Infinite Stratos (Indonesia):Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 07:02, 8 July 2015 by Chaotic Run (talk | contribs) (Created page with "==Bab 2: Pertarungan Seleksi Wakil Kelas!== "Hey..." "..." "Hey, mau sampai kapankah kau akan terus marah?" "…Aku gak marah." "Kau gak kelihatan bahagia." "Aku emang s...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 2: Pertarungan Seleksi Wakil Kelas!

"Hey..."

"..."

"Hey, mau sampai kapankah kau akan terus marah?"

"…Aku gak marah."

"Kau gak kelihatan bahagia."

"Aku emang selalu begini sejak kecil."

Dasar tidak pedulian.

Sebagai catatan, sekarang jam 8 AM pada hari kedua sekolah. Kami sedang berada di kafetaria tahun pertama, dan seperti sebelumnya, ada banyak gadis-gadis disekeliling kami. Aku sedikit terkejut karena bahkan para staff pekerja disini juga wanita (walaupun masuk akal).

Aku, yang seharusnya mempunyai "ikatan-satu-ruangan", sedang memakan sarapan bersama Houki; tapi sejak tadi malam, kami tidak pernah berbicara dengan benar.

Sebagai catatan lainnya, aku sarapan dengan gaya tradisional Jepang, termasuk juga natto, sepotong ikan salmon, sup miso dan sedikit acar, enak sekali. Mungkin karena harga pajak yang terlalu tinggi. Hidup Nasionalisme.

Dan sebagai catatan lainnya lagi, Houki dan aku memesan makanan yang sama. Sebagai orang Jepang, aku memang merasa bahwa sarapan pagi dengan nasi itu yang paling enak. Walaupun aku suka roti juga, ikan salmon ini terlalu enak. Nasinya lembut dan hangat, indah sekali. Penanak nasi elektrik tidak bisa membuat rasa nasi seperti ini, mungkinkah nasinya dimasak diatas kompor?

"..."

Aku diabaikan. Seakan aku setuju untuk diabaikan, Houki pun mengambil sepotong salmon.

—Sudahlah, bukan apa-apa. Aku tumbuh bersama Chifuyu-nee, jadi aku tidak merasakan 'Aku tinggal bersama seorang gadis! Hatiku berdetak sangat keras! Aku gugup sekali!'. Lagipula, akulah yang mengurusi pakaian kotor Chifuyu-nee selama bertahun-tahun, jadi aku tidak akan panik hanya karena melihat sepotong pakaian dalam gadis.

Tapi, mungkin pengalamanku tidak ada hubungannya dengan teman masa kecilku Houki.

Dalam kata lain, Houki tidak senang karena sikapku saat melihat pakaian dalamnya…bukan? Hm? Bukan? Lalu kenapa Houki marah?

"Sudah kubilang, aku gak marah."

Walaupun orang didepanku ini berkata begitu, dia tetap tidak memalingkan mukanya kearahku, dan kalaupun mata kami tidak sengaja bertemu, dia akan melihat kearah lain dengan panik. Hm, kalau bukan karena ekspresi marahnya, aku yakin dunia ini penuh dengan kedamaian.

"Liat liat, dia si cowok terkenal ~~"

"Sepertinya dia juga adiknya Chifuyu-nee, tahu."

"Huh—, jadi mereka berdua pengguna IS? Apakah dia kuat?"

Hari ini sama seperti biasanya. Gadis-gadis itu tetap menjaga jarak, dan membentuk lingkaran disekelilingku, known as 'even though he's delicious, don't be greedy'. If it were far-sea fishing, it would be quite a catch...hm, that's just a meaningless example.

"Jadi, Houki—"

"Jangan panggil aku dengan namaku."

"...Shinonono-san."

"..."

Kalau dia melarangku memanggil dengan namanya, akan kupakai nama marganya saja. Kali ini, dia hanya bisa diam. Ternyata dia memang masih tidak ingin dipanggil dengan nama marganya, huh? Lagipula, nama itu punya sejarah yang cukup—

"O-Orimura-kun, bolehkah kami duduk disini, boleh ya?"

"Huh?"

Aku pun melihat tiga gadis sedang memegang baki sarapan sambil menunggu jawabanku dengan takut-takut.

"Yah, bukannya kalian gak bisa sih."

Para gadis yang berusaha untuk berbicara denganku pun menghembuskan napas lega. Dibelakang, kedua temannya diam-diam menyemangati dia. Tapi disekitarnya, ada sedikit kerusuhan.

"Ah~ Aku harusnya ngomong duluan..."

"Ba-baru hari kedua kok. Gausah panik!"

"Tapi, ngomong-ngomong, orang-orang yang kemaren berebutan masuk ke ruangannya juga ada disini!"

"APA KATAMU!?"

...Ah, mm, betul sekali. 8 orang tahun pertama, 15 orang tahun kedua dan 33 orang tahun ketiga datang ke kamarku untuk memperkenalkan diri mereka. Lumayan susah untuk menghapal nama mereka. Sebagai catatan, kalau ada orang yang datang dan bilang 'apakah kau ingat aku?', kemungkinan aku mengingatnya hanya 20%. Kejam sekali.

Hari masih pagi, dan aku bahkan tidak bisa mengingat tiga nama.

Sebagai catatan lainnya, mereka bertiga mungkin sudah merencanakan posisi duduk mereka, jadi mereka pun duduk dengan cepat. Meja untuk berenam. Houki dan aku duduk disisi yang dekat dengan jendela, dan mereka mengisi tiga kursi. Soal sisa kursi yang satu lagi, kuharap tak ada yang mau ikut-ikutan lagi.

"Wow, Orimura-kun, kau makan cukup banyak di pagi hari—"

"Dia, dia cowok, tahu."

"Aku makan sedikit sekali kalau malam-malam, jadi aku harus makan banyak pagi-pagi kalau mau selamat."

Sebagai catatan, ini benar. Setelah berpengalaman selama bertahun-tahun, sambil mencoba-coba metod-metode lainnya, cara ini masih entah bagaimana sangat membantu untuk menjaga bentuk tubuh dan kesehatanku. Aku mempelajarinya dari Chifuyu-nee.

"Emangnya gak apa-apa makan segitu saja?"

Trio gadis itu, walaupun mereka punya tiga menu yang berbeda, secara umum mereka cuma mengambil minum, sepotong roti dan sedikit lauk (tetap saja sangat sedikit).

"Ka-kami?"

"M, ya, emangnya gak apa-apa?"

Harga bensin 'kan sangat murah. Jangan-jangan hanya gadis yang bisa mengendalikan IS itu karena ini?

"Karena kita makan snack lumayan banyak—"

…Kalian bakalan gendut kalau kebanyakan makan cemilan. Lagipula, cemilan tidak baik untuk kesehatan, bukan? Memangnya tidak apa-apa? Sepuluh tahun muda mereka bakalan habis. Seorang manusia sepertinya bertambah tua sejak umur 22 tahun.

"...Orimura, aku duluan."

"Ah? Okay. Sampai jumpa."

Setelah Houki menyelesaikan sarapannya dengan bersih, dia pun meninggalkan kursinya. Walaupun sarapannya bergaya buffet, dia tetap memilih makanan tradisional. Seperti biasa, dia masih menjaga 'image' samurai miliknya. Dia sangat mirip dengan Yamato Nadeshiko dari Jepang. Ah, well, aku juga tidak tahu Yamato Nadeshiko itu harus seperti apa.

(Tapi karena yang sekamar denganku itu Houki, yah, setidaknya lebih baik daripada sekamar dengan orang yang tidak kukenal.)

Houki dan aku berteman sejak kecil. Saat aku kelas satu, Chifuyu-nee membawaku ke dojo milik Shinonono untuk berlatih, dan sampai kelas 4 kami selalu sekelas.

Untuk beberapa alasan, kami tidak memiliki orangtua, jadi Chifuyu-nee dan aku sering dibantu oleh orangtua Shinonono dan sering diajak makan malam. Sejujurnya, hal itu benar-benar membantu saat kami sedang miskin.

Tapi, hubungan kami bukan hanya tidak baik, hubungan kami sangat buruk. Walaupun kami berjalan di jalan yang sama—jalan seorang samurai, kami tetap berpisah (Aku cukup terganggu karenanya.)

(Aku gak bisa mengingat apapun dari waktu dulu...)

Sudahlah, tidak hanya aku, semua orang juga begitu. Masa lalu adalah masa lalu, sekarang adalah sekarang.

"Orimura-kun, apakah kau pernah kenal dengan Shinonono-san?"

"Walaupun kudengar kalian berdua tinggal dikamar yang sama..."

"Ah, begitulah. Kami berteman saat masih kecil."

Walaupun aku tidak tahu apa pengaruhnya jawabanku tadi itu, tetap saja ada keributan kecil disekeliling kami. Beberapa orang bahkan berteriak 'HAH?'

"Huh, itu—"

Gadis disebelahku—mm, Tanimoto-san? Persis ketika aku ingin bertanya, suara tepukan tangan yang sangat keras pun terdengar didalam kantin.

"Kalian mau makan berapa lama!? Makan itu harus cepat, harus efisien! Kalau lambat, kalian lari keliling lapangan sepuluh putaran!"

Suara Chifuyu-nee bergema diseluruh penjuru kantin, dan semua orang pun kembali makan sarapan dengan tergesa-gesa. Kalau kau mau tahu kenapa, karena satu putaran di lapangan Akademi IS itu 5km-tidak bohong. Aku pun menyelesaikan makananku dengan cepat.

Perlu diperhatikan, sepertinya Chifuyu-nee berperan sebagai pengawas asrama siswa tahun pertama. Seperti biasa, dia tidak dapat waktu istirahat sama sekali.

Walau karena sebagai saudaranya, aku sedikit khawatir, tapi pasti baik-baik saja. Sebenarnya, tidak ada yang bisa mengalahkan Chifuyu-nee kalau soal tidak kenal lelah.

(Sudahlah, aku pun gak tau gimana caranya biar bisa fokus dalam belajar IS.)

Sejujurnya, aku masih ada jadwal pertandingan melawan Cecilia minggu depan. Tapi sebelum itu, aku harus belajar cara mengendalikan IS dulu.

(Mengendalikan IS, huh?)



—Pada akhirnya, tetap tidak ada kemajuan.

Sebelum periode kedua selesai, pikiranku bahkan sudah berputar-putar.

(Bahaya nih...)

Mau bagaimana lagi. Masih mungkin untuk mengerti beberapa hal dengan latihan yang cukup, tapi ada beberapa bagian yang bahkan tidak bisa dimengerti dari awal.

Seperti soal matematika yang tak bisa diselesaikan bagaimanapun juga. Yup, hal-hal seperti itu tidak bisa diselesaikan kecuali diberikan contoh.

"..."

Tapi, yang terjadi sekarang itu benar-benar tidak bisa dijelaskan. Saat aku pertama kali menyentuh IS, rasanya aku benar-benar sudah familiar dengannya, sudah berpengalaman bertahun-tahun. Seperti itulah.

Tapi aku benar-benar tidak mengerti hanya dengan membaca buku teks seperti ini, rasanya itu seperti 'memangnya aku benar-benar menyalakan IS sebelumnya?'.

(Hm~...)

Aku pun melipat tanganku didepan dan menatap buku teks di meja. Tentu saja, kami sedang dalam kelas sekarang. Yamada-sensei mungkin kadang-kadang suka terdiam sendiri, tapi dia terus mengajarkan para siswa tentang pengetahuan dasar IS.

"Dengan kata lain, IS memang sebenarnya diciptakan untuk pekerjaan di luar angkasa, jadi sang pilot ini ditutupi dengan pelindung spesial. Dan juga, pelindung ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan fungsi-fungsi tubuh dan menjaga sang pilot dalam keadaan stabil. Pelindung ini meningkatkan detak jangtung, denyut nadi, kapasitas paru-paru, jumlah keringat yang terbuang, endorfin (asam amino yang dilepaskan oleh otak saat keadaan sakit, olahraga, bahagia, atau hal-hal menyenangkan lainnya)—"

"Sensei, emangnya gak apa-apa? Serem juga kalau badan kita dimanipulasi kayak gitu."

Salah satu teman sekelasku pun bertanya dengan tampang tidak yakin. Memang benar, perasaan unik yang dihasilkan dari menjadi pilot IS bisa membuat orang merasa tidak nyaman.

"Tidak terlalu rumit, kok. Oh yeah, contohnya, semua orang memakai bra, 'kan? Kalau seseorang punya penopang yang hanya seperti itu, tidak akan ada hasil yang tidak diinginkan. Tapi, kalau kau menggunakan ukuran yang salah sampai bentuknya lain, maka—"

…Tanpa sengaja, mata kami pun bertemu, dan Yamada-sensei hanya bisa terdiam, membeku. Beberapa detik kemudian, pipinya pun memerah.

"Yah, soal itu, enggak, itu, Ori-Orimura-kun, kau tidak perlu tahu soal itu. Aku, entahlah. Contoh yang aneh ini. Ah, ah ha, ah hahaha..."

Yamada-sensei hanya bisa tertawa hampa, tanpa sadar telah menciptakan suasana aneh didalam kelas. Tidak sepertiku, beberapa gadis sepertinya mulai menyadari sesuatu seraya mereka melipat tangan didepan dada mereka, seperti ingin menutupinya.

Seperti obrolan dengan Houki kemarin, sampai sekarang, aku tidak mempunyai keinginan untuk melihat baju dalam para gadis. Tapi, aku disesaki dengan perasaan menggelikan seperti ini—ingin melihatnya tapi tidak ingin melihatnya juga—, dan aku tidak bisa menenangkan diri bagaimanapun juga.

Atmosfir abnormal ini terus berlanjut selama 10 atau 20 detik.

"Ahem, Yamada-sensei, tolong lanjutkan pelajaran."

"Ah, okay."

Pura-pura batuk untuk mengembalikan keadaan. Dibawah perintah Chifuyu-nee, Yamada-sensei pun kembali ke topik semula walaupun dia kelihatan seperti ingin mengubur dirinya sendiri kedalam buku itu.

"Kalau begitu, yah, akan kuberitahukan sesuatu yang penting. IS memiliki sesuatu yang mirip dengan kesadaran manusia yang bisa berkomunikasi dengan pemiliknya—jadi maksudnya, mengertilah satu sama lain dengan cara hidup bersama. Mm, semakin lama waktu pengoperasian, semakin mengertilah IS tersebut terhadap sifat pilotnya."

Jadi begitu. Dalam kata lain, artinya aku tidak boleh malas-malasan saat latihan.

"Semakin kalian mengerti satu sama lain, semakin bisa kalian menggunakan kemampuan terkuatnya. Kalian harus sadar kalau IS itu bukan alat, tapi teman."

Tiba-tiba, seorang gadis pun mengangkat tangannya.

"Sensei, apakah rasanya seperti punya pacar~?"

"Well, kalau soal itu, mm…seperti itulah. Aku belum pernah punya sebelumnya, jadi aku gak terlalu tahu..."

Pengalaman yang sedang disebut-sebut ini pasti tentang seorang lelaki dan seorang gadis dalam hubungan. Tanpa mengacuhkan Yamada-sensei, yang menundukan kepalanya sambil tersipu-sipu, para gadis dikelas pun mulai mengobrol tentang laki-laki dan gadis yang sedang berkencan.

Bagaimana cara menjelaskannya? Sekolah ini memang benar-benar 'sekolah gadis'. Udaranya penuh dengan aroma keimutan, bukan?

Sejujurnya, kelas ini—yah, tidak hanya disini, seluruh udara disekolah ini dipenuhi dengan aroma keimutan. Tidak hanya keimutan biasa, tapi, keimutan yang benar-benar imut<-- I'm really disgusted at this translation. Ada yang bisa bantu? xD -->. Aroma yang hanya para gadis miliki. Pokoknya, aroma keimutan ini ada dimana-mana. Sebenarnya, lebih seperti ini; aromanya memenuhi dadaku sampai aku muak karenanya.

"..."

"A-ada sesuatu, Orimura-kun?"

"Ah, enggak, gak ada apa-apa."

Setelah mendengar kata-kataku, Yamada-sensei pun sedikit mengayunkan tangannya. Rasanya seperti ada yang sedang menatapku…yah memang begitu sejak kemarin.

DING—DONG—DANG—DONG

"Ah, kalau begitu, selama waktu nanti sampai pulang, kita akan latihan pengereman dasar IS di udara."

Selain kemampuan praktis dan pelajaran-pelajaran unik lainnya, Akademi IS juga bertanggung jawab terhadap semua latihan dasar. Selama 15 menit waktu istirahat ini, pasti melelahkan bagi para guru yang harus kembali ke kantor terlebih dahulu.

"Dengerin aku, Orimura-kun."

"Sini~ sini~, mau nanya~ mau nanya~"

"Kau sibuk gak siang-siang? Ada waktu setelah pulang sekolah gak? Malem-malem luang gak?"

Jadi keadaan kemarin itu belum berakhir, huh? Saat Yamada-sensei dan Chifuyu-nee berada diluar kelas, setengah dari para gadis dikelas pun langsung mengelilingiku. Aku juga mendengar ada yang mengatakan 'Gak bisa nunggu-nunggu lagi!' dan sepertinya itu bukan salahku...

"Kalau gitu, tolong dengerin aku—"

Aku benar-benar terganggu, dan sambil aku berusaha menyelesaikan apa yang ingin kukatakan, aku pun melihat seorang gadis mengedarkan semacam kupon, dan dibayar untuk itu. Tolong jangan lakukan kegiatan komersil di sekolah, pokoknya jangan.

"..."

Teman masa kecilku Houki tidak terlalu jauh dari kerumunan yang mengelilingiku sambil dia memperhatikan. Sepertinya dia masih marah. Tolong jangan mengkritik dalam diam, manusia 'kan makhluk yang terus belajar.

(Tapi aku bener-bener kalah sekarang. Walaupun aku ingin minta tolong Houki untuk mengajariku tentang IS…kayaknya aku cuma bisa tanya nanti saja.)

Menurutku, walaupun hanya sebentar, tetap saja sulit untuk bertahan dari tatapan 'cepat jawab aku' yang dipasang oleh para gadis itu. Sekarang pertanyaan mana yang harus kujawab?

"Gimana Chifuyu-nee kalau lagi dirumah!?"

"Huh, sebenernya dia itu—"

*PAM!*

"Istirahat selesai. Bubar."

Ah, sejak kapan dia dibelakangku? Hanya dia yang akan memukulku pada saat-saat seperti ini. Dia ingin menghentikanku menyebarkan informasi tentangnya, 'kan? Ngomong-ngomong, Chifuyu-nee, asal memukul orang seperti itu bakal menjatuhkan pencitraanmu. Apakah tidak apa-apa?

"Oh ya, Orimura, IS-mu butuh beberapa waktu sebelum bisa disiapkan."

"Apa?"

"Belum ada suit yang tersedia. Jadi tunggu sebentar. Sepertinya sekolah sedang menciptakan suit personal untukmu."

"???"

Saat aku sedang bingung sendiri, seluruh kelas pun mulai berdengung.

"Suit personal? Buat anak tahun pertama, pas waktu kayak gini!?"

"Artinya pemerintah udah ngasih bantuan..."

"Ah~ enak banget…aku juga pengen punya suit personal."

Ada apa? Ada sesuatu yang perlu diirikan?

Aku memasang tampang tidak tahu apa-apa, sampai Chifuyu-nee pun tidak tahan melihatnya dan berkata,

"Halaman 6 buku teks. Baca keras-keras."

"Mn, mm... 'Hari ini, walaupun kita memiliki hubungan dengan banyak negara dan perusahaan yang menyediakan teknologi IS, seluruh informasi mengenai pembuatan inti IS tetap tidak pernah diketahui. 467 inti IS yang ada di masyarakat sekarang ini semuanya diciptakan oleh Professor Shinonono. Inti ini semuanya sudah diubah menjadi kotak hitam olehnya, dan tidak ada lagi yang mencapai kerberhasilan Professor Shinonono selain dirinya sendiri. Tetapi, sang Professor telah menolak untuk menghasilkan lebih banyak inti, sehingga semua negara, organisasi dan perusahaan hanya bisa memulai penilitian, pengembangan dan pelatihan dari inti-inti yang sudah mereka miliki. Perdagangan dari inti IS melanggar Pasal 7 dari Perjanjian Alaska, bahwa hal ini dilarang bagaimanapun juga'…"

"Itu dia. Kau mengerti?"

"Be, begitulah..."

Mm, biarkan aku mengulangnya.

1. Hanya ada 467 IS di seluruh dunia. 2. Hanya Professor Shinonono yang bisa menciptakan inti IS, dan sang Professor tidak mau membuat lagi. 3. Aku akan diberikan karena kasus khusu, tapi versi prototipe.

Itulah yang terjadi. Mm, aku sedikit mengerti. Perlu kuberitahu, Professor Shinonono itu—

"Erm, sensei. Apakah Shinonono-san itu, saudaranya Professor Shinonono...?"

Salah seorang gadis gemetaran saat dia bertanya pada Chifuyu-nee…mau bagaimana lagi, nama marga Shinonono pasti akan ketahuan.

—Shinonono Tabane, seorang genius yang mendesain IS seorang diri. Dia pernah menjadi teman sekelas Chifuyu-nee, dan adalah kakak perempuannya Houki. Berapa kali pun aku bertemu dengannya, impresiku atas dirinya selalu sama—'genius'.

"Betul, Shinonono adalah adiknya."

Hey, sensei, memangnya tidak apa-apa menyebarkan informasi orang lain seperti itu? Sebenarnya, Tabane-nee adalah seseorang yang diletakkan dibawah keamanan tersendiri yang melampaui Peraturan Nasional. Walaupun dia bukan kriminal, keberadaan orang yang mengetahui semua seluk beluk IS ini masih tidak diketahui. Hal ini membuat semua kerabatnya merasa tidak enak terhadap pemerintah dan organisasi lain.

(Tapi, dia sendiri seperti tidak peduli...)

Sambil mengingat pandangannya yang terlihat arogan, yah, penjelasan terbaiknya mungkin, dia itu 'kambing cerdik'. Sebagai catatan, Chifuyu-nee itu 'serigala jujur'. Hm, aku akan menyebutnya seperti itu. Cocok, bukan?

"APAAAAA—! Ke, keren! Kita punya saudara dari dua orang hebat disini!"

"Itu, Professor Shinonono orangnya gimana!? Dia genius, 'kan!?"

"Jadi Shinonono-san genius juga!? Ajari aku cara mengendalikan IS lain kali."

Kita seharusnya sedang belajar sekarang, tapi para gadis malah berkumpul mengelilingi Houki. Ah, kalau aku hanya melihatnya saja dari sini, ternyata pemandangannya bagus juga. Menurut pikiran orang sehat, aku tidak akan membantumu.

(Aneh? Ngomong-ngomong, memangnya Houki pernah memiloti IS sebelumnya...?)

Aku pun mencoba untuk mencarinya dalam ingatanku. Hm, pasti tidak. Lagipula, Tabane-nee dan Houki 'kan-

"AKU TIDAK PUNYA URUSAN DENGAN ORANG ITU!"

Suara tingginya yang tiba-tiba memotong alur pemikiranku bagaikan memotong bambu.

Setelah aku mengintip mereka lagi, para gadis yang mengelilingi Houki pun memperlihatkan ekspresi yang sama, tidak tahu apa yang terjadi.

"…Maaf telah berteriak. Tapi, aku bukan dia, aku tidak bisa bilang apa-apa."

Setelah mengatakannya, Houki pun memalingkan tatapannya keluar jendela. Sepertinya antusiasme para gadis menguap, semua orang terlihat bingung dan tidak senang saat mereka kembali ke kursi masing-masing.

(Apakah Houki benar-benar membenci Tabane-nee...?)

Aku mencari di ingatanku kembali, dan untuk suatu hal, aku tidak bisa menemukan ingatan tentang mereka bersama-sama. Ngomong-ngomong, Houki selalu mengelak jika diminta membicarakan Tabane-nee, saat seseorang menyebutnya, Houki akan langsung membelokan topik.

"Kalau begitu, kita lanjutkan pelajaran. Yamada-sensei, mulai."

"Y-Ya."

Yamada-sensei sepertinya memperhatikan Houki juga, dan sekarang, dia benar-benar terlihat seperti seorang guru profesional. Pelajaran pun akhirnya dimulai.

(Akan kutanaya Houki nanti...)

Seraya aku menyimpan pikiran tersebut, aku pun membuka buku.



"Sekarang aku tenang. Gak usah khawatir soal menggunakan simulator."

Ah, begitukah, Cecilia-san?

Saat istirahat, Cecilia datang ke mejaku dan mengatakan hal tersebut sambil meletakkan tangannya di pinggang. Bukan apa-apa, tapi kau benar-benar suka gaya itu, huh? Tetap tidak apa-apa sih.

"Oh gitu? Pemenangnya sudah ketahuan? Gak seru."

"? Kenapa begitu?"

"Oh kau, kau masih gak tau? Baiklah, biarkan aku memberitahumu, seorang rakyat biasa. Aku, sebagai perwakilan dari Inggris, Cecilia Alcott…dengan kata lain, punya mesin personal juga."

"Wha—"

"…Menurutmu aku bodoh?"

"Bukan, walau kupikir kau menakjubkan, aku tidak tahu menakjubkannya dari mana."

"Kalau gitu, bukannya sama saja seperti menurutmu aku ini bodoh?"

*BAM!* Dia pun menghantamkan kedua tangannya ke mejaku. Hey, lihat yang kau perbuat, buku tulisku jatuh, idiot.

"...Ahem, bukannya udah dijelaskan di pelajaran? Cuma ada 467 IS di seluruh dunia. Jadi, yang bisa mempunyai IS personal adalah yang elit dari para elit yang terpilih dari 6 miliar orang di dunia."

"Jadi, jadi gitu..."

"Betul sekali."

"Artinya sekarang penduduk dunia sudah lebih dari 6 miliar..."

"Bukan itu maksudku!"

*PAM!* Hey, idiot, sekarang buku teks-ku juga jatuh, dasar idiot.

"Sekali lagi! Apakah kau benar-benar menganggapku idiot!?"

"Enggak, gak pernah gitu kok."

"Kenapa kau membalas tadi...?"

Huh, kenapa ya?

"Kenapa ya, Houki?"

*DING!* Dengan suara, tatapan panasnya pun melayang kearahku. Baiklah, waktu yang dibutuhkannya hanya 0.8 detik. Houki menjawab dalam diam 'AKU TIDAK PEDULI!'.

"Ngomong-ngomong, kau adik dari Professor Shinonono, 'kan?"

Menghadapi Cecilia yang tiba-tiba mengarahkan pembicaraan padanya, Houki merespon dengan pandangan yang tajam.

"Aku cuma adiknya."

Hey, Houki, kau sedang menakut-nakuti orang? Menyeramkan. Lihat, bahkan aku mendengar "uu..." dari Cecilia. Anak nakal macam apa kau?

"Su-Sudahlah. Kalau soal siapa yang cocok untuk jadi perwakilan kelas, jangan lupakan aku, Cecilia Alcott."

Sambil menggoyangkan rambutnya dengan tangan kanan, dia pun berbalik dan pergi. Hm—, selalu berPOSE—. Semua model juga bisa.

"Houki."

"..."

"Shinonono-san, ayo makan."

Kebersamaan itu penting. Karena insiden tadi itu, sekarang ada jurang pemisah antaranya dengan teman sekelas lainnya; sebagai teman sekelas, aku tidak bisa meninggalkan segalanya begitu saja.

"Siapa yang mau ikut?"

Aku harus sedikit pura-pura.

"Aku aku aku!"

"Aku mau—tunggu bentar—"

"Aku bikin bento, tapi ikut!"

Oh, banyak yang mau ikut makan siang dengan kami. Punya hubungan yang baik dengan teman sekelas itu baik, bukan, Houki?

"…aku, gak ikut."

"Jangan gitu. Ayolah, berdiri, berdiri, ayo pergi."

"Hey, hey, kubilang aku gak mau ikut—jangan dorong-dorong."

Hahaha, aku tahu Houki akan menolak, jadi aku sudah berpersiapan. Memaksa orang ini memang selalu benar.

"Apa, kau gak mau di dorong? Kau mau di gendong?"

"Wha...!"

*Dong*, Houki pun tersipu-sipu. Demi apapun, dia bakalan ikut walaupun dia tidak mau.

"Le, lepasin!"

"Setelah kita sampai di kafetaria."

"Le, lepasin! Hei—"

Dengan sikunya, Houki pun memutar lenganku untuk kabur. Saat kupikir 'sakit!', pandanganku pun terputar dan aku terlempar ke lantai.

"..."

Ow, sakit. Rasa sakit yang terlambat itu dengan cepat merambat ke seluruh punggungku. Sebagai catatan, gadis-gadis di sekitarku pun menatap dengan kaget.

"Teknik mu berkembang."

"Hm, humph. Yang ada kau jadi lemah, 'kan? Ini cuma aplikasi tambahan dari kendo."

Pastinya, dari semua gadis di Jepang, hanya kau yang mau mempelajari 'aplikasi tambahan' di Bela Diri Kuno.

"Umm, soal tadi..."

"Kami masih punya..."

"Yah, lupakan..."

Ah—jarang sekali kita bisa berkumpul bersama, tapi para gadis itu malah kabur seperti hewan liar yang dilepaskan. Lihat apa yang kau perbuat, kau idiot, aku mengumpulkan mereka demi Houki.

"..."

Setelah berpamitan dengan tanah, aku membersihkan diri dari debu. Houki tidak hanya bilang "Bukan salahku", dia bahkan melipat tangannya di depan dadanya dan melihat kearah lain.

"Houki."

"Su, sudah kubilang jangan panggil dengan—"

"Ayo makan."

Aku lapar. Aku pun menggenggam tangan Houki dengan paksa.

"Hey, hey. Lebih lembut sedikit, kenapa—"

"Diam dan ikut aku."

"Uuu..."

Aku mengatakan kata-kata itu dengan dingin, dan barulah Houki ikut dengan patuh. Benar, aku seharusnya begini dari awal, ya?



Baiklah, kami sampai di kafetaria. Cukup ramai, tapi sepertinya kami bisa menemukan kursi untuk berdua.

"Houki, gak apa-apa, 'kan? Kau mau makan, bukan?"

"Jangan anggap aku kucing atau anjing peliharaanmu, aku juga punya selera sendiri."

"Hm—ah, Aku mau dua set 'Menu spesial hari ini'. Hari ini menu spesialnya makarel yang diasinkan."

"Kau gak denger aku sama sekali?"

"Iya kok. Kenapa menurutmu aku pura-pura lembut dan mengajak orang-orang untuk ikut makan, idiot. Kau malah mengacau saja. Gimana kalau kau gak punya teman? Kehidupan SMA-mu pasti gelap dan membosankan."

"Aku, aku gak inget…menyuruhmu begini!"

"Aku juga. Ah, bu, dua set 'Menu spesial hari ini'. Boleh aku tinggalkan kuponnya disini?"

Aku pun meletakkan kupon makanannya di loket pengambilan makanan. Aku hanya bisa menggunakan tangan kananku daritadi, yang benar-benar menyusahkan.

Tangan kiriku? Memegang Houki dengan erat. Sepertinya, kemampuan melepaskan diri orang ini setara dengan sebuah Cactuar (TL Note: Cactuar adalah musuh di Final Fantasy)

"Kau tahu? Aku gak bakal begini kalau disuruh orang lain. Cuma karena kau itu Houki aku begini."

"Wha, maksudmu..."

"Gak apa-apa. Aku cuma bilang halo ke ibu-ibu kafetaria dan bilang kalo kita itu teman masa kecil, gausah peduliin."

"..."

Tatapan Houki mengarah ke atap, merasakan depresi dalam diam. Orang ini, sejak aku sekamar dengannya, dia jadi lebih eksentrik. Tidak, sepertinya memang sudah begini sejak dulu. Kalau aku tidak hati-hati, dia akan memisah dari kelompok. Begitulah Houki.

"So-Soal itu…makasih—"

"Nih, dua set 'Menu spesial hari ini', maaf membuat kalian menunggu."

"Makasih, bu. Oh, enak banget keliatannya."

"Bukan cuma keliatannya, emang beneran enak."

Sambil mengatakan hal itu, ibu-ibu kantin yang cukup besar itu tersenyum sepenuh hati. Hm, orang yang baik.

"Houki, ada kursi kosong gak?"

"..."

"Houki?"

Karena dia tidak membalas, aku berbalik untuk melihatnya. Air mukanya terlihat jauh lebih buruk sekarang.

"…Ada sedikit kursi kosong disana."

Dia melepaskan tanganku, merenggut set makanannya dan pergi duluan. Huh, kenapa? Kenapa tiba-tiba dia marah?

Setelah itu, saat aku berhasil mengejar Houki, aku menemukan dua kursi kosong di depanku.

"Aku gak enak karena sudah meminta terlalu banyak padamu, tapi,"

"…Apa."

Karena kau membalasnya sambil masih mengulum sup miso di mulutmu, akan kujelaskan sambil aku memotong ikan panggang ini.

"Bisakah kau mengajariku semuanya tentang IS? Kalau begini terus, aku bakal kalah di pertandingan minggu depan tanpa ngapa-ngapain."

"Siapa suruh asal terima tantangan kayak gitu, idiot."

Apakah artinya aku sudah tidak ada harapan lagi?…Memang begitu dari awal.

"Pokoknya, tolong bantu aku soal ini."

Sambil memegang kedua sumpit makan dan menepukkan keduanya, aku pun meminta pada Houki. Ada perkataan yang bilang kalau seorang pria sudah pernah melakukannya sekali, dia tidak akan malu untuk yang kedua kalinya. 'Seorang pria itu tak berguna kalau tidak ingin menang', itulah alasanku melakukan ini.

"..."

Diam. Aku dihiraukan. Dia tidak hanya diam, dia tetap melanjutkan makan salad bayam. Benar-benar kejam.

"Dengarkan aku, Houki—"

"Hey, kau orang yang di sebut-sebut di rumor itu 'kan?"

Seorang gadis di sampingku tiba-tiba bertanya. Sepertinya tahun ketiga. Warna dari dasi tergantung tahun ajaran. Biru untuk siswa tahun pertama, kuning untuk tahun kedua, merah untuk tahun ketiga. Ujung dari rambutnya sedikit digulung keatas, dan gaya rambut yang digulung-gulung miliknya ini benar-benar unik. Dia terlihat mudah untuk didekati, seperti tupai. Oh, sangat berbeda dari teman masa kecilku ini yang menyipitkan matanya.

Seperti dari siswa tahun ketiga lainnya, tampang dan bahkan aura dirinya itu seperti seorang dewasa. Lihat, Houki? Bahasa sosial ini adalah sebuah keharusan di masyarakat.

"Ah, kemungkinan besar."

Saat aku memberikan jawabanku padanya, senpai itu pun dengan santai duduk di sebelahku. Dia melipat tangannya dan meletakkannya diatas meja, mukanya mendekat kearahku.

"Kudengar kau mau bertarung melawan si perwakilan negara itu, beneran?"

"Hm, begitulah."

Apa sekarang? Apakah rumornya sudah menyebar sebegitu cepat? Ternyata gadis-gadis memang ketagihan pada gosip dan rumor.

"Tapi kau masih pemula, 'kan? Udah berapa lama mengendalikan IS?"

"Berapa lama…sekitar 20 menit-an."

"Kau gak bakal menang kalau gitu. Inti dari IS itu waktu pengoperasian. Musuhmu perwakilan negara, 'kan? Pasti dia sudah lebih dari 3 jam."

Hm—aku tidak yakin kalau punya jam terbang yang lebih lama itu bagus, jadi aku tidak terlalu mengerti apa yang dia katakan. Tapi, dia benar soal aku pasti kalah melawan Cecilia.

"Hm, kau mau aku ajarin IS?"

Senpai (aku masih belum tahu namanya) berkata begitu sambil dia mengalungkan tangannya di tanganku.

Oh. Akrab sekali. Siapapun dia, dia sudah mengalahkan teman masa kecilku dengan telak. Ini pasti yang namanya hujan bantuan (Bagaikan truk sampah datang persis saat aku ingin membuang sekarung sampah yang berat).

"Okay, bantu—"

Sebelum aku bisa berkata 'bantu aku kalau begitu', seseorang menyela.

"Gausah. Aku yang bakal mengajarinya."

Houki, yang sedang makan, tiba-tiba berseru demikian. Huh? Houki mau mengajariku?

"Kau cuma siswa tahun pertama, 'kan? Maaf, tapi aku lebih cocok ngajarin dia."

"…Aku, aku adik Shinonono Tabane."

Kata Houki. Sepertinya dia tidak ingin mengatakan hal itu, tapi dengan enggan tetap melakukannya.

"Masa sih Shinono—huh~?"

Setelah dia menyebut namanya, senpai tadi pun terkejut. Pasti begitu, karena adik perempuan dari pembuat IS ada di depan batang hidungnya.

"Jadi, kau gak usah susah-susah."

"Gi, gitu. Kalau gitu, mau gimana lagi..."

Seperti apa yang kita harapkan dari adik perempuan seorang genius. Semua orang pasti takut kalau dia menggunakan nama itu. Sebenarnya, senpai baik hati tadi itu tiba-tiba merasa canggung dan meninggalkan kami. Ah, dia benar-benar baik.

"Apa."

"Maksudmu…yah, mau ajarin aku?"

"Aku udah bilang."

Semuanya bisa lebih cepat kalau kau bilang begini dari awal bukan?

Bagaimanapun juga, setidaknya aku punya guru sekarang. Saatnya latihan.

"Hari ini, setelah sekolah."

"Hm?"

"Datang ke arena kendo nanti. Aku mau lihat apakah kau sudah karatan atau belum."

"Enggak, yang aku mau itu latihan IS—"

"Jangan bantah."

"…Baiklah."

Kenapa ada banyak gadis keras kepala di sekitarku? Beginilah takdir. Mau bagaimana lagi.



"Apa-apaan itu?"

"Yah, walau kau tanya..."

Setelah sekolah, kami berada di dojo kendo. Walaupun banyak penonton, Houki tetap memarahiku tanpa peduli.

Baru mulai 10 menit, aku sudah kalah satu set, dan Houki mengamuk sambil melepaskan 'men'-nya.

"Kenapa kau jadi sangat lemah?"

"Karena ujian, kayaknya."

"…kau ikut klub apa saat SMP?"

"Baiklah, aku ikut klub pulang ke rumah, dan gak pernah bolos."

Lebih tepatnya, aku kerja paruh waktu untuk membantu keluargaku.

"—Harus latihan ulang."

"Apa?"

"Latihan ulang! Ini lebih parah daripada gak tau cara mengendalikan IS! Dari sekarang, aku akan melatihmu tiga jam, setiap hari, pulang sekolah."

"Apa? Itu kelamaan—lagipula, ini bukan latihan IS, tau."

"Makanya kubilang ini lebih serius!"

Wah, dia sedikit marah. Sepertinya dia tidak akan mendengarkanku.

"Menyedihkan. Bukan cuma IS, kau bahkan gak bisa mengalahkan cewe dalam kendo walaupun kau ini cowok…gak malu apa, Ichika?"

"Yah, hm... malu sih."

"MALU!? Kau malah peduli soal malumu di situasi kayak gini? Atau, jadi gini, kau senang karena dikelilingin banyak cewek!"

*Pata*. Ini dia. Dia marah. Bagaimanapun juga, alasan dia untuk menyalahkanku benar-benar kacau.

"Aku gak senang! Aku diperlakukan kayak peliharan disini! Lebih parahnya lagi, aku harus tinggal dengan cewek! Tragedi macam apa ini—"

"Jadi, kau sangat gak ingin sekamar denganku!?"

*Shua!* Tepat pada saat kritis, pedang bambu yang dia ayunkan terhalang oleh pedangku. Wah, tunggu, you idiot. Aku sudah melepas peralatanku! Kau mau membunuhku?

"Te-Tenang dikit, Houki. Aku gak mau mati, dan kau sudah cukup tua buat menyadari buruknya pembunuhan, 'kan?"

Ngomong-ngomong, tangan kananku menahan seluruh tenaga yang Houki berikan sendirian, sedangkan tangan kiriku sedang bergemetar dengan gila.

"Dengarkan aku, Houki? Ayolah, kutraktir kau lain kali, biarkan aku hidup!"

"...Humph, dasar lemah."

Akhirnya aku berhasil meredam serangannya, sambil Houki menatapku dengan tatapan kebencian dan bergerak menuju ruang ganti.

(Tapi...)

Houki menjadi lebih kuat sekarang. Dulu, aku bisa menang dengan mudah.

Tanganku yang tadi menahan serangannya sekarang jadi sakit. Ah, sepertinya bengkak...

"Orimura-kun itu, sepertinya..."

"Agak lemah?"

"Bisa gak dia menggunakan IS—"

Suara-suara keputusasaan terdengar dari kursi penonton. Ah sial, tidak ada yang lebih memalukan daripada seorang lelaki yang kalah dari seorang gadis.

Tak akan kumaafkan diriku ini, lebih dari orang lain.

Sekarang, kalau aku ingin mengalahkan semua orang—lupakan itu dulu, aku bahkan tidak bisa menjaga orang yang dekat dariku.

Aku pun terus bersungut, mengeluarkan seluruh perasaan dalam hatiku.

"…Jadi, mau mulai latihan lagi?"

Karena aku diletakkan di bagian bawah…karena aku terbawah, aku hanya bisa bekerja keras. Aku tak boleh lari lagi.

—Ya, harus kerja keras.

Karena aku tak boleh ragu disini.



(Mungkin aku terlalu kasar...)

Di dalam ruang ganti dojo kendo, Houki sedang mengganti bajunya. Sampai sekarang, dia terus memikirkan hal yang sama berulang kali.

Setelah enam tahun, dua teman masa kecil ini akhirnya bertemu kembali. Setelah dia menjadi sedikit kekanak-kanakan dan melihat bagian dari dia yang sudah bertumbuh, hatinya pun berdetak lebih cepat.

(Gak, gak, itu normal. Dia biasanya gak mau kerja keras, dan dia jelas belum pernah memegang pedang lagi setelah satu tahun, kalau gak pasti gak begini—)

Kalau sekarang itu dulu, dia tidak akan kalah dariku.

"..."

Ichika jadi lebih kuat daripada enam tahun lalu.

Dan dia lebih keren daripada siapapun.

(Lu-Lupakan. Itu, erm, gimana yah. Tampangnya…ermm, gak buruk.)

Tentu, dia lebih terlihat seperti orang dewasa daripada 6 tahun lalu. Ekspresi kerennya itu memberikan rasa kalau dia sudah menjadi seorang pria.

(Tapi dia nyerah gitu aja. Apa dia gak merasa malu setelah kalah padahal bertarung dengan serius? Dasar.)

Memikirkan itu lagi, dia kembali memanas, dan amarahnya tak bisa dihentikan.

(Apa-apaan dia. Dia selalu latihan dengan serius dulu, dan sekarang semuanya sia-sia. Benar-benar bukan pria!)

Sebenarnya, seseorang yang tidak latihan kendo selama tiga hari akan secara efektif kehilangan kemampuan dari latihan selama satu minggu. Itulah yang terjadi pada Ichika.

Bukannya dia kehilangan semua kemampuannya, tapi feelnya. Juga, mendapatkan kembali feel itu akan jauh lebih lama. Kemampuan indera atau feel di dapatkan dari akumulasi pengalaman. Susah mendapatkannya, mudah menghilangkannya.

(Walau begitu—)

Sambil melepaskan selendang dari rambutnya, rambut lembutnya pun terurai dan jatuh sampai ke pinggang.

(Dia tau segalanya tentangku...)

6 tahun lalu…sudah 6 tahun sejak mereka berumur 9 tahun. Walaupun mukanya dan semua bagian dari tubuhnya telah tumbuh, sepertinya mantan teman masa kecil itu tetap mengenalinya bahkan sebelum mendengar namanya.

"Hoho."

Hal ini membuatnya luar biasa senang.

Houki mengenali Ichika berdasarkan namanya. Sebelumnya, fotonya ditampilkan di berbagai berita. Kalau tidak, dia mungkin belum tahu kalau teman masa kecilnya itu sudah menjadi lebih dewasa. —Sejujurnya, dia bahkan merasa kalau Ichika punya 'tubuh yang lumayan'. Saat dia mendengar namanya, mangkuk yang sedang ia pegang terjatuh ke lantai.

Ichika bilang dia membaca tentang dia yang memenangi perlombaan nasional. Tapi biasanya berita seperti itu tidak ada fotonya. Namun, Ichika bilang, 'Aku langsung tahu'. Dia bilang begitu padanya.

(Apakah artinya gak mengganti gaya rambutku ini berguna juga?)

Bagaikan menaruh harapan pada satu detail kecil, bagaikan dia berharap agar permintaanya dikabulkan; mungkin, itu adalah pemikiran kekanak-kanakan darinya. Lagipula, Houki adalah seorang gadis muda 15 tahun, jadi tidak aneh baginya untuk sadar tentang sedikit romansa.

"...Huh!?"

Tiba-tiba, dia melihat wajahnya di cermin dan tersadar. "Ho..." Dia pun menghembuskan nafas, merasa sedikit malu tentang ekspresi naif di mukanya sambil ia berhenti melakukannya.

"..."

Walaupun sepertinya tidak ada bedanya dengan aslinya, dia kembali menatap dirinya dalam pantulan cermin.

Tidak ada gunanya seperti ini—kalaupun ada, itu hanya dia mencoba menghilangkan perasaan memalukan itu— namun sepertinya inilah satu-satunya cara untuk Houki untuk menenangkan dirinya saat dia kembali mengangkat alisnya pada diri sendiri.

(Po, pokoknya, mulai besok, setiap hari sepulang sekolah ada latihan spesial. Bakal kacau kalau aku tidak mengembalikannya jadi normal.)

Akan jadi sekacau apa? Apa yang dimaksud dengan 'normal'? Walau dia belum menentukan hal-hal itu, Houki tetap melipat tangannya dan mengangguk pada diri sendiri.

(Lagipula--)

Artinya dia punya alasan untuk bersama Ichika besok.

"Gak! Bukan gitu!"

Ya, bukan begitu. Tidak ada yang tidak logis disitu, dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tidak ada yang aneh!

"Jadi, ada alasannya!"

Dalam ruangan ganti yang luas ini, Houki, yang sedang sendirian, mencengkeram tangannya sambil ia berteriak.