. Setelahnya, Raphtalia melakukan push-up sambil menunggu Motoyasu tiba. Akan aku jelaskan ceritanya...

Karena sudah menjadi kebiasaan sehari-hari hingga aku tidak lagi menganggapnya aneh, kapanpun Raphtalia ada waktu luang, dia akan melakukan latihan fisik. Selama perjalanan kami di kereta, atau saat tidak menguliti monster, Raphtalia selalu melakukan chin-up dan push-up.

Baru-baru ini, kekuatan lengannya telah meningkat, sampai pada titik dia bisa melakukan push-up dengan masing-masing satu jari. Latihan fisik itu mempengaruhi atribut-nya. Sedikit demi sedikit, atribut-nya terus meningkat.


"Maaf sudah membuat kalian menunggu--"


Sembari menggenggam seikat bunga dengan satu tangan, Motoyasu membuka pintu ruangan kami.


"Munya~..."


Firo sedang tidur siang.


"677... 678... "


Raphtalia belum menyadari kedatangan Motoyasu, dan dia pun terus melakukan push-up.


*srak...* 


Motoyasu menjatuhkan bunga yang dia bawa.

Yah... Saat hati ingin segera menemui seorang gadis yang menunggunya, dan ternyata disuguhi pemandangan gadis itu melakukan push-up, Motoyasu tidak dapat berkata-kata.


"Ummm... "

"680... Ah."


Raphtalia menghentikan push-up nya, dan berbalik ke arah Motoyasu.


"Selamat datang. Hei, Filo, bangunlah. Dia sudah datang."

"Muu... Filo ngantuk."


"Ah, benar juga... "

Bagian 2[edit]

Sambil memungut bunga yang dia jatuhkan, Motoyasu pun memasuki ruangan.


"Sampai besok tiba, mohon kerjasamanya."

"Mohon kerjasamanya~!"


"Baiklah, walau kita sudah pernah bertemu, tapi mari kita memperkenalkan diri lagi. Aku adalah Pahlawan Tombak, Kitamura Motoyasu! Mohon bantuannya."


"Raphtalia."

"Filo."


Motoyasu dengan anggun menyerahkan seikat bunga itu pada Raphtalia.


"Bunga-bunga ini cocok untuk kalian, wahai gadis-gadis manis."

"Haah... "


Raphtalia menerima bunga tersebut, dan sepertinya dia sedang berpikir di mana dia bisa menjual semua bunga itu.

Apa salah kalau aku telah membesarkan seorang gadis, dan mengajarkan prinsip efisiensi padanya? Selain itu, Raphtalia pernah mendengar kabar, kalau bunga bisa dijadikan obat. Kalau tidak salah, bunga bisa dijadikan obat aromatik.

Kemudian Filo menyuapkan beberapa tangkai bunga ke dalam mulutnya.


"Ini tidak begitu enak."


Yah, tentu Filo lebih memilih diberi kue manjū daripada diberi bunga.


"Kalau begitu, apa kita bisa segera pergi menaikkan level?"

"Ayo kita pergi belanja dulu di pasar."

"Mungkin ide itu bagus juga... "


Dengan begitu, Raphtalia pun mengikuti Motoyasu ke pasar.



"Toko ini... sudah tutup."

"Aneh... Padahal aku sangat yakin, tadi toko perhiasan ini masih buka."


Sepertinya Motoyasu ingin melihat-lihat dagangan di toko yang sudah tutup ini.

Setelah sedikit melihat ke sekeliling, akhirnya mereka sadar kedatangan mereka sedikit terlambat.


"Oh, ya sudah... Ayo kita cari di toko yang lain."

"Ah, baik."


Berulang kali seperti itu, Raphtalia terus mengikuti Motoyasu hingga berbagai toko telah mereka kunjungi.

Beberapa jam telah berlalu, dan mereka masih di pasar. Ditambah lagi, di sepanjang jalan Motoyasu selalu mampir untuk mengobrol dengan setiap gadis cantik yang ditemuinya.


"Eh, apa kau ini sungguh-sungguh Tuan Pahlawan Tombak?!"

"Itu benar, apa ada yang ingin kalian tanyakan padaku?"


Sepertinya sekelompok gadis ini ingin meminta sang Pahlawan menunjukkan beberapa “atraksi sulap” tombaknya. Dan sebagai imbalannya, setiap gadis memberi secarik kertas pada Motoyasu, yang tertulis di mana tempat mereka menginap.

Berburu perempuan... Kebiasaan.

Setelah melihat tindakan gombalnya, rasa hormat Raphtalia pada Motoyasu telah merosot. Lalu, setelah belanja... matahari mulai terbenam.



Setelah berbelanja dan meninggalkan pasar, Motoyasu berjalan ke arah dermaga.


"Um... Dari pasar seharusnya kita langsung kembali ke penginapan."

"Tidak apa-apa, jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita jalan-jalan sebentar."

"Eh...? Tapi hari ini harusnya kita menaikkan level... "

"Oh, benar juga, Filo. Bisakah kau berubah ke wujud malaikatmu?"


"Tidak!"


Sejak meninggalkan penginapan, Filo tetap berada dalam wujud monster-nya.

Setelah itu, mereka pergi ke tempat-tempat wisata di pulau utama Kepulauan Cal Mira, dan saat matahari mulai terbenam, mereka pindah ke pulau lain.

Mereka berdua menaiki sebuah perahu kecil, melintasi pertengahan laut saat matahari terbenam...


"Di toko tadi, aku membeli sesuatu yang bagus."


Motoyasu memberikan sebuah cenderamata dengan hiasan kerang pada Raphtalia.


"Umm... "

"Jangan sungkan, itu hanya hadiah kecil."



Ngomong-ngomong, Filo sedang berenang di samping kapal laut dalam wujud monster-nya.

Situasi yang Raphtalia ceritakan, bisa kubayangkan dengan mudah.

Aku terus menyimak ceritanya dengan sabar. Sebelumnya aku mencoba mengabaikan Si Jalang yang mulai beringas, tapi akhirnya kami bisa mendengarkan cerita Raphtalia dengan tenang. Dan sebenarnya Filo tidak perlu ikut kesini juga.



"Lihat, matahari terbenamnya sungguh indah."

"Ya, indah sekali."


Untuk Raphtalia, pemandangan matahari terbenam di laut terlihat sangat indah. Apalagi ditambah terlihatnya monster laut yang melompat keluar permukaan air seperti lumba-lumba, dan sinar matahari sore sebagai latar belakangnya.

Selagi Raphtalia menatap kosong ke arah matahari sore, Motoyasu menggenggam tangannya.

Raphtalia menolak dengan menepis tangan Motoyasu. Motoyasu mengangkat bahu seolah berkata "Jangan takut". Pada saat itu, Raphtalia mulai kesal. Meski begitu, dia tetap tersenyum pada Motoyasu, sembari tetap tidak membiarkan tangannya digenggam Motoyasu.



Setelah sampai di pulau.

Matahari sudah terbenam. Raphtalia sedang menyiapkan perlengkapan untuk perburuan malam melawan monster, namun Motoyasu malah berlari memasuki penginapan.

Bagian 3[edit]

"Um...”

"Hm? Ada apa?"

"Apa kita tidak akan menaikkan level?"

"Hari sudah malam. Berbahaya jika bertarung di waktu seperti ini."

"B-Baiklah... Tapi- "

"Sekarang, ayo kita makan dan beristirahat yang cukup di penginapan. Aku akan memasak untuk makan malam kita, jadi kalian tinggal tunggu saja, ya.”


Raphtalia akhirnya berhenti mengeluh, dan membeli bermacam-macam bahan makanan di pasar. Raphtalia juga membeli berbagai obat ringan, seperti Balsem Penyembuhan.


"Makanan~?"

"Itu benar, Filo. Tapi sebelum makan, berubahlah ke wujud malaikatmu."

“Tidak!”


Filo dalam bentuk monster-nya, terus mengawasi Motoyasu dengan siaga. Sebelumnya dia sudah sering menendang selangkangan Motoyasu.

Setelah itu, Motoyasu mulai memasak di dapur penginapan, sambil memamerkan keahlian memasaknya pada Raphtalia dan Filo, yang menunggu di pojok ruangan.



Nampaknya Raphtalia mengira, aku akan makan makanan yang disediakan pihak penginapan.

Yah, aku tidak akan memasak, kecuali kami bertiga sedang berada di alam liar. Di penginapan, aku meramu obat dan membuat perhiasan. Baru-baru ini, aku juga terus mempelajari sihir.



"Makanannya sudah siap."

"I-Iya..."


Motoyasu menyahut begitu pada Raphtalia.

*sssshh...*

Sementara hidangan buatannya masih menimbulkan suara, Raphtalia memakan perlahan makanan yang dibuat Motoyasu, sementara Filo makan dengan sepenuh hati.


"Rasanya tidak seenak masakan Tuan!"

"Sst! Nanti Tuan Pahlawan Tombak bisa tersinggung..."


Setelah mendengar itu, Motoyasu tersenyum dengan menahan kecewa.


"Kalau kau mau, aku akan memasak masakan yang lebih enak. Jadi, Filo, berubahlah ke wujud malaikatmu!"

"Tidak!"


Sebesar apa rasa sukamu terhadap sosok malaikat, Motoyasu?

Setelah itu, mereka bertiga pun masuk ke kamar yang terpisah. Di saat itu, akhirnya Filo berubah ke wujud manusianya.

Yah, itu karena setiap kali kita berada di sebuah penginapan, aku memerintahkan Filo untuk tetap berada dalam wujud manusianya, demi mencegah terjadinya kerusakan di sana.


"Belum tidur, Kak~?"

"Belum... "


Sebelum pergi tidur, Raphtalia meregangkan badannya, lalu mempelajari sihir.


"Waah! Wujud malaikat Filo sangat imut!"

"Pergi jauh-jauh!"


Sepertinya Filo membenci Motoyasu. Apa Motoyasu sudah melakukan sesuatu yang dibenci Filo...?

Tentu saja sudah.

Sebelum Filo tumbuh besar, Motoyasu mengejek cara berjalannya yang lucu, lalu tertawa terbahak-bahak. Selanjutnya, Filo disebut seekor burung gemuk dan polos. Dan malah aneh rasanya jika dia tidak dibenci Filo.


"Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa."

"Benarkah~?"

"Iya, tenang saja."

"Muu~ ..."


Filo pun tertidur di tempat tidurnya. Tapi ahoge-nya tetap berdiri tegak, dan dia kelihatannya tidak tidur nyenyak.


"..."


Motoyasu diam-diam mendekati Filo.


"...Apa yang akan kau lakukan!?"


Melihat tindakan mencurigakan Motoyasu, Raphtalia memelototinya.


"Aku hanya ingin melihat wajah tidur Filo... Ngomong-ngomong, selagi Filo tidur, apa kau mau minum di bar?"

"Apa?"

"Ah, kau belum pernah minum alkohol, ya. Jangan khawatir, nanti cobalah minum sedikit dan nikmati pesona menjadi orang dewasa."

"Pesona, ya..."


Tanpa sadar, Raphtalia tertarik oleh pembicaraan Motoyasu tentang pesona, dan akhirnya mengikutinya ke bar.

Bagian 4[edit]

Sambil duduk, Motoyasu memesan minumannya, dan beberapa menit kemudian minumannya sudah tiba.

Minuman pertama yang datang disodorkan untuk Raphtalia. Tampaknya jenis minuman itu alkohol merah. Motoyasu pun menuangkannya ke dalam gelas Raphtalia.


"Bersulang untuk mata indahmu."

"..."


Saat Motoyasu mengedipkan mata dengan ekspresi penggoda wanita-nya, kesabaran Raphtalia langsung hilang.


"Ada hal yang harus dilakukan besok, aku akan tidur duluan."


Sembari tersenyum untuk menahan desakan “hasrat membunuh”-nya, gelas berisi alkohol yang tidak jadi diminum Raphtalia, bergetar dikarenakan sihir yang dilepaskan dari tubuhnya.


"Eh? Ah-"


Dengan begitu, Raphtalia kembali ke penginapan dengan kunci cadangan, dan langsung tidur.



Dan keesokan paginya...


"Selamat pagi."


Dengan niat ingin melupakan kejadian di bar kemarin, Raphtalia menyapa Motoyasu.


"Ah, selamat pagi, Raphtalia, Filo."


"Pagii... huaam~..."


Masih mengantuk, Filo balas menyapa sambil menguap.

Setelah menyantap sarapan ringan di penginapan, akhirnya mereka bisa mulai berburu monster. Namun...



"Aku mengerti kalau kalian berdua ini kuat."


Setelah beberapa saat berburu monster, kalimat itu tiba-tiba diucapkan Motoyasu. Monster yang mereka lawan sebenarnya tidak begitu kuat.

Setelah menerobos agak dalam ke wilayah monster, Motoyasu memerintahkan untuk menghentikan perburuan.


"Kenapa?"

"Menaikkan level dengan pertarungan penuh darah seperti ini, tidak cocok bagi gadis-gadis cantik seperti kalian berdua. Bagaimana kalau kalian melihatku bertarung saja?"


"Haaah!!?"


Setelah mengatakan itu, Motoyasu menerjang monster yang kelihatannya sendirian. Ngomong-ngomong bagi Filo, monster itu sangat mudah dikalahkan. Monster itu juga seharusnya bisa ditangani Motoyasu dengan sekali serang.


"Meteor Spear!"


Tentu saja, Motoyasu itu kuat.

Tapi dia terus-terusan melirik Raphtalia dan Filo dengan "tatapan asmara"nya, entah bagaimana dia berpose hingga keringatnya terlihat berkilauan, dan setiap kali dia membunuh monster, dia mengedipkan mata ke arah mereka berdua.


"Bagaimana..?"

"-----------kh!!"


Kesabaran Raphtalia akhirnya sudah habis.


"Aku tidak tahu apa yang kau maksud, jadi tolong hentikan perbuatan menjengkelkanmu itu!"


Sepertinya Raphtalia sudah naik pitam, dan Motoyasu dibuatnya gemetar ketakutan.

Sembari Raphtalia mencoba meredakan kemarahannya dengan ekspresi datar, Raphtalia, Filo, dan Motoyasu kembali ke penginapan pulau utama, sesaat sebelum siang hari.

Ngomong-ngomong, Raphtalia dan Filo hanya naik 2 level, jadi level mereka berdua sekarang menjadi Level 42.

Yang benar saja, kemarin aku naik 6 level, dan sekarang level-ku menjadi Level 44. Aku tidak habis pikir, kenapa level Raphtalia bisa lebih rendah dari level-ku...

Motoyasu... Bahkan kemajuan ini dibawah perkiraanku. Rasanya ada semacam konspirasi di sini, tapi aku tidak bisa memastikannya hanya berdasarkan cerita yang baru kudengar.

Di samping itu, rasa hormat Raphtalia terhadap Pahlawan Tombak telah menurun drastis.

Referensi :[edit]