Dragon Egg Indo:Bab 172

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Chapter 172 - Pertarungan Satu Lawan Satu

“Kichichichichichiin!”


Setelah aku menyesuaikan posturku, aku mendekati kelabang raksasa itu.


Disaat aku gagal, ada satu hal yang bisa kulakukan. Aku mengkonsentrasikan sihirku pada tenggorokanku, sasarannya adalah si kelabang dan menembakkan semuanya sekaligus.


“GUUOOOO!”


Semburan racun menyerang si kelabang. Itu adalah [Plague Breath]. Butuh waktu agar efeknya muncul, jadi aku gak bisa mengandalkannya, tapi itu bisa bertindak sebagai asap pengalihan.


Kurasa aku akan gila kalau level skillku naik dan aku berevolusi, jadi aku ingin menggunakan [Scorching Breath], tapi itu terlihat oleh musuh. Nyatanya, aku pernah mengalami musuh menerjang tanpa ragu meski aku menggunakan [Scorching Breath] untuk memperlambat mereka.


Untuk kelabang raksasa itu, serangan nafas gak akan bisa menembus cangkangnya, dengan [Scorching Breath], kesempatan mengalahkannya amatlah tipis. Sejak awal, tujuanku bukanlah menghasilkan damage, jadi itu memungkinkan bahwa dia akan menganggapnya aneh dan memperlambat pergerakannya selama beberapa saat.


Selain itu, kayaknya gak mudah meningkatkan level skill itu.


Normal skill [Plague Breath] telah naik level dari level 3 menjadi level 4


.......Seperti yang diharapkan dari God's Voice-san, kau betul-betul melakukannya. Suaramu terdengar tepat saat aku menunjukkan celah, aku betul-betul merasa kayak ditikam. Aku betul-betul gak suka ini. Mungkin dia cuma memberitahuku kabar terbaru.


Aku terbang keatas kabut racun itu. Aku menendang kepala si kelabang, merentangkan sayapku, dan melayang mengikuti angin untuk menjauh. Mengarahkan punggungku pada si kelabang yang telah menampakkan diri dengan menerobos racun itu, lalu aku menggunakan [Roll] untuk melarikan diri.


Upaya menggunakan rencana 'KO dengan [Nutcracker]' telah gagal. Mulai sekarang responnya akan lebih cepat. Sejak awal, kalau dia mendapat jarak ketika aku di udara dan kemudian menungguku mendarat, semuanya berakhir. Teknik ini terbukti menyediakan peluang bagi si kelabang untuk menyerangku, semacam, serangan balik disaat aku dalam posisi nggak diuntungkan. Itu tergantung pada tindakan lawan. Strategiku untuk menggunakan [Nutcracker] pada si kelabang raksasa gak bisa digunakan lagi.


Kalau sudah kayak gini, gak ada pilihan lain selain menggunakan strategi lain. Aku masih punya metode lain. Ini juga merupakan metode yang bergantung pada tindakan si kelabang raksasa, meski dibandingkan dengan strategi [Nutcracker], yang ini punya banyak ketidakpastian, dan juga punya resiko yang besar kalau gagal, tapi cuma ini satu-satunya metode yang tersisa.


Saat aku harus memprioritaskan kabur, kecepatan dan kekuatan serangan akan menjadi masalahnya. Disaat seperti ini, yang penting adalah seberapa cepat aku bisa bergerak. Akan tetapi, saat tujuanku adalah untuk mengalahkannya, pertahananlah yang jadi masalahnya. yang terpenting adalah, bisakah aku menghancurkan cangkang kelabang raksasa itu? Tentunya, pilihanku terbatas.


Kalau aku bisa menghancurkan cangkangnya dan aku gak punya cara untuk menyerang lagi, saat seperti itu, gak perlu memikirkan tentang apa yang harus dilakukan. Kalau ini gagal, aku mungkin akan mati. Besar kemungkinannya aku akan terbunuh. Kali ini aku harus bisa menghabisi kelabang itu.


“KICHICHICHICHICHICHICHICHICHICHICHICHICHII!”


Kelabang itu mengeluarkan suara yang gak menyenangkan. "Pengecut, sini kau hadapi aku", itulah yang kurasakan.


Tentu saja, menghadapinya secara langsung merupakan sesuatu yang gak mau aku lakukan. kalau itu terjadi, maka aku pasti akan kalah. Kenapa juga aku harus setuju bertarung dimana lawan lebih diuntungkan?


Tapi, karena aku semakin lelah atau karena kelabang raksasa itu semakin murka, jarak diantara kami sama sekalii gak bertambah. Malahan, jaraknya dengan cepat menyusut. Aku gak bisa berlama-lama kayak gini. [Plague Breath] harusnya sudah terhirup, dan aku menganggap bahwa [Curse] sudah mulai bereaksi dan kelabang itu mungkin akan melemah kalau aku memulai adu ketahanan dan berlari sepanjang hari, tapi kayaknya aku gak bisa melakukannya.


Kalau aksi kejar-kejaran ini berlangsung lama, aku akan ditembak kelabang itu lagi. Entah aku bisa menghindar, itu merupakan sebuah permainan yang sangat gak menguntungkan.


Di kejauhan, sebuah bukit besar bisa terlihat. Itu cocok. Baiklah, kali ini aku akan melawan balik.


Aku berniat menggunakan kekuatan fisikku untuk meningkatkan kecepatan [Roll]. Memperpanjang pelarian tidaklah diperlukan. Akhirnya, aku mencapai jarak yang kuinginkan.


“GUUOOOOO!”


Aku berhasil melintasi puncak bukit yang kutargetkan. Bagus, dari strategi posisi sementara ini, aku harusnya bisa menyembunyikan diriku dari si kelabang raksasa.


Aku perlahan menurunkan kecepatan dan berbelok tajam. Aku menuruni lereng tersebut. Dari arah dimana aku melarikan diri, berputar balik mengarah pada tabrakan frontal dengan si kelabang.


Dengan timing ini, tabrakan dengan si kelabang harusnya terjadi di puncak bukit. Itu akan bergantung pada tindakan lawanku, tapi bukan berarti gak ada peluang menang. Tidak, selain metode ini, aku gak bisa memikirkan cara lain untuk menghancurkan cangkak kelabang itu.


Itu sebabnya aku harus melakukannya.


Skill jarak dekat dari si kelabang punya 2 kecacatan. pertama, kemampuan bertarung jarak dekat milik si kelabang punya celah yang sangat besar. Pertama kali bertemu, aku takut padanya dan gak bisa menyadarinya. Gerakannya sangat terbuka. Memang pergerakannya sangat cepat..... meski begitu, kalau kau perhatikan dengan cermat, kau harusnya bisa menghindari serangan pertamanya.


Dari sana, ada kecacatan kedua. Karena, meski kelabang itu punya tubuh sebesar itu, pola serangannya utamanya berfokus pada skill-skill miliknya.


Normal skill:

[Poison LV5]
[Dig LV6]
[Sand Breath LV4]
[Clay Wall LV3]

[Paralysis Bite LV2]
[Acid Spit LV4]
[Heat Ray LV4]


Menyemburkan racun, menyemburkan badai pasir, menyemprotkan liur asam, serangan gigitan yang diperkuat dengan pelumpuh, dan menyerang dengan tembakan mulut. Aku paham, dia ini cuma bisa melakukan serangan mematikan menggunakan mulutnya. Meski dia punya tubuh yang besar. Yang lainnya, skill untuk menggali dan skill untuk menciptakan dinding pasir merupakan sihir penciptaan.


Kelabang raksasa geblek ini gak punya skill untuk tubuh utamanya. Kalau dia mau memanfaatkan tubuhnya, yang paling bagus, dia cuma bisa menggunakan kekerasan dari cangkangnya dan bergerak dengan kecepatan tinggi untuk menabrak dengan tubuhnya.


Meski begitu, itu tetaplah sebuah ancaman. Bagian menakutkan dari kelabang itu adalah bahwa dia bisa mengeluarkan tembakan mematikan dari mulutnya, itu jauh lebih buruk daripada skill. Nyatanya, dia nyaris tak berdaya melawan para semut merah yang berkerumun dari samping.


Jadi, cara ini harusnya berhasil. Saat kami bertabrakan di puncak bukit, aku akan memprovokasi kelabang itu sambil menghidari serangannya.


kalau itu adalah tabrakan normal, aku bisa dengan mudah tertangkap dan akan berakhir dimulutnya, tapi kelabang raksasa itu masih belum menyadari bahwa aku akan berbalik.


Berhadapan dengan aku yang melompat dengan cepat, reaksinya harusnya sedikit terhenti. Dengan nyawa sebagai taruhannya, "sedikit" itu merupakan hal yang kritis. Tingkat mematikan dari skill yang digunakan juga akan meningkat. Karena serangan kejutan, aku punya peluang yang bagus untuk menghindari serangan si kelabang.


Kalau aku bisa berada diatas kepalanya, aku bisa menuju ke tubuh utamanya yang mana memiliki kemampuan yang lebih sedikit untuk melawan balik. Dimulai dari sana, itu akan jadi saat-saat yang kritis.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya