Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 07:07, 24 April 2011 by Lawrence Craft (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2

“Ahh… ha… uwahh!”

Sebuah pedang mengayun bersamaan dengan teriakan aneh itu, tanpa mengenai apapun kecuali udara.

Tepat sesudahnya, blue boar itu bergerak dengan kecepatan yang cukup mengejutkan jika dibandingkan dengan badannya yang besar itu, menerjang kearah pemburunya. Aku tertawa terbahak-bahak melihatnya terlempar keudara dan berguling menuruni bukit setelah tertabrak oleh hidung pesek boar itu.

"Hahaha, bukan seperti itu. Gerakan awal itu sangat penting, Cline."

"Argh…babi sialan."

Pemburu yang sedang menggerutu itu, anggota party ku yang bernama Cline, berdiri dan melirik kearahku sambil menjawab dengan lesu.

Tapi Kirito, meskipun kau bilang begitu, aku tidak bisa mengenai musuh yang bergerak.

Aku bertemu dengan orang ini, orang yang berambut merah dan mengenakan bandanna dan sebuah simple leather armor di tubuhnya yang kurus itu, beberapa jam yang lalu. Jika dia memberitahukan nama aslinya, mungkin akan sulit untuk tidak menggunakan honorific, tapi nama Cline miliknya dan nama Kirito milikku ini adalah nama yang dibuat untuk character kami. Menambahkan "-san" atau "-kun" akan membuat nama kami menjadi lebih comical dibandingkan apapun.

Kaki orang yang sedang dibicarakan itu mulai bergetar.

Sepertinya dia sedikit pusing.

Aku mengambil sebuah kerikil dibawah kakiku dan mengangkatnya sedikit lebih tinggi dari bahuku. sesaat setelah systemnya mendeteksi gerakan awal dari sebuah sword skill, kerikilnya mulai memancarkan sedikit sinar berwarna hijau.

Setelah itu tangan kiriku bergerak dengan sendirinya dan batunya terlempar, meninggalkan segaris cahaya dan mengenai boarnya diantara alisnya. Ggiik! boar itu memekik kesal dan berbalik kearahku.

"Tentu saja mereka bergerak. Mereka bukan boneka latihan. tapi jika kau mulai dengan gerakan yang tepat, systerm nya akan meneruskan sword skill mu dan mengenai targetnya untukmu."

"Gerakan, gerakan,"

Sambil berkomat-kamit seperti sedang membaca mantra, Cline mengangkat cutlassnya yang ada di tangan kanannya.

Meskipun blue boar, atau nama aslinya <Frenzy Boar> adalah monster level 1, Cline telah menghabiskan hampir setengah dari HPnya karena terkena counterattack akibat serangannya yang asal-asalan tadi. Yah, meskipun dia mati, dia akan di respawn di <Starting City> didekat sini. Tapi, berjalan menuju daerah perburuan lagi itu agak menjengkelkan.

Sepertinya tinggal satu serangan lagi sebelum pertarungannya berakhir.

Aku sedikit memiringkan kepalaku saat aku menangkis terjangan boar itu dengan pedang yang ada di tangan kananku.

"Hmm, bagaimana cara menjelaskannya ya, ini tidak seperti satu, dua, tiga lalu terjang, tapi lebih seperti mengumpulkan sedikit tenaga dan sesaat setelah kau merasakan kalau skillnya dimulai, lalu BAM dan kau merasa kalau itu mengenai monsternya."

"Bam, eh?"

Muka Cline yang agak tampan itu menyeringai hingga tidak enak dipandang mata dan dia mengangkat pedangnya setinggi perutnya.

Menarik dan menghela napas, setelah menarik napas yang dalam, dia menurunkan kuda-kudanya dan mengangkat pedangnya. Kali ini system nya mendeteksi kalau posenya benar dan pedangnya mulai memancarkan sinar berwarna oranye.

"Ha!"

Dengan teriakan kecil itu, dia melompat dengan gerakan yang sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Swish-! bersamaan dengan suara itu, pedangnya meninggalkan jejak merah menyala di udara. <Reaver>, skill dasar one handed curved sword, menancap di leher bagian kanan boar yang sedang menerjang dan melenyapkan seluruh HPnya yang seperti Cline yang sekitar setengah penuh.

Guekk! boar itu menjerit dan tubuh besarnya mulai terpecah seperti kaca, dan angka-angka berwarna ungu muncul, menunjukan berapa banyak experience point yang kudapat.

“Yeeeeaaaahhh!”

Cline berpose kemenangan dengan senyuman besar diwajahnya dan mengangkat tangan kirinya. Aku menepuknya dan tersenyum padanya.

"Selamat atas kemenangan pertamamu. Tapi boar itu hanya selemah slime dari game lain."

"Eh, benarkah? Kupikir boar itu adalah semi-boss atau sejenisnya."

"Mustahil itu terjadi."

Senyumanku menjadi agak miris ketika aku menyarungkan pedangku di punggungku.

Meskupun aku menggodanya, aku mengerti perasaannya sekarang. karena aku punya pengalaman 2 bulan lebih daripada dia. hanya sekarang dia bisa merasakan kegembiraan menghancurkan musuhnya dengan tangannya sendiri.

Cline mulai menggunakan sword skill yang sama berulang-ulang sambil berteriak-teriak. mungkin itu adalah salah satu caranya untuk berlatih. Aku meninggalkannya sendiri dan melihat sekeliling.

Padang rumput yang terbentang sangat luas ini bersinar kemerahan saat matahari mulai terbenam. Di utara terlihat bayang-bayang hutan, danau yang berkilauan, dan aku bisa melihattembok yang mengelilingi kota hingga ke timur. Dibagian barat ada langit yang tak terbatas dengan awan berwarna keemasan yang melayang diatasnya.

Kami ada di padang rumput yang terbentang di sebelah timur dari <Starting City> yang berada di ujung utara dari lantai pertama kastil terbang raksasa <Aincrad>. Seharusnya ada banyak sekali player lain yang sedang bertarung dengan monster disekitar sini, tapi karena terlalu luas, tidak ada satupun dari mereka yang terlihat.

Terlihat puas, Cline menyarungkan pedangnya dan berjalan kemari sambil melihat sekeliling juga.

"Omong-omong, berapa kalipun aku melihat sekeliling seperti ini aku masih belum bisa percaya kalau kita ini <berada didalam game>."

"Yah, meski kau bilang 'didalam', bukan berarti kalau juwa kita tersedot kedalamnya atau sejenisnya. Yang melihat dan mendengar bukanlah mata dan telinga, melainkan otak kita dengan mengirimkan sinyal dari <Nerve Gear>.

Aku berkata begitu sambil mengangkat bahuku. Cline mengerutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Kau mungkin sudah terbiasa sekarang, tapi bagiku ini adalah pertama kalinya aku melakukan <Full Dive>. Bukankah ini luar biasa? Sungguh! Aku bersyukur dilahirkan di saat ini!"

"Kau berlebihan."

Tapi meskipun tertawa, aku setuju dengannya.

<Nerve Gear>

Itulah nama hardware yang menjalankan VRMMORPG—<Sword Art Online>.

Bentuk dasar mesin ini sangat berbeda dibandingkan dengan yang lama.

Tidak seperti mesin hardware tipe lama yang seperti 'monitor layar datar' atau 'stick game', Nerve Gear mempunyai bentuk seperti helm yang menutupi seluruh kepala dan wajah.

Didalamnya terdapat banyak pemancar sinyal, dan dengan menggunakan pemancar sinyal itu, Gear nya langsung mengakses kedalam otak si pemakai. Si pemakai tidak menggunakan mata dan telinganya untuk melihat dan mendengar, melainkan menangkap sinyal yang dikirimkan langsung ke otak mereka. Ditambah lagi, mesinnya tidak hanya bisa mengakses indra pendengaran dan penglihatan, tapi juga bisa mengakses indra peraba, perasa, dan penciuman. singkatnya, kelima indra.

Setelah memakai Nerve Gear, mengunci strapnya di dagumu dan mengatakan perintah <Link Start>, semua suara menghilang dan kau diselimuti oleh kegelapan. Segera setelah melewati lingkaran berwana pelangi ditengah, kau sudah berada di dunia yang terbuat sepenuhnya dari data.

Jadi,

Setengah tahun lalu, mesin yang mulai dijual pada bulan april 2022 ini berhasil membuat <Virtual Reality>. Perusahaan elektronik yang membuat Nerve Gear menyebut keadaan memasuki dunia digital dengan nama:

<Full DIve>.

Dunia yang sepenuhnya terpisah dari kenyataan, cocok dengan kata 'full'

Alasannya adalah karena Nerve Gear tidak hanya mengirimkan sinyal palsu pada kelima indra, tetapi juga memblokir dan mengembalikan sinyal yang dikirimkan oleh otak ke tubuh.

Ini bisa dibilang syarat paling dasar untuk bergerak dengan bebas didalam Virtual Reality. Jika tubuhnya menerima sinyal dari otak ketika si pengguna dalam keadaan Full Dive, pada saat si pengguna memutuskan untuk <Berlari>, tubuh asli mereka akan menabrak tembok.

Karena Nerve Gear mampu mengembalikan perintah yang dikirimkan oleh otak melalui tulang belakang, aku dan Cline bisa bebas menggerakan avatar kami dan mengayunkan pedang kami sesukanya.

Kami benar-benar berada didalam game.

Pengalaman ini benar-benar memikatku dan banyak gamer lainnya hingga membuat kami tidak ingin menyentuh lagi game tipe lama.

Cline melihat kearah angin yang berhembus melalui padang rumput dan tembok kastil dengan mata yang berkaca-kaca.

"Jadi Nerve Gear adalah game pertama yang kau mainkan dengan Nerve Gear?"

Cline yang terlihat seperti seorang prajurit tampan yang berasal dari jaman perang menengok kearahku dan mengangguk.

"Yeah."

Jika dia menggunakan ekspresi yang serius di wajahnya, dia akan terlihat seperti aktor yang sedang memerankan drama zaman dulu. Tentu saja ini sangat berbeda dari tubuh aslinya di dunia nyata. Ini hanyalah avatar yang dibuat berdasarkan kumpulan data.

Tentu saja, aku juga terlihat seperti seorang protagonis yang sangat tampan dari sebuah animasi fantasi.

Cline meneruskan pembicaraan dengan suaranya yang terdengar pelan tapi bersemangat, tentu saja ini juga berbeda dengan yang di dunia nyata.

“Yah, tepatnya aku membeli hardwarenya segera setelah aku mendapatkan SAO. Hanya ada sepuluh ribu kaset yang dikeluarkan sekarang. Jadi kupikir aku memang sangat beruntung. …tapi, dipikir-pikir kau sepuluh kali lebih beruntung daripada aku karena kau bisa mendapatkan beta testing nya. Mereka hanya mengeluarkan seribu kaset!”

“Ah, yeah, benar juga.”

Cline terus melihat kearahku. Tanpa sadar aku menggaruk kepalaku.

Aku masih ingat kesenangan dan rasa antusias saat pembuatan <Sword Art Online> diumumkan sudah selesai lewat media seperti baru kemarin.

Nerve Gear telah membuat dunia gaming menjadi lebih maju dengan Full Dive nya. Tapi, karena mesinnya masih baru selesai, hanya game-game yang tidak terkenal saja yang ada untuk dimainkan. Contohnya puzzle, dan game-game yang berhubungan dengan pelajaran atau lingkungan, itu membuat kecewa para penggemar game seperti ku.

Nerve Gear benar-benar bisa menciptakan sebuah virtual reality.

Tapi kau hanya bisa berjalan 100 meter sebelum kau mencapai batas dinding di dunia itu; itu benar-benar mengecewakan. Para hardcore gamers sepertiku, yang benar-benar menghargai pengalaman berada didalam game, tidak mungkin kalau kami tidak menantikan suatu game dengan genre tertentu.

Kami mulai menunggu untuk sebuah game network yang bisa memuat jutaan orang yang log in dan membuat, bertarung bersama dan hidup sebagai karakter mereka sendiri, atau dengan kata lain—sebuah MMORPG.


Ketika rasa antisipasi dan kesabaran kami mencapai puncaknya, VRMMORPG pertama diumumkan tepat waktunya, <Sword Art Online>. Panggung permainan ini adalah sebuah kastil raksasa yang terdiri dari 100 lantai.

Para player hidup di sebuah dunia dengan hutan dan danau, hanya mengandalkan pedang dan kemampuan mereka untuk menemukan rute untuk menuju ke lantai atas dan mengalahkan monster yang tak terhitung jumlahnya untuk membuka jalan menuju lantai teratas.

<Magic> yang dianggap merupakan bagian yang tidak bisa digantikan dari fantasy MMORPGs telah dihilangkan dan skill yang tidak terhitung jumlahnya yang bernama <Sword Skills> dibuat. Itu mungkin adalah salah satu rencana untuk membuat para player bisa merasakan pengalaman dari pertarungan dengan tubuh mereka sendiri melalui full dive sebanyak mungkin.

Skill nya bervariasi termasuk skill produksi seperti pandai besi, penjahit, dan kemampuan sehari-hari seperti memancing, memasak, dan bermain musik, mengizinkan player tidak hanya berpetualang di dalam game besar ini tetapi juga benar-benar <hidup> didalamnya. Jika mereka mau, dan skill level mereka cukup tinggi, mereka bisa membeli rumah dan hidup sebagai pengembala domba.

Saat informasi ini disampaikan, rasa antusias para gamer menjadi semakin tinggi.

Beta test nya hanya mengajak seribu orang pencoba. Katanya, ada seratus ribu orang, setengah dari jumlah Nerve Gears yang terjual saat itu, ingin menjadi pencobanya. Keberuntungan adalah satu-satunya alasanku bisa terpilih. Selain itu, beta tester mendapat keuntungan tambahan karena diberikan prioritas ketika game nya sudah resmi keluar.

Dua bulan beta testing terasa seperti mimpi saja. Di sekolah, aku selalu memikirkan tentang susunan skill ku, equipment dan item, dan lari langsung ke rumah segera setelah sekolah berakhir dan log in hingga subuh. Beta test nya berakhir dalam sekejap mata, dan di hari dimana characterku direset, aku merasa kehilangan yang sangat besar seperti setengah tubuh asliku menghilang.

Dan sekarang-11 November 2022, Minggu.

<Sword Art Online> setelah semua persiapannya telah selesai, jam 1 siang resmi memulai server service nya.

Tentu saja, aku telah menunggu selama 30 menit dan langsung log in tanpa menunggu sedetikpun, tapi ketika aku mencheck keadaan servernya, sembilan ribu lima ratus orang lebih sudah log in. Sepertinya semua orang yang beruntung mendapatkan gamenya merasakan hal yang sama denganku. Semua situs penjualan online mengumumkan kalau gamenya terjual habis tepat setelah penjualan dibuka dan penjualan offline, yang dimulai sejak kemarin, telah terbentuk barisan orang yang mengantri lebih dari empat hari, membuat keributan yang cukup hingga bisa masuk dalam berita. Itu berarti semua orang yang beruntung bisa membeli kaset game nya hampir semuanya adalah penggemar game serius.

Kelakuan Cline menunjukan semua ini dengan jelas. Setelah aku log kedalam SAO, Aku mulai berlari melalui jalan batu yang sudah kukenal di <Starting City> untuk menuju ke toko senjata. Menyadari kalau aku adalah seorang beta tester setelah melihatku memulai dan berlari tanpa ragu, Cline berlari kearahku. “Hey, ajarkan aku beberapa hal!” dia memohon. Aku heran kenapa dia bisa begitu tidak tahu malu dan memohon ke orang yang baru dia temui. Aku kehilangan kata-kata ku karena takjub.

“Ah, er, kalau begitu…bagaimana kalau kita ke toko senjata dulu?” Aku menjawabnya seperti seorang NPC; kami akhirnya membuat sebuah party, dan aku mulai mengajarinya beberapa dasar bertarung—dan itulah mengapa kami berakhir seperti ini.

Sebenarnya, aku tidak terlalu akrab dengan orang di dunia nyata atau di dalam game, bahkan mungkin lebih sedikit di dalam game dibanding dengan di dunia nyata. Selama beta testing aku mengenal beberapa orang, tapi aku tidak terlalu dekat dengan mereka hingga tidak bisa menyebut mereka sebagai teman.

Tapi Cline punya sisi yang agak bersahabat, dan aku juga tidak berpikir kalau itu tidak mengenakkan. Berpikir kalau aku mungkin bisa akrab dengannya, aku membuka mulutku.

“Jadi…apa yang mau kau lakukan sekarang? Apa kau mau terus berburu hingga kau terbiasa?”

“Tentu! …itu yang mau kubilang, tapi…”

Mata Cline melihat kearah bawah kanan dari penglihatannya. Dia pasti sedang memastikan waktu.

“…yah, aku harus log off dan makan. Aku memesan pizza untuk jam 5:30.”

“Benar-benar sudah mempersiapkan segalanya.”

Aku tidak bisa mengatakan hal lain, Cline membusungkan dadanya.

“Tentu saja!” dia berkata begitu dengan bangga. “Aku sudah janji untuk bertemu beberapa teman di <Starting City> sebentar lagi. Aku bisa memperkenalkan beberapa dari nmereka dan kau bisa mendaftarkan mereka sebagai teman. Dengan begitu kau bisa kapanpun mengirim pesan. Bagaimana?”

“Errr… Hmmm…,” Tanpa sadar aku bergumam.

Aku agak akrab dengan Cline, tapi tidak ada jaminan kalau aku bisa akrab dengan teman-temannya. Aku merasa kalau kemungkinannya lebih besar kalau aku tidak akan bisa akrab dengan mereka, dan sebagai akibatnya, aku juga tidak bisa berteman dengan Cline lagi.

“Haruskah aku…?”

Terlihat mengerti alasanku menjawab dengan tidak begitu yakin, Cline menggelengkan kepalanya.

“Ah, aku tidak bermaksud memaksamu. Lagipula akan ada kesempatan lain untuk memperkenalkan mereka.”

“…yeah. Maaf, dan terima kasih.”

Segera setelah ku berterima kasih padanya, Cline menggelengkan kepalanya sekuat mungkin.

“Hey, hey! Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Aku menerima banyak bantuan darimu. Aku akan membalas jasamu lain kali. Kalau kita ketemu lagi.”

Cline tersenyum dan melirik kearah jam sekali lagi.

“…yah, aku akan log off sebentar. Terima kasih banyak, Kirito. Sampai jumpa lagi.”

Dengan itu, dia menaruh tangannya kedepan. Saat itu, kupikir orang ini pasti adalah seorang pemimpin yang hebat di dalam <game lain> dan bersalaman dengannya.

“Yeah, sampai jumpa.”

Kami melepaskan tangan masing-masing.

Itu adalah saat dimana Aincrad, atau Sword Art Online, berhenti menjadi sebuah game yang menyenangkan bagiku.

Cline berjalan mundur sedikit dan menempelkan jari tengah dan jempol tangan kanannya lalu menarik kebawah..

Ini adalah hal yang perlu dilakukan untuk memanggil <main menu window>. Segera setelahnya terdengar suara berdering dan muncul sinar kotak berwarna ungu.

Aku menyingkir sedikit dan duduk di sebuah batu lalu membuka menu ku juga. Aku mulai menggerakkan jariku untuk menyusun item yang kudapat setelah bertarung dengan boar tadi.

Lalu.

“Eh?” Cline berkata dengan nada yang aneh.

“Apa ini? …tidak ada tombol log out nya.”

Saat itu aku berhenti menggerakkan jariku dan mengangkat kepalaku.

“Tidak ada tombolnya…? Mustahil, coba lihat lebih jelas.”

Aku berkata dengan sedikit bingung. Dia membuka matanya lebar-lebar di bawah bandannanya dan mendekatkan kepalanya ke menu. Kotaknya lebih panjang kesamping daripada keatas, dan mempunyai sekumpulan tombol di bagian kiri serta sebuah gambaran karakter yang menunjukkan equipment yang kau pakai di bagian kanan. Di bagian bawah menu ada tombol <LOG OUT> yang digunakan untuk keluar dari dunia ini.

Ketika aku kembali melihat kearah list yang menunjukkan itemsyang kudapat setelah beberapa jam bertarung, Cline mulai berbicara dengan nada yang tinggi tidak seperti biasanya.

“Benar-benar tidak ada. Coba lihat Kirito.”

“Sudah kubilang tidak mungkin tidak ada disana…” aku bergumam sambil menghela napas lalu mengklik ke tombol di bagian kiri atas untuk kembali ke menu screen.

Inventory window dibagian kanan menutup dan kembali ke menu utama. Di sebelah kiri dari gambar karakter, yang masih memiliki banyak tempat kosong, tersusun tombol-tombol.

Aku menggerakkan tangan ku kebawah seperti biasa dan—

Tubuhku membatu.

Tidak ada.

Seperti yang dikatakan Cline, tombol yang ada disana ketika beta test—tidak, bahkan tombol yang masih ada ketika aku logged on—telah menghilang.

Aku memandangi tempat kosong itu selama beberapa detik, lalu melihat ke seluruh bagian menu, memastikan kalau itu bukan dipindahkan saja posisinya. Cline melihatku dengan kata “Benarkan?” tertulis diwajahnya.

“…tidak ada, kan?”

“Yeah, tidak ada.”

Aku mengangguk, meski itu agak menjengkelkan untuk langsung setuju dengannya. Cline tersenyum dan mulai mengusap-usap dagunya yang tebal.

“Yah, ini kan hari pertama, jadi bug seperti itu mungkin terjadi. Seharusnya sekarang para GM sedang kewalahan dengan jumlah pesan yang membanjiri inbox nya,” Cline berkata dengan tenang.

“Apakah tidak apa-apa kalau kau hanya berdiri saja seperti itu? Kau bilang kalau kau memesan pizza, ya kan?” Aku sedikit menggodanya.

“Ah, benar juga!”

Aku tersenyum saat melihatnya kepanikan, dan membuka matanya lebar-lebar.

Aku melempar beberapa item yang tidak kuperlukan dari inventory, yang telah menjadi merah karena terlalu banyak item didalamnya, lalu aku berjalan kearah Cline.

“Argh! Anchovy pizza dan ginger ale ku-!”

“Kenapa kau tidak coba menghubungi GM? Mereka mungkin bisa memutuskan hubungan servermu dari sana.”

“Sudah kucoba, tapi tidak ada respon sama sekali. Ini sudah pukul 5:25! Hey, Kirito! Apa tidak ada cara lain untuk log out?” Setelah mendengarkan apa yang Cline katakan sambil melambaikan tangannya—

Wajahku menjadi kaku. entah kenapa aku merasa takut dan merinding di punggungku.

“Coba lihat…untuk log out…” Aku berbicara sambil berpikir.

Untuk keluar dari virtual reality ini dan kembali ke kamarku, aku harus membuka menu, menejkan tombol log out dan menekan yes di window yang muncul disebelah kanan. Itu sangat simpel. Tapi-pada saat yang sama, selain prosedur itu, aku tidak tahu cara lain untuk log out.

Aku melihat ke wajah Cline, yang berada sedikit lebih tinggi dari wajahku dan menggelengkan kepalaku.

“Tidak…tidak ada. Jika kau mau log out, kau harus menggunakan tombol di menu, selain itu tidak ada cara lain.”

“Itu mustahil…pasti ada suatu cara!”

Cline tiba-tiba mulai berteriak seperti kalau dia tidak mempercayai kata-kataku.

“Return! Log out! Escape!”

Tapi tentu saja, tidak ada yang terjadi. Di SAO tidak ada perintah suara seperti itu.

Setelah dia berteriak ini dan itu dan bahkan melompat, Aku berbicara padanya.

“Cline, itu sia-sia. Bahkan di manual tidak tertulis apapun tentang pemutusan akses darurat.”

“Tapi…ini gila! Bahkan jika ini adalah bug, aku bahkan tidak bisa kembali ke kamarku semauku!” Cline berteriak dengan ekspresi bingung diwajahnya.

Aku sangat setuju dengannya.

Ini mustahil. Benar-benar non-sense. Tapi ini kebenaran yang tidak bisa dibantah.

“Hey…apa-apaan ini? Ini benar-benar aneh. Sekarang, kita tidak bisa keluar dari game ini!"

Cline tertawa menyedihkan dan mulai berbicara lagi.

“Tinggu, kita cukup mematikannya saja. Atau lepas saja <Gear> nya.”

Ketika aku melihat Cline menggerakkan tangannya, yang bergerak seperti sedang melepas sebuah helm yang tidak terlihat, aku merasa kalau kegelisahanku kembali.

“Itu mustahil, dua-duanya. Sekarang ini kita tidak bisa menggerakkan tubuh asli kita. <Nerve Gear> nya menerima semua sinyal yand dikirim dari otak kita dan mengirimkannya kemari…” Aku memegang bagian belakang kepalaku. “… dan menyampaikannya ke avatar kita disini.”

Cline perlahan-lahan menutup mulutnya dan menurunkan tangannya.

Kami berdua berdiri tanpa berbicara selama beberapa saat, saling berpikir.

Untuk mendapat keadaan Full Dive, Nerve Gear memblokir semua sinyal yang dikirim oleh otak kita dan mengirimkannya kemari supaya kita bisa mengontrol avatars kita di dunia ini. Jadi, berapa liarpun aku menggerakkan tubuhku disini, tubuhku di dunia nyata, yang sedang terbaring di kasur sekarang tidak akan bergerak sedikitpun; memastikan kalau aku tidak akan membenturkan kepalaku ke sisi meja atau apapun.

Tapi karena fungsi ini, kita tidak bisa bebas keluar dari kondisi Full Dive.

“…jadi, selain bug nya di perbagiki atau seseorang dari dunia nyata melepaskan Gear nya, kita hanya bisa menunggu?” Cline bergumam, terlihat sedikit pusing.

Aku diam-diam setuju dengannya.

“Tapi aku tinggal sendiri. Kau?”

Aku sedikit ragu-ragu tapi aku mengatakan yang sebenarnya padanya.

“…Aku tinggal dengan ibu lku dan adik perempuanku, bertiga. Kupikir aku pasti akan di paksa keluar dari kondisi Dive jika aku tidak berhenti saat makan malam…”

“Apa? Be-Berapa umur adik perempuan mu?”

Cline tiba-tiba melihat kearahku, matanya bercahaya. Aku mendorong kepalanya menjauh.

“Kau agak tenang sekarang, ya kan? Dia anggota klub olahraga dan membenci game, jadi dia tidak mungkin bisa akrab dengan orang seperti kita…tapi daripada itu,” aku membentangkan tangan kananku untuk mengganti jalan pembicaraannya. “Apa kau tidak berpikir kalau ini aneh?"

“Tentu saja. Ini kan bug.”

“Bukan, maksudku bukan hanya bug saja, ini adalah bug <mustahil log out>, ini masalah yang cukup besar yang bisa membuat pengoperasian game itu sendiri terganggu. Seperti pizza mu di dunia nyata yang semakin mendingin setiap detik, ini benar-benar merugikan keuangan, ya kan?"

“…sebuah pizza dingin…itu sama saja dengan natto keras!”

Aku mengabaikan komentar yang tidak berarti itu dan melanjutkan pembicaraan.

“Jika sudah seperti ini, seharusnya operator akan segera mematikan server nya dan me-log out semua orang apapun yang terjadi. Tapi…ini sudah lebih dari 15 menit sejak kita menyadari hal ini dan belum ada satupun system message yang muncul, meski kita abaikan penghentian servernya, ini sudah terlalu aneh."

“Hmm, sekarang kupikir-pikir kau benar juga."

Sekarang Cline mulai mengusap dagunya dengan ekspresi serius diwajahnya. Di bagian bawah bandanna yang menutupi dahinya, pengetahuan terpancar didalam matanya.

Aku mulai mendengarkan Cline, merasa sedikit aneh berbicara dengan orang yang belum pernah kutemui jika aku menghapus account ku.

“…perusahaan yang membuat SAO, <Agas> adalah perusahaan yang terkenal karena sangat memperhatikan penggunanya, ya kan? Itulah kenapa orang-orang berebutan membeli kasetnya meskipun ini adalah game online pertamanya. Semua itu akan sia-sia jika mereka membuat kesalahan seperti ini di hari pertamanya."

“Aku setuju, and SAO adalah VRMMORPG pertama. Jika ada sesuatu yang salah sekarang, mereka pasti akan segera memperbaikinya."

Cline dan aku melihat wajah virtual masing-masing dan menghela napas.

Musim di Aincrad dibuat berdasarkan kenyataan, jadi sekarang disini juga sedang memasuki musim gugur.

Aku melihat keatas, menghirup udara virtual, menarik napas dingin yang dalam.

Sekitar 100 meter diatas aku bisa melihat atap berwarna ungu muda yang merupakan bagian bawah dari lantai 2. Sambil mengikuti permukaannya yang tidak rata, aku melihat menara besar—the <labyrinth> yang merupakan jalan menuju ke lantai atas, dan melihatnya terhubung dengan jalan keluarnya.

Saat itu jam 5:30 lewat dan garis kecil di langit yang terlihat berwarna merah seperti matahari terbenam. Meski berada di situasi seperti ini, melihat padang rumput luas yang berwarna keemasan karena memantulkan sinar matahari sore, aku menemukan diriku tidak bisa berbicara di depan keindahan dunia virtual ini


Tepat sesudahnya.


Dunia berubah selamanya.


Back to Chapter 1 Return to Main Page Forward to Chapter 3