Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 8 Prolog

From Baka-Tsuki
Revision as of 02:30, 13 November 2019 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Prolog== ===Bagian 1=== Cerahnya musim semi, musim ketika bunga-bunga bermekaran bertabur aroma manis. Menatap keluar jendela dari bangsal rumah sakit, nampak bunga-bunga...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Prolog

Bagian 1

Cerahnya musim semi, musim ketika bunga-bunga bermekaran bertabur aroma manis.

Menatap keluar jendela dari bangsal rumah sakit, nampak bunga-bunga bermekaran yang menandakan kedatangan musim baru. Hembusan musim semi menutupi bau-bauan obat di bangsal , tergantikan oleh keharuman bunga.

Yang bersandar di atas tempat tidur rumah sakit adalah wanita yang kesepian—Canaria. Dia melihat mekarnya musim semi sambil mengeluh.

"Membosankan!"

"Tahan saja. Dan mulailah bertingkah layaknya seorang pasien, Canaria."

Lelaki yang berdiri di sampingnya menggelengkan kepala sambil bergumam 'Yare yare'. Memakai topi caplin dipadukan dengan tuksedo, lelaki itu mengangkat topinya menggunakan tangan kanan sambil mendesah.

Sembarangan, Canaria meletakkan sikunya pada meja pendukung, melirik orang tua-anak yang sedang berjalan di jalan raya.

"Tapi Cross, tanpa kau bilang begitupun, aku masih seorang pasien. . . Memang. Kehilangan kekuatan roh yang begitu besar telah membuat tubuhku mencapai batasan. Tidak peduli apa yang kau lakukan, aku tidak akan selamat."

Bukan pesimis, hanya mengutarakan kondisinya sekarang. Lelaki bertopi coplin—"Baron The Cross[1]" menurunkan garis pandangnya dan menjadi diam seketika.

Keheningan ini seolah menegaskan ucapan Canaria.

Namun, kata-kata yang ia ucapkan tadi tidak terlalu ironis.

Ketika Canaria melihat orang tua-anak di jalan raya, dia berbicara pada dirinya sendiri ke dalam alam bawah sadar yang mendalam.

"Sudah hampir memasuki bulan Maret. Tahun-tahun lalu, inilah waktunya menyambut anak-anak baru ke Rumah Keluarga Canaria kan? Penyelenggara Pestanya aku yang mengizinkan semuanya berbahagia. Ahh menyebalkan."

"Itu juga bergantung padamu. Meski kehilangan kekuatan roh, kamu masih bisa hidup biasa sekitar empat atau lima tahun lagi. Tapi kau harus konsentrasi pada kondisi fisikmu dulu. Yah?"

Aku tau, Canaria merajuk.

—Hampir dua bulan Canaria sakit. Baginya yang mendadak jatuh sakit meskipun dia selalu sehat, membuat Rumah Keluarga Canaria dalam keadaan kacau. Satu-satunya yang merawat keseluruhan rumah itu sedang sakit. Tentu saja, pegawai fasilitas dan teman-temannya termasuk Izayoi, merubah ekspresi mereka dan memperingatkannya secara serentak.

Diam dan dapatkan perawatan di rumah sakit.

"Tapi. Bukannya agak kasar memperlakukan ibu dari fasilitas itu? Dasar [Hantu Rusuh]. Mengingat banyaknya hantu yang kuberi seragam dimasa lalu. Tidak akan bisa dihitung meski dengan tangan Buddha."

". . . Canaria. Bukannya Buddha cuma punya lima jari?"

"Bego. Yang kumaksud tuh seribu tangannya."

'Heh', menyilangkan tangan dan mendengus. Sebenarnya dia tidak perlu ke sana, karena sungguh tugas sulit untuk mencoba menenangkan Canaria.

Menyerah terlalu cepat, lelaki bertopi caplin duduk di kursi khusus perawat.

"Beneran. . . Aku kesusahan ngomong karena aku tidak hadir, tapi kalau kamu jatuh tanpa peringatan, aku juga pasti terguncang. Mengingatkanku pada adegan lelucon tak terduga di Taman Mini dulu."

"Begitu juga dirimu yang nggak mau mengandalkan manusia dan itulah sebabnya kamu tidak mampu menahan kekuatan rohmu. Dan jika memikirkan masa lalu, kau telah menculik banyak gadis muda dari banyak komunitas untuk membuat harem besar, Tuan [Baron The Cross]—[Raja Iblis Tuksedo] untuk menjadi contoh yang gagal, sungguh menggelikan."

"Haha, memang—Tapi Canaria. Demi kebaikan reputasiku, biarkan aku sedikit memperbaikinya."

Melepas topi caplin sambil membenahi tuksedonya. Dia membelalakkan matanya,

"Aku tidak menciptakan harem dari gadis muda! Tapi juga membuat harem dari gadis muda!"


"Oh, begitukah. Baguslah, mati sana."

"Perbedaan usia dan erotis itu bukan masalah! Aku kekanak-kanakan dan mencintai bayi gadis baru lahir lalu mengantarkan periode pertama pertumbuhan dengan tubuh mereka yang sedikit bergelombang dan juga suka mengantarkan mereka ke periode kedua pertumbuhan mereka dan menjadi sadar akan hati sentimen gadis dengan tubuh muda mereka, aku juga suka ketika mereka tumbuh menjadi buah matang dengan tubuh lezat mereka yang bisa tumbuh menjadi orang yang sangat seksi untuk bercinta terlarang, OH EROTIS!!"[2]


"Beneran deh! Cepatlah mati sana. Tidak perlu mati tersiksa. Pokoknya cepatlah mati."

"Aku hidup tanpa malu!!! Erotis untuk dunia!!! Filantropi Hooreee!!"

". . . Tapi, loli favoritmu kan?"

"Aku tidak akan menyangkal!!!"


Bagian 2

Menerima sesuatu yang dikatakan sebagai perbuatan tak terlukiskan (Kejahatan) oleh [Baron the Cross], selesai membenahkan dasinya dia pun duduk di kursi.

"Maaf kelancanganku. Kayaknya aku sedikit melepas kekuatan roh."

"Meski aku berusaha menggambarkan karaktermu saat ini. Tapi kau benar-benar tidak ada harapan, dengan bicaramu itu."

"Mau bagaimana lagi. Kehilangan kekuatan roh umumnya bergantung pada dampak kepribadian. Aku tidak tertarik pada orang-orang itu, tapi memang penting mengembangkan keunggulan untuk generasi lain."

Dia mengangkat bahu. Saat Canaria memperhatikan, pakaiannya sudah rapi serapi-rapinya.

Mendesah letih, Canaria berbaring ke tempat tidurnya dan menatap bunga sakura yang bermekaran.

Kemudian, senyuman rutukan diri muncul di bibirnya.

"Yah. . . Ini sesuai dengan akhir dari sisa-sisa pasukan yang ditaklukkan ya? Sama halnya kita."

Memandang kosong keluar jendela, dia bergumam lesu. Sungguh pemandangan langka bisa melihat Canaria selemah itu.

Lelaki yang memainkan topi caplinnya, menggunakan teguran mata untuk menatap tajam Canaria.

"Ha, buat apa marah-marah? Kan kita masih punya senjata terakhir? Senjata penghabisan yang bernama Sakamaki Izayoi. Yang telah kita siapkan di dunia lain selama ribuan tahun sampai sekarang? Itu kan dari instruksimu. Tapi, kau masih kepengen nyerah bertarung, Canaria."

"Aku mengerti itu. Aku cuma tidak bisa menelantarkan Kuro Usagi dan lainnya. . . Tapi, Cross. Pertarungan komunitas adalah pertarungan kita, bukan pertarungan Izayoi kecil."

". . . Terus?"

Dibalik kacamata monolitik [Baron the Cross] memancarkan kilatan berbahaya. Meski kekuatan rohnya merosot, mata yang menjadi milik dewa kematian masih bisa melihat ke dalam hati seseorang. Merasakan pengutukan dari Canaria, Cross segera membenarkan postur tubuhnya dan menghadapnya.

"Sakamaki Izayoi—Kartu as kita ". . ." yang telah melintasi jutaan sejarah. Aku takut jika dia menjadi kandidat terkuat [Asli]. Meski belum sempurna, dia tidak kurang dari kekuatan saudari suci. Aku yakin dia bisa menghentikan ambisi orang-orang itu."

"Lalu,"

"Tapi, Cross. Kita kalah. Sepenuhnya tanpa keluhan, terlebih dengan ketulusan. Terus-terusan mencampuri Taman Mini, bukannya malah memutarbalikkan fakta itu?"

Canaria membuka kelopak matanya dan melebarkan kedua tangannya. [Baron the Cross] diam mendengarkan karena khawatir jika dia hampir mencapai akhir dan bicara asal-asalan.

"Tantu saja, dendam telah memenuhi hati kita saat dibuang dari Taman Mini. Sesuatu seperti [Bisa-bisanya mimpi kita berakhir begini!]. Tapi bukannya malah menyimpang dari target kalau membiarkan dia membantu menyelesaikannya. . . Pas aku sadar, mendadak aku berpikir, pertarungan kita—sudah berakhir."

Menatap langit-langit sambil terbenam dalam kenangan. Hari-hari melarikan diri dan bertarung sudah terlewat. Sangat jauh. Air yang mengalir dari tangan mereka tidak lagi dapat diraih. Lebih tepatnya karena mereka tidak mengerti titik ini—mereka telah memecah keluarga biasa.

—Sakamaki Izayoi tidak tahu.

Dia tidak ditelantarkan orang tuanya.

Karena kesalahan yang mereka perbuat, mereka mendapatkan bayi tanpa nama dengan Hadiah yang sangat kuat, disiksa oleh konflik dunia ini, dipaksa menanggung fakta bahwa dia adalah monster yang ditakdirkan hidup sendirian.

Atau mungkin dia akan—bersedia menerima kebahagiaan biasa. Namun kemungkinan itu dikesampingkan paksa oleh Canaria.

Dia yang mengayunkan topi caplin, juga merasa bersalah.

Namun demi merusak penyesalan terdalam ini, dia bertanya pada Canaria.

". . . Jadi, apa kita bakal melibatkannya? Atau itu caramu menebus kesalahan?"

Jika ada kesalahpahaman maka harus ada pembenaran. Dia mengutuk dengan tekad yang kuat.

Jika mereka ingin melibatkannya, keputusan seharusnya sudah dibuat lima belas tahun lalu. Tapi sekarang, satu-satunya orang yang bisa menyampaikan kata-kata mengecilkan hati ini, adalah Canaria. Mendengar pengakuan dari ibu angkatnya tentang kejadian lima belas tahun lalu, hanya akan lebih banyak menyakiti perasaannya.

Memahami hal itu, Canaria menoleh dan tersenyum dengan gelisah.

"Fufu, tidak. Maaf, tapi katakan sesuatu yang lebih baik. Pernyataan itu terlalu menyakitkan. Seolah pengecualian."

"Terus kenapa?"

Cross memajukan tubuhnya sambil bertanya lagi.

Canaria menatap keluar jendela sambil tertawa menjengkelkan.

"Kenapa. . . Eh. Sungguh, aku penasaran kenapa? Aku tidak yakin. Mengadopsi banyak anak, tapi hanya melimpahkan banyak perasaan pada satu anak saja. Tapi sekarang, aku murni gelisah pada masa depan anak itu. Tetap tinggal di dunia luar atau pergi ke Taman Mini. . . Bagaimana Izayoi ketika dewasa nanti, aku sangat mengkhawatirkannya."

Menyakitkan, Canaria mengangkat bahu untuk mengekspresikan keadaan ironisnya.

Namun, Canaria mengetahui asal perasaan itu.

Satu dekade penuh—Canaria telah memberikan semuanya pada Izayoi.

Pengetahuan, gaya hidup, juga cara mencintai seseorang.

Semua hal yang dia dapatkan di Taman Mini diberikan padanya dengan murah hati, dan Izayoi menanggapi dengan menyerapnya. Lebih seperti hubungan antara orang tua-anak ketimbang hubungan guru-murid.

". . . Aku tidak tahan melihatnya. Cemas hanya karena kematian yang akan datang. Aku telah berada dibawah pengawasan banyak Dewa dulu. . . Mereka juga yang mengirimku dengan perasaan gelisah ini."

"He'em, aku setuju. Keadaanmu, bahkan jika itu aku, saudari suci, Indra, Ratu, Orpheus, atau yang lainnya, kita telah~~semuanya bekerja keras. Mengharapkanmu berterima kasih kepada kami setelah menjadi mentor yang tidak mudah menyerah terhadapmu."

"Geh. . . Itu, yah, aku tidak menyangkal."

Canaria cemberut dengan pipi agak kemerahan.

Mungkin karena mengingat kekanakannya dimasa lalu dan merasa malu.

'Uhuk', sengaja terbatuk sambil menatapnya secara bersamaan.

"Ah, tapi sesekali aku tidak tahan memikirkan Izayoi kecil saat mempelajari keberadaan. . . Hari-hari bahagia itu, bukankah akan jadi kutukannya? Hati yang dirawat dengan kejujuran akan berubah. Aku—sangat takut."

Kalau begitu tidak usah mengatakan yang sebenarnya, hidup di dunia luar memang metode yang sangat cocok. Di dunia ini, beberapa fakta lebih baik tidak diketahui.

Namun, Taman Mini memiliki segala yang ia inginkan. Itu tidak salah. Namun di saat yang sama, itu akan membuka keaslian Sakamaki Izayoi.

"Sial, aku kesal pada kebiasaan suka melawanku. Berdiri tanpa gerak di tempat yang sama. Apa yang harus kulakukan, apa yang kupikir harus kulakukan. . . Aku tidak mampu menemukan jawabannya."

". . . Canaria."

Mengulangi pertanyaan yang tidak ada jawaban. Ini adalah situasi yang belum pernah Canaria rasakan.

[Baron the Cross] melihatnya seolah melihat seorang guru, merasa malu karena ketidakdewasaan dalam hatinya.

Dia adalah dewa seksual serta dimuliakan sebagai dewa kematian, namun tetap tidak mengerti kecemasan rekan seperjuangannya. Canaria sudah seperti putri baginya. Demi rasa tanggung jawabnya pada anak-anak, dia mengabaikan segalanya, yang membuat Cross merasakan takdir ironis. Tepat ketika dia kebingungan untuk mengucapkan sesuatu—Mendadak, sesosok kecil masuk lewat jendela bersamaan dengan sayup-sayup angin musim semi.

". . . Apa-apaan? Aku mati-matian mencari teman, dan kau benar-benar jadi sangat rapuh? Ekspresi macam apa yang harus kugunakan?"

Mereka berdua melempar pandangan ke jendela. Berjalan masuk dari tangkai pohon sakura dengan suara 'Datok datok', adalah gadis mungil yang memakai gaun merah—[Iblis kecil Laplace] yang menatap mereka terkejut.

Karena keheranan, ekspresi [Baron the Cross] berubah lalu menggelengkan kepala sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Lapp! Mustahil, kenapa ada di dunia luar?! Kau tidak akan bisa mempertahankan kekuatan rohmu jika ada penyangkalan dengan zaman teori Laplace kan?!"

"Waktu telah berubah. Sudah dikonfirmasi akan ada [Pergantian Paradigma] di awal tahun dua ribuan. Karena dampak ini, diharapkan [iblis Laplace] dapat menyelesaikan perubahan morfologis dalam 200 tahun—Begitulah"

'Datok datok', dia berjalan memasuki ruangan Canaria melintasi udara. Melangkah ke Canaria, yang lututnya diselimuti, Lapp mendongakkan kepala menatapnya sendu.

". . . Sudah lama gak ketemu, Canaria."

"Sudah lama ya, Lapp. Dan kau masih terlihat imut dan mungil. Pengen pir?"

"Kalau kamu tidak keberatan."

Jawaban segera keluar dari tawaran ceria Canaria.

Memotongnya hingga seukuran genggaman—Lapp, yang sebesar pir, dengan 'shagu shagu shagu' melahap pir dalam sekali telan. Sambil memikirkan sikap ini sebagai [Selalu menyenangkan], Canaria tersenyum.

Menyeka area mulutnya hingga bersih, Lapp sekali lagi menatap Canaria.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v8 p11.jpg

"Kekuatan rohmu berkurang drastis. Kekuatan roh sejenismu tidak akan melemah bahkan setelah seratus tahun. . . Sungguh penghinaan. Mengubah puisi dunia."

"Iya. Karena itulah pekerjaan penyair "

Mendengarkan penyelidikan Lapp dengan suara tajam, senyuman bingung muncul dari Canaria.

Mengetahui yang akan terjadi, dia dengan sedih menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya.

—[Penyair] Taman Mini, bukan berarti seorang pengarang.

Namun merujuk pada "Ras Raksasa", "Magica" nama semacam ini diberikan kepada monster dalam bayangan manusia. Meski bukan ras kuat, penyair mereka ditakuti karena memiliki empat jenis kekuatan spesial terkuat. Itu berarti mampu merubah aturan "Hak Penyelenggara" permainan—dipanggil pembuat ulang permainan, Hadiah yang unik.

Sejak zaman kuno, nyanyian sang penyair dapat memungkinkan orang untuk menyampaikan sejarah. Terkadang dalam bentuk nyanyian, terkadang buku, menggunakan segala macam cara untuk merekam kebaikan di dunia ini, memberikan periode waktu dalam bentuk yang tidak jelas.

Menurut zaman, pengaruh penyair lebih kuat dari raja suatu negara.

Dengan pengaruh kuat ini, penyair akan mengarang eksploitasi palsu untuk menyebarkan ketenaran raja, bahkan merubah sejarah asli menggunakan nyanyiannya sungguh mungkin terjadi.

Tempat dimana seluruh waktu mengalir di Taman Mini, sang penyair memiliki keunggulan. Penyair Taman Mini bisa dengan mudah mengubah sejarah.

Penyair dengan kekuatan pengaruh besar, bisa membuat kelompok Dewa sendiri.

"Saudari Suci yang menciptakan tulisan suci milik si Penyair dalam arti luas. Penyair mampu ikut andil dalam politik dan konflik dalam [Pergantian Paradigma] dunia luar, dan melebarkan ukuran populasinya. —Tapi Canaria. Kau gunakan kekuatan rohmu sendiri untuk membuat perubahan di dunia luar kan?"

"Iya. Mengenai caranya, itu rahasia. . . Hanya saja, ada masalah. Aku tidak bisa menjadi pusat kelompok Dewa. Jadi aku tidak bisa mempunyai Keagungan sekarang, yang berarti waktuku terus berkurang."

"Ha, apa yang terjadi. . .?! Kenapa kamu tidak cari cara lain untuk kembali ke Taman Mini?!"

"Karena aku yakin akan percuma. Kita tidak bisa menghentikan orang-orang itu dengan keadaan seperti ini."

"Namun! Tanpa ucapanmu, arah mana yang seharusnya aliansi, mimpi kami tuju! Kamulah yang mendorong kami membangun aliansi kan? Benar begitu kan?!"

Menghadapi pernyataan Lapp, Canaria menanggapi dengan gelengan diam.

Tubuh mungilnya bergetar, dia mengkritik Canaria dengan suara yang tercampur dalam sedih dan amarah.

Banyak komunitas yang berpartisipasi dalam aliansi yang didirikan Canaria. Aliansi yang bersatu dengan sungguh-sungguh adalah berkat kekuatan dan kesungguhan Canaria.

Jika mereka kehilangan dia, aliansi mungkin akan terpaksa pecah. Tidak pernah menduga akan dikhianati seorang rekan setelah melalui penderitaan tak terhitung banyaknya di dunia luas, Lapp tidak bisa menahan diri untuk menegurnya keras.

Setelah [Baron the Cross] selesai mendengar diam-diam, dia memegang tepian topi caplin lalu turut campur di antara mereka berdua.

"Lapp. Berhentilah menuduhnya. Untuk bertarung melawan orang-orang itu—[Ouroboros], kamu akan membutuhkan Kandidat Asli."

". . .? Kandidat Asli?"

"Iya. Dan aku yakin dia layak mewarisi kita. Aku tidak menyinggung kekuatannya, tapi jiwanya."

Meski kesimpulannya begitu, wajah Canaria masih muram.

Menutup mata sedihnya yang menatap pohon sakura di tepi jalan.

"Tapi. . . Aku tidak ingin memaksakan cita-citaku padanya. Orang yang mengacaukan kehidupan anak kecil, tidak lain adalah aku. Jadi setidaknya biarkan dia yang memilih masa depannya. Entah dia dengan mantap hidup di dunia luar—atau menanggung mimpi kita dan masa depan dari ". . ."."

Menyesaikan pernyataannya, Canaria mengingat sesuatu dan tersenyum masam.

". . . Ah. Tidak, dalam kasus ini. Bahkan jika dia dipanggil ke Taman Mini, masih ada pilihan lain yang bisa Izayoi kecil pilih. Aku sudah sepenuhnya melupakannya."

'Tolol', mengejutkan dirinya sendiri dan tertawa.

Menyadari kemungkinan yang mampu mengurangi beban di pundaknya, Canaria akhirnya menggunakan senyum nakal biasanya dan mengangkat bahu.

"Yah, terlepas dari segala tekanan, membicarakan kematianku masih terlalu dini. Izayoi kecil—yah. Seharusnya tidak akan jadi masalah untuk tetap hidup hingga dia dewasa."

". . . Ahhh. Kau akan mati kurang dari lima tahun."

"Sungguh tidak masalah? Kamu sudah berhenti mendambakan hidupmu sendiri?"

"Mustahil. Pikirmu berapa lama aku sudah hidup? Agar aku tidak menyesal hari ini, aku mungkin sudah berlari terbirit-birit dengan seluruh tenaga. Oh! Kalau ada yang belum terselesaikan—"

Bagaimana aku. Hampir saja terucap, tapi mulutnya berhenti tidak wajar.

Garis pandang Canaria tertuju pada murid yang berjalan-jalan di jalur pohon sakura.

Bagi siswa sentimen yang pergi ke sekolah mereka demi semester baru, Canaria tersenyum bermasalah.

". . . Iya. Jika aku sadar memiliki perasaan itu, aku harus sepenuhnya bertindak sebagai keluarga. Jelas aku akan hidup tanpa penyesalan, tapi sesal selalu ada di belakang."

". . ."

Namun, permintaan itu terlalu mewah.

Dia tidak bisa memuaskan dirinya sendiri dan menebus tindakan dengan menahan Sakamaki Izayoi selama tiga tahun.

Kehidupan seseorang itu seperti momen singkat. Jangan menghabiskan waktu sedikit dan terbatas pada sistem sosial yang tidak diinginkan. Terlebih, bentuk kecantikan yang dimiliki oleh hubungan orang tua-anak palsu adalah untuk mendorong alasan bandel seperti ini pada orang lain, yang hanya membantu kepuasan diri.

Dengan suasana berat yang seolah mengelilingi lingkungan—

Tiga suara cempreng mendadak muncul dari lorong rumah sakit.

"Di sini di sini! Kak Iza, cepatlah!"

"Aku tau. Suzuka, jangan berisik di rumah sakit. Dan Homura, berhenti main game pas jalan."

"Sebentar, sedikit lagi. Tinggal dua ronde lagi untuk ngalahin Raja Iblis Soma. . ."

Lincah berlarian di lorong dengan suara 'pata pata' adalah gadis muda berkulit coklat, Irori Suzuka.

Dan anak lelaki yang menolak berpisah dari permainannya, Homura.

Yang mengawasi kedua adiknya adalah remaja—Sakamaki Izayoi, yang berjalan pelan menuju bangsal.

"Duh, Lapp. Kemari."

Dengan berbagai cara, [Baron the Cross] dan Lapp menghilang dalam sekejap.

Seolah tidak terjadi apapun, Canaria duduk dalam posisi tegak dan menunggu ketiganya. Terdengar seperti ketukan pelan, dia menjawab dengan nada yang biasa.

"Masuklah. Pintunya tidak dikunci."

"Baik~.—Hei, ayo masuk juga Kak Iza!"

". . . Iya iya. Masuklah duluan."

"Jangan lambat. Tepatnya karena kami ingin memamerkan pakaian indah Kak Iza, kami datang ke sini, jadi masuklah duluan."

Ketiganya sungguh berisik di luar. Pemandangan ini sangat langka. Hanyalah keriangan polos Suzuka yang masih dianggap normal.

Sangat langka melihat Izayoi menjadi ragu-ragu. Yang menyalakan hati nakal Canaria, yang kemudian diam-diam turun dari tempat tidur dan berjalan ke pintu, dengan momentum penuh, pintu rumah sakit—


Bagian 3

"—Ah?"

Brak.

Membuka pintunya, Canaria yang terkejut kehilangan kata-kata.

Baik Suzuka dan Homura menelan ludah.

Izayoi memasang ekspresi seolah menutup ketidakpuasannya, sebelum menatap Canaria dan menggaruk kepalanya malu.

". . . Yo. Kau kelihatan sehat."

Dengan kaku mengangkat tangan kanannya untuk menyapa. Senyuman benci yang biasanya kali ini tidak ada. Saat ini Izayoi berekspresi sulit seolah sedang ditemukan sedang selingkuh.

Canaria berdiri dengan menganga, dan izayoi berekspresi seolah menutupi ketidakpuasannya.

Mereka berdua yang sukar bersama, tanpa sadar menghadapi keheningan. Mereka yang tahu keduanya mungkin akan bertanya-tanya apa yang terjadi.

Tentu saja hal itu alami, Izayoi berpakaian dengan sesuatu yang berbeda dari yang biasa ia kenakan.

Tiga kali menatap tubuh atas sampai bawah Izayoi, Canaria dengan luar biasa bertanya.

". . . Dik Izayoi? Apa yang terjadi, pakaian itu? Mirip seragam siswa sekolah."

"Bukan seragam siswa. Seperti yang kamu lihat, memang seragam siswa."

'Heh', Izayoi mendengus dengan sedikit rasa percaya diri.

Jas biru gelap dengan dasi yang diikat longgar. Itu adalah seragam sekolah yang dibangun di dekat Rumah Keluarga Canaria. Dan Izayoi tidak akan sia-sia mengenakan pakaian itu.

Bertambah keterkejutan, Canaria semakin menganga dan tidak bisa berkata-kata menatap Izayoi.

. . . Pemandangan langka melihat Canaria begitu lambat.

Izayoi yang semakin marah, dia menggaruk kepalanya sambil berkata malu-malu.

". . . Apa sih? Ah, kau kan yang kepengen melihatku, aku jadi terpaksa mendaftar sekolah. Lebih senanglah lagi, Canaria."

"—,"

Kelembutan yang sangat canggung ini membuat Canaria menyadari situasi.

Sakamaki Izayoi—Hanya karena harapan Canaria, dia memasuki sekolah menengah atas.

Ketika Canaria jatuh sakit. . . Mempercayai kata-kata yang mengecilkan hati itu, dia dengan tulus mengambil semuanya.

Karena situasi tak terduga yang mengagetkan Canaria, dia hanya bisa menundukkan kepala dengan mata berair. Sepanjang kariernya, ini adalah kali pertama baginya terkena pukulan hingga terharu.

Menggunakan tangan kanannya untuk menggaruk rambut pirangnya, Canaria mengeluarkan suara hebat dan tidak biasa.

". . . Bagus. Ahhhh sangat bagus! Anak-anakku terlalu imut! Meski aku difitnah sebagai ibu yang bodoh, aku menerimanya! Anak-anak dari Rumah Keluarga Canaria sesungguhnya yang paling imut sedunia!!!"

Canaria tiba-tiba memeluk mereka bertiga.

Agar tidak menunjukkan emosinya, Canaria memaksakan diri memeluk ketiganya. Sebaliknya, dia tidak mampu menjaga kekuasaannya sebagai ibu angkat.

Digoyang-goyang saat dipeluk, Izayoi menghela nafas.

"Sangat berlebihan dari biasanya. Jadilah pasien yang benar-benar pasien."

"Nggak mau. Karena kamu terlalu imut. Izayoi baik Homura baik Suzuka baik semuanya imut. Aku akan selalu mencintai kalian. Selama aku masih bisa berkedip, aku tidak akan mengizinkan kalian menikah atau menjadi menantu seseorang!"

Iya iya, yang bisa ia lakukan hanya terkejut dan memalingkan kepala.

Saat itu juga, Suzuka dan Homuea yang juga digoyang di sisi kiri Canaria malah panik. Melihat jam di bangsal, mereka menarik lengan Izayoi dan berteriak.

"Aiya~ tidak ada waktu lagi untuk beginian Kak iza! Kau akan terlambat ikut upacara masuk!"

"Suzuka, kitalah yang akan ikut upacara masuk. . . Juga, sudah waktunya buat Kak Iza pergi."

"Mengerti. Jadi abis ini, tolong tidurlah layaknya pasien biasa lakukan."

Mengakhiri percakapan, dia meendorong Canaria.

Canaria memaksa menahan keinginan untuk mengikuti mereka ke upacara masuk ketika ketiganya meninggalkan bangsal. Tepat ketika pintu terbuka, Izayoi mendadak berbalik pada Canaria dan bertanya dengan ekspresi luar biasa.

". . . Sobat, kau benar-benar sehat?"

"Yap. Seperti yang kau lihat, sangat sehat."

"Beneran? Terus cepatlah balik. Tanpamu, rumahnya sudah kayak kandang. Seluruh pekerja sibuk karena pekerjaan tak biasa yang harus mereka lakukan."

"Wah, sungguh pemandangan buruk. Tidak baik menjadi begitu hanya dalam sebulan. Ketika aku keluar, akan ada diskusi mengenai masalah pendidikan ulang pegawai."

Menyilangkan tangan, melawan sarkasme dengan sarkasme.

Biasanya mereka berdua akan saling tersenyum. Gaya komunikasi indah antara mereka berdua.

Tapi Izayoi nampak sangat berbeda hari ini. Dia twrus menatap ekspresi aneh Canaria, dan dengan hati-hati mempertimbangkan pemilihan kata-kata bersamaan dengan tatapan tajam.

"—Apa yang terjadi?"

Tegas.

Suara dan matanya tidak menginginkan penyangkalan atau konfirmasi. Meyakini telah melihat secara mendalam terhadap Canaria. Matanya seolah berisi cahaya mengerikan.

Namun Canaria tidak terlihat takut, dan dengan mudah mengambil alih situasi tanpa basa-basi.

"Baiklah, aku punya banyak rahasia tapi aku tidak tahu yang kamu maksud. Meskipun aku tidak berbohong, tapi tumpukan rahasiaku sebanyak gunung. . . Huhu. Kalau kamu ingin mengetahui rahasiaku, berjuanglah lebih keras lagi."

Dengan jari telunjuk di bibirnya, dia menggeleng dengan senyum tanpa takut. Jenis senyuman toleransi yang tidak dapat dibayangkan datang dari seorang pasien. Tanpa kegelisahan sama sekali. Senyuman dinding besinya tidak mengizinkan diskusi lebih lanjut.

Tersenyum untuk menyembunyikan kepalanya. Meski ini adalah taktik dasar, efeknya tidak lebih baik dari 'Poker Face' yang baik. Izayoi juga tidak membiarkan senyuman itu runtuh begitu saja. Dan Izayoi yang biasanya akan menyerah, pergi tanpa peduli lagi.

Namun, baru hari ini Izayoi tidak mundur.

Tetap diam sambil menatap matanya, kata-kata yang tersusun bertebaran keluar dari mulutnya.

". . . Aku, aku sangat senang."

"......?"

Mendengar pernyataan mendadak, dia memiringkan kepala. Izayoi berhati-hati memilih kata-kata selanjutnya sambil terus menatap mata Canaria.

Isyarat kesedihan muncul dari dalam matanya.

"Alhamdulillah aku bisa ketemu dirimu. Kalau aku tidak bertemu Canaria, aku pasti melanggar batas melakukan hal-hal bodoh, menganggap dunia sangat membosankan, dan menjadi manusia membosankan. . . Sebelum ketemu kamu, aku selalu berpikir begitu."

Menatap kedepan, melangkah keluar.

Mata yang sangat dingin.

Pihak yang menerima yaitu Canaria, sama sekali tidak tersenyum.

"Sungguh memuaskan mempelajari pengetahuan baru, bahkan sewaktu melangkah di jalanan, semuanya berkat kamu yang mengajariku. Jadi aku sangat senang bertemu seseorang sepertimu. Bahkan kalau pertemuan itu—Memiliki maksud lain. Aku percaya kalau pertemuanku dengan Canaria tak terelakkan."

Tanpa menyembunyikan kemunafikan.

Dengan suara penuh kejujuran, Izayoi menyatakannya.

"............"

Tidak perlu kata-kata.

Izayoi, dia tidak tahu apapun.

Disamping kekuatan yang dia miliki, dia tidah tahu alasannya ditampung dalam tubuhnya, atau hal-hal mengenai Taman Mini yang berbeda dunia. Hanya mendekap kesepian ketika kecil, tanpa tahu nama keluarganya yang meninggal, bahkan jika itu konspirasi yang dibuat Canaria—Tidak masalah—ucap anak lelaki itu.

Tidak peduli niatan atau ambisinya, kenangan sejak hari itu tidak akan memudar begitu saja.

Bagi Sakamaki Izayoi, itu adalah takdir bahwa dia bertemu Canaria, mata diamnya berkata begitu.

". . . Bodoh. Kelembutan ini, kasihkan ke orang yang akan kamu temui di masa depan nanti."

Akhirnya mengeluarkan pernyataan itu, dia berbalik badan. tidak mampu menutupi apapun lagi. Sejujurnya, mengatakan motif Canaria dan lainnya, masih belum diperbolehkan.

Tapi Canaria memiliki intuisi.

Izayoi juga samar-samar merasakannya.

Keduanya memutuskan jika waktu itu sudah dekat.

Tidak mampu mengucapkan keras-keras, keduanya diselimuti keheningan.

Mengkonfirmasi waktu dengan tatapan ceroboh, Izayoi kembali menghadap bangsal.

"Untuk orang tertentu. . . Eh? Aku gak ngerasain pertemuan kayak gitu di masa depan."

"Akan ditakdirkan untuk bertemu. Hanya ketika kamu menyelamatkan orang-orang dengan keramahan dan keberanianmu. . . Orang-orang yang ditakdirkan bertemu, pasti akan menunggumu."

Berkata sungguh-sungguh padanya. Dia hanya bisa menjamin hal itu.

Selanjutnya, Izayoi akan menyelamatkan banyak orang. Mengalahkan banyak musuh. Tanpa menghiraukan dunia, terkadang dalam perang sosial, terkadang perang militer, melewati berbagai kesukaran.

Tidak mampu menyaksikan semuanya, tertinggal perasaan kesepian.

Namun demi datangnya hari itu, kata-kata Canaria teranyam.

"Hanya orang-orang yang bisa kamu keselamatkan. Hanya musuh yang bisa kamu kalahkan. Dengan keberanian dan tantanganmu, hari itu akan datang. . . Tidak perlu mempercayainya sekarang. Namun tergantung padamu, rekan-rekan yang menggantungkan diri padamu akan muncul.

Mengatakannya dengan suara mendesak.

Hal paling maksimal yang bisa Canaria katakan.

Terbungkam sesaat, Izayoi segera kembali ke senyuman biasanya.

"Ha, itu bagus. Aku juga ingin mencoba menggantungkan diri pada orang lain."

Menjalin senyuman biasa dengan senyuman masam. Dengan hatinya bertekad [Bagaimana mungkin hal itu terjadi]. Izayoi meninggalkan bangsal. Canaria bersandar pada jendela, menatap sosok itu pergi sambil menggenggam erat tangannya. Menarik Homura dan Suzuka, Izayoi sudah sangat mirip siswa bagaimanapun melihatnya.

Menyertai kepergiannya dengan sikap tubuhnya, dia berbisik di bangsal kosong.

"Selamat Jalan. Semoga hari-hari sekolahmu menyenangkan."

Melihat kepergian ketiga sosok itu. Jika dia orang tua asli—dia akan segera menolak ucapan kata-kata dadakan itu. Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa hal ini pastinya tidak inginkan.

Riang kembali, Canaria membenahi postur tubuhnya lalu berkata:

"Lapp. Cross. Masih di sana?"

"Apa?"

Hambusan angin musim panas mengibarkan tirai. [Baron the Cross] dan [Iblis mungil Laplace] muncul dari kain.

Keduanya berekspresi kompleks saat menatap Canaria. Meski usianya melebihi keduanya, ini kali pertama Cross melihat Canaria terguncang. Tidak pernah menduga seorang remaja membahas pertemuan beberapa tahun silam. Sangat menyedihkan bagi mereka berdua sebagai teman karib.

Mengangkat kepalanya, Canaria meminta pada mereka berdua.

"Ketika aku mati. . . Anak itu, bisakah kuserahkan pada kalian berdua?"


""Aku menolak""


"Oi."

Mendengar tanggapan dingin kedua rekan favoritnya, Canaria tidak mampu menahan suara 'Oi'. Keduanya tak acuh sambil menyilangkan tangan.

"Tidak peduli apa katamu, itu tidak bisa terjadi. Kutolak mentah-mentah. Bahkan jika hubungan kita sebagai belahan jiwa dan sahabat, ada hal yang gampang dijanjikan dan tidak mudah dijanjikan."

"Sepenuhnya setuju. Aku tidak bisa menyepakatinya. Ini juga masalah etika Master-Budak. Kalau kamu berpikir kami akan dengan senang hati menerima janji itu, kau salah."

". . . Kalian menggambarkannya begitu, tapi karena kecemburuan kan?"


""Kami juga tidak mengelak.""


Keduanya mengepalkan tangan.

Canaria menahan tawa sambil menggaruk kepala dengan tangan kanan.

". . . Trims. Tapi ini permintaan terakhirku. Jadi kumohon bantu aku."

Canaria tertawa susah. Pernyataan yang dia utarakan, mirip ucapan seseorang yang sekarat. Sejak awal, keduanya tidak bermaksud mengabaikan, tapi mereka masih merasa ingin mendebatnya.

Mendesah dalam-dalam, keduanya menatap Canaria dan terpaksa mengangguk.

"Mau gimana lagi. Ini adalah permintaan murid pada gurunya. Hingga waktu berakhir, dewa kematian akan mempertanggungjawabkannya.

"Kita telah berjanji dalam 'sumpah' Laplace, Canaria. Namun hanya dirimu, aku akan sepenuh hati menerima permintaanmu. . . Hanya saja."

Mendadak, mata Lapp bercahaya. Melihat keluar jendela, dia cocok menjadi iblis pengamat sekaligus sekretaris, selalu konsisten dengan pengetahuan, meski tubuhnya tidak cocok dengan ketrampilannya.

Menatap Izayoi kejauhan, dia bertanya dengan nada penuh cemas dan waspada.

"Dia. . Siapa dia?

"Sayangnya cuma itu. Kewaskitaanku[3] tidak mampu menangkap sosok asli manusia itu. Sama halnya sekarang, aku tidak bisa menangkap keberadaannya bahkan dengan mata telanjang. Bahkan tidak ditemukan dalam setumpuk besar buku iblis. . . Sungguh situasi tak biasa."

Gigit gigit, Lapp mengerutkan dan menggigit beberapa pir. Dia adalah sekretaris juga iblis yang berpengetahuan. Dia yang seharusnya tahu semuanya malah tidak tahu.

Sebaliknya, Canaria seolah mendapat berita baik dan mengungkapkan ekspresi cerah.

"Benarkah. . . Fufu. Jika Lapp berkata begitu, tahap pertama berarti sudah selesai."

Menyilangkan tangan, senyum licik muncul. Karena Lapp ingin mengetahuinya, dia mengantisipasi jawaban dengan menggoyangkan gaunnya.

"Dia adalah [Tidak Diketahui]. . . Tidak, jika kamu bersikeras menamainya—"

'Brak!' Canaria membuka seluruh jendela.

Mendadak, hembusan angin memasuki ruangan.

Angin semilir meniup tirai putih dan putik-putik sakura berterbangan ke atas tempat tidur. Menikmati anginnya, dengan rambut pirangnya bergoyang, Canaria mengutarakan pemikirannya.

"——[Embrio masa depan terakhir]——Itulah, panggilannya♪."

noinclude>

Translator’s notes

  1. Baron Le Croix
  2. Sungguh otakku gak kuat translate bagian ini T.T, tapi mungkinkah karena dia Izayoi juga jadi sedikit. . . mesum?
  3. Waskita itu sama dengan memiliki penglihatan yang tajam atau bisa juga disebut clairvoyance.
Kembali Ke Halaman Utama