Date A Live (Indonesia):Jilid 3 Bab 3

From Baka-Tsuki
Revision as of 19:31, 13 October 2013 by Kouhai-kun (talk | contribs) (Created page with "==Bab 3 : Perang Adik== ===Bagian 1=== "Ohh, jadi ini rumah Nii-sama sekarang!" Sampai ke pintu kediaman Itsuka dengan banyak kesulitan, gadis yang menggerakkan rambutnya y...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 3 : Perang Adik

Bagian 1

"Ohh, jadi ini rumah Nii-sama sekarang!"

Sampai ke pintu kediaman Itsuka dengan banyak kesulitan, gadis yang menggerakkan rambutnya yang sedikit lebih pendek dari ponytail, bergembira menyebutkan kata-kata yang terdengar sopan namun tidak sesuai keigo^.

Menyatakan dirinya adik Shidou, yang bernama Takamiya Mana.

Meskipun gadis ini tidak bisa lebih mencurigakan lagi....... namun ketika memeluk Shidou saat di jalan, dia duduk, air mata terlihat di matanya, dengan semangat mengutarakan bahwa dia sangat berharap untuk bertemu dengan Shidou, ia tidak punya pilihan selain membawa dia bersamanya.

Tentu saja, sudah ada persetujuan dari Kotori. Bahkan sebenarnya—yang menyarankan bahwa mereka seharusnya membawa Mana ke kediaman Itsuka, adalah Kotori sendiri.

“Mu, tapi sangat mengejutkan. Bahwa sebenarnya Shido mempunyai adik lain.......”

“Tidak........ Aku tidak mengetahuinya sama sekali.”

“Benarkah? Menurutku dia terlihat mirip dengan Shido.......”

“Sudah jelas! Karena aku adalah adiknya!”

Saat Tohka selesai, Mana dengan percaya diri memeluk tangannya.

Namun pandangan Mana tiba-tiba berubah, melihat Shidou dan Tohka sambil menunjukkan ekspresi yang rumit.

“.........But Nii-sama. Mana harus memberitahukannya padamu.”

“Ha? Tentang apa?”

“Tentu saja! Tobiichi------ Tidak, itu, selain dengan saudara ipar, mengapa kamu terus dekat dengan perempuan lain......”

Mana menyelesaikan kata-katanya, mukanya merah padam sambil berbicara.

“Ha—Haa?”

Shidou membelalakkan matanya dan berteriak.

“? Apa ada yang salah?”

“Ada banyak hal untuk ber-tsukkomi! Pertama apa itu tadi? Kau mengenal Origami?”

“Nn, begitulah. Apa itu aneh?”

Saat Mana berbicara, dia terlihat seperti mencoba mencari alasan sambil matanya melihat sekeliling. Meskipun ia sangat penasaran bagaimana mereka berdua bisa saling mengenal, ada hal lain yang lebih penting.

“Dan lalu..... Mengapa memanggilnya saudara ipar?....”

“Tidak, bukannya aku keberatan dengan panggilan itu, tapi ini untuk persiapan masa depan......”

“Tidak ada rencana hal seperti itu!?”

“Be,benarkah....?”

Mana mengerutkan alisnya terlihat kesusahan.

“Tapi Nii-sama adalah tersangka untuk 2 hal.....”

“2 hal. Apa itu?”

Tohka memiringkan kepalanya. Nampaknya ia sudah mempelajari kata-kata berbahaya yang lain. Tapi nampaknya Shidou ingin menjelaskannya pada dia........saat dia kebingungan, Mana mulai bertanya pada Tohka.

“Aku akan langsung bertanya. Kamu Tohka-san kan. Apakah kamu pacaran dengan Nii-sama?”

“Ap.....!”

Shidou berada di antara mereka berdua dengan wajah yang sangat merah.

“Ap,apa yang kamu katakan, bagaimana mungkin!”

Mana memberikan Tohka ekspresi terkejut.

“.......Tohka-san? Apa kamu pernah berkencan dengan Nii-sama sebelumnya?”

Dia berpaling dari Shidou dan bertanya pada Tohka.

“Aaah, Pernah!”

“........”

Mana memandang tajam *Ji----* ke Shidou.

“Me,mengenai hal itu......”

Ia tidak bohong, tapi sangat sulit baginya untuk menyangkal itu. Shidou pun mundur satu langkah dengan keringat dingin mengucur di punggungnya.

Saat ini, Mana tersipu malu dan dengan nada yang sangat serius, dia menanyakan pertanyaan lain kepada Tohka.

“Tohka-san. Jangan katakan, kalian sudah *Chu----*?”

“*Chu—*?”

“A,aku berbicara tentang ciuman!”

“Nn, kami pernah?”

“......!!”

Melihat reaksi Tohka yang tenang, Mana membelalakkan matanya.

“Ti,tidak suci!”

“Hey, tenanglah.....”

“Nii-sama sudah bertingkah seperti gigolo.....! ini sangat menyakitkan! Perbaikan diri! Kamu harus di benahi!”

“Shidou, apa itu gigolo?”

Tohka sekali lagi bertanya dengan heran. Shidou malah berkata ”AH—haduh!” menggaruk-garukan kepalanya, lalu mendorong Tohka menuju daerah sebelah.

“Nu? Mengapa kau mendorongku?”

“ini sangat susah untuk dijelaskan, pertama kamu harus kembli ke kamarmu.”

“Muu, tapi....”

“Aku akan buat hamburger steak untuk makan malam itu akan cukup!”

“Oooh, benarkah!?”

Setelah Shidou bicara, mata Tohka berkaca-kaca, berlari menuju ke apartemen sambil melambaikan tangan.

“Shidou! Aku ingin telur dadar di atasnya!”

Shidou menjawab “Iya iya”, melambaikan tanganya dan melihat dia pergi.

“.......sepertinya kamu sudah terbiasa berjanji dengan lawan jenis.”

Ucap Mana dengan mata sipit. Di lain hal, Shidou berpura-pura tidak mendengar apa pun, berbalik dan masuk ke gerbang kediaman Itsuka.

Memegang gagang pintu, membuka pintu masuk. Dan kemudian-------

“--------Selamat datang, O~Nii~Chan!”

Menunggu di pintu masuk, Kotori meengenakan pakaian kasual (Tentu saja, pitanya tetap hitam), yang berbeda adalah dia mengatakan “Onii-chan” dengan kuat.

Karena ingin menyambut tamu, dia kembali ke rumah dari <Fraxinus> dan menunggu.

“Oh, Oo..... Aku pulang.”

Shidou berkeringat di bawah tekanan yang tidak dapat dijelaskan, mengangkat tangan saat menjawab.

“Ara. Siapa ini?”

Terasa seperti cara bicara yang kuno. Mau bagaimana lagi. Kotori yang berada di rumah sepnjang hari (Sebut saja begitu), belum mengetahui apa yang terjadi di jalan beberapa saat yang lalu terlihat sangat mencurigakan.

“Aa, aaah.......Tadi kami bertemu di jalan. Tidak masalah-----“

“Apa ada orang lain di dalam rumah!? Kamu sudah merawat Nii-sama selama ini!”

Ucap Mana dengan senyum yang lebar, sambil memegang dan menjabat tangan Kotori dengan semangat.

Kotori berada dalam momen yang langka, merasa tergangggu sampai berkeringat.

“Nii-sama? Shidou kah?”

“Ya! Namaku Takamiya Mana! Adik Nii-sama.”

Kotori menghela nafas lewat hidung, melepaskan tangan Mana dan membawa dia ke dalam rumah.

“Baiklah, mengapa tidak masuk dulu. Kita bisa membicarakan detailnya nanti.”

“Ya!”

Mana menjawab dengan antusias, mengikuti kotori dari belakang.

“........Haaaa”

Nampaknya ini akan menjadi situasi yang rumit, tapi untunglah itu bukan masalah.

Shidou menghelas nafas, melepaskan sepatunya dan mengikuti mereka menuju lorong.

Teh dan kue sudah diletakkan di meja, Kotori dan Mana saling berhadapan dan duduk di sofa.

Kotori menggunakan dagunya untuk menunjuk kursi disebelah Mana. Sepertinya mereka akan bicara bertiga.

“—Jadi. Bisa kau ceritakan?”

“Ya!”

Menjawab kata-kata Kotori, Mana membalas dengan yakin.

“Mana, itu namamu kan? Kau.....menyebut dirimu adik Shidou?”

“Begitulah.”

Mana bicara sambil mengangguk penuh semangat. Kotori memiringkan stik lolipop yang ada di mulutnya ke atas, seolah-olah ingin memastikan reaksi Mana saat dia terus berbicara.

“Namaku Itsuka Kotori.------Aku juga, adik Shidou.”

“.....?”

Mana mencondongkan kepalanya mendengar kata-kata Kotori—

“Ha....! kalau begitu jangan-jangan kamu, Nee-sama.....!?”

“Tidak!”

“Aa, salahku.-----Maaf Kotori. Sebagai kakakmu aku akan----“

“Siapa yang kau sebut adik!”

Kotori dalam mode komandan mengeluarkan teriakan aneh. Shidou tidak bisa berbuat apa-apa selain kaget, Kotori berpura-pura batuk.

“Yaahaha, tapi aku tidak punya ingatan sedikit pun----tentang memiliki adik.”

“Ya ampun.....”

Kotori merasa terganggu saat dia menggaruk kepalanya sambil menghela nafas. Terlihat gerakannya kacau sekali.

“Tapi......adik kecil, huh.”

Kotori setengah menutup matanya dan memandangi Mana.

Berfikir normal saja, tiba-tiba bilang “Aku adalah adikmu” dan sejenisnya tidak akan dapat dipercaya. Namun jika itu Shidou, kita tidak bisa membiarkan hal seperti itu.

Setidaknya, Shidou tidak mempunyai ingatan tentang mempunyai adik lain selain Kotori.

Namun—Kenyataannya adalah Shidou tidak lahir dari keluarga Itsuka.

Ditelantarkan oleh ibunya saat masih kecil, ia telah dibesarkan sebagai bagian dari keluarga ini.

Karena itu, kata-kata Mana tidak bisa di bilang bohong, walaupun Shidou tidak ingat, tapi kemungkinan Mana adalah adik kandung Shidou—tidak bisa dibiarkan.

Jadi, walaupun ingatan masa lalu Shidou kabur, fakta bahwa Mana yang saat ini lebih saja bisa ingat maka sedikit mencurigakan.

“Mengenai itu......Mana, bolehkah aku bertanya?”

“Ya! Ada apa, Nii-sama!”

Saat Shidou bicara, Mana terlihat sangat senang dari hatinya yang terdalam, dengan nada riang saat menjawab. Kotori dengan tidak senang berkata “Humph!” tanpa alasan yang jelas.

“Mengenai itu.......Maaf. tapi aku tidak mengingat apapun tentangmu.....”

“Seperti yang diperkirakan.”

Mana melipat tangannya dan mengangguk.

Shidou menelan ludah, dan menanyakan hal yang ada di pikirannya.

“Meskipun aku sangat ingin menanyakan ini dari awal—Ibumu.....sekarang.”

Jika Mana benar-benar adik kandung Shidou—dia seharusnya tahu sesuatu tentang itu.

Seseorang yang menelantarkan Shidou, ibu kandungnya.

Namun—

“Ah?”

Mana memiringkan kepalanya, memberikan balasan samar.

Alis Shidou berkerut—Jangan katakan, Mana juga ditelantarkan setelah Shidou?

Saat ini, seolah-olah melihat apa yang Shidou fikirkan melalui ekspresinya, Mana menggelengkan kepala.

“Ah, tidak seperti itu. Hal itu tidak pernah terjadi—“

Mana tersenyum pahit dengan malu, meminum teh merah disampingnya dalam satu tegukan dan melanjutkan.

“Aku—Sebenarnya tidak memiliki ingatan tentang masa lalu.”

“—Apa?”

Mengenai hal ini, Kotori menunjukkan ekspresi tidak senang. Menyesuaikan tubuhnya untuk menghadap Mana, sekali lagi berbicara.

“Masa lalu yang kau bilang itu, berapa lama tepatnya?”

“Itu benar. Aku tidak bisa mengigat apa pun dua atau tiga tahun belakangan, tapi aku masih bisa mengingat kejadian pada masa sebelum itu.”

Setelah kata-kata Kotori, Mana mengeluarkan liontin perak di depan dadanya, disana ada foto yang sangat gelap. Dalam foto itu, terdapat Shidou dan Mana ketika mereka masih kecil.

“Apakah ini.....aku?”

Shidou mengeluarkan suara kaget, namun—Kotori menunjukkan ekspresi shock.

“Tunggu dulu. Di foto ini, Shidou berusia sekitar 10 tahun bukan? Saat itu, ia seharusnya sudah ada di rumah kami?”

“Ah, yang kamu bilang itu benar.”

Ia menggaruk kepalanya saat bicara. Namun laki-laki dalam foto itu terlihat seperti Shidou bagaimana pun kau melihatnya, itulah kebenarannya.

“Benarkah? Tidak bisa dipercaya.”

“Tidak bisa dipercaya katamu........bisa jadi itu orang mirip dengan ia? Tapi benar mereka terlihat mirip.”

“Tidak, tidak salah lagi. Nii-sama adalah Nii-sama.”

“.......Mengapa kau bisa begitu yakin?”

Setelah pertanyaan Kotori, Mana dengan percaya diri menepuk dadanya.

“Ini yang disebut, ikatan antar saudara!”

“............”

Kotori mengangkat bahu dengan ekspresi terdiam, lalu menghela nafas. ........Untuk beberapa alasan, terlihat dia merasa lega.

“Tidak, aku terkejut. Aku benar-benar shock. Ketika aku melihat Nii-sama, hatiku tidak berhenti berdbar.”

“Apa itu. Bukannya itu cinta pada pandangan pertama.”

“Ha! Mungkin ini benar cinta pada pandangan pertama. —Kotori-san, biarkan aku mendapatkan Nii-sama!”

“Bagaimana mungkin.”

Kotori dengan refleks berteriak. Setelah itu berpura-pura batuk.

“Pokoknya. Ini sangat sulit untukmu mengatakan bahwa kau adalah adiknya dengan alasan yang lemah seperti itu. Pertama, Shidou sudah menjadi bagian dari keluarga ini, dan sekarang kau ingin mengambilnya—“

“Aku tidak bermaksud begitu kau tahu?”

“Eh?”

Merespon balasan Mana yang berbeda, Kotori membelalakkan matanya.

“Untuk semua orang di keluarga ini yang telah menerima Nii-sama sebagai bagian dari mereka, aku sangat berterima kasih. Selama Nii-sama bisa hidup bahagia disini, Mana akan puas.”

Saat bicara, Mana menghampiri meja, memegang tangan Kotori sekali lagi.

Kotori dengan tidak senang membuat mulutnya seperti bentuk *へ*

“Humph.....Apa ini, sepertinya kau tahu diri.”

“Nn. —Walaupun itu adalah ingatan yang samar-samar, namun aku hanya bisa ingat Nii-sama pergi ke tempat yang tidak diketahui. Saat itu aku sangat khawatir, tapi lebih dari itu, aku sangat khawatir apakah Nii-sama baik-baik saja. —Oleh karena itu, mengetahui Nii-sama hidup bahagia, aku sangat senang. Dan ia juga memiliki adik angkat yang kawaii.”

Dengan itu, Mana tersenyum. Wajah Kotori tersipu malu, dengan tidak senang mengalihkan pandangannya.

“Ad,ada apa denganmu, tiba-tiba mengatakan hal seperti itu-----“

“Yah, tentu saja.”

Saat ini, Mana memotong Kotori bicara dan mengatakan.

“Tentu saja, kamu tidak bisa mengalahkan adik kandung.”

“.........”

Seketika, *Pi!*. Sebuah suara seperti udara terbelah terdengar.

“Hey, hey, Kotori.”

Kotori tidak mendengar kata-kata Shidou.

“Heeeh.....Benarkah?”

“Ah, tentu saja. Tidak ada yang bisa mengalahkan ikatan darah.”

“Tapi, bukankah ada yang bilang ‘saudara dekat yang jauh lebih buruk daripada tetangga dekat’.”

Saat Kotori selesai bicara, Mana yang selalu tersenyum, pelipisnya merengut untuk beberapa saat.

Setelah momen yang kaku, Mana melepaskan tangan Kotori, menaruhnya di meja.

“Yahaha.......Apa itu? Akhirnya, ia masih memiliki adik kandung, apa aku salah? Ada yang bilang ‘takdirmu telah diatur sejak berumur tiga tahun’!”

“.......Gu. heh,heheh. Namun, walaupun kalian berdua bersaudara, tapi orang yang telah menghabiskan sebagian besar waktu bersamanya memiliki keuntungan!”

“Tidak tidak, akhirnya kamu tetap saja orang asing, adik kandung berarti berhubungan darah. Ikatan darah lebih kental dari air! Dari awal hubungan adik yang kita berdua miliki pada dasarnya sudah berbeda!”

Mana dengan lantang mengatakan. Hubungan adik. Sebuah kalimat yang keterlaluan.

Namun, Kotori tidak mempersalahkan bahwa dia membantahnya.

“Ikatan darah ikatan darah, apa lagi yang bisa kau katakan? Kau bisa berbicara tentang hubungan persaudaraan tapi aku telah hidup menjadi adik selama lebih dari 10 tahun! Bukankah sudah jelas hubungan adik siapa yang lebih tinggi!”

“Lucu sekali! Saudara yang telah berpisah saat kecil, bertemu lagi melalui ruang dan waktu! Bukankah itu menyentuh hatimu! Pada kenyataannya, waktu dan lainnya bukanlah masalah!”

“Diam! Apanya yang ikatan darah! Adik kandung bahkan tidak bisa menikahinya!”

“Eh.......?”

Suara Shidou dan Mana tumpang tindih. Pipi Kotori merah padam, memukul meja seolah-olah dia mencoba untuk protes.

“Po,pokoknya! Sekarang adiknya adalah aku!”

“Apa-apaan itu!

“Ya,yah mengapa kita tidak tenang dulu, kalian berdua.....”

Shidou berusaha menenangkan mereka berdua dengan wajah penuh dengan keringat, Kotori dan Mana menoleh kearah Shidou dengan *Pa!*

“Shidou, bagaimana menurutmu!”

“Adik kandung, adik angkat, mana yang kau pilih!?”

“E, eh eh!?”

Tiba-tiba melemparkan pertanyaan yang diluar pemikirannya, Shidou teriak dengan menyedihkan.

“Tidak, ini bukan tentang.....yang mana.....”

“.........”

Kotori dan Mana memandangi Shidou dengan *Jii-----*. Sudah jelas dari awal yang mana pun yang ia pilih ia tidak akan lepas begitu saja. Setidaknya ia haurs mengalihkan topik, Shidou berfikir.

“! Oh, oh iya, Mana.”

“Ya?”

Ia menggenggam tangan dan berkata, Mana memiringkan kepalanya penasaran.

“Kamu bilang tadi kamu tidak punya ingatan tentang masa lalumu kan?

“Nn, itu benar.”

“jadi, dimana kamu tinggal? Kamu tidak tinggal dengan keluargamu?”

“Aah......Itu.....”

Saat ini, Mana yang fasih berbicara sekarang tergagap-gagap.

“Ya,yah, ada banyak alasan untuk itu.”

“Banyak alasan?”

“Sesuatu........seperti itu. Jika aku harus bilang maka itu karena aku bekerja di tempat yang memiliki asrama.”

“Kerja.....? Mana, pada usia sekarang? Bukankah kamu seumuran dengan Kotori? Bagaimana dengan sekolah?”

Yah walaupun Kotori memegang jabatan komandan dari organisasi rahasia......tapi dia masih rajin bersekolah. Mata mana terlihat kebingungan.

“It,itu.....eeh---um.....Per,permisi!”

“Eh......? tunggu dulu—“

Kata Mana. Sebelum Shidou berhasil menghentikannya, dia lari dan kabur seperti kelinci.

“Ad......Ada apa dengan dia......”

Menggaruk wajahnya ia melihat ke pintu masuk dimana Mana menghilang dalam keadaan bingung. Saat ini, selain Shidou, Kotori yang duduk di depan Mana berdiri, memegang gelas teh yang Mana gunakan tanpa alasan yang jelas.