Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid5 Sebuah Panggilan Telepon dengan Ayah

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Panggilan Telepon dengan Ayah[edit]

10 hari terakhir di bulan September――Ulangan akhir semester pertama kami telah selesai, dan sekarang sudah hari ketiga liburan ulangan.

Malam di hari kami memainkan permainan yang (secara mental) melelahkan, Oh-sama Game di Ruangan Klub Sahabat, aku menerima panggilan telpon dari ayahku, Hayato Hasegawa, yang saat ini bekerja di luar negeri.

Banyak hal terjadi, tapi aku katakan pada ayah kalau Kobato dan aku baik-baik saja.

Kemudian, Ayah mengatakan sesuatu yang membingungkan.

Menurut teman baik ayahku “Zaki” ―― kepala sekolah Saint Chronica, Pegasus Kashiwazaki, yang juga ayahnya Sena Kashiwazaki, salah satu anggota Klub Sahabat dimana yang aku dan Kobato ikuti――

Aku telah dijodohkan dengan putri satu-satunya, maksudnya, aku akan menikah dengan Sena.

............

......

...

"Hah?"

Berita itu sangat mendadak sampai-sampai aku bahkan tak merasa terkejut. Yang bisa kulakukan hanya mengeluarkan kata “Hah?” untuk menanggapinya.

"Hrmm."

Dari seberang telepon, ayah kedengarannya tak yakin bagaimana harus melanjutkan pembicaraan.

"Emm... Ah, Aku akan menikah?"

Aku menjawab dengan suara normal, karena pikiranku masih kosong.

"Kudengar sih begitu."

"Dengan siapa?"

"Putrinya Zaki."

"Kenapa?"

"Mana kutahu?"

Ayah menjawab sambil sedikit tertawa.

"Haha."

Aku ikut tertawa juga akhirnya mendengar jawaban ayah.

Aku yakin tertawa adalah reaksi normal yang manusia lakukan saat mereka tak tahu harus bagaimana.

"Emm... Apa pak Kepala Sekolah sendiri yang memberitahu ayah?"

"Ya," Jawab ayah.

"Zaki baru saja meneleponku beberapa menit lalu. Dia sepertinya juga sedang sangat semangat mengenai sesuatu~ Saat kutanya kenapa dia terlihat senang, dia mulai menanyakan kapan sebaiknya kita mengadakan pernikahan dan lainnya~ Sepertinya kau menikahi putrinya―― Sena-chan, kalau tak salah kan? ―― adalah sesuatu yang sudah pasti dalam pikirannya"

"Ehhh..."

...Kok bisa begitu?

"Yahh, sepertinya Zaki belakangan ini sering minum-minum. Mungkin ia bicara begitu karena pengaruh alkohol. Yah, bukannya mungkin lagi, pasti begitu."

"Ahh..."

Kepala sekolah benar-benar lemah terhadap alkohol.

Ia mengajakku minum sedikit saat aku pergi ke kediaman keluarga Kashiwazaki, tapi ia cepat sekali mabuk dan langsung tertidur, yang mengakibatkan aku harus tidur...

...Aku tak mau mengingat-ingat hal itu lagi.

"Haa... kita tak bisa menyalahkannya saat dia bicara seperti orang gila ketika ia mabuk, kan?"

Kataku, sambil mendesah lega.

"Ya, benar. Dia lucu kalau sedang mabuk loh"

Kata Ayah sambil tertawa bercampur nostalgia.

Tapi, ayah berkata, dengan suara ragu,

"...Ahh... tapi tetap saja, apa mungkin ia akan bilang kalau putri satu-satunya akan menikah hanya karena sedikit mabuk? Perkataannya terdengar meyakinkan tak seperti ucapan orang mabuk..."

Kata ayah, sekarang terdengar ragu.

"Kodaka, apa benar kau tak pacaran atau punya hubungan khusus dengan Sena-chan?"

"Ap!? Gak Mungkin Lah!!"

Aku jadi bingung setelah mendengar pertanyaan ayah yang aneh.

"Benarrrrr~?"

"Benar!"

Kami bertemu di klub tiap hari, kami main game bersama, pergi ke kolam renang, belajar bersama... dan aku pernah melihatnya te-telanjang sekali kupikir, tapi... kami benar-benar tak pacaran, pastinya.

"Wah, kau sangat membosankan~"

"Membosankan gimana...?"

Kubilang, lelah atas semua percakapan konyol ini.

"Jadi, artinya kau mempunyai satu atau dua pacar lain ya?"

Aku tahu ayah sedang menyeringai di ujung telepon.

Aku mendesah, dan memberitahunya,

"Tidak. Aku tak punya pacar."

"Benarrrrr~?"

"Kubilang aku tak punya."

Kenapa aku membicarakan masalah ini dengan ayahku?

".....Lagipula, bagaimana mungkin aku bisa punya pacar padahal teman saja tak punya...?"

"Hm? Kau bilang apa barusan?"

"Enggak. Sampai――"

Nanti, adalah kata yang ingin kuucapkan untuk menyelesaikan kalimat tersebut, tapi aku terpikir sesuatu.

"O ya, sepertinya Kobato punya pacar. Malam ini juga dia menginap di rumah pacarnya itu."

"Apa kau bilang!? Siapa bajingan kecil yang berpikir kalau dia bisa menyentuh malaikat kecilku!? Aku balik ke Jepang sekarang juga!"

Ayah berteriak sangat keras sampai membuat kepalaku sakit.

Ayah selalu memanjakan Kobato seperti ini.

"...Cuma bercanda. Sampai jumpa."

"Apa――"

Ca-lick.

Kututup teleponnya.

...dan itulah bagaimana panggilan telepon dari ayahku berakhir.


Mundur ke Ilustrasi Novel Kembali ke Halaman Utama