Baka to Tesuto to Syokanju:Volume7.5 Aku, Lotere, dan Panci kegelapan

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.
Aku, Lotere, dan Panci Kegelapan

== ==== Beberapa hari yang lalu, kami mengikuti pekan olahraga.

Saat salah satu pertandingan olahraga berlangsung, turnamen kasti para makhluk panggilan, kami benar-benar mempertaruhkan hidup dan bertarung hingga titik darah penghabisan.

Waktu itu, Fukumura-san roboh setelah menangkap pickoff dari Himeji-san. Saat itu juga, Fukumura-san jatuh ke tanah karena pukulan Takahashi-sensei. Setelahnya, Fukumura-san masih terkena pukulan Takahashi-sensei lagi.

Sehabis mengorbankan teman kami, akhirnya kami memenangkan pertandingan. Tapi kemenangan itu--bagi kami, adalah awal dari ujian lain.


"Aki-kun, apa ini?"


Di ruang tamuku, ane-san berjalan melewati bungkusan paket yang sekolah kirim kepadaku dan mulai menginterogasi.

Aku mencoba semampuku untuk tidak melihat kepadanya dan menjawab, dengan lembut.

"...Ini referensi buku yang 'sedikit' mesum."


Beneran--ini ujian berat yang lain.


"Begitu. Jadi, apa ini?"

"...Ini referensi buku yang sedikit memalukan."

"Aku paham. Dan ini?"

"...Referensi buku agar aku menjadi dewasa."

Selanjutnya, wajah ane-san mulai memberiku senyuman lembut.

Bicara soal standar, mungkin dia tampak kalem seperti sekarang, tapi sebagai adiknya, aku sangat tahu bahwa itu adalah ekspresi penyerangannya. Jika aku terus mengganggu ane-san, hidupku akan segera berakhir olehnya. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengubah masa depan, iya kan?

"..."

Aku merenung untuk sesaat. Di dalam situasi ini aku harus mengambil keputusan besar, aku harus menemukan seseorang untuk diajak kompromi. Akan sangat baik jika aku punya seseorang untuk diajak bicara dalam situasi ini...

'Apa kau ingin mendengar saranku tentang hal ini?'

Oh astaga? Bukankah kau sosok jahat yang ada di hatiku? Sudah cukup lama nggak ketemu. Meski aku nggak yakin bahwa sosok jahat yang sedang muncul, namun nggak masalah selagi aku punya seseorang untuk diajak bicara--

'Tunggu sebentar, Jika kau tidak ingin bicara dengan iblis, kau bisa bicara dengan malaikat di sini.'

Sooi!

'Uoh! Malaikat yang baru saja muncul datang dengan dilempar di udara seperti botol!"

Malaikat di hatiku, aku menganjurkanmu untuk tidak muncul lagi.

'Ng-ngomong-ngomong, perasaan ane-san sedang kacau saat ini. Bagaimana kalau kita pikirkan skenario yang mungkin bisa digunakan untuk mencegah melukai perasaannya?'

Aku paham. Melewati sebuah simulasi dalam benak untuk memperkirakan apa yang akan terjadi. Ide begus.

"Aki-kun, apa kamu punya sesuatu untuk dikatakan padaku?"

Ane-san bertanya padaku. Bagaimana jawabanku yang seharusnya? Aku harus berpikir lebih hati-hati.


Skenario 1 'Berbohong'

"Mungkin mereka salah kirim."

"Benarkah?"

"Mn, aku tidak tahu kenapa aku bisa punya benda semacam itu."

"Tapi kertas yang terselip bersama paket ini memiliki tulisan 'barang-barang ini adalah hasil sitaan dari Yoshii Akihisa'."

Tidak. Aku tidak bisa berbohong dan bilang bahwa gurunya salah kirim jika kertas penjelasannya ikut serta sebagai bukti.


Skenario 2 'Mengakui kesalahanku sendiri'

"Maafkan aku. Ini salahku."

"Begitu."

"Aku benar-benar minta maaf."

"Kalau begitu kencangkan rahangmu dan bersiap untuk mati."

Ane-san ku bukanlah orang yang akan memaafkan orang lain dengan mudah setelah mendengar permintaan maaf.


Skenario 3 'Menyalahkan Yuuji'

"Sebenarnya, ini semua salah Yuuji."

"Aku mengerti."

"Aku dijebak."

"Aku tidak ingin mendengar alasanmu."

Seharusnya kau tidak bertanya sejak awal.


Entah itu berbohong, mengakui kesalahanku sendiri, atau menyalahkan Yuuji, tampaknya aku tidak akan bisa lolos dari cengkraman iblis ane-san. Dengan kata lain, satu-satunya jawaban yang memperbolehkanku bertahan hidup adalah sesuatu yang beda.

Oke, kalau begitu, aku akan menggunakan pilihan keempat untuk menjawab pertanyaan ane-san.

Aku mengangkat kepala dan melihat langsung ke dalam mata ane-san, mengambil napas dalam-dalam, dan berkata padanya.


"Ini semua salah ane-san."


'Menyalahkan yang sedang memarahimu!?'

'Itu adalah jawaban paling buruk yang pernah kau pikirkan.'

'Apa yang kau pikirkan? Bagaimana pemikiranmu terhadap jawaban ini...'

Aku baru sadar telah memilih kemungkinan jawaban terburuk. Meski normal bagiku untuk tergoncang saat menghadapi krisis tak terduga, aku tetap tak bisa menyembunyikan kekagetanku karena memilih jawaban terburuk.

Memikirkan hukuman mengerikan yang akan terjadi padaku kapanpun juga, aku jadi ketakutan sampai-sampai tidak bisa mengontrol bergetarnya--

"Arre...?"

Tak terduga, ane-san tidak melakukan sesuatu yang sangat tragis padaku.

"Haa...sungguh kau ini..."

Ane-san berkata begitu dan menghela napas. Ah, sepertinya dia berkeinginan untuk memaafkanku. Ini merupakan satu dari jutaan peluang. Mari gunakan kesempatan ini untuk meminta maaf secara jujur!

"Jadi, ane-san, aku minta maaf. Aku akan berefleksi pada--"

"Berlutut dan membungkuk dulu."

Ralat. Dia tidak punya kemauan untuk memaafkanku sama sekali.

"Eh...ane-san, seharusnya kalimat klasik 'kemarilah dan duduk di sini' yang keluar, ya kan? 'Berlutut dan membungkuk dulu' terdengar seperti orang aneh dari antah berantah."

"Aku khawatir tidak bisa membantu kecuali menciummu sekali kau angkat kepalamu."

"..."

Lantainya terasa sedingin es, sangat sejuk, sangat nyaman.

"Aki-kun, ane-san tidak pernah bilang bahwa kau boleh membaca semua buku ini."

Ane-san mengambil satu buku referensiku dan bilang,

"Aku hanya bilang bahwa jika kau ingin membacanya, kau harus siap mati."

Kupikir ini sama artinya dengan 'kau tidak boleh membacanya sama sekali'.

"Beneran deh, kok para cowok suka baca beginian, meski ada batasan umur untuk membaca buku macam ini. Kau harus menunggu hingga umurmu cukup siap untuk membacanya. Kau harus menderita sebelum bahagia."

"Uu...ane-san, kau kelewat serius..."

"Tentu saja. Aku bukan cuma kakak perempuan Aki-kun, aku juga penjagamu."

Karena kau ane-san dan penjagaku, seharusnya kau tidak bilang hal semacam 'cium', kan?

"Ngomong-ngomong, apa kau membayangkan isi buku ini?"

"Ya, aku membayangkannya dengan baik."

"Mulai hari ini dan selanjutnya, kau harus mengikuti peraturan bersosial dan rajin belajar seperti siswa yang baik, oke?"

"Ya, aku akan belajar dengan keras."

"Apa kau bersedia hidup sehat dan sesuai anjuran gaya hidup?"

"Ya, aku akan hidup sehat dan mengikuti anjuran gaya hidup."

"Apakah ane-san orang yang paling kau cintai di dunia ini?"

"Nggak, nggak selebay itu."

"..."

"OW! ITU SAKIT! ANE-SAN...! TAMPARANMU ITU KETERLALUAN...!"

"Tapi kau...sungguh, masalah Aki-kun sangat merepotkanku..."

"Itu nggak benar. Aku akan menjalani hidup sebagai siswa teladan."

"Benarkah? Lalu kenapa kau ingin mengambil balik buku-buku ero ini?"

"Eh? Karena ini buku referensi."

"..."

"OW! ITU SAKIT! ANE-SAN...! SATU SIKU KE ARAH MULUT BENAR-BENAR...!"

"Ini, Aki-kun. Pegang ini juga."

"Ya..."

Di hari Sabtu yang hangat nan cerah, selagi buku referensiku (buku Ero) telah ditemukan, aku dipaksa untuk menemani ane-san dalam perjalanan belanja sebagai peringanan hukuman.

"Uu...berat banget..."

"Nggak akan jadi hukuman kalau itu ringan."

Meski kami berbelanja, ane-san tidak membeli barang yang biasa gadis sukai, seperti pakaian atau benda mungil, tapi keperluan harian dan perangkat listrik. Juga, troli di depanku benar-benar berat.

"Oh ya, ane-san, kenapa kau membeli oven?"

Aku memandang ke arah peralatan listrik raksasa yang ada di troli sesuai pertanyaanku pada ane-san.

Bisakah kita langsung pulang saja?

"Aku hanya suka desain luarnya. Aku tidak bermaksud untuk memakainya."

Jawaban ane-san sangat membingungkanku. Dia hanya menyukai desain luarnya? Apakah orang seenaknya mengeluarkan uang hanya untuk membeli oven? Ah, aku paham. Bicara soal penyebabnya, kupikir acara TV kemarin mengenalkan 'ayam keju kukus sederhana yang lezat'. Caranya dengan menaruh keju dan pasta tomat di atas dada ayam, mengukusnya, dan akhirnya, tambahkan perasan lemon atau jeruk nipis di atasnya untuk menambah cita rasa...Itu benar-benar masakan sederhana dan lezat.

"Kupikir desain luarnya sangat bagus."

"Ya, aku juga suka."

Sebenarnya, masakan ini tidak butuh mangkuk kukus untuk membuatnya, selagi microwave biasa di rumah kami bisa melakukan hal yang sama...tapi kupikir aku tidak harus bilang ane-san sama sekali. Sangat jarang dia mau memasak.

Melihat ane-san berusaha keras, aku sangat ingin tersenyum, tapi ketika aku memikirkannya, ane-san memegang dagunya lalu bergumam merenung.

"...Bahan yang dibutuhkan adalah jeruk nipis dan keju, dan..."

Jadi dia ingin membeli bahan untuk ayam keju kukus. Bahan yang tertulis di acara itu adalah jeruk nipis, keju, pasta tomat dan dada ayam, empat buah--

"...Darah babi dan dada ayam..."

Uh oh. Pasti orang ini salah mengartikan pasta tomat sebagai darah babi.

"Erm, itu...ane-san..."

"...Limau, keju, darah babi dan dada ayam..."

Ane-san terus berfokus pada bahan-bahan itu sambil mengabaikan suaraku. Beneran deh, meski ane-san ingin memasak sesuatu dan menyembunyikannya driku, setidaknya dia harus tahu bahan yang dibutuhkan.

"Ane-san!"

Aku mencoba memanggil ane-san lagi. Kali ini, dia memperhatikanku.

"Ahh, maaf, aku memikirkan sesuatu. Ada apa?"

Ane-san seenaknya bersikap seakan tidak ada hal yang salah.

Karena dia akan berusaha keras sendiri, aku harus bertindak seakan tidak tahu apa-apa. Bagaimana pun, aku harus menemukan jalan untuk bilang tentang perbedaan antara darah babi dan pasta tomat.

"Ini agak tiba-tiba, tapi kau tahu bahwa warna merah pada saus daging terbuat dari pasta tomat?"

"Pasta tomat?"

"Un, mereka meresap ke dalam saat dimasak."

Itu bukan warna merah dari darah babi.

"Aku mengerti. Aku dapat tambahan ilmu hari ini."

"Ahaha, itu karena ane-san kurang tahu soal memasak."

Aku tertawa setelah mengakhiri topik tentang makanan.

Aku sudah memberinya petunjuk; akankah ane-san sadar bahwa warna merah masakan itu bukan berasal dari darah babi melainkan pasta tomat?

"Biar kulihat...bahan-bahannya adalah limau, keju, darah babi dan--gunting."

SIAL! SEKARANG DIA SALAH MENGINGAT DADA AYAM SEBAGAI ALAT BESI KARENA PERHATIANNYA TERALIH!

Mereka memang terdengar mirip dengan dada ayam[1], tapi ane-san sangat menyeramkan karena mencampur aduk antara makanan dan benda logam. Sepertinya aku harus mengingatkannya dulu.

"D-dan juga, ane-san...gunting tuh terbuat dari logam. Mereka bukan bahan makanan."

"Tentu saja. Gunting besar dipakai untuk memotong papan besi atau kabel besi. Mereka mengandung logam, tapi mereka nggak beda dengan yang dibutuhkan manusia. Karena, logam yang tubuh manusia butuhkan adalah zat besi, seng, dan magnesium, dan mereka tidak dimakan langsung lewat mulut."

"U,un, itu benar. Jadi tolong jangan menganggap gunting sebagai bahan makanan."

Ahh...aku memilih untuk banyak bicara kali ini. Sekarang dia akan memilih limau, keju, pasta tomat dan dada ayam, kan..?

"Biar kulihat. Bahan-bahannya adalah pisau, daging sapi, darah babi dan gunting besar..."

Tamat. Barang-barang ini nggak bisa buat masak ayam keju kukus, melainkan adegan pembunuhan yang nggak bisa dipercaya.

"Ane-san...Aku, aku ingin ayam untuk makan malam nanti. Bisakah kita beli limau, keju, pasta tomat dan dada ayam..."

"Nggak masalah, tapi apa yang akan kau lakukan denggan bahan-bahan itu?"

aku sangat ingin mengembalikan pertanyaan itu padamu!

"Ngomong-ngomong, bisakah kita nanti mampir ke supermarket dulu?"

"Oke, tapi sebelum meninggalkan tempat ini, aku ingin mengecek area hardware."

"Nggak perlu. Kita nggak pakai hardware buat bahan makanan."

Aku menggeret paksa tangan ane-san, mendorong troli super berat dengan satu tangan dan berjalan menuju kasir.

Meski jika ane-san seorang yang sangat bodoh dalam hal memasak, setidaknya dia nggak bakal masukin hardware ke dalam makanan...tapi sedikit pengamanan nggak akan menyakiti. Sebab, ini juga berhubungan erat dengan hidupku.

"Oh ya, Aki-kun. Sekali kau selesai belanja di supermarket, maukah kau ikut ane-san membeli beberapa pakaian dalam?"

"Eh...itu, itu sedikit..."

Meski kita keluarga, aku tidak bisa menemani ane-san begitu saja ke toko pakaian dalam! Tidak, justru karena kami keluarga aku tidak bisa pergi dengannya. Bagi ane-san ku yang tidak terbiasa dengan hukum adat, toko pakaian dalam hanya menjadi pemberhentian biasa dalam perjalanan belanja, tapi bagiku, itu permainan yang memalukan. Aku tidak bisa menyetujuinya apa pun yang terjadi.

"Kamu nggak mau?"

"Bagaimana pun aku ini cowok. Kalau nggak darurat, kau bisa pergi sendiri, ane-san."

"Maaf, tapi aku sangat membutuhkannya."

"Heh? Benarkah?"

"Ya, sebenarnya, sebelum mandi pagi ini, aku mencuci semua pakaian dalamku."

Dia mencuci semua pakaian dalamnya sebelum mandi? Dan sekarang dia sangat membutuhkan pakaian dalam. Jangan bilang karena...

"Tu,tunggu dulu! jangan bilang, kalau di balik pakaian ane-san--"

"Apa kau bicara soal pakaian dalam? Kalau itu, pastinya aku--zchuu!"

"PASTINYA APA?! APA SETELAH KATA 'PASTINYA'!?"

"Ara, jam alarm ini imut sekali."

"AKU NGGAK PEDULI SOAL JAM ALARM! CEPAT JAWAB PERTANYAANKU! APAKAH KAU 'MEMAKAINYA' ATAU 'TIDAK MEMAKAINYA'!? AKU HARUS MENGGUNAKAN JAWABAN ITU UNTUK MEMUTUSKAN MEMPERLAKUKANMU SEBAGAI KAKAK PEREMPUAN YANG MESUM!!"

Ane-san, anggap aku serius. Tolong jawab 'aku memakainya'! Atau aku akan mendapat julukan 'adik laki-laki yang mesum'!

"Tentu saja aku 'wore it before'."

"DI SINI ADA SEORANG MESUM!!!"

PAST TENSE! KENAPA HARUS PAST TENSE! UNTUK SEKARANG CUKUP AMAN DIA MEMAKAI CELANANYA, ATAU AKU AKAN PINGSAN JIKA DIA MEMAKAI ROK!

"Kau sangat ribut, Aki-kun. Apa kau tidak merasa malu?"

"TIDAK! SEHARUSNYA ANE-SAN YANG MERASA MALU KARENA HAL LAIN!"

AKU INGIN SEGERA KABUR! KABUR DARI ORANG INI!

"Aki-kun, aku cuma bercanda."

"Eh...bercanda?"

"Ya. Karena aku terus memarahimu akhir-akhir ini, aku pikir sedikit gurauan akan memperbaiki perasaanmu."

Ane-san tersenyum saat mengatakannya. Itu cuma gurauan? Aku benar-benar nggak bisa ketawa...Aku hampir mempercayainya!

"Apa aku menakutimu?"

"Daripada menakuti, aku pikir lebih seperti perasaan 'begitu ya'."

"Jahat. Masa' ane-san seperti seorang yang mesum kalau kau menganggapnya serius?"

"Kata 'seperti' sebenarnya nggak biasa, tapi au'ah..."

Ngomong-ngomong, setidaknya aku bisa menghela napas lega dan melanjutkan belanja.

Setelah membeli segala yang kubutuhkan dan membayarnya, asisten toko memberiku beberapa kupon. Apaan nih?

"Apakah ini kupon lotre? Itu mengagumkan, Aki-kun."

"Ah, ya."

Tampaknya ini adalah ulang tahum ketujuh sejak toko pertama kali dibuka, jadi aku bisa mendapat tiket lotre setiap pembelian barang. Beneran deh, rasanya seperti mendapat sesuatu yang nggak terduga.

"Ayo kita coba."

"Akan sangat baik kalau kita bisa memenangkan sesuatu."

Setelah mempersilahkan asisten toko menaruh barang belanjaan kami di tempat aman, ane-san dan aku berjalan menuju area lotre dekat kasir. Di sana ada sekitar 10 orang mengantri untuk lotre, dan asisten toko berpakaian tradisional yang berdiri di depan mesin lotre, berteriak penuh semangat.

"Selamat pada pelanggan! Anda memenangkan hadiah keempat, 'pemukul dari logam seharga 3,000 yen'!"

Kupikir orang biasa yang memenangkan hadiah ini nggak akan beranggapan telah memenangkan sesuatu.

"Para pelanggan, jangan putus asa. Hadiah teratas 'pemukul dari logam seharga 100,000 yen' dan hadiah istimewa 'pemukul dari logam seharga 500,000 yen' belum dimenangkan sama sekali!"

Apa yang terjadi pada toko ini? Apa nggak ada hadiah selain tongkat besi? Apa mereka tidak mengecek keinginan pelanggan? Meski penjahat paling jahat di dalam negeri pun nggak akan butuh tongkat sebanyak itu, kan? Ketika aku siap untuk meninggalkan antrian lotre, aku menyadari hadiah lain.


Hadiah kelima: tiket Onsen Udzuki di villa kecil pegunungan untuk dua orang

Hadiah keenam: Satu porsi Seafood mewah

Hadiah ketujuh: Voucher belanja seharga 10,000 yen


Bukankah seharusnya tempat mereka di atas.

"Tampaknya ada banyak hadiah."

"Hebat nih kalau bisa dapet voucher belanja sebelum membeli barang-barang itu."

Penginapan di villa berfasilitas onsen yang didesain sebagai hadiah kelima menjadi harapan terbesar. Ketika memikirkan itu, pelanggan yang memenangkan hadiah keempat tadi hanya memberi senyum masam lalu pergi tanpa menerima hadiah.

"Keren nih kalau bisa menang tiket penginapan villa onsen."

"Itu untuk pasangan, kan?"

"Benarkah? Kupikir nggak apa-apa karena kita bersaudara."

Pergi ke pemandian air panas bersama ane-san? Terdengar menyenangkan. Berendam di onsen, menikmati makanan enak, kini akan terasa luar biasa. Aku juga ingin membawa ane-san pekerja kerasku ini ke onsen setiap hari.

"Ini kuponnya, ane-san."

"Tidak, Aki-kun, kau bisa memenangkan mereka semua. Ane-san akan menonton dari sini saja."

"Eh? Nggak apa-apa nih?"

"Un. Aku akan menonton saja."

Karena ane-san menolak, 10 kesempatan ada di tanganku. Oke, aku harus memenangkan hadiah kelima apa pun yang terjadi!

Setelah mengantri ssebentar, orang yang ada di depanku membawa beberapa kertas tisu lalu pergi. Sekarang giliranku.

"Kepada pelanggan selanjutnya silahkan maju ke depan~"

"Maaf merepotkanmu."

Aku memberikan semua tiket pada asistem yang mengurui lotre, dan menaruh tanganku di alat pemutar lotre.

"1, 2, 3...10 tiket semuanya. Kau bisa mencoba 10 kali."

Aku menutup mata dan berkonsentrasi. Aku mulai!

Tisu, tisu, tongkat besi, tisu, tisu, tisu, tisu, tongkat besi, tisu...

Apaan nih! Memenangkan hadiah keempat membuatku marah.

Berdiri di depan tumpukan tisu (tentu saja, aku menolak tongkat besi), lalu mengambil napas dalam-dalam.

"Kesempatan terakhir...lihat aku!"

Aku memutar lotre dengan keras untuk yang terakhir kalinya, dan membiarkan suara manik-manik kecil bertubrukan. Aku memutarnya dengan sangat keras, dan melihat manik biru jatuh keluar dari lubang. Oh? Apa hadiahnya?

"Selamat kepada pelanggan! Anda memenangkan hadiah keenam, satu porsi seafood mewah!"

Asisten toko mengambil lonceng di dekat alat lotre dan menggoyangkannya. RING! Oh! Seafood mewah! Sekarang aku benar-benar mendapat hadiah besar!

"Seafood mewahnya akan disiapkan sesaat lagi. Apakah anda ingin membawanya pulang, atau kami yang mengantarkannya ke rumah anda?"

Asisten toko menanyaiku. Apa yang sebaiknya kulakukan?

Seafood mewah akan terasa berat, dan kalau bisa, Aku harap mereka akan mengantarnya ke rumah. Tapi karenanya, aku harus menunggu hingga besok untuk menerimanya. Rasanya mustahil ane-san akan istirahat besok. Jika aku membawanya sekarang, aku bisa mempersiapkan makanan mewah untuk ane-san.

“Aku akan membawanya pulang kalau begitu.”

“Oke.”

Aku nggak berniat meminjam troli mereka untuk membawa pulang oven tadi. Mungkin sekarang aku harus melakukannya karena harus membawa seafood juga.

“Wow, hadiah keenam lumayan bagus.”

Seorang pelanggan yang melihat dari jauh mengucapkan kalimat tadi. Aku paham, jadi itulah tujuan toko ini. Jika pelanggan itu mengantri dan melihat daftar hadiahnya, dia akan merasakan hal yang sama denganku. Memikirkan hal yang nggak perlu, kumasukkan semua barang yang kami beli tadi ke dalam troli dan pergi meninggalkan toko ini.

☆ =

“Akihisa-kun?”

“Hm?”

Di perjalanan pulang, aku mendorong troli ke depan, hanya sebelum seseorang di belakang memanggilku. Siapa itu?

“Ara, kalau nggak salah Mizuki-san, ya? Halo.”

“Halo, Akira-san, Akihisa-kun.”

“Halo, Himeji-san.”

Aku berbalik untuk melihat, dan berdirilah di depan kami sosok Himeji-san, orang yang selalu menampilkan sisi ke-cewek-an dengan atasan hijau neon dan rok. Pakaian kasual yang nyaman terlihat manis saat dipakainya.

“Akihisa-kun, apa kamu pergi keluar untuk belanja hari ini?”

“Ah, ya.”

Troli yang kudorong kini memiliki oven, beberapa kebutuhan harian dan seafood mewah tadi. Dengan begitu, kami membawa banyak barang hari ini.

“Waah...kalian membawa banyak barang. Apa kalian pergi untuk festival memasak?”

“Tidak. Aki-kun baru saja memenangkan lotre.”

Ane-san berkata sambil menunjuk kotak sterofoam yang berisi seafood mewah. Setelah melihat banyaknya barang yang kami bawa, siapa pun akan menganggap kami ikut festival masak atau yang lain.

“Oh ya, Mizuki-san, mau pergi ke mana?”

“Aku ingin membeli bahan makanan untuk makan malam.”

Sambil bilang begitu, Himeji-san memasukkan tangannya ke dalam tas sekilas. Sepertinya Himeji-san mempersiapkan tas khusus untuk belanja.

“Dengan begitu, kamu bertanggung jawab dalam persiapan makan malam, Mizuki-san?”

“Ya. Aku yang mempersiapkan makan malam, tapi ayah dan ibu sedang pergi, jadi aku hanya membuat porsiku sendiri.”

Oh ya, aku ingat sekarang. Himeji-san adalah putri tunggal.”

“Kamu makan malam sendiri, Mizuki-san? Akankah orang tuamu pulang sangat terlambat?”

“Ah, ya. Mereka menghadiri pernikahan teman di tempat jauh, jadi mereka akan pulang terlambat.”

Berarti, Himeji-san menjaga rumah sendirian sebelum orang tuanya pulang. Aku sering mendengar berita mengejutkan akhir-akhir ini, jadi rasanya agak mengkhawatirkan kalau ada gadis yang menjaga rumahnya sendirian.

Saat aku memikirkan itu, ane-san seperti memikirkan hal yang sama pula. Dia menanyai Himeji-san,

“Mizuki-san, kalau begitu, kenapa tidak makan malam dengan kami?”

“Eh?”

Himeji-san hanya bisa mengedipkan mata, tekejut.

“Sangat berbahaya kalau gadis di rumah sendirian. Bagaimana kami bisa membiarkan hal itu terjadi setelah kami tahu situasinya?”

“Eh? Tapi itu...”

“Ikutlah, Himeji-san. Aku baru saja memenangkan satu set seafood mewah. Rasanya mustahil untuk menghabiskannya kalau cuma ada aku dan ane-san.”

Seperti yang kuduga dari hadiah lotre, seafood mewahnya terlalu banyak. Seafood mentah nggak akan bisa bertahan lama. Akan lebih baik kalau Himeji-san bisa datang dan ikut membantu kami menghabiskannya.

“Aku khawatir akan merepotkan kalian...”

“Jangan dipikirkan. Kami nggak merasa kerepotan kok.”

“Itu benar. Kami nggak bisa menghabiskan seafood sebanyak ini, jadi datanglah dan bantu kami menghabiskannya.”

Ane-san dan aku mencoba semampu kami untuk membujuk Himeji-san, yang mana telah menolak kami,

“Ka, kalau begitu aku akan datang...”

Kini Himeji-san menganggukkan kepalanya dan setuju. Bagus, sangat bagus. Jarang sekali bisa mendapat bahan makanan yang bagus. Jika Himeji-san akan datang utnuk menikmati makanan ini, akan semakin banyak alasan bagiku menunjukkan kemampuan diri. Aku harus berusaha dengan baik hari ini dan membuat masakan yang enak untuk ane-san dan Himeji-san.

Itu benar, Itu lah keinginanku.

“Jadi, Akihisa-kun...”

“Hm? Himeji-san, ada apa?”

“Karena aku bertamu ke rumahmu, maka, setidaknya biarkan aku menyiapkan makanan malam nanti.”

Tapi situasi ini berkembang di jalan yang salah.

“A, a, apa yang kau katakan, Himeji-san? Ba, ba, bag, bagaimana aku bisa membiarkan tamu melakukan hal itu?”

“Tapi jika aku tidak melakukannya, Aku merasa sangat merepotkan kalian...”

Tapi jika kubiarkan kau menyiapkan makan malam, hidupku akan berada dalam kerepotan yang sesungguhnya!

“Pikirkan hal ini, jika kau tidak terbiasa dengan peralatan dan barang-barang di rumahku, kamu bisa saja terluka dengan tiba-tiba...Lebih baik serahkan saja padaku—”

“Kalau begitu, aku akan membawa peralatanku sendiri.”

“Nggak nggak nggak. Di sini nggak perlu bawa banyak masalah. Aku yang akan mempersiapkan makan malam.”

“Tidak, Akihisa-kun memasak untuk kami saat kami datang ke rumahmu untuk belajar kelompok. Jadi sekarang giliranku untuk memasak.”

Himeji-san terdengar sangat lembut, tapi tak ada satu pun orang yang bisa menggoyahkan keteguhannya.

Saat aku merasa gusar terhadap hal ini dan tidak tahu caranya mencegah dia masuk dapur—

“Oke, oke, kalian berdua, berhenti berdebat. Kalau begitu...”

Ane-san memerintahkan kami untuk berhenti. Apa dia mendapat ide bagus?

“—Kalau begitu, kedua belah pihak harus melangkah mundur. Makan malam hari ini akan dipersiapkan oleh Mizuki-san dan aku. Bagaimana?”

“ITU KEMUNGKINAN SITUASI TERBURUK YANG PERNAH KUPIKIRKAN!!!”

BERTAMBAH LAGI SATU PEMBUNUH LEWAT MASAKAN DI SINI!

Apa tang sebaiknya kukatakan? Situasi ini benar-benar di luar dugaanku!

“Akira-san dan aku akan memasak makan malam hari ini? Kalau begitu...”

Himeji-san tidak menolak ide ane-san. Aku berharap padamu, Himeji-san! Kau harus bersikeras dengan pemikiranmu!

“Ja, jadi, kalian berdua...Aku tidak bermaksud bilang begitu...”

“Sudah diputuskan, Mizuki-san, kuharap aku bisa belajar sesuatu darimu.”

“Y-ya. Aku akan berada di bawah pengajaranmu, Akira-san.”

Nggak bagus. Mereka nggak mendengarku sama sekali.

“Aku akan membeli bahan-bahannya sekarang.”

“Ahh! Himeji-san tunggu sebentar!”

Himeji-san tidak mendengarku yang memanggilnya untuk berhenti, dan secepatnya lari ke apotek terdekat. EEEHHH!? DIA NGGAK AKAN BELI BAHAN MAKANAN!? KENAPA DIA HARUS PERGI KE APOTEK!? BUKANKAH INI TERLALU ANEH!?

“Oke, aku juga harus membeli bahan-bahan.”

Setelah mengatakan itu, ane-san pergi ke toko. Itu sangat aneh! Mengapa pemahaman mereka berdua tentang 'makanan' sangat salah kaprah!?

“...”

Setelah mereka berdua pergi, aku ditinggal sendiri bersama si troli.

Gabungan antara Himeji-san dan ane-san...jujur saja, aku nggak yakin bisa menghentikan mereka.

Tiba-tiba pikiranku ingat betapa menyeramkannya saat-saat dipaksa makan bola-bola nasi oleh Himeji-san.

Pemandangan dimana Yuuji dan Muttsurini memaksa masuk racun itu ke dalam mulutku kembali merayapi pikiran.

Mengapa aku terjebak dalam rasa sakit yang harus kulewati? Aku tidak boleh menjadi satu-satunya korban, sekarang waktunya bagi Yuuji dan Muttsurini untuk menderita.

Setelah berpikir untuk sesaat, akhirnya aku sampai pada keputusan puncak.

kalau begitu, setidaknya aku,

“Uu, ponsel, ponsel...”

Ku ambil handphone keluar dari sakuku dan mencari nomor teman terburukku.

“Halo? Apakah ini Yuuji? Aku memenangkan sesuatu di lotre, tapi mustahil bagi ane-san dan aku untuk menghabiskan hadiahnya, jadi—”

Setidaknya aku mendapat sejumlah orang kurang beruntung untuk mati bersamaku. Teman yang baik akan menjalani suka dan duka bersama.

“Akihisa, kami sudah sampai~”

Suara Yuuji keluar dari speaker. Aku sedikit tersentuh mendapati dia datang sesuai janji.

“Selamat datang. Kalian semua benar-benar menepati janji.”

Aku membuka pintu masuk koridor dan menyapa semuanya. Sekali pintu terbuka, aku menemukan teman-teman biasaku, Yuuji, Hideyoshi dan Muttsurini berdiri di depan pintu.

“Langka banget kalau kau berbagi hal-hal bagus. Aku merasa bersalah karena datang kemari hanya untuk makan.”

“Itu terasa sedikit berat bagiku, aku lebih suka menikmati sup.”

“...aku nggak sabar lagi buat makan.”

“Makanannya terlalu banyak, kedatangan kalian sangat membantuku.”

Meski dengan banyak orang, di sini masih cukup banyak makanan. Mereka nggak perlu merasa sungkan.

“Maaf kalau mengganggu.”

“Sama, maaf kalau merepotkanmu.”

“...Permisi.”

“Kemari kemari, cepatlah masuk.”

Aku memiringkan tubuh dan mempersilahkan mereka masuk, kutaruh tanganku di balik pintu untuk menutupnya, dan tidak lupa untuk menguncinya.

“Mu? Ada apa? Apa kita perlu mengunci pintu?”

“Ahaha, akhir-akhir ini keamanannya buruk sekali.”

Sebagai pencegahan, aku juga menautkan gembok di pintu. Tindakan ini sangat sangat penting, lumayan berguna untuk memperlambat mereka ketika ingin kabur.

“...Akihisa, aku mulai merasa nggak enak soal hal ini.”

Yuuji, yang duduk di beranda depan, terlihat ragu untuk melangkah maju.

“Seperti yang kuharapkan dari Yuuji, insting primitifmu tajam seperti biasanya.”

“Apa maksudmu, Akihisa dan Yuuji? Bukankah kedatangan kita kemari untuk menikmati masakan seafood? Ini nggak terlihat seperti kita akan makan racun—”

Saat ucapan Hideyoshi terhenti di pertengahan, pintu yang menghubungkan ruang tamu terbuka.

Orang yang berdiri di depan kami adalah...


“Ah, Sakamoto-kun, Kinoshita-kun, Tsuchiya-kun, halo.”


Berpakaian apron, sang pembunuh, Himeji-san berdiri di sana.

“...UU!!”

“Kau mau kabur?”

Yuuji segera berbalik dan mencoba kabur ke koridor, tapi seperti dugaanku, ku angkat kakiku, BAM, dan menempel di seberang tembok beranda untuk mencegah Yuuji kabur.

“A, Akihisa, sialan kau!”

“Yuuji, sekarang hanya ada satu jalan menuju neraka. Jangan harap kau bisa melepaskan diri!”

Tidak ada yang berpikiran untuk meloloskan diri dari perjalanan menuju neraka ini. Jika kami harus mengutuk, kami akan mengutuk kalian semua yang datang kemari dengan gembira dan berpikiran untuk menikmati makanan lezat!

“A, Akihisa! Bukankah terlalu kejam melakukan ini terhadap sahabatmu!? Aku telah salah menilaimu!”

“...(menganggukkan kepala dalam kekalutan)!”

Hideyoshi dan Muttsurini terlihat sedih dan marah. Itu benar, semua cowok yang hadir di sini tahu teror yang datang dari masakan Himeji-san, nggak heran lah kalau tanggapan mereka jadi begini. Bagaimana pun...

“Nggak apa-apa, aku mengerti. Meski kalian bilang gitu, kalian nggak ingin melihatku menderita sendirian, kan? Bukankah kita melewati suka dan duka sebagai sahabat?”

Aku percaya dengan kelompok ini.

“Sudah seharusnya kau mati sendirian!”

“Aku nggak berpikir bahwa orang yang melakukan ini adalah seorang teman!”

“...Dasar iblis!”

Teman-teman yang sangat tidak jujur ini sebenarnya mengucapkan kata-kata menyentuh hati. Bodohnya. Meski mereka bilang gitu, aku telah menyadari perasaan kalian yang tak bisa kalian sembunyikan sama sekali.

(((Akihisa, kami akan membunuhmu...)))

Kalian akan mati bersamaku!

“Akihisa, sialan kau. Kau berpikir untuk balas dendam akibat insiden di pekan olahraga, kan?”

“...Terlalu bengis!”

“Itu nggak ada hubungannya denganku, tahu?”

Sejujurnya, aku ragu untuk melibatkan Hideyoshi dalam hal ini, bagaimana pun, kami adalah geng empat cowok dengan hati yang terikat kuat satu sama lain. aku nggak bisa menahan diriku buat nggak ngelibatin Hideyoshi.

“Ara? Sakamoto, kalian semua ada di sini? Cepat masuklah.”

Saat aku bertengkar dengan Yuuji dan yang lain, ane-san keluar dari dapur.

“Kami mendapat terlalu banyak seafood, jadi kupanggil semuanya untuk menghabiskannya.”

“Ide ini nggak buruk juga.”

Dengan banyak orang yang makan, porsi dari tiap orang akan berkurang sedikit demi sedikit. Jika berjalan lancar, mungkin aku bisa menyelamatkan hidupku yang berharga.

“Kalau begitu, bolehkah kami undang Minami-san, Shouko-san dan Aiko-san untuk makan malam? Semuanya bermain bersama di pinggir laut sebelumnya. Nggak terlalu buruk kalau mengundang mereka, kan?”

“Eh? Emangnya boleh?”

Karena ane-san mengatakan hal-hal kejam sebelumnya, kupikir dia akan marah jika kupanggil cewek yang lainnya, apalagi setelah mendapati buku referensiku yang pernah disita. Aku harus sangat berhati-hati sekarang.

“Boleh kok. Setelah melihat sikap Aki-kun, aku harus...mungkin ane-san melarangmu terlalu banyak dan menyebabkan efek buruk. Kau boleh mengundang teman cewek dan bermain dengan mereka selagi ane-san ada untuk mengawasi.”

Ohh! Kebahagiaan tak terduga datang setelah dia menemukan banyak buku referensi. Hebat!

“Tapi hidupmu akan berada dalam bahaya jika ada hal-hal kotor semacam kontak fisik dan mengintip. Kau harus mengingatnya.”

“Un, aku sudah menduganya tanpa ane-san ingatkan.”

Tentu saja, aku tahu bahwa ane-san nggak akan bilang hal yang menyenangkan.

“Yuuji, bisa kau panggil Kirishima-san?”

“Ah, aku ingat dia bilang bahwa dia punya sesuatu yang harus dilakukan hari ini...”

“Aku sudah memanggil Shouko-chan. Dia bilang akan sampai sebentar lagi.”

“Itu kelewat cepat, Himeji!”

Lalu, kami memastikan bahwa Minami dan Kudou-san sedang luang. Sekarang anggota dari perjalanan pantai dua hari satu malam telah berkumpul.

“Oi, Akihisa, apa yang kita lakukan sekarang?”

“Meski kau tanya aku, aku...”

Yuuji, yang menduduki sofa di ruang tamu, menunjukkan dagu ke arah dapur. aku ingin masuk ke dapur demi mencegah mereka menambah bahan-bahan mencurigakan ke dalam masakan, tapi ane-san dan Himeji-san melarangku masuk dengan alasan 'dapur adalah medan perang wanita'. Itu akan jadi penggambaran yang cocok kalau didasarkan pada jumlah korban yang bakal jatuh.

“Ano, Akihisa-kun...”

“Hm? A, ada apa, Himeji-san?”

Himeji-san melongokkan kepalanya dari dapur. Apa yang terjadi?

“Aku mencari sesuatu...”

Sesuatu? Ahh, aku paham. Karena ini dapur milik orang lain, mungkin Himeji-san tidak tahu letak peralatan dan bumbu. Dan selain itu, ane-san jarang memasak, jadi pantas saja dia nggak tahu.

“Oke, butuh apa?”

Aku menganggukan kepala dan bersiap masuk dapur. Apa yang dia butuhkan? Pengukus untuk memasak udang atau tiram? Atau panci besar untuk sup—

“Sebenarnya...aku mencari lem cepat kering.”

Saat itu juga, definisi dari rempah-rempah menjadi salah kaprah.


“Parah...Aku beneran akan mati hari ini...”

“Sial...aku masih punya banyak hal yang ingin kulakukan...”

“...Aku ingin bertahan hidup, meski sebentar saja!”


Begitu mendengar perkataan Himeji-san, suasana bagai pemakaman mulai menyelimuti teman-teman terburukku. Semuanya, jangan menyerah! Sekarang kita tahu keberadaan lem cepat kering dalam makanan, kita tahu jalan yang tepat untuk menghindari kematian penuh tragedi!

Lagipula, aku memberi Himeji-san peringatan.

“A-anu...Himeji-san, kupikir sudah cukup jelas bahwa lem cepat kering bisa membunuh manusia ketika kau memasukkannya ke dalam makanan. Itu sangat berbahaya—”

“Apa maksudmu, Akihisa-kun? Bukankah memang berbahaya kalau memasukkan lem cepat kering ke dalam masakan?”

Himeji-san terlihat bingung saat menjawab. A, apa, jadi itu nggak bakal dimasukkin dalam masakan...

“I, itu benar. Akan berbahaya kalau kau memasukkan lem cepat kering ke dalam masakan! Semua tahu itu!”

“Ya. Fufu, Akihisa-kun benar-benar aneh.”

Melihat senyum Himeji-san, suasana bagai pemakaman mulai lenyap dari ruang tamu. Bagus. Selagi Hiemji-san masih tahu adat dan budaya, di sini nggak akan terjadi masalah, kan?

Aku menghela napas lega, dan kini, hannya ada sedikit rasa heran di benak. Hm? Kalau begitu...

“Kenapa butuh lem cepat kering?”

“Ahh, aku ingin membuat seafood Perancis rebus, tapi alat pemasaknya rusak di tengah jalan, jadi—”

“““AKU AKAN PULANG!!!”””

“ARGH! TAHAN DI SANA! JANGAN ADA YANG BERANI KABUR!”

Sialan, orang-orang bodoh ini meninggalkanku di belakang!!

Aku mengejar teman-teman untuk mencegah kabur dari perjalanan menuju neraka. Bagaimana pun, Yuuji sudah membuka pintu dan berniat pergi keluar—

“...Kenapa kau harus pergi saat aku baru saja tiba?”

“UWAAAHHH!! TOLONG, SHOUKO! LEPASKAN AKU!”

Saat di mana Yuuji akan melangkah keluar, dia ditangkap dan digandeng erat oleh Kirishima-san, yang baru saja datang.

“Kinoshita, Tsuchiya, kemana kalian akan pergi?”

“Muttsurini-kun, meski aku sudah di sini, kamu nggak perlu merasa malu sampai ingin pulang, kan?”

Hideyoshi, dan Muttsurini juga tertahan. Dasar bodoh, meninggalkanku di belakang dan pergi kabur? Segala hal nggak semudah itu.

“Minami, Kirishima-san, Kudou-san, selamat datang. Kemari kemari, cepat masuklah.”

“““Maaf kalau mengganggu.”””

Yuuji sudah lama dalam cengkeraman Kirishima-san, sementara aku menggandeng Hideyoshi dan tangan Muttsurini dengan kencang dan menyeret mereka kembali ke dalam rumah. Tiga orang yang baru saja kembali tampak seperti narapidana yang gagal dalam pelarian mereka.

“Aki, ini ada oleh-oleh.”

“…Aku membawa sesuatu dari rumah untuk Akira-san.”

“Aku juga membawa sesuatu.”

Para cewek membawa hadiah yang berbeda-beda. Sebenarnya, mereka nggak perlu melakukan sampai sejauh ini, tapi dalam situasi ini, mereka nggak akan mudah terbiasa seperti Yuuji, yang kukenal sejak lama.

“Aku sangat berterima kasih pada kalian.”

Aku mengucapkan terima kasih atas hadiah yang mereka bawa. Dibanding buah jeruk atau anggur, Kirishima-san memberiku semacam minuman anggur kelas tinggi yang diletakkan dalam wadah kayu. Aku harus hati-hati untuk tidak membiarkan Himeji-san atau Kirishima-san meminum anggur ini…

Semua orang berjalan ke ruang tamu. Bukankah ini terasa sempit dengan banyaknya orang dalam satu ruang?

“Ah, semuanya di sini. Halo.”

“Selamat datang.”

Ane-san dan Himeji-san mengajak semuanya masuk. Minami yang lain menyapa mereka, dan mereka memilih tempat duduk secara bebas.

“Mizuki, apa yang ingin kau lakukan?”

Minami duduk di sofa dan menanyai Himeji-san.

“Aku ingin membuat seafood Perancis rebus, tapi…”

“Tapi apa?”

“Aku sedikit gagal, jadi aku harus mengulangnya…”

Himeji-san bergumam dengan sedih.

Siapa yang tahu bahwa 'sedikit kesalahan' yang Himeji-san buat berakibat fatal hingga menghancurkan alat pemasak?

“Arre, Mizuki, jangan merasa begitu sedih. Semua orang bisa mengalami kegagalan.”

“...Kegagalan adalah awal keberhasilan.”

“Aku nggak terlalu paham memasak, tapi kau bisa berhasil suatu hari nanti.”

Para gadis menghibur Himeji-san dalam perasaan saling pengertian. Aku juga ingin mendukungnya, tapi kalau soal masak memasak, aku mungkin akan berakhir membahayakan hidupku sendiri jika salah bicara. Ku pikir lebih baik diam dan menjaga diri sendiri.

“Tapi sekarang nggak ada waktu. Bagaimana kita bisa mempersiapkan makanan yang membutuhkan waktu lama untuk memasaknya...”

Himeji-san mengeluh dalam penyesalan. Di saat ini, Kudou-san melihat ke arah semuanya dan mengusulkan,

“Kalo gitu, kenapa kita nggak bikin hotpot[2] saja?”

“Eh? Kau bilang...hotpot?”

Yah. Kita mengundang banyak orang, maka hotpot yang berdasar pada seafood akan terasa lezat. Dengan begitu nggak perlu banyak waktu untuk mempersiapkannya, dan semua orang dapat menikmatinya. Masalahnya adalah—

“Hotpot? Aku mengerti, aku akan menyiapkannya.”

Masalahnya adalah hotpot ini akan dimasak oleh koki pembunuh.

“Ah, Himeji. Hotpot adalah keahlianku, jadi serahkan saja padaku—”

“Tidak, Sakamoto-kun, kamu dan yang lainnya menunggu saja di sini!”

Tawaran Yuuji langsung ditolak.

“Tapi Himeji, kamu hanya perlu memasak sup untuk hotpot.”

“Kenapa Kinoshita-kun bilang begitu juga? Supnya juga penting.”

Sepertinya dia sangat ingin mempersiapkan makan malam apa pun yang terjadi bahkan sampai menolak bantuan para cowok. Yuuji, Hideyoshi dan Muttsurini juga dilarang masuk ke dapur karenanya. Uu...sekarang, apa yang harus kami lakukan...

“Bagaimana kalau bikin hotpot gelap?”

Di momen ini, ane-san tiba-tiba mengusulkan sesuatu yang misterius tanpa dilandasi moral kemanusiaan.

“Hotpot gelap?”

“Ya. Kudengar dari sekian jenis hotpot, hotpot gelap adalah yang terbaik.”

“Nggak, ane-san, itu...”

Itu nggak benar—hanya ketika aku akan mengatakannya, aku langsung berpikir.

Tunggu bentar...mungkin ini ide yang bagus!

Meski kami para cowok berdiri dan menawarkan untuk memasak dalam waktu singkat, Himeji-san akan merasa bermasalah di bidang memasak. Selagi Himeji-san ada di sini, akan berakibat buruk entah makanan apa pun yang dia masak.

Tapi berbeda jika itu hotpot gelap. Karena kami akan memasukkan semua bahan-bahan sebelumnya, ini nggak ada hubungannya dengan bantuan Himeji-san. JIka tidak ada hubungannya dengan kemampuan kuliner uniknya itu, dia nggak mungkin bikin makanan berbahaya. Mungkin...mungkin kami benar-benar bisa kembali dengan selamat!

Aku menatap ke arah Yuuji, Hideyoshi dan Muttsurini. Sepertinya mereka juga berpikiran sama selagi kami berbagi tatapan yang serupa. Apa pun yang terjadi, kami harus menjadikan hotpot gelap ini sebagai hidangan makan malam. Bagus! Sudah diputuskan!

“Anu...Akira-san, hotpot gelap berbeda dari hotpot biasa...”

“Ide ini bangus sekali! Kupikir hotpot gelap ini usulan yang bagus!”

“Benar! Hotpot gelap adalah hotpotnya di antara para hotpot!”

“...Hotpot gelap yang terbaik!”

“Seperti yang kuharapkan dari ane-san! Ini beneran bagus!”

Kami berteiak dalam kemenangan dan langsung mendiamkan suara Minami. Ini benar-benar pilihan terbaik untuk menjadikan hotpot gelap sebagai makan malam hari ini. Ini bukan tentang prasangka buruk kami; ini juga demi keselamatan hidup Minami yang berharga!

“Aku juga tertarik dengan hotpot gelap, dan aku juga belum pernah mencoba sebelumnya.”

“...Aku juga. Bukan ide buruk untuk mencobanya.”

Kudou-san dan Kirishima-san ikut mendukung. Kalian berdua membantu kami begitu banyak!

“Ah, tapi rumah kami nggak punya kompor gas...”

Di titik ini, akhirnya aku ingat sesuatu yang penting. Kompor gas di rumahku rusak beberapa waktu lalu, dan kami belum membeli yang baru sejak hari itu. Tapi inilah situasi antara hiup dan mati. Sepertinya aku hanya bisa minta ane-san untuk beli yang baru...

“Akihisa-kun, aku bisa mengambil kompor gas yang ada di rumahku kalau kamu membutuhkannya. Lagipula rumahku cukup dekat.”

“Eh? Benarkah?”

“Tentu saja. Aku juga berpikir untuk membawa beberapa barang kemari, jadi aku akan membawa mereka sekalian.”

Himeji-san berpendapat dengan bahagia. Kalau begitu, aku hanya perlu memintanya membawa.

“Lalu, sebelum Mizuki kembali, aku akan membuat makanan pembuka. Aki, boleh kugunakan bahan-bahannya?”

“Mn, boleh.”

Minami bertanya sambil menunjuk kotak yang terisi penuh oleh seafood. Inilah usulan yang kutunggu. Sangat sulit bagi kami mendapat bahan makanan yang bagus, maka sayang juga kalau menggunakan semua seafood hanya untuk hotpot gelap.

“...Kalo gitu, Aku akan membantu juga.”

“Begitu pula denganku~”

Setelah Minami berkata begitu, Kirishima-san dan Kudou-san mengikuti. Aku nggak tahu dengan kemampuan kuliner Kirishima-san, tapi karena Yuuji tidak menghentikannya, seenggaknya tidak berakibat fatal. Kudou-san sudah pasti nggak mungkin masukkin bahan-bahan aneh ke dalam makanan, maka nggak akan ada masalah menyerahkan tugas ini pada mereka.

“Minami-chan, mungkin aku akan menghabiskan cukup banyak waktu, jadi jika kamu ingin melakukan sesuatu, kamu bisa mulai sendiri tanpaku.”

“Benarkah? Aku mengerti.”

“Kalau begitu, aku pulang dulu.”

Setelah Himeji-san bilang begitu pada Minami, dia lari ke pintu depan dengan langkah-langkah kecil.

“Aku akan menyiapkan dasaran sup untuk hotpot.”

“A, ane-san! Aku akan memasak dasaran supnya nanti, maka duduklah di sini dan beristirahat!”

Aku lanjut mencoba menghentikan ane-san, yang ngebet banget pengen ke dapur.

Pada akhirnya, Minami, Kirishima-san dan Kudou-san masuk ke dalam dapur. Himeji-san pulang ke rumah untuk mengambil beberapa barang, dan sisanya menunggu eksekusi di ruang tamu.

“Semuanya, maaf membuat kalian menunggu. makanan pembuka sudah siap.”

“...Maaf membuat kalian menunggu lama.”

Setelah kami menunggu di ruang tamu, Minami dan Kirishima-san berjalan mendekat sambil membawa piring besar. Makanan pembuka macam apa yang mereka siapkan untuk kami?

“Karena di sini ada wine, kami coba membuat hidangan seafood dingin.”

“““WWOOOOHHH!!!”””

Semua piring terisi oleh ikan segar, dan ikannya dikelilingi sayuran hijau. Di atasnya juga ada garis saus yang indah. Bukannya ikan ini hadiah dari lotere, kan? Aku ingat bahwa ikan itu belum dipotong...

“Minami, apa kau yang mengiris ikan ini?”

“Tidak, aku bertugas di saus dan penataan. Yang mengiris—”

“Aku yang mengirisnya.”

“Wow, jadi Kirishima-san yang melakukan?”

Penataan ikannya sebagus sashimi yang dijual di luar, karena setiap irisannya dipotong dengan sempurna. Aku nggak pernah tahu Kirishima-san bisa memasak.

“...Karena ini kewajiban istri yang harus dipelajari.”

Kirishima-san menjelaskan dengan malu-malu.

Aku tahu. Dia selalu bermimpi menjadi pengantin sejak kecil, makanya dia bekerja keras demi menjadi istri yang baik. Kirishima-san memang pekerja keras, dan sangat setia.

“Ini adalah sashimi, tiram kukus dan salad seafood~!”

Kemudian, Kudou-san menyajikan piring lebar. Di sana ada tiram kukus di dalam cangkang dan salaad yang dicampur udang serta ikan sotong.

“Tapi lagi-lagi, aku hanya bertugas mencuci sayuran dan menatanya~”

“Nggak nggak nggak, ini udah cukup mengagumkan.”

Sungguh hidangan yang menggugah selera. Hal paling penting saat menikmati seafood adalah kesegarannya, d an kami harus menikmatinya sebelum makanan segar jadi hangat.

“Yah, jadi nggak enak sama Mizuki, tapi lebih baik kita makan duluan.”

Minami melepas apronnya dan duduk di karpet. Kirishima-san dan Kudou-san juga duduk tentunya.

“Nggak nunggu Himeji-san nih.”

“Kita bisa menunggunya...tapi kalau begitu, Mizuki bakal merasa nggak enak udah bikin kita repot. Lagipula itu kepribadiannya.”

“Bener tuh. Himeji-san kan udah bilang 'kalian bisa mulai dulu' sebelum pergi. Kupikir kita nurut sama Minami aja."

“Tapi tetap, aku merasa nggak enak sama Mizuki, ayo makan.”

“Mari bersulang dulu. Bukankah Kirishima-san memberi kita wine? Kenapa kamu nggak buka dan minum itu, ane-san?”

Aku tidak begitu paham wine, tapi selagi itu anggur putih beku, pasti cocok dengan hidangan ini.

“Itu benar, tapi rasanya canggung kalau aku sendiri yang minum.”

“Mau gimana lagi. Kami masih di bawah umur.”

“Yeah. Kenapa nggak kita ganti wine dengan jus?”

“Ah, Kinoshita, tunggu bentar! Kami sudah mempersiapkan minuman. Kami akan membawanya.”

Minami mengatakannya sembari berdiri. Ngomong-ngomong, dia baru saja pinjam blenderku. Jadi dia mau bikin jus.

“Ini dia. Jus buah segar spesial buatanku.”

Minami membawa beberapa gelas jus buah dari dapur. Mereka terlihat enak. Minami bilang tidak percaya diri dalam memasak, tapi dia pasti pintar di bidang itu, kan?

“Jadi, cheers!”

“““Cheers!”””

Setelah semuanya bilang 'cheers' serempak, perlahan kudekatkan gelas ke bibir. Rasa manis dan asam dari jus ini hampir mencapai mulutku. Segelas jus ini pasti punya banyak campuran buah di dalamnya, dan aku menyadari aroma lain di hidungku. Langka sekali punya kesempatan meminum jus buah segar. Aku harus menikmatinya.

Memiringkan gelas, aku menyesap jus dan merasakannya dua kali. Jus buah di mulutku menghasilkan rasa lain, tapi rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Rasa yang sangat kuat.

“....”

Rasa menyengat dari...Tabasco.

“PEDES! KELEWAT PEDES! APA KAU SEDANG MEMBULLY KU SEKARANG!?”

Sangat pedas sampai aku berguling di lantai. Kenapa Minami jahat sekali!?

“Karena tanganku secara alami mengambil Tabasco ketika memikirkan Aki.”

“Apa? jadi minuman Akihisa yang istimewa.”

“Shimada sangat memikirkan Akihisa.”

“...mau gimana lagi kalau tanganmu alami meraihnya.”

“APA YANG KAU MAKSUD DENGAN MAU GIMANA LAGI! DAN HAL ROMANTIS PARA CEWEK INI NGGAK MANIS SAMA SEKALI!”

“Aku kurang hati-hati! Jadi musuh malam ini bukan cuma Himeji-san!

Ngomong-ngomong, berikan sesuatu untuk diminum! Cepetan beri aku minuman!

“Yuuji! Minta jus buahmu!”

“Nggak bisa, Akihisa. Bukankah itu jadi ciuman tidak langsung kalau kubiarkan kau meminum jusku?”

“Kau bilang apa!? Dulu lo nggak peduli hal ini, kan?”

Dasar sialannya para sialan! Dia pasti merasa senang melihatku kesakitan, kan!?

“Ka, kalau gitu, Muttsurini pasti juga bisa!”

“...Kutolak.”

“Tunggu sebentar! Muttsurini, bukankah akhir-akhir ini kau jaga jarak dariku!?”

Itu kesalahpahaman! Aku hanya bercanda saat bilang Muttsurini tampak manis dengan pakaian cewek selama pekan olahraga!

Bagaimana dengan Hideyoshi...tapi ini akan berakhir menjadi ciuman tidak langsung. Nggak bisa. Dan aku tidak bisa minum minuman para gadis!

“Aki-kun, ada masalah?”

Saat ini, ane-san berkata padaku dengan nada kalem seperti biasa. Sialan, aku nggak peduli dia ane-san ku sekarang! Aku menghadapi hal darurat di sini!

“Ane-san, berikan aku sesuatu untuk diminum sekarang!!”

“Minuman? Mengerti.”

Setelah bilang begitu, ane-san meminum semua wine di gelas. Nggak, tunggu, kau salah paham, ane-san! Aku nggak memintamu untuk minum—eh?

“NGGAAAAAAK!!!”

Ane-san tiba-tiba memegang kepalaku, dan wajahnya semakin mendekat padaku. Tunggu bentar! Apa yang ingin ane-san lakukan!

“(Gulp) Bukannya kamu pengen minum?”

“AKU TIDAK MEMINTAMU UNTUK MEMINUMKAN DARI MULUT KE MULUT!!!”

Apa yang ane-san pikirkan! Akankah dia menyuapiku dengan mulut kalau aku tidak memberontak?

“A...Aku mengerti...menyuapi mulut ke mulut...”

“Oi, Shouko, tunggu bentar! Jangan menyelipkan Tabasco ke minumanku.”

Tidak berdaya lagi, aku berteriak panik sambil berlari ke dapur, menelan banyak air putih agar rasa mengerikan Tabasco hilang. Beneran, Minami melakukan hal mengerikan! Kini aku tidak bisa menikmati makanan yang tampak enak itu!

Setelah membersihkan mulutku sebentar, aku menunggu rasa nggak enak ini menghilang. Di momen ini, Minami mendekat sambil membawa gelas.

“Nih, Aki, ini jus buahmu yang asli.”

“Eh? Oh, makasih.”

Aku menerima gelas yang Minami berikan dan menyesapnya. Gelas ini tidak memiliki rasa aneh di dalamnya; ini jus buah dengan rasa manis yang enak.

Minami menatapku saat aku menikmati jus buah, dan menyeringai nakal.

“Aki, apa kau sudah bercermin di sana?”

“Hm? Apa?”

Bercermin? Apa aku melakukan hal buruk? Aku tidak ingat melakukan sesuatu pada Minami...

“Beneran deh, dari ekspresimu aku bisa tahu bahwa kau tidak mengerti, benar?”

“Muu...maaf.”

“Oh ya, kecerdasan Aki yang rendah bukan hal aneh. Baiklah, aku akan bilang padamu. Apa yang membuatku marah adalah—”

Minami menunjukku, pipinya agak memerah dan tampak cemberut,

“—Kau mengajak Mizuki duluan dan bukannya aku!”

“Eh?”

Tak kusangka, itu yang Minami bilang. Sesaat, aku hanya tidak paham apa yang terjadi?

Apa dia berpikir telah kuhapus dari daftar teman baik? Tapi aku tidak bermaksud meminta Himeji-san secara istimewa. Aku hanya tidak sengaja bertemu dengannya di perjalanan pulang dari belanja.

“Begitulah. Itu bukan apa-apa. Ayo kembali.”

“Eh? Ah, un...kau benar.”

Akhir-akhir ini, Minami mengatakan sesuatu dengan makna mengerikan di baliknya. Apa yang harus kukatakan? Ini seperti...beberapa kata yang membuatku menyangka...aku hanya berpikir terlalu banyak, mungkin?

Aku memikirkan ini sambil berjalan ke ruang tamu. Melihat mataku yang berair, Yuuji nggak bisa menahan tawa..

“Akihisa, bagaimana dengan jus buah special? Sepertinya kau sangat bahagia WWWAHHHH PEDES!!!”

Bagaimana pun, saat Yuuji menyesap minumannya, dia langsung menyemburkannya.

“...Yuuji, apa kau mau minumanku?”

“SI, SIALAN, SHOUKO! APA KAU MENUKAR JUSKU DENGAN MILIK AKIHISA!?”

Kerja bagus, Kirishima-san!

“Beneran deh, maksudku, kenapa kalian selalu berisik.”

“...Nggak kalem sama sekali.”

“Tapi aku suka ini. Aku suka seperti ini~”

Di sisi lain, Hideyoshi, Muttsurini dan Kudou-san hanya menonton. Kudou-san, alasan mengapa kau begitu bahagia karena kau hanya menonton. Hal buruk belum menimpamu sama sekali.

Aku senang melihat Yuuji menderita sambil beerguling di lantai beberapa menit dan kembali ke tempat dudukku. Saat ini, ane-san mengulurkan tangannya dan menarik lengan bajuku.

“Aki-kun, duduk di sini.”

“Eh? Ane-san?”

Sialan, apa dia mau menceramahiku? Apa aku membuatnya marah karena berisik sebelum acara mulai?

“Aki-kun, duduk di sini.”

dan lalu, aku dipaksa duduk oleh ane-san ke pangkuannya...TUNGGU BENTAR!

“A, APA-APAAN INI, ANE-SAN! AKU SUDAH SISWA SMA. KALAU KAU MEMELUKKU SEPERTI INI...fuu...”

“Bagus, bagus, Aki-kun anak baik.”

Sekali aku dipeluk ane-san, aku kehilangan kekuatan.

“““...”””

Melihatku menjadi lemah, semua orang menanggapinya dengan kaget dan bingung. Tidak, nggak begitu! Semuanya, jangan melihatku seperti itu! Aku tidak jatuh cinta pada saudariku!!!

“Makanannya enak, dan winenya juga.”

Mengacuhkan tatapan orang-orang, ane-san lanjut menyesap wine dan menelan makanan. Apa yang terjadi? Aku nggak sadar untuk sesaat, tapi saat tahu botol winenya tinggal setengah...

“Ane-san, jangan-jangan kau mabuk?”

“Kayaknya, aku sedikit mabuk.”

Tidak, itu bukan cuma 'sedikit'. Walau pun itu ane-san, dia tidak bisa melakukan ini dalam keadaan sadar di depan semua orang. Dia nggak mungin melakukan hal bodoh ini kecuali pada batas mabuknya.

“Perlu kuambilkan segelas air?”

“Aku paham, itu bagus.”

Aku melompat dari pangkuan ane-san, pergi ke dapur untuk mengambil segelas air, dan kembali ke ruang tamu.

“Ane-san, ini.”

“Makasih.”

Setelah memberikan segelas air pada ane-san, aku memilih tempat duduk yang jauh dari ane-san dan duduk lagi. aku nggak akan terima jika dia melakukan hal konyol padaku di depan semua orang.


Pata (suara ane-san bangun dan duduknya)

Tatatatata (suara ane-san berjalan ke arahku)

Oumph (suara ane-san memelukku)

“““...”””

Semua orang memberiku tatapan yang dingin.

Gawat... mulai besok dan seterusnya, nama panggilanku menjadi 'siscon'.

“Maaf, aku telat—Akihisa...kun?”

“Maaf, Himeji-san. Aku tahu bahwa kau punya banyak hal untuk dikatakan, hanya saja tolong bayangkan bahwa kau tidak melihat apa pun.”

Himeji-san membawa kompor gas kaset itu kembali, dan terbelalak beberapa saat melihatku dipeluk ane-san.

Pada akhirnya, hingga ane-san tertidur, semua orang tetap mengamatiku, tanpa mengalihkan pandangan sama sekali.

“Baiklah, waktunya menyiapkan bahan-bahan hotpot.”

Himeji-san menaruh kompor gas kaset yang dibawanya dari rumah ke atas meja.

Setelah merapikan makaanan pembuka, sekarang waktunya hidangan utama untuk makan malam—hotpot gelap.

Seperti biasa, ijinkan aku menjelaskan aturan hotpot gelap.

1. Bahan-bahan harus bisa dimakan.

2. Makanan yang sudah diambil dengan sumpit harus dimakan.

3. Semua boleh memilih makanan yang dimasukkan dalam hotpot (kecuali rumput laut yang menjadi dasaran sup).

Normalnya, kami mempersiapkan bahan sendiri dan memasukkannya, tapi kami tidak punya waktu hari ini. Juga, kami akan memakai bahan-bahan di rumahku. Setidaknya tidak ada yang mematikan di sini.

Dengan kata lain, satu-satunya hal yang membahayakan hidup kami adalah—

“Oh ya, aku juga membawa bahan hotpot selain kompor ini☆”

—Hal mengerikan yang mengancam hidup kami sudah di depan mata.

Jangan ceroboh, konsentrasi keras. Permainan ini menentukan hidup kami!

Himeji-san tersenyum sambil membuka kota persegi panjang 10 cm. Apakah itu bahan (?) yang dibawanya...

“Semua orang memilih satu bahan untuk dimasukkan dalam hotpot. Kita tidak boleh melihat apa yang orang lain masukkan. Mengerti?”

“...Un, tidak akan menarik jika orang lain melihatnya.”

“Mengerti. aku mulai duluan~”

Setelah bilang begitu, Kudou-san, yang pertama memasukkan bahan ke dalam hotpot, berjalan menuju dapur. Setelahnya Minami dan Kirishima-san.

“Aku berikutnya.”

Hideyoshi terlihat sangat gugup. Setelah beberapa saat, dia kembali duduk.

“...Giliranku.”

Selanjutnya pasti Muttsurini dan Yuuji. Mereka memilih satu bahan sebelum kembali duduk.

Dan kini, giliranku datang.

“...rasa macam apa jadinya nanti?”

“Sepertinya seram.”

“Benarkah? Aku sangat menantinya~”

Saat para gadis bicara dengan senang tanpa memahami situasi, aku meninggalkan para cowok yang merasa ganjil, dan berjalan lurus menuju dapur.

“Mari kita lihat. Apa yang sebaiknya kupilih...?”

Berdisi di depan basin, Aku merenung sebentar.

Sekarang, kami harus menghadapi hotpot gelap, dan tindakan yang kuambil sangat sederhana. Yaitu mencari cara membuang bahan (?) yang Himeji-san masukkan menuju perut Yuuji atau Muttsurini, itu saja. Setelah kulakukan ini, aku bisa membiarkan semua orang selamat.

“Tapi mereka pasti merasakan hal yang sama denganku.”

Entah itu Yuuji atau Muttsurini atau bahkan Hideyoshi, mereka akan berpikir mengorbankan orang lain demi melindungi diri sendiri. Mereka tidak merasa menyesal jika melindungi diri sendiri berarti mengorbankan teman. Itu hal penting yang kami pelajari ketika menempuh situasi ini.

“Oke, pertama...aku harus memastikan apa yang semua orang pilih.”

Meski pun jadi rahasia tentang yang orang lain pilih, tapi apabila barang yang kemarin ada di sini hilang, aku akan tahu yang mereka pillih. Ngomong-ngomong, mari mulai dari almari.

—Setelah melihat di almari, di bawah basin, rak bumbu...hmm, aku mengerti.

Benda yang hilang adalah—

1.Tabasco (Baru dan belum tersentuh).

2.Tabasco (Terbuka)

3.Tabasco (bumbu bubuk yang datang bersama pizza)

“MEREKA SEMUA KUMPULAN ORANG GOBLOK!!!”

Tak terduga, semua orang sangat suka cabai, dan aku tidak tahu lagi kecuali meremas kepala sambil berteriak.

Kenapa semua orang pilih Tabasco!? Bukankah di sini tersedia banyak bahan!? Ketertarikan macam apa yang menghasilkan sup merah raksasa!!!

“Akihisa-kun, ada apa?”

Mendengar tangisanku, Himeji-san berteriak dari ruang tamu. Ini gawat, jika aku panik sekarang, aku akan dibantai mereka.

“Tidak apa. Aku baik-baik saja.”

Setelah memulihkan diri, aku menata ulang pikiran dan berdiri di depan kulkas.

“Yuuji dan yang lain pasti memilih bahan dari kulkas...”

Kupikir mereka yang memilih Tabasco adalah Minami, Kirishima-san dan Kudou-san. Memasukkan Tabasco ke dalam hotpot gelap akan membuatnya jadi pedas dan mengerikan. Mereka memilih bahan yang mengejutkan...sepertinya, mereka tidak paham bahwa hotpot gelap ini penentu hidup mati, dan menganggap ini sebagai hal biasa. Bagi orang seperti Yuuji dan aku, yang menghadapi masakan pembunuh setiap hari, tidak akan melakukannya. Alasannya, meski kami masukkan Tabasco, kami tak bisa menyelamatkan diri. Mereka membuat keputusan ini agar orang lain selain dirinya memakan bahan yang Himeji-san masukkan. Jika aku tidak mencegahnya, aku tidak akan selamat setelah makan hotpot gelap ini.

Kuambil napas panjang dan meraih gagang kulkas, membukanya seketika. Mari kita lihat, bahan apa yang berkurang dari sebelumnya?

“—daun bawang, lobak dan tofu.”

Secara standar, bahan-bahan ini terlihat logis sebagai pilihan, tapi di sini ada yang ingin mencelakai.

Untuk daun bawang...aku ingat di sini ada efek medikal. dengan kata lain, ada yang ingin mempertahankan diri dengan daun bawang. Meski demi keselamatan, jika sesuatu terjadi, dia hanya berharap zat anti-toksin yang dibawa daun bawang. Aku mengerti. Pilihan ini menunjukkan bahwa meski 1% kesempatan, dia berusaha sebaik mungkin untuk bertahan. Dari pilihan tanpa serangan ini, kupikir Hideyoshi memilih daun bawang.

Dan sekarang, mari pikirkan lobak yang diambil seseorang. Melihat dari posisi pisau sayur dan basin, tampaknya mereka belum tersentuh. Dengan kata lain, lobak yang dimasukkan masih utuh bentuk segitiganya. Aku punya kurang dari dua lobak di rumah. Apa situasinya? Bagaimana caraku menggunakan lobak sebagai alat penyelamat diri?

“Lobak...tidak dipotong...bentuk segitiga...jika kugunakan...”

Aku menegrti! Dia menggunakan sisi segitiga lobak untuk mengirim bahan yang Himeji-san masukkan ke orang lain! Mempertimbangkan dari letak hotpot di tengah meja dan tempat duduk mereka, Himeji-san mustahil meraih sisi yang jauh, tapi mengambil bahan yang terdekat. Sekarang bahan akan meluncur menuju orang lain. Mungkin dia berpikir kami dari kelas masakan pembunuh akan mencoba sebaik mungkin menghindari bahan Himeji-san dan memilih bahan-benda yng ada di area kami, hanya saja kami tidak tahu bahan yang Himeji-san masukkan berguling ke area kami. Aturan kedua mengatakan dengan jelas bahwa bahan yang diambil dengan sumpit harus dimakan. Dalam hal ini, dia hanya ingin bahan berbahaya dipegang oranng lain. Orang ini...Bagaimana dia bisa menggunakan strategi serangan berbahaya? Metode ini hanya akan membahayakan kami, yang mana tahu bahaya masakan Himeji-san, dan membiarkan dia selamat. Orang yang memikirkan rencana ini pasti tertawa dalam hati.

Sayang sekali,

“Pemikiran ini terlalu naif...”

Memikirkan ide yang sangat naif, dan terlalu bodoh. Alasannya, karena strategi ini hanya berlaku jika bahan Himeji-san berbentuk bola.

Tapi aku ragu jika itu bahan yang padat. Bukankah Himeji-san sudah bilang sesuatu sebelum mengambil kompor gas? 'Hal penting dari hotpot adalah dasaran supnya'. Berdasar karakter pekerja keras Himeji-san, sepertinya dia akan memasukkan benda cair yang dapat bercampur dalam dasarannya daripada hal yang tidak mempengaruhi hotpot. Dengan kata lain, apa yang Himeji-san akan masukkan mungkin bumbu dasar yang menjadi bahan sup. Aku bisa paham dari kota penyimpan yang dibawanya dari rumah. Orang yang memikirkan situasi ini begitu dalam pastilah naif...jadi lobak tidak mungkin diambil Yuuji. Perkiraanku adalah Muttsurini yang memilihnya.

“Dengan begini, Yuuji memilih Tofu.”

Dalam kasus ini, aku tahu bahan yang dipilih musuh terbaikku Yuuji. Sekali aku tahu ini, aku bisa memahami strateginya, dan aku bisa mengira yang cowok itu pikirkan.

“Kalau begitu, aku pilih ini.”

Kuambil benda itu dari kulkas dan memotongnya beberapa kali dengan pisau sayur.

Berikutnya, aku hanya perlu mencari tempat aman untuk menaruhnya.

Hotpotnya mengeluarkan suara 'psst psst' yang menggugah selera.

Kompor gas yang ditaruh di tengah-tengah meja terdapat panci tanah liat. Di sini tidak ada apa-apa kecuali rumput laut yang digunakan sebagai dasaran sup. Kupikir...Rasa paling hebat dari hotpot ada pada saat ini.

“Kumatikan lampunya sekarang~”

Setelah Himeji-san bilang begitu, pak, ruangan menjadi gelap. Di dalam ruang tamu yang tirainya dibiarkan tertutup, hanya api dari kompor gas yang bergoyang lembut. Perang hampir dimulai.

“Aku masukkan bahanku dulu~”

Kudou-san berkata dengan ceria, dan di waktu yang sama, dia menjatuhkan sesuatu ke dalam sup 'plop plop' suaranya menggema di seluruh ruang. Normalnya, aku berpikir dengan khawatir “apa dia masukkan mochi[2] ke dalam. Tidak, itu terdengar seperti cairan, jadi itu sesuatu yang lain...” tapi akku tidak memikirkannya hari ini. Lagipula, aku akan lega jika itu mochi.

“Sekarang giliranku.”

“...Aku juga...”

Lalu, itu giliran Minami dan Kirishima-san. Melihat keadaan sebelumnya, tidak ada sesuatu yang aneh di dalam panci. Tabasco? Tidak mengerikan mau berapa kali dia dimasukkan!

“Giliranku untuk untuk memasukkan adalah selanjutnya.”

“...Aku selanjutnya.”

Setelah itu, Hideyoshi dan Muttsurini mengambil tindakan. Tampaknya Hideyoshi memegang sumpit saat memasukkan sesuatu beberapa kali, dan Muttsurini diam-diam memasukkan sesuatu ke dalam panci. Aku benar!

“Aku selanjutnya.”

Yuuji mengeluarkan sesuatu. Dia sepertinya menatanya di tangan. Karena dia menaruhnya di tangan, ketahuan kalau dia pilih tofu. Kali ini aku akan menang!

“Berikutnya aku yang memasukkan.”

Setelah memastikan Yuuji memasukkan bahan dan menarik tangannya, Aku memasukkan bahan pilihanku dalam panci. Alasanku membuat Yuuji berhenti sepenuhnya adalah agar posisi bahan tidak berubah dengan campur tangan manusia.

“Aku terakhir.”

Jika bisa, aku ingin melindungi panci itu dan bertindak seakan tidak pernah terjadi. Kupikir anggota kelas masakan pembunuh juga berpikir begitu. Tapi meski kami menangis dan berharap dalam hati, Himeji-san menaruh yang dia pilih ke dalam panci tanpa ampun.

Ploop, ploop...

Mendengar suaranya, Himeji-san mungkin memasukkan sesuatu seperti cairan atau jelly.

“...Uu!”

Aku bisa merasakan Muttsurini membeku beberapa saat. Sudah terlambat untuk menyesalinya! Pergilah ke neraka karena melakukan hal ceroboh tanpa pikir panjang!

“Oke. Sekarang, hidupkan apinya dan biarkan sampai mendidih.”

Yuuji menghidupkan kompor gas.

Di dalam ruang hanya ada api kecil, dan keheningan pun mendera lagi.

Seperti dugaanku, Hideyoshi peduli tentang melindungi diri sendiri. Muttsurini gagal. Maka, Yuuji adalah musuh satu-satunya.

Aku melihat api di panci dan mengulang strategi perang di benak.


~Sudut pandang Akihisa~

Mungkin Yuuji memikirkan ide ini saat memilih tofu. Sekali bahan yang Himeji-san pilih larut dalam sup, hidup kami akan terancam. Dengan begitu, dia hanya perlu memblokir upnya dan membiarkan orang lain jadi korban. Untuk memenuhi misinya, dia perlu menggunakan tofu agar bahanku dan bahan Himeji-san tidak mendekat, menciptakan tempat tersegel. Rencananya pasti mendorong racun kepadaku. Alasan dia tidak bersikeras memasukkan banyak sup karena takut tofunya mengapung dan segelnya merenggang.

Dengan begini, aku hanya perlu menggunakan strategi Yuuji dan melawannya!

Yuuji akan memakai tofu untuk menyegelku dan Himeji-san. Maka, sekali aku memasukkan bahan X di luar area ini, aku bisa menjamin keamanan. Juga, aku akan memakai konjac[3] dan tofu (apa yang Yuuji masukkan) di depannya untuk membuat segel lain. Ini untuk menandingi Yuuji.

Tentu saja, jika kulakukan ini, sup yang mengalir ke area Yuuji adalah sup biasa, dan itu tidak akan berarti. Malah hidupku akan berakhir kalau bahan berbahaya mengalir padaku.

Di titik ini, aku harus memanfaatkan aturan hotpot gelap. Meski semua berhak memilih satu bahan, di sini ada bahan lain di dalam panci—rumput laut yang dipakai untuk merebus sup.

Untuk membiarkan bahan berbahaya menuju area Yuuji, akan kuambil rumput laut yang panas dan mengeriting di depan area Himeji-san. Dengan itu, bahan X (berbentuk jelly) akan bergerak ke area Yuuji, dan mencegah semua orang dari luka! Yuuji kau bodoh! Nikmati jebakan dari jebakanmu sendiri!

Dalam perang menyelamatkan diri ini, yang akan bertahan adalah—


~Sudut pandang Yuuji~

Lo kejebak, blok! Akihisa sialan, jadi dia ingin membuat area tertutup oleh konjac seperti dugaanku. Dia bahkan tidak berpikir kenapa aku memilih konjac dan bukannya tofu yang mudah hancur, dan kenapa aku tetap tenang meski rumput laut matang seluruhnya? Karena Akihisa tidak memikirkannya itulah kupanggil dia idiot!

Akihisa bertanggung jawab mengurus dapur, jadi dia tahu apa yang kupilih apa pun yang terjadi. Karena dia tahu, dia akan melakukan sesuatu padaku, dan akibatnya, aku harus balik membantai.

Pertama, acuhkan konjac, pilih tofu, dan buat beberapa lubang di sana. Dinding tofu ini akan memisahkan aku dan Akihisa. Akihisa pasti berpikir bahwa tofu keluar dari zona aman dan menurunkan penjagaannya. Dia akan mengambil bahan di depannya tanpa sadar bahwa tofu tadi punya beberapa lubang, dan aku hanya perlu mengambil makanan di luar areaku dan Akihisa.

Dalam perang menyelamatkan diri ini, yang akan bertahan adalah—

BTS vol 07.5 186.jpg

“—AKU!”

“—AKU!”