Dragon Egg Indo:Bab 245

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 245 – Another One[edit]

Dengan [Presence Detection] aku bisa melacak pergerakan ketiga kelompok itu. Awalnya, cuma ada satu kelompok yang mengarah padaku, tapi gak lama setelah itu dua kelompok lainnya mengubah jalur mereka kearahku. Mereka berdua, meski berjarak jauh, mereka bertindak layaknya mereka menyadariku disaat yang bersamaan. Pergerakan mereka aneh.


Kemungkinan besar mereka punya cara saling mengontak satu sama lain dari kejauhan. [Presence Detection], serta skill sejenis [Telepathy]?


Tiba-tiba, aku teringat Hibi. Memang, dalam pertempuran dia bisa tau keberadaan Abyss, dan juga menggunakan [Telepathy] untuk bicara padaku. Mungkinkah Hibi bersama mereka?


Saat aku menatap kearah hawa kehadiran itu, Alo menatapku dengan panik. Dari reaksiku, dia pasti tau kalau ada sesuatu yang mendekat.


Apa alasan itu bisa membuat dia panik? Dia tau kalau dia gak boleh dilihat oleh orang, tapi kurasa bukan cuma itu. Sudah kuduga, pasti ada sesuatu yang Alo ketahui soal tempat ini.


Aku gak tau seberapa banyak ingatan masa lalu yang dia miliki, tapi sejak datang ke tempat ini dia kayaknya sangat waspada. Dan juga Hibi bilang kalau gak masalah karena si Manticore lari kearah sini. Gak salah lagi, suku Lithuvar tau sesuatu soal tempat ini.


Untuk sekarang ini aku akan menyembunyikan Alo dan diam saja. Kalau misalnya mereka musuh, aku gak punya niat melawan mereka. Aku akan menghamburkan debu dan lari.


Aku membuka mulutku dan menatap Alo. Dia berhenti, memiringkan kepalanya kebingungan. Lalu, memahami niatku "Alo, apa kau mau bersembunyi didalam mulutku?", dia membeku. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk.


....Memang gak kelihatan diwajahnya, tapi kurasa Alo gak betul-betul mau. Maaf, Alo.


“Aah! Aah!”


Sobat juga membuka mulutnya dan berteriak seolah bilang kalau masuk mulutnya juga gak apa-apa. Aku segera memasukkan Alo kedalam mulutku, karena bertanggungjawab atas perlindungan dia. Sobat bisa saja secara gak sengaja menelan Alo.


Daging tanah Alo basah karena air liurku dan rontok, menyebar didalam mulutku.... Yah, dia undead soalnya. Mungkin, inilah alasan dia enggan. Kayaknya ini akan menjadi trauma bagi dia.


Sebisa mungkin mengabaikan sensasi didalam mulutku, aku kembali mengamati dengan [Presence Detection]. Mereka semakin dekat. Ketiga kelompok mendekat padaku dari tiga arah berbeda. Untuk menyesuaikan waktu mereka, beberapa dari mereka berhenti. Lalu tiba-tiba mereka berlari kearahku.


.....Kayaknya mereka gak bersahabat.


Aku harus terus menutup mulutku saat aku bertarung supaya mereka gak lihat Alo. Aku kuatir mereka akan menyadari dia dengan [Presence Detection], jadi kurasa mereka akan salah sangka Alo adalah manusia. Selain itu peringkatnya juga D, jadi selama mereka gak lihat dia maka gak masalah.


Aku mendengar suara sesuatu melesat diudara. Aku mengayunkan ekorku, menjatuhkan panah yang melesat. Aku menatap panah itu. Kekuatan serangnya gak besar, tapi ujung panah itu berlumuran cairan hitam. Racun.


Racun Morz (termodifikasi)

Nilai C+

Racun dari [Morz], ditambah rebusan berbagai tanaman beracun.
Jenis racun yang cocok untuk berburu, digunakan oleh orang-orang yang tinggal di hutan.


.....Orang yang tinggal di hutan. Dengan kata lain, itu.....


Saat aku sedang berpikir, ada anak panah melesat dari arah lain. Maaf, tapi gak peduli seberapa banyak kau kasi racun pada ujungnya, gak akan berguna kalau gak bisa menembus kulitku. Lagipula panahnya juga sangat pelan.


Aku berputar dan menepisnya.


“Gaaaaaah!”


Sobat menggunakan [Roar]. Kayaknya bukan karena dia ingin menakuti atau memprovokasi mereka, tapi karena dia jengkel pada serangan mendadak itu.


Dari depan, dua pria bertelanjang dada memegang tombak muncul. Bahan dan desain pakaian mereka mirip dengan gaya Lithuvar.


Mengacungkan tombak, mereka perlahan mendekat. Aku bisa melihat kebencian terpancar pada mata mereka.


Sial, kenapa? Kenapa orang-orang ini mengacungkan senjata mereka padaku....?


"Mundur! Sudah kubilang. Tujuan kalian cuma untuk memeriksa saja!"


Dari belakang mereka berdua aku mendengar suara. Suara itu milik seorang wanita yang memegang tongkat sihir besar. Dia bukan Hibi, tapi memakai pakaian miko dewa naga.


Mungkin, wanita itu memiliki [Presence Detection], dan sejenis [Telepathy] jarak jauh. Hmm? Kalau dia bisa memakai [Telepathy], terus kenapa dia malah berteriak....?


Wanita itu mengarahkan tongkat sihirnya padaku.


“Yushi, Ah, Rafu”


Wanita merapal, matanya terpejam. Lalu. Cahaya putih terang menyebar.


“GuoOH!”
“GaaAAH!”


Sial, sihir ini bahkan berpengaruh kedalam kepalaku.


Saat aku memperhatikan wanita itu mendekat dari depan, aku kena telak dari serangannya yang membutakan. Apa itu alasan dia berteriak? Untuk membuat aku mengalihkan perhatianku pada dia?


Aku mendengar suara sobat menhantamkan kepalanya pada tanah berulang kali. Itu teknik sederhana terspesialisasi dalam membunuh target seketika, tapi teknik itu sangatlah kuat.


Skill Resistensi [Strong Light Resistance: Lv1] didapatkan
Level skill resistensi [Confusion Resistance] naik dari level 1 menjadi 2


.....Lah muncul lagi skill aneh. Kalau bisa sih, aku gak mau mengalaminya lagi.


Aku memicingkan mata dan memperhatikan sekeliling. Aku mencoba merasakan sekeliling menggunakan [Presence Detection], tapi ternyata mereka berlima sudah melarikan diri. Mengejar mereka itu gampang, tapi aku gak pengen melakukannya.


Yang jadi pertanyaan, kenapa aku bisa ketemu suku Lithuvar disini, dan kenapa mereka menyerang dewa naga yang mereka sembah.
Apa ada sesuatu disini yang mereka gak mau aku melihatnya? Enggak. Kayaknya tujuan mereka hanya untuk memeriksa aku....
Hmmm? Orang-orang itu, mungkinkah gak seorangpun diantara mereka yang udah melihatku sebelumnya? Rasanya aku gak ingat pernah lihat wajah mereka sebelumnya. Selain itu, saat mereka melarikan diri, mereka berlari kearah yang berlawanan dengan arah desa Lithuvar.


Mereka menyerang dewa naga yang seharusnya merupakan junjungan mereka. Hibi bilang gak masalah karena si Manticore lari kearah sini.


Mungkinkah mereka terbagi menjadi dua desa? Parahnya lagi, salah satu pihak mengusir monster kearah pihak satunya, dan juga pihak itu menyerang junjungan desa satunya dengan panah beracun, jadi jelas sekali kalau mereka saling bermusuhan.


A-Apa yang harus kulakukan? Aku memang gak tau, tapi aku mengusir monster ke tempat dimana ada manusia yang tinggal. Itu menjelaskan kenapa mereka secara terang-terangan menunjukkan kebencian mereka padaku.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya